Lomba Bacirita Bahasa Melayu Manado

Manado, Sulut - Bulan Oktober dirayakan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra. Tahun ini, Balai Bahasa Sulut menggelar lomba bacirita bahasa Manado yang diikuti siswa se-Sulut.

Tema acara yang diangkat “Martabatkan Bahasa dan Sastra, Rayakan Kebhinekaan”. Cabang lomba beragam. Mulai dari pidato, festival teater, hingga lomba unik yang diadakan perdana tahun ini, bacirita bahasa Melayu Manado.

Kemarin (27/9), dilaksanakan penutupan di aula Balai Bahasa Sulut. Sejumlah peserta tampil. Sekira 100 peminat dari berbagai sekolah mendaftarkan diri. Dua peserta dari SMAN 1 Kawangkoan Yubertmaifel Rawis dan Tesalonika Kalengkongan mengaku hanya berlatih dan mempersiapkan diri selama beberapa hari. Karena lomba tersebut membolehkan peserta membawakan cerita ringan seperti tentang keseharian masing-masing, peserta merasa lebih nyaman.

Seperti Yubermaifel, atau yang sering disapa Deo. Dia membawakan tema ajaran moral dan kesopanan yang dibiasakan di keluarganya. “Lomba ini sangat unik karena diikuti oleh peserta yang memiliki dialek berbeda-beda. Kami sama-sama menggunakan bahasa melayu Manado, tapi dialeknya tidak sama. Jadi bisa lebih mengenal kekayaan dialek di Manado,” ujar siswa yang juga menjabat Ketua OSIS di sekolahnya ini.

Ketua Panitia lomba Sjane Walangarey menjelaskan, lomba ini sengaja diadakan Balai Bahasa sebagai salah satu upaya mewadahi pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa Melayu Manado. “Selain bahasa Indonesia yang memang menjadi perhatian utama Balai Bahasa, kami juga ingin mengembangkan bahasa daerah agar tidak punah. Harapannya, generasi muda sekarang bisa lebih menghargai dan juga menguasai bahasa daerahnya sendiri,” tukas Walangarey. Peminat yang membludak pun menunjukkan antusiasme dan keinginan dari masyarakat untuk

Secara keseluruhan acara, Kepala Balai Bahasa Sulut Supriyanto Widodo menganggap kegiatan ini sangat berkontribusi pada peningkatan kecintaan siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Bukan hanya itu, ketertarikan untuk melestarikan bahasa daerah pun akan terpupuk. Seperti yang terlihat dari diadakannya lomba bacirita tersebut. “Hal ini sangat penting. Karena banyak bahasa daerah asli Sulut yang mulai punah. Kami sangat mengusahakan agar bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Ponosakan, tetap lestari dan dipakai generasi kita mendatang,”pungkasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts