Tanah Datar Hadir di Minangkabau Culture dan Art Festival

Tanah Datar, Sumbar - Kabupaten Tanah Datar semakin memperlihatkan ke­pe­duliannya terhadap seni dan budaya. Pekan lalu, dari 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Tanah Datar adalah satu dari empat kabupaten/kota yang mendapat kehormatan untuk mengisi penampilan seni dan budaya dalam acara ini. Ka­bupaten ini satu-satunya yang diberikan kehormatan untuk mengisi kegiatan pameran di Taman Ismail Marzuki dalam rangka memeriahkan Mi­nang­kabau Culture dan Art Festival (MCAF), Sabtu (24/9).

Disebutkan untuk pe­nam­pilan seni dan budaya, Tanah Datar menampilkan Sanggar Limpapeh di bawah pimpinan Malfilindo Koti sedangkan pameran diisi dengan ber­bagai potensi yang dimiliki Tanah Datar Luhak Nan Tuo baik alam, atraksi budaya, kuliner maupun pro­duksi kerajinan seperti songket, sulaman dan bordir.

Semuanya dikemas da­lam bentuk visualisasi foto dan produk itu sendiri, baik in­dustri sandang maupun ku­liner. Da­lam pameran itu dapat dinik­mati foto-foto keindahan pe­mandangan alam di Luhak Nan Tuo, Istano Basa Pa­ga­ruyung, serta foto-foto atraksi budaya pacu jawi. Pacu jawi ini satu-satunya atraksi yang ha­nya ada di Tanah Datar, dan ke­po­pulerannya telah men­dunia, dibuktikan bahwa foto pacu jawi pernah menjadi juara pada kejuaraan dunia yang diadakan di Den Haag Belanda dan fotografernya berasal dari Malaysia, begitu pula kejuaraan lainnya, termasuk di Dubai.

Bupati Tanah Datar Ir­dinansyah Tarmizi yang hadir pada kesempatan itu me­nyam­paikan terima kasih dan apre­siasi kepada penye­leng­gara terutama Fasli Djalal selaku penggagas dan pena­sehat yang mempunyai per­hatian terhadap pelestarian budaya Minangkabau.

“Kabupaten Tanah Datar mempunyai tanggung jawab moral yang besar terhadap pelestarian budaya Minang­kabau. Penampilan seni dan budaya Kabupaten Tanah Datar kali ini harus bisa menampilkan karya terbaik di bidang seni dan budaya yang menggambarkan adat dan budaya spesifik Tanah Datar sebagai cerminan adat dan budaya Minangkabau secara keseluruhan, karena Tanah Datar juga dikenal dengan sebutan Luhak Nan Tuo, sebagai pusat adat dan budaya Minangkabau, pusek jalo pumpunan ikan,” terang Irdinansyah.

Disampaikan juga, ber­kaitan dengan keindahan alam Tanah Datar, baru-baru ini Majalah Travel Budget asal Amerika Serikat me­nge­luarkan rilis yang me­nye­butkan Nagari Tuo Pariangan sebagai salah satu desa te­rindah di dunia dan hal ini telah ditayangkan oleh RCTI beberapa waktu yang lalu.

“Hal ini dapat kita lihat sebagai anugrah Allah SWT, karena dengan itu Tanah Datar telah dipromosikan ke seantero dunia, sehingga saat ini rata-rata kunjungan wi­satawan ke Pariangan ber­kisar 600-800 orang per hari. Kita harapkan akan ber­dampak positif khususnya ter­hadap perekonomian ma­sya­rakat setempat, Tanah Datar dan Sumatera Barat umumnya,” ucapnya.

Namun demikian di­sam­ping anugrah, tambah Ir­dinansyah, ini juga sebagai tantangan. Jika bisa me­manfaatkan potensi ini kese­jahteraan masyarakat akan meningkat, tetapi apabila tidak siap, bisa saja menjadi bumerang bagi Luhak Nan Tuo.

“Untuk itu, pemerintah daerah mengambil langkah-langkah antisipasi, seperti penyempurnaan sarana dan prasarana, pembekalan untuk masyarakat dalam me­ning­katkan SDM, termasuk pe­nyediaan guide untuk tamu yang datang, mendorong nagari untuk merenovasi pemandian aia angek, me­nyediakan tempat kuliner spasifik dan lain sebaginya,” ulas Irdinansyah.

Di akhir sambutan se­bagai bentuk penghargaan, Bu­pati Irdinansyah Tarmizi yang didampingi Ketua DPRD Anton Yondra mem­berikan tanda mata berupa foto-foto alam atau objek wisata Tanah Datar kepada tokoh-tokoh Minang di Jakarta di anta­ranya kepada Fasli Djalal dan Fahmi Idris.

-

Arsip Blog

Recent Posts