Agenda September, Festival Pemakaman Suku Rambu Solo Toraja

Jakarta - Festival adalah sebuah acara yang diadakan oleh masyarakat berbasis kepercayaan, tradisi, atau kegemaran dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu dan berulang dalam kurun waktu tertentu. Festival sendiri pada zaman dahulu selalu diidentikkan dengan peringatan tertentu, misalnya hari besar keagamaan atau hari kemerdekaan. Namun, seiring berkembangnya zaman, juga dilakukan oleh komunitas atau penggemar suatu bidang, festival musik contohnya.

Sebagian besar dilakukan atas dasar perayaan keagamaan atau aktivitas komunitas tertentu. Salah satunya berdasarkan perayaan keagamaan yang paling sering dirayakan oleh masyarakat dunia adalah Natal, Hanukkah, Diwali dan Idul Adha. Meski begitu, ada juga yang dilakukan untuk memperingati suatu kejadian, misalnya Macy’s Day Parade atau Festival Mardi Gras di Amerika Serikat.

Berbicara tentang hal tersebut, ternyata festival di Indonesia juga ada yang akan dilangsungkan di bulan September nanti. Yakni, ritual pemakaman suku Toraja Rambu Solo

Public Relation dan Advertising Ezytravel.co.id, Noor Aini Rachmawati menjelaskan festival yang satu ini mungkin sedikit mengerikan. Pasalnya, Festival Rambu Solo merupakan ritual pemakaman jenazah. Biasanya dilangsungkan antara bulan Agustus hingga Oktober, namun yang paling sering adalah bulan September. Rambu Solo diadakan oleh Suku Toraja yang bermukim di daerah Sulawesi Selatan.

Festival Rambu Solo sendiri adalah upacara penguburan yang dilakukan agar arwah jenazah tidak memberikan kemalangan pada orang-orang yang ditinggalkannya. Dalam satu upacara terdapat rangkaian kegiatan yang rumit ikatan adat serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, persiapan Festival Rambu Solo biasanya dilakukan selama berbulan-bulan.

Sementara menunggu upacara siap dilaksanakan, jenazah diperlakukan seperti orang sakit. Jenazah masih dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup. Bahkan, pihak keluarga wajib memberikan sesajian berupa makanan, minuman, rokok, sirih, hingga benda-benda kesukaan sang jenazah. Untuk menghindari pembusukan, jenazah biasanya dibalsam dan dibungkus kain kemudian disimpan di rumah leluhur atau biasa disebut sebagai “tongkonan”.

Salah satu rangkaian yang patut dinantikan adalah Ma’tinggoro Tedong atau pengorbanan kerbau. Jumlah kerbau yang dibutuhkan mulai dari 24 hingga 100 ekor. Untuk kalangan bangsawan bahkan harus ada minimal satu kerbau belang sebagai korban. Padahal, satu kerbau belang harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Pengorbanan ini menarik karena sang algojo menggunakan sebilah parang untuk menebas leher kerbau dalam sekali ayunan. Ketika dalam satu rangkaian terjadi satu kesalahan saja, maka ritual harus diulang dan kerbau yang dikorbankan juga harus ditambah.

"Selain itu, sebagai tamu kalian akan disuguhi dengan makanan-makanan khas Toraja, baik dari daging babi maupun daging kerbau hasil persembahan. Namun jangan khawatir, bagi Muslim disediakan makanan sendiri yang tentunya halal," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (30/8).

-

Arsip Blog

Recent Posts