Asal Muasal Ritual Seks di Gunung Kemukus

Oleh : Rizal Maulana, moonraker90

Bagi masyarakat Indonesia, mempunyai sebuah ritual keagamaan adalah hal yang lazim. Banyak sekali adat istiadat yang dibilang aneh, lucu, hingga tidak masuk akal. Karena itulah Indonesia, negara yang kaya akan kebudayaan.

Seperti yang terjadi di gunung Kemukus, yang terletak di pulau Jawa, tepatnya di Sangiran, Sragen. Ada sebuah budaya keagamaan yang cukup menarik minat jurnalis luar negeri, khususnya dari Inggris, untuk melihat seperti apa ritual yang terbilang aneh ini.

Setiap malam Jumat, khususnya Pon dalam penanggalan Jawa, banyak peziarah datang, untuk melakukan doa-doa di sekitar makam Pangeran Samudro, yang merupakan keturunan dari Majapahit.

Untuk itu, jurnalis bernama Patrick Abboud, menceritakan kisahnya menelusuri ritual yang terjadi di sana, khususnya ritual bersetubuh, baik dengan pasangannya maupun dengan wanita lain yang baru dikenal.

Selama 35 hari, Obboud mengatakan jika siapapun yang datang harus melakukan ritual tersebut selama tujuh kali. "Ini cerita yang sangat aneh. Beberapa tahun lalu saya membaca tentang ini, dan saya tertarik untuk datang kesana. Dan saya menemukan hal yang mengejutkan," ucap Obboud.

Ritual kuno ini dimulai sejak abad ke-16, dan dipercaya bisa membawa keberuntungan dan kebaikan selama hidup. Dari pria yang sudah menikah, ibu rumah tangga, hingga pegawai pemerintah, berpartisipasi di dalam ritual tersebut.

Tidak ada yang tabu selama di sana, siapapun yang datang akan melakukannya. "Ini adalah tradisi yang ada di Jawa yang berbeda dengan yang lainnya di Indonesia, ritual ini merupakan perpaduan dari Islam, Hindu dan Budhha," tambah Abboud.

Namun yang menjadi celakanya, kini ritual tersebut semakin ramai, yang menimbulkan prostitusi terselubung. Tentunya ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, untuk mengungkap apa yang terjadi dan menghentikan ritual yang menyimpang tersebut.

Sebagai negara mayoritas muslim, tentu kita tidak ingin tercemar dengan adanya pemberitaan dan investigasi seperti itu. Apalagi risiko penularan penyakit seperti HIV/AIDS akan semakin tinggi.

Deskranasda Lampura Kembangkan Batik Bermotif Tapis

Kotabumi, Lampung - Guna melestarikan motif-motif tradisional pada seni kerajinan tapis sebagai warisan budaya Lampung, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Deskranasda) Kabupaten Lampung Utara mengembangkan batik bermotif tapis.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Deskranasda) Kabupaten Lampung Utara, Endah Kartika Prajawati Agung di sekretariatan, Senin (28/12/2015), mengatakan dengan mengangkat dan mengembangkan motif tapis sebagai motif tradisional Lampung dalam seni batik. Diharapkan kelestarian motif-motif tradisional itu akan tetap terjaga sebagai warisan leluhur bagi generasi penerus.

“Dengan mengangkat motif tapis dalam motif seni kerajinan batik maka motif-motif tradisional itu akan tetap lestari sebagai warisan budaya” ujarnya.

Upaya Deskranasda untuk tetap menjaga kelestarian motif tapis ini, selain melakukan dokumentasi motif-motif tapis tradisional yang ada di masyarakat adat Abung dan masyarakat adat Sungkai. Pihaknya juga melakukan lomba desain batik bermotif tapis sebagai motif khas masyarakat Lampung yang nantinya motif-motif itu akan dijadikan motif pada pakaian.

“Deskranasda Lampura akan mendorong penggunaan kain bermotif tapis sebagai pakaian sehari-hari di masyarakat,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Harian Dewan Kesenian Kabupaten Lampung Utara (Dekalu), Sauki Tarunajaya menuturkan dengan pemakaian kain bermotif tapis itu diharapkan akan menumbuhkan kecintaan generasi muda pada kain tapis sebagai akar budaya warisan nenek moyang mereka.

“Pemakaian pakaian bermotif tapis di kalangan generasi penerus diharapkan akan menumbuhkan rasa memiliki dan secara tidak langsung mereka akan turut melestarikan seni kerajinan itu untuk tidak punah” kata Sauki.

Tari Kolosal hingga Noni Belanda Meriahkan Festival Iraw Tengkayu

Tarakan, Kaltara - Ribuan warga Kota Tarakan, Kalimantan Utara menyemut di Pantai Amal Lama untuk menyaksikan puncak festival adat Iraw Tengkayu ke VIII melalui penurunan Padaw Tuju Dulung. Kegiatan ini dimeriahkan dengan berbagai tarian tradisional, salah satunya tarian kolosal massal yang dilakukan 200an penari di tengah lapangan dengan durasi waktu sekira 30 menit.

"Jadi mereka ini sudah dipersiapkan selama dua bulan," ujar Ketua Pantia Festival Iraw Tengkayu ke VIII Khairul di Pantai Amal, Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (27/12).

Khairul menambahkan, selain tari kolosal acara puncak juga diramaikan dengan lomba fotografi hingga layang-layang dan perahu hias.

"Ini semuanya merupakan acara puncak dari kegiatan Iraw Tengkayu yang sudah dimulai dari pagi sampai sore," terangnya.

Sementara itu, di lain sisi ada hal yang unik dan menjadi perhatian masyarakat Kota Taralan di tengah-tengah pentas seni festival puncak kegiatan tersebut. Yakni, sejumlah orang berpenampilan noni Belanda plus tentara asing layaknya gambaran peristiwa perang dunia ke II lengkap dengan perahunya.

Namun, kostum yang mereka gunakan memang sengaja disediakan bagi masyarakat yang ingin berfoto layaknya noni Belanda dan tentara perang sebelum kemerdekaan. Tak sedikit masyarakat yang hadir dalam festival ini berkeinginan untuk bergaya dengan kostum tersebut. Hanya dengan Rp 10 ribu mereka dapat bergaya seperti noni Belanda ataupun tentara perang.

"Penasaran aja sih, kan pengen juga punya foto seperti tentara perang gitu," ujar Radin salah seorang warga Tarakan.

Puncak rangkaian acara festival Iraw Tengkayu ke VIII sama dengan dua tahun sebelumnya yakni penurunan Padaw Tuju Dulu (perahu tujuh haluan) ke laut Pantai Amal, Tarakan, Kalimantan Utara. Sebelum sampai di sana, lebih dahulu ditampilkan tari kolosal dan ditutup dengan tari japin sebagai akhir dari kegiatan tersebut.

Warga Sukomarto Gelar Kirab Tumpeng-Bebek

Temanggung, Jateng - Ratusan warga Dusun Bentisan, Desa Sukomarto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu, menyelenggarakan kirab dengan mengarak dua gunungan besar berisi hasil bumi, replika bebek, tumpeng, dan ingkung bebek.

"Kirab ini merupakan perayaan tahunan untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan, Warga percaya dengan menggelar gerebek ini akan mendapatkan berkah," kata Kepala Desa Sukomarto, Miftahudin.

Kirab dari permukiman menuju makam sesepuh desa, bernama Sayid Abdurrakhman. Gerebek Sukomarto yang sudah menjadi agenda tahunan ini memang menjadi magnet bagi masyarakat, tidak hanya dari Sukomarto tetapi juga dari luar daerah.

Diiringi alunan nada gending Jawa, warga berbaris teratur berjalan menyusuri jalan desa. Mereka berpakaian tradisional dan baju muslim sambil membawa tumpeng dan ingkung bebek.

Dua kostum berbeda itu menggambarkan perpaduan tradisi Jawa dan Islam.

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu kilometer, tumpeng dan ingkung bebek yang dibawa diletakkan pada sebuah bangsal sekitar kompleks makam Sayid Abdurrakhman. Di tempat ini pula dilakukan upacara tabur bunga. Sayid sendiri di kala hidup dipercaya merupakan ulama besar pada masa lalu di wilayah Jumo.

Usai arak-arakan, gunungan besar berisi hasil bumi dan replika bebek diletakan di halaman depan makam. Masyarakat kemudian memanjatkan doa bersama.

Usai berdoa, Kepala Desa Sukomarto, Miftahudin, memercikan air dari sumur peninggalan leluhur dan menyebar bunga beserta uang koin ke arah khalayak. Upacara ditutup dengan perebutan isi gunungan oleh masyarakat.

Bupati Temanggung Bambang Sukarno, menyambut baik pelaksanaan kegiatan melestarikan budaya ini.

Ia berharap gerebek Sukomarto bisa terus lestari dan bebek Sukomarto juga terus dibudidayakan sebagai ciri khas dan kekayaan Temanggung.

Degung Klasik Didendangkan di IPB

Bogor, Jabar - Dewan Kesenian Kabupaten Bogor (DKKB) mulai menunjukan eksistensinya. Salah satunya dengan mengelar Pekan Seni Budaya dan Workshop Seni Degung Klasik melibatkan praktisi budaya se–Kabupaten Bogor yang digelar di Gedung Auditorium Fakultas Peternakan IPB Dramaga.

Peserta workshop diikuti pelajar, mahasiswa dan guru sekolah. Satu-persatu alat musik yang disediakan dalam work­shop diperkenalkan kepada peserta.

Divisi Karawitan DKKB Herman Lirayana sekaligus pemateri mengatakan, Kegiatan ini salah satu sarana kampanye dalam mengumandangkan seni budaya Sunda yang mulai ditinggalkan karena tergerus moderenisasi. Oleh karena itu, hadirnya DKKB menjadi wadah para seni dan budaya untuk mempertahankan warisan paling berharga dari leluhur.

“Peserta workshop diberikan tontonan salah satu pertunjukan karawitan, di mana para pemainnya adalah warga asing,” ujar Divisi Karawitan DKKB Herman Lirayana.

Masih ada generasi muda yang masih melirik dan ingin belajar tentang budaya Sunda terlebih Seni Degung Klasik,” imbuh pria yang juga mahir memainkan kacapi (salah satu alat musik tradisional Sunda).

Sementara itu, Nonok salah satu peserta Seni Degung Klasik dan merupakan guru SMPN 1 Sukajaya, Kecamatan Sukajaya menuturkan, dengan mengikuti workshop ini bisa menambah banyak ilmu dan pengalaman tentang seni sunda, apalagi peserta diberikan kesempatan untuk memainkan alat musik Seni Degung Klasik di hadapan peserta workshop lainnya. “Saya ingin acara seperti ini terus dilakukan supaya seni budaya Sunda tidak punah,” tungkasnya.

Barito Utara Peringati Maulid Nabi dengan Baayun Maulid

Muara Teweh, Kalteng - Panitia Peringatan Hari Besar Islam Barito Utara, Kalimantan Tengah, menggelar tradisi Baayun Maulid untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sebanyak 51 bayi dan anak disertakan dalam acara Baayun Maulid yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kamis.

"Peserta baayun atau batuyang tahun ini meningkat, sebelumnya hanya 25 anak," kata Ketua Panitia Hari-Hari Besar Islam Barito Utara Yaser Arapat di Masjid Jami Muara Teweh.

Ia menuturkan, tradisi tahunan mengayunkan anak pada bulan Maulud ditujukan untuk mendoakan anak agar menjadi anak sehat yang mengikuti tauladan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat bayi atau anak bahkan orang dewasa yang mengikuti

Dalam tradisi baayun, bayi dan anak diayun sambil dibacakan shalawat dan syair yang mengagungkan akhlakul karimah Nabi yang menjadi tuntunan bagi umat Islam.

Bupati Barito Utara Nadalsyah dan istrinya melakukan tradisi tampung tawar kepada anak-anak yang batuyang di masjid itu.

Tampung tawar dipercaya warga dapat menghidarkan anak-anak dari sakit serta gangguan mahkluk halus.

"Harapannya agar para balita saat dewasa nanti mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW dan mendapat berkah dari Allah SWT," kata Nadalsyah

Tradisi Baayun Maulud atau Baayun Maulid dalam masyarakat Suku Banjar di Kalimantan merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.

Tradisi baayun untuk anak-anak usia nol sampai lima tahun sebenarnya sudah ada sebelum Islam menyebar di tanah Banjar.

Upacara baayun yang merupakan asimilasi budaya urang Banjar yang didasarkan pada ajaran Keharingan dan agama Islam kini digelar setiap peringatan Maulid nabi.

Dalam tradisi baayun, anak-anak secara massal diayun dengan iringan bacaan doa dan salawat.

Pesan Maulid

Bupati Nadalsyah mengatakan Rasulullah SAW hadir di muka Bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, agar bertaqwa kepada Allah SWT serta berlaku baik kepada sesama manusia dan mahluk-mahluk ciptaan-nya.

"Dengan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dan Allah SWT yang semakin dalam, Insya Allah hidup kita berakhir dengan khusnul khotimah (akhir yang baik)," kata Bupati.

"Kita utamakan hidup ini untuk meraih khusnul khotimah dengan amalan saleh dan istiqomah hingga ajal datang menjemput," katanya.

Ia mengatakan peringatan Maulid Nabi hendaknya menjadi momentum untuk menguatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW.

"Dengan perbuatan nyata yang mencerminkan kecintaan itu," ujarnya.

Tradisi Sokok Basa di Kampung Muslim Pegayaman

Singaraja, Bali - Warga kampung Muslim di Desa Pegayaman, Kabupaten Buleleng, Bali, melestarikan tradisi leluhur membuat Sokok Basa menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ketua Panitia Maulid Nabi Muhammad SAW Pegayaman Muhammad Suharto, Kamis, menjelaskan Sokok Basa adalah bebantenan yang terdiri atas tusukan telur yang diletakkan di atas pajegan, sebuah rangkaian bambu yang dihiasi bunga-bunga dan buah-buahan di bawahnya.

Penyerahan Sokok Basa merupakan bagian dari tradisi Maulid Basa, rangkaian peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pada peringatan Maulid Nabi, kelompok warga menyerahkan Sokok Basa ke takmir masjid, yang kemudian akan mencabut satu butir telur dari Sokok Basa dan menyerahkannya kepada pria yang mengantarkannya.

"Sebutir telur yang diberikan kembali itu adalah upah bagi pengantarnya dan ada kebanggaan sendiri menyimpan telur itu di rumah warga masing masing," katanya.

Ia menuturkan warga Pegayaman biasa membuat Sokok Basa saat peringatan Maulid meski tidak ada kewajiban untuk melakukannya.

Peringatan Maulid Nabi kali ini ada 20 Sokok Basa yang diserahkan. Penyerahan Sokok Basa diselingi pertunjukan Sekaa Hadrah, tarian silat dengan iringan tabuhan rebana, di depan masjid.

"Ada lima Sekaa Hadrah di Pegayaman sesuai banjarnya," kata Muhammad Suharto.

Sementara itu beberapa pria membawa bungkusan-bungkusan makanan yang dibuat para ibu di rumah ketua adat ke masjid.

Menurut Muhammad Suharto, biasanya para ibu memasak makanan itu di rumah ketua adat dengan hiburan Sekaa Burdah. Ia menjelaskan pula bahwa setelah semua keperluan acara siap, warga berkumpul di masjid untuk berdzikir serta mendengarkan ceramah keagamaan.

Setelah seluruh upacara selesai, telur-telur di Sokok Basa dan bungkusan-bungkusan makanan dibagikan kepada jemaah.

"Perlambangan telur itu adalah masjid, di dalamnya ada sari, Alquran, dan penyangganya umat, dikokohkan dengan kebersamaan umat," katanya.

"Di pajegan mita, bunga basa, di bawahnya ada buah. Ini sebuah akuluturasi budaya Bali dan Pegayaman, ketika budaya Bali masuk Pegayaman jadinya seperti ini," tambah dia.

Peringatan Maulid Nabi di Pegayaman telah berlangsung selama dua pekan. Selama itu setiap malam jemaah membaca wirid di masjid. Muhammad Suharto mengatakan warga yang merantau biasanya kembali ke kampung untuk mengikuti acara adat menyambut Maulid Nabi.

"Masyarakat yang ada di rantau pulang semua hanya untuk ini, kesempatan bersilaturahmi bersama keluarga," katanya.

Sudah Sepekan Datuk Mangku Adat Kesultanan Banjar Terbaring di Rumah Sakit

Banjarmasin, Kalsel - Hampir sepekan sastrawan dan budayawan Kalimantan Selatan, Adjim Arijadi (75), terbaring di Rumah Sakit Anshari Saleh Banjarmasin.

Pria bergelar Datuk Mangku Adat Kesultanan Banjar ini beberapa hari masuk ruang ICU dan menurut anaknya, Hijromi Arijadi Putera (22), Adjim dirawat karena tekanan gula darah naik.

"Masuk ICU sejak Senin malam. Bapak sempat tidak mau dirawat di rumah sakit, tapi akhirnya setelah dibujuk akhirnya mau," kata Romi kepada Banjarmasin Post, Jumat (25/12/2015).

Sebelum sakit, Adjim melewatkan banyak kegiatan di antaranya bersama mantan bupati Banjar, Pangeran Khairul Saleh, menghadiri acara budaya bersama budayawan Malaysia.

Sang istri, Elly R, berujar kondisi suaminya sempat memburuk tadi malam. "Sesak napas lagi. Alhamdulillah sekarang sudah membaik. Tadi siang sudah mau makan bubur dua sendok," kata dia.

Adjim Arijadi lahir di Mali-Mali, Karang Intan, Banjar, Kalimantan Selatan pada 7 Juli 1940. Ia menjabat Sekretaris Lembaga Budaya Banjar dan dikenal sebagai bapak Teater Modern Kalsel.

Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Blitar, Warga Rebutan Berkah

Blitar, Jatim - Melestarikan sejarah yang dibungkus dengan kekuatan kearifan lokal merupakan tanggung jawab bersama. Tak terkecuali tradisi yang masih tetap lestari dan menjadi tujuan wisata di Kabupaten Blitar yakni Siraman Gong Kyai Pradah.

Kegiatan ini digelar tiap 12 Rabiul Awal atau bertepatan dengan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Tradisi ini tak pernah luntur dan selalu menjadi daya tarik utama masyarakat dalam dan luar Blitar. Begitu pula yang terjadi pada Jumat (25/12).

Acara siraman yang rutin dilaksanakan di Pendopo Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, ini dipenuhi ribuan manusia yang tumpah ruah dari berbagai daerah dan memiliki banyak tujuan. Ada yang meminta doa, ngalap berkah, dan ada pula yang murni berwisata.

Sekitar pukul 10.00 WIB upacara siraman Gong Kyai Pradah dilakukan para tokoh dan jajaran Pemerintah Kabupaten Blitar. Satu per satu para tokoh mulai dari Bupati Hery Nugroho, Wakil Bupati Rijanto, Sekda Palal Ali Santoso, dan Kapolres Blitar AKBP Muji Ediyantobergantian melakukan prosesi siraman gong Kyai Pradah dengan air kembang setaman.

Masyarakat yang berada di lokasi berjejalan dan berebut air bekas cucian gong karena mereka percaya bahwa air tersebut membawa berkah. Antara lain menyembuhkan penyakit, awet muda, menenteramkan hati, hingga membawa keberuntungan.

Tidak hanya masyarakat lokal, tamu-tamu dari berbagai wilayah di luar Blitar tidak ingin ketinggalan percikan air bekas cucian gong tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Blitar, Luhur Sejati mengatakan, Siraman Gong Kyai Pradah ini adalah peristiwa budaya yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat setempat.

Pemkab Blitar hanya menjadi fasilitator untuk merawat tradisi ini dan melakukan ekspos agar terus berkembang menjadi wisata budaya populer di Kabupaten Blitar, kata Luhur.

Cerita sejarah tentang Kyai Pradah yang sebelumnya mendapat gelar Kyai Bicak adalah kisah periodesasi sekitar abad ke 17. Sejarah Kyai Pradah bermula ketika Pangeran Puger raja ketiga Kasunanan Kartasura yang setelah naik takhta bergelar Sri Susuhunan Pakubuwana I ( 17041719) hendak dibunuh pada saat penobatannya.

Otak rencana pembunuhan itu tak lain adalah Pangeran Prabu saudara dari istri selir ayahnya. Rencana aksi pembunuhan itu dilakukan karena Pangeran Prabu merasa sakit hati.

Aksi makar ini ketahuan, dan akhirnya Pangeran Prabu dihukum membuka hutan di wilayah Ludoyo Blitar. Saat itu Hutan Lodoyo dikenal sebagai hutan yang sangat wingit (angker) dan banyak dihuni binatang buas.

Menebus kesalahan yang dilakukan, akhirnya Pangeran Prabu berangkat ke hutan Lodoyo dan diikuti istrinya Putri Wandansari dan abdinya Ki Amat Tariman dengan membawa pusaka bendhe yang diberi nama Kyai Bicak. Kyai Bicak adalah pusaka berwujud bendhe (gong,red) sebagai tumbal penolak bala di hutan Lodoyo.

Setelah melakukan perjalanan jauh dari Surakarta hingga ke Blitar dengan meninggalkan kemegahan istana akhirnya rombongan tiba di kawasan Lodoyo yang masih merupakan hutan belantara yang sangat angker.

Untuk menenangkan hati sangan pangeran, akhirnya Pangeran Prabu bertapa di hutan Lodoyo didampingi istrinya Putri Wandansari. Sedangkan bendhe Kyai Bicak dan abdi setianya Ki Amat Tariman dititipkan kepada Nyi rondho Patrasuta.

Sebelum bertapa, Pangeran Prabu menitipkan pesan salah satunya di setiap tanggal 12 Maulud dan tanggal 1 Syawal supaya bendhe Kyai Bicak disucikan dengan cara disirami atau dijamasi air bunga setaman dan air bekas jamasan tersebut bisa untuk mengobati orang sakit dan sebagai sarana ketentraman hidup.

Setelah bertapa cukup lama, suatu ketika abdi ndalem Ki Amat Tariman rindu kepada Pangeran Prabu ia kemudian berjalan-jalan di hutan, tetapi ia tersesat dan kebingungan.

Karena bingung Ki Amat Tariman memukul bendhe Kyai Bicak 7 kali. Suara Kyai Bicak menimbulkan keajaiban ketika itu yang datang bukan rombongan Pangeran Prabu tetapi harimau besar-besar dan anehnya mereka tidak menyerang atau mengganggu tetapi justru menjaga keberadaan Ki Amat Tariman.

Dan sejak itu bendhe Kyai Bicak diberi nama Gong Kyai Pradah yang artinya harimau.

Riau Food Festival Motivasi Penggiat Kuliner Berinovasi

Pekanbaru, Riau - Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau berharap gelaran Riau Food Festival 2015 dapat membangkitkan semangat masyarakat Riau dalam menggali kekayaan kuliner di Bumi Lancang Kuning ini.

Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Disparekraf Riau, Tengku Zul Effendy, Jumat (25/12/2015) berharap gelaran tersebut dapat menggali kekayaan kuliner Riau. Kegiatan yang digelar sejak 21 Desember 2015 hingga 23 Desember 2015 tersebut dapat memotivasi penggiat kuliner untuk berinovasi menciptakan kreasi kuliner baru.

Zul Effendy mengatakan gelaran ini selain mampu menggali kuliner Riau juga sebagai sarana memperkenalkan keunikan serta kelezatan kuliner Riau ke mata khalayak ramai. Dispafekraf Riau berjanji gelaran ini akan ditaja rutin tiap tahunnya.

Riau Food Festival yang secara resmi telah ditutup memperlombakan beberapa kategori diantaranya kategori umum, kabupaten dan pemenang terfavorit.

Ia mengatakan para pemenang lomba akan diikutkan dalam ajang festival memasak tingkat nasional yang diadakan Kementrian Pariwisata Republik Indonesia.

Keraton Kasepuhan Gelar Lomba Marawis

Cirebon, Jabar - Sebanyak 12 grup seni marawis dari sejumlah sekolah dan pesantren sewilayah Cirebon, berlomba memperebutkan piala Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan.

Selain piala, lomba yang digelar selama tiga hari mulai Sabtu (19/12/2015) di bangsal pagelaran kompleks Keraton Kasepuhan, juga berhadiah uang tunai jutaan rupiah.

Menurut Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, lomba marawis digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Muludan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhamad SAW, di Keraton Kasepuhan.

Menurut Arief, lomba marawis digelar sebagai bagian dari kepedulian keraton terhadap perkembangan budaya Islam di Cirebon.

"Selain itu, ada sejumlah kegiatan budaya yang sudah menjadi tradisi dan dilakukan selama ratusan tahun, dari mulai sebelum, menjelang dan selama prosesi panjang jimat, yang merupakan puncak perayaan Maulud Nabi," katanya.

Sementara itu, Riana, salah seorang panitia lomba marawis Grebeg Mulud 1437 H, mengatakan, lomba marawis bukan hanya mencari juara 1 sampai 3, tetapi juga juara harapan 1.

"Selain itu juga memperebutkan sejumlah kategori pemenang terbaik diantaranya vokal terbaik, junior terbaik dan kekompakan," katanya Sabtu (19/12/2015).

Menurutnya, lomba digelar selama tiga hari dari 19-21 Desember, dan final digelar 22-23 Desember mendatang.

LIPI Kaji Interaksi Budaya Peradaban Samudra Hindia

Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan kajian lebih dalam interaksi budaya dan peradaban di kawasan Samudra Hindia yang memiliki potensi geografis dan geostrategis di masa depan.

"Interaksi sosial dan budaya sebagai hasil dari peran-peran tersebut telah menghasilkan berbagai macam pertukaran, percampuran dan saling adopsi elemen kebudayaan termasuk peradaban,"kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan LIPI Aswatini di Jakarta, Senin (21/12).

Bahkan, Aswatini mengatakan di berbagai negara telah tumbuh juga diaspora dari komunitas-komunitas dari berbagai negara yang berada di sepanjang Samudra Hindia.

Perkembangan Samudra Hindia sebagai kawasan masa depan dunia telah menjadi perhatian utama bagi dunia internasional belakangan ini. Menurut dia, samudra terbesar ketiga di dunia tersebut mempunyai potensi geografis dan geostrategis yang penting.

Samudera Hindia telah lama menjadi jembatan penghubung manusia di berbagai negara yang hidup di pinggiran samudera ini, bahkan manusia yang hidup di daratan lebih dalam. Hal ini memungkinkan terjadinya pertukaran barang dan interaksi sosial budaya yang intensif.

Samudra Hindia merupakan salah satu penopang utama lalu lintas laut bagi perdagangan dunia, 50 persen lalu lintas kapal dagang, sepertiga lalu lintas kargo global, dan dua per tiga pengiriman minyak dunia dan energi serta terdapat "tol laut" bagi jalur komunikasi kabel bawah laut yang menopang 95 persen telekomunikasi global.

Revitalisasi

Saat ini, lanjutnya, negara-negara di lingkar Samudera Hindia sedang merevitalisasi kerja sama regional Indian Ocean Rim Association (IORA). Organisasi kerja sama regional di kawasan Samudera Hindia ini telah diprakarsai sejak tahun 1995 dan dideklarasikan pada tahun 1997.

IORA beranggotakan 20 negara, yaitu Australia, Bangladesh, Komoro, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritania, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Afrika Selatan, Sri Lanka, Tanzania, Thailand.

Kemudian, Uni Emirat Arab dan Yaman. Selain itu, terdapat negara-negara mitra dialog, antara lain Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, Inggris, Prancis, Jepang dan Mesir.

"IORA merupakan satu-satunya organisasi kerja sama di Samudera Hindia yang mencakup negara-negara di tiga benua sekaligus, bisa kita bayangkan interaksi budaya yang unik di sana," kata Aswatini.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Adriana Elisabeth mengatakan Indonesia sebagai focal point pada pilar kerja sama akademik IORA (Indian Ocean Rim Academic Group, IORAG) 2015-2017 melalui LIPI telah membentuk Komite Kerja Nasional IORAG Indonesia.

"Salah satu kegiatan Komite Kerja Nasional IORAG Indonesia pada tahun 2015 adalah melaksanakan kegiatan penelitian kerja sama kawasan dan salah satu topiknya adalah interseksi budaya dan peradaban di Samudera Hindia," ujar Adriana.

Menurut Adriana, penelitian ini menjadi sangat signifikan dan relevan untuk dikaji lebih lanjut karena fokus peningkatan kerja sama yang lebih berpusat pada masyarakat. Selain itu, harus bertumpu pada pemahaman sejarah dan identifikasi pembagian nilai-nilai yang selama ini sebenarnya sudah terbangun di kawasan melalui pertukaran budaya dan interaksi perdagangan.

Adat Maudu Lompoa Jelang Maulid, Wanita Pengisi Bakul Harus Suci

Makassar, Sulsel - Jika masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi Sekaten, masyarakat Takalar, khususnya Desa Cikoang, juga mempunyai tradisi khas untuk menyambut peringatan kelahiran Nabi Muhammad. Tradisi itu disebut Maudu Lompoa.

Tradisi itu bahkan sudah menjadi agenda wisata religi tahunan di Sulawesi Selatan. Maudu Lompoa kembali digelar pada peringatan maulud nabi 1437 Hijriah yang jatuh pada Kamis, 24 Desember 2015. Jarak tempuh dari Makassar ke Cikoang sendiri sekitar 80 kilometer,

"Ritual ini ungkapan syukur atas berlimpahnya berkah rezeki dari hasil panen dengan menyediakan beras, ayam, telur, minyak kelapa, julung-julung (perahu), bagi setiap orang dalam satu keluarga di Desa Cikoang," ujar Daeng Tarring, salah seorang warga Cikoang, di Kota Makassar, Selasa (22/12/2015).

Pelaksanaan tradisi tidak bisa sembarangan. Hanya perempuan yang suci dari hadas dan najis yang boleh mengisi bakul dengan beragam bahan makanan. Tahapan itu sekaligus mengawali jalannya prosesi. Sebelum itu, warga menghias telur-telur ayam dengan warna-warna menarik.

"Nasi setengah masak, kemudian ayam yang telah disembelih dan telah dibersihkan, dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dasar bakul. Permukaan bakul ditutup dengan daun pisang selanjutnya telur-telur rebus warna-warni yang ditusukkan setangkai kayu kecil ditancapkan di atas nasi dalam bakul," tutur Daeng Tarring.

Munir, mahasiswa asal Kabupaten Takalar, menambahkan persiapan lain yang tidak kalah menarik sebelum prosesi. Sebelum 12 Rabiul Awal atau hari lahir Nabi Muhammad, yakni sekitar 10 Safar, warga sengaja mengurung ayam-ayam yang akan dipersembahkan dalam prosesi agar ayam-ayam itu tidak memakan najis.

Nasi dan lauk pauk yang telah masak itu dinamakan Ka'do Minyak. Bentuknya sekilas mirip dengan tumpeng yang sering disajikan dalam berbagai perayaan. Hidangan itu nantinya akan dibawa ke tengah Sungai Cikoang setelah dibacakan doa oleh tetua adat.

Begitu sajian sampai ke tengah sungai, warga segera berenang dan memperebutkan makanan yang dianggap akan membawa berkah itu.

Lomba Bakul Hias

Peringatan Maulid Nabi juga akan digelar warga Makassar di pelataran Anjungan Pantai Losari, Jalan Penghibur, Makassar, Sulawesi Selatan. Warga juga akan menggelar tradisi Maudu Lompoa yang dimeriahkan dengan lomba bakul hias Maulid antarinstansi di Pemkot Makassar.

"Kali ini, kami kemas berbeda karena lokasinya di bibir pantai yaitu Losari. Selain tabligh akbar, ada juga lomba bakul hias Maulid antar instansi se-Kota Makassar," kata Sekretaris Daerah Kota Makassar Ibrahim Saleh di Balai Kota, Jalan Ahmad Yani.

Ibrahim menjelaskan tema yang diangkat tahun ini ialah "Dengan Maulud Lampoa Nabi Besar Muhammad SAW 1437H, Mari Kita Teladani Akhlak Rasulullah dalam Mewujudkan Kota Makassar 2x+ Baik."

"Kita juga berharap peran serta masyarakat menyukseskan Maudu Lompoa untuk ikut dan beramai-ramai memeriahkan tabligh akbar yang rencananya akan dimulai pukul 15.00 Wita hingga selepas Isya," kata Ibrahim.

Seniman mancanegara kolaborasi tarian khas Kota Kediri

Kediri, Jatim - Seniman tari mancanegara, domestik dan lokal Kediri tumplek di Goa Selomangleng, Kota Kediri untuk mengkolaborasikan seni budaya tari kota kediri dengan seni tari modern.

Acara yang digelar oleh Dinas budaya dan pariwisata pemuda dan olah raga ( Disbudparpora) Kota Kediri ingin Lestarikan budaya jawa khususnya tari tarian.

Abdulllah Abu Bakar, Walikota Kediri mengatakan, jika kota ini mempunyai sejarah budaya, situs dan peninggalan sejarah yang cukup banyak. Dan Pemkot Kediri ingin mengajak kaum muda untuk ikut melestarikan budaya setempat agar tetap terjaga.

“Kegiatan seni yang diadakan di Goa selomangleng memang bertujuan melestarikan kesenian dan budaya kediri dengan kolaborasi dengan berbagai tarian mancanegara agar kesenian kita tak tergerus termakan kesenian barat,” kata Mas Abu panggilan akrab Walikota Kediri, Minggu (20/12/2015).

Sementara itu Nur Muchyar, Kepala Disbudparpora Kota Kediri mengatakan pihaknya mendatangkan seniman yang memang berasal dari mancanegara khususnya Australia, Catalunya, Jakarta dan Bandar Lampung. “Mereka seniman yang ingin kolaborasi dengan tarian jawa khususnya dari Kediri,” kata Nurmuchyar.

Nurmuchyar juga menambahkan jika kegiatan yang dilangsungkan di Museum Goa Selomangkleng kota kediri tak hanya tarian saja namun juga sarasehan tentang budaya kota kediri yang mulai digali oleh pemerintah kota kediri yang akan diadakan pada Minggu malam ini.

Wali Kota Batam Luncurkan Buku Sejarah Melayu di Singapura

Batam, Kepri - Buku Sejarah Melayu karya Dr Ahmad Dahlan diluncurkan di Istana Kampung Gelam yang terletak di Taman Warisan Melayu (Malay Heritage Centre) Singapura, Sabtu (19/12) lalu. Peluncuran karya Wali Kota Batam ini, untuk keempat kalinya setelah Jakarta, Batam, dan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Buku Sejarah Melayu ini, telah terbit cetakan kedua, setelah cetakan pertama habis terjual sebanyak 2.000 eksemplar tahun lalu. Dalam peluncuran itu, dihadiri tokoh masyarakat dan Cendekiawan Melayu Singapura, antara lain Raja Mohammad Khalid bin Raja Adnan dari Warisan Sejarah Kerajaan Riau Lingga Singapura, Datok Nazri Bin Kamal, Presiden Pengagas Persatuan Kebajikan Zuriat Keturunan Bentan Malaysia, dan ribuan masyarakat Melayu yang berada di Singapura.

Acara peluncuran buku ini dikemas dengan apik bernuansa Melayu diiringi Musik Pasola Group Musik melayu asal Batam, serta pertunjukan Pencak Silat oleh Persatuan Pekumpulan Pencak Silat Singapura. Tidak hanya itu, seluruh undangan terhibur dan berebutan untuk mendapatkan Buku Sejarah Melayu dan meminta tanda tangan serta berfoto bersama Penulis.

Timbalan Presiden Persatuhan Kebangsaan Melayu Singapura, Ismail Ahmad Yaacob mengajak seluruh anggotanya untuk bersama-sama melestarikan Sejarah Melayu. Baginya, sejarah Melayu merupakan warisan bangsa. “Hilang sejarah, hilanglah bangsa,” kata Ismail.

Dia menuturkan, sejarah melayu mulai mencapai puncaknya pada tahun 1511 ketika Kerajaan Melayu Melaka runtuh saat itu buku ditulis dengan judul Sulalatus Salatin karya Tun Sri Lanang. Buku ini juga diduplikat atau disalin ulang pada tahun 1612. ”Setelah itu mulai banyak versi-versi sejarah Melayu,” kata dia.

Untuk itu, Ismail sangat bangga akan adanya penerus-penerus cendikiawan terdahulu yang meluangkan waktu untuk mengabaikan sejarah melayu agar tak lekang dimakan waktu. ”Sekalung penghargaan saya kepada yang berbahagia Dato Ahmad Dahlan di atas usaha kuatnya dengan buku Sejarah Melayu ini,” ungkapnya.

Ia menilai, buku karangan Wali Kota Batam ini sangat luas, dimana digambarkan Melayu terdahulu hingga Melayu saat ini. Sehingga sangat menarik untuk didalami sebagai landasan bangsa Melayu. ”Banyak pengetahuan baru yang didapat dari buku ini (Sejarah Melayu). Sebagai Melayu serumpun mestilah bangga,” tambahnya lagi

Sementara itu, Ahmad Dahlan, mengatakan untuk meluncurkan buku itu di negara Singapura ini membutuhkan waktu empat bulan untuk mendapatkan persetujuan. Berbeda halnya saat diluncurkan di Malaysia. ”Di Malaysia hanya satu bulan dan mereka sudah setuju,” kata dia.

Dahlan menyebutkan lamanya mendapat persetujuan dari pemerintah Singapura untuk dapat menluncurkan buku setebal 621 halaman ini, dikarenakan sangat hati -hatiannya terhadap sejarah agar tidak memberikan informasi yang salah pada masyarakat.

Dahlan juga menyampaikan dengan kemajuan tekhnologi informasi yang semakin pesat ada kerisauanya akan orang melayu terhadap sejarahnya. ”Nasib orang Melayu tergantung dari orang Melayu itu sendiri “ ujarnya.

Dalam peluncuran buku Sejarah Melayu sebagai pengulas, Aswandi Syahri seorang Sejarawan Melayu, menuturkan buku Sejarah Melayu ini bila dikaitkan dengan historiografi (penulisan sejarah) maka sejak Tun Sri Lanang sampai Raja Ali Haji menulis Tufat Alnafis tahun 1860-an yang isinya sejarah melayu Riau Lingga atau Sejarah Melayu Islam, maka Ahmad Dahlan dengan buku Sejarah Melayunya melanjutkan tradisi menulis sejarah melayu.

Aswandi juga menerangkan hal yang menarik dari buku Sejarah Melayu ini dilengkapi foto fotonya yang dapat menunjuang diskripsi sejarah melayu itu sendiri. Dia juga mengatakan suatu saat nanti akan ada penulis yang akan menulis tentang buku sejarah melayu. “Buku ini ditulis sesuai dengan semangat zamannya. Ditulis secara modern menggunakan kaidah-kaidah penulisan pada masa sekarang,” sebutnya.

Kerajinan Tapis di Lampung Utara Terancam Punah

Kotabumi, Lampung - Kerajinan seni tapis di Kabupaten Lampung Utara terancam punah. Bila tak segera disikapi, seni kerajinan khas kabupaten setempat ini dimungkinkan hilang.

Ketua Harian Dewan Kesenian Kabupaten Lampung Utara (Dekalu), Sauki Tarunajaya di ruang sekretariat, Senin (21/12/2015) mengatakan mulai punahnya seni kerajinan tapis di Lampura dapat di nilai dengan sudah tidak berproduksinya para perajin yang membuat kerajinan tersebut.

"Perajin tapis khas Lampura yang saya ketahui sudah tidak berproduksi lagi. Bahkan bagi mereka yang ingin memiliki kain kerajinan tapis itu, terpaksa memesan kepada pengrajin yang ada di Kabupaten Lampung Barat" ujar Sauki.

Mensikapi hal itu, pihaknya sedang berupaya mengumpulkan motif-motif kain tapis tradisional yang tersebar di masyarakat adat Lampung Utara baik masyarakat adat Lampung Abung dan masyarakat adat Sungkai.

“Ada sekitar 20 motif tapis dari marga Abung seperti motif Rajo Tunggal maupun Rajo Medal dan 6 motif tapis dari marga Sungkai seperti motif hewan maupuan motif kaca . Jumlah itu dimungkinkan akan bertambah sebab banyak motif tapis yang belum terdokumentasi sampai saat ini” kata Sauki.

Dengan mendokumentasi motif tapis dari masyarakat adat Lampung Utara, diharapkan dapat melestarikan khazanah budaya yang ada dari wilayah setempat.

“Dengan melakukan dokumentasi motif tapis tradisional diharapkan seni kerajinan itu dapat lestari” kata Sauki.

Riau Islamic Art Festival 2015 Resmi Dibuka Kadisparekraf Riau Fahmizal Usman

Pekanbaru, Riau - Riau Islamic Art Festival 2015 yang akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 21-23 Desember 2015, resmi dibuka oleh Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Riau, Fahmizal Usman, Senin (21/12/2015) di Gedung Seni idrus Tintin Pekanbaru.

Acara pembukaan Riau Islamic Art Festival 2015 yang dipandu oleh dua presenter Bens dan Vivien dimulai pada pukul 20.33 WIB, dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan Kadisparekraf Riau serta penampilan pembuka dari tim teater Riau Beraksi yang membawakan kisah religi dengan judul "Robohnya Sebuah Surau".

Dalam sambutan pembuka Fahmizal Usman mengatakan, bahwa acara Riau Islamic Art Festival 2015 merupakan ruang dan wadah bagi pelaku seni budaya yang bernuansa Islami di Riau.

"Secara umum seni menurut ajaran islam adalah cita rasa kehidupan manusia dan keindahan yang diciptakan serta pengakuan terhadap keesaan yang dilakukan dengan ucapan dan gerak. Seni adalah penciptaan dari segala macam hal atau benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihatnya atau mendengarnya," sambut Fahmizal.

Fahmizal juga menyebutkan bahwa acara yang ditaja Disparekraf Riau ini juga sebagai ruang bagi para seniman dalam menciptakan kreatifitas yang berbasis seni islami dimana kesenian tersebut merupakan bagian dari ekonomi kreatif. "Ruang dan gerak para pelaku seni kita wujudkan dalam sebuah festival, dimana Provinsi Riau merupakan salah satu basis budaya melayu terbesar di Asia Tenggara," sambungnya.

Adapun tujuan diadakannya acara ini, menurut Fahmizal, juga berfungsi meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif khususnya dibidang kesenian. Acara tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan khususnya wisata religi ke Riau.

"Provinsi Riau ini mempunya efek yang strategis dimana lokasinya sangat berdekatan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore. Dan jika acara seperti ini diadakan setiap tahun dan mengundang para tamu dari luar negeri, insya allah dunia pariwisata Riau akan lebih baik lagi," pungkas Fahmizal.

Usai sambutan pembuka dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Riau, acara pembukaan langsung dilanjutkan dengan pertunjukan drama dari tim Teater Riau Beraksi.

Sampai berita ini diposting berbagai pertunjukkan masih berlangsung, dan direncanakan akan ditutup malam pertama Riau Islamic Art Fetival ini dengan penampilan band religi Debu dari Jakarta.

Dan dihari kedua esok, berbagai pertunjukan seni tari dari berbagai sanggar dan kampus. Kemudian akan dilanjutkan dengan penampilan tari Sufi yang bernuansa Islami.

Kenang 1.000 Tahun Seni Budaya Besemah

Pagaralam, Sumsel - Sebanyak 500 peserta berasal dari Jakarta,Palembang, Lubuk Linggau, OKU Timur dan Pagaralam, meramaikan pentas Budaya Besemah, diadakan Yayasan Dempo Lestari (YDL) Kota Pagaralam sebagai upaya meningkatkan budaya Besemah yang sekarang ini hampir terkikis oleh kemajuan zaman.

Ketua YDL Kota Pagaralam, Kasim menerangkan, pentas budaya Besemah mengangkat tema‘Mengenang 1.000 tahun peradaban Besemah’ kerjasama YDL Kota Pagaralam beserta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui fasilitas pengembangan Rumah Budaya Nusantara tahun 2015, bertujuan untuk menggali dan mengangkat ke permukaan,mengenai kebudayaan asli Besemah.

“Antusiasme peserta dan masyarakat menyaksikan pentas budaya Besemah sangatlah tinggi, tidak hanya di Pagaralam, melainkan pula dari luar Pagaralam. Untuk personel menampilkan seni budaya tentu sudah kita siapkan sejak jauh hari sebelumnya,” terang Kasim saat dibincangi wartawan koran ini di sela pembukaan pentas seni Budaya Besemah di Balai Kota Pagaralam, Kelurahan Nendagung, Kecamatan Pagaralam Selatan,Senin (21/12).

Ditambahkan Kasim, pentas ditampilkan itu ada tarian tradisional, tadut, rimbai, lagu daerah, gitar tunggal dan berejung. Sebagai upaya melestarikan dan juga mengangkat budaya Besemah yang saat ini hampir hilang terkikis oleh kemajuan zaman, sehingga bila tidak sering diadakan kegiatan semacam ini bukan tidak mungkin kedepan anak cucu tidak mengenal lagi budaya asli Besemah.

“Harapan kita kedepan, jangan sekedar pertunjukkan seperti ini saja, tapi ditularkan kepada generasi muda. Mereka-mereka inilah yang akan membangkitkan seni kebudayaan Besemah di masa mendatang. Dan ini tugas kami untuk membina mereka,”tandasnya.

Kirab budaya Sriwijaya jadi daya tarik wisatawan

Palembang, Sumsel - Ritual Kirab Budaya Garuda Sriwijaya yang menggambarkan perjalanan masuknya agama Budha di Kota Palembang Sumatera Selatan, ternyata menawarkan keunikan serta kekhasan budaya etnis Tionghoa memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Budaya tersebut kini sedang dikembangkan oleh pihak Kementerian Pariwisata RI menjadi salah satu destinasi wisata berbasis tradisi dalam menarik minat wisatawan berkunjung ke Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan, kata Asisten Deputi Pengebangan Destinasi Wisata Budaya Kementerian Pariwisata RI, Lokot Ahmad Enda di Palembang, Selasa.

Dijelaskannya, tradisi ritual ini dimulai dengan penyambutan rupang Buddha dan patung dewa atau lebih dikenal Pratime yang dibawa oleh sejumlah biksu memasuki Vihara Vajra Bhumi Sriwijaya di kawasan Jalan Sayangan Pasar 16 Ilir Palembang.

Dilanjutkan dengan melakukan upacara suci api homa dipimpin oleh seorang Bikku Va Lian Yuan, ratusan etnis Tionghoa memanjatkan dona kepada Sang Pencipta seraya membakar sesembahan berupa dupa dan sesajen lainnya, karena dipercaya api homa tersebut dapat menghapus serta menghilangkan aura negatif dan juga menolak balak, katanya.

Menurut dia, setelah melakukan berbagai ritual puluhan rupang atau patung dewa ini dibawa dan diarak dalam kirab laut menuju ke Sungai Musi menggunakan tiga unit tongkang atau berahu berukuran besar kapasitas puluhan orang, puluhan patung dewa disembahyangkan di Klenteng Ta Pekong di Pulau Kemaro.

Ia menilai, ini adalah salah satu daya tarik wisata dikemas dalam sebuah tradisi yang bisa mendatangkan wisatawan, sehingga mampu menjadi magnet dan harus tugas pemerintah di sini bagaimana mempromosikannya.

Sementara, menurut Anggota Penggagas Kirab Budaya Sriwijaya, Chandra Pasadena, etnis Tionghoa punya seni budaya yang cukup besar termasuk pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya.

Masa itu Kerajaan Sriwijaya termasuk besar di dunia namun selama ini sudah tenggelam, dan mencoba untuk membangkitkan kembali dan mengenalkannya pada anak cucu melalui kirab tersebut.

Asisten Deputi Pengebangan Destinasi Wisata Budaya Kementerian Pariwisata, Lokot Enda, menambahkan, saat ini sangat diperlukan dukungan semua pihak untuk dapat lebih mengembangkan potensi wisata khususnya berbasis tradisi yang ada di Sumatera Selatan, sehingga nantinya dapat dikemas lebih baik dan berkelanjutan.

Hal yang lebih penting lagi mengenai informasi kegiatan apa saja di Sumsel menarik wisatawan dapat disenergikan dengan program Kementerian Pariwisata di tahun mendatang, katanya.

Lampung Terus Majukan Seni Budaya

Bandar Lampung, Lampung - Pemerintah Provinsi Lampung akan terus memajukan seni dan budaya daerah ini, agar terus berkembang seiring transformasi budaya yang kian pesat.

"Saya berharap Provinsi Lampung dengan karakteristik dan nilai-nilai luhur budaya dapat menjadi kebanggaan masyarakat daerah dan menjadi bagian dari budaya nusantara, sehingga kesenian harus berkembang seiring transformasi budaya yang kian pesat dan memerlukan keseimbangan dalam mengimplementasikannya," kata Gubernur Lampung, M Ridho Ficardo, di Bandarlampung, akhir pekan lalu.

Ridho menyatakan, geliat dan eksistensi seni dan budaya Lampung masih terus berkesinambungan dengan tetap mempertahankan kelokalan daerah. Di sisi lain, ia mengimbau agar satuan kerja perangkat daerah terkait di lingkungan Pemprov Lampung dapat melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga kesenian yang tumbuh dan berkembang, sekaligus menginventarisasi dan membina untuk kemajuan serta perkembangannya, sekaligus memajukan kesenian Lampung secara berkesinambungan.

"Dinas terkait harus mampu menyiapkan sarana pertunjukan yang representatif, mempertahankan kebhinnekaan kesenian yang berkembang serta mempererat hubungan antara tokoh-tokoh adat dalam satu kesatuan adat Lampung," kata dia pula.

Sebelumnya, ratusan seniman yang tergabung dalam tujuh komite Dewan Kesenian Lampung (DKL) menampilkan pertunjukan yang dikemas dalam Pentas Pelangi Seni Budaya Lampung yang diselenggarakan di Lapangan Korpri kantor gubernur Lampung, Sabtu (19/12) malam.

Tujuh komite tersebut, adalah Komite Film, Sastra, Tradisi, Teater, Musik, Tari, dan Seni Rupa. Ketua Pelaksana Pentas Pelangi Seni Budaya, Hari Jayaningrat menjelaskan bahwa acara ini mengusung tema semangat untuk perubahan, membangun hari depan para seniman dengan karyanya yang berguna bagi masyarakat, serta mengawal kesenian sebagai bagian dari peradaban dunia.

"Geliat dan eksistensi kesenian Lampung masih terus berkesinambungan, hadir dengan dinamika yang selaras dengan keadaan masyarakatnya, menggenerasi pada setiap seni yang beraneka warna dengan masih bersanding pada kelokalan yang menguatkan jati diri serta karakter daerahnya," ujarnya pula.

Hadir pada acara itu, Ketua DKL Aprilani Yustin Ficardo, Penjabat Wali Kota Bandarlampung Sulpakar, para pelaku seni, tokoh seni dan tokoh adat serta sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah di Provinsi Lampung. Dalam kegiatan tersebut juga turut diserahkan penghargaan kepada SMAN 1 Gadingrejo, SMP Taman Siswa, Global Surya, SMAN 10 Bandarlampung, dan SMAN 4 Bandarlampung.

Bisnis Esek-esek Berkedok Jaipong di Cileungsi Semakin Menjamur

Bogor - Aktivitas prostitusi di Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, seperti tidak ada matinya. Meski sudah puluhan kali ditertibkan, bisnis esek-esek ini masih saja berlangsung hingga sekarang.

Kamis malam (24/12/2015), jelang Hari Raya Natal misalnya. Hingga pukul 23.00, kawasan itu masih ramai dengan para pekerja seks komersial (PSK). Namun ada yang menggelitik ketika sebuah tempat hiburan malam (THM) melantunkan bunyi gamelan.

Suara khas pengiring tarian jaipong, mengundang pengendara untuk berhenti sejenak. Wartawan koran ini pun menuju sumber suara gamelan. Lokasinya tidak jauh dari Blok Angrek. Tiba di lokasi, tampak berdiri panggung berukuran 2 x 3 meter.

Backdrop dan cahaya lampu kerlap alakadarnya serta sejumlah gamelan berjejer dengan asal. Di atas panggung setinggi satu meter itu terlihat lima wanita lengkap dengan konde dan sanggul serta pakaian penari jaipong.

Seorang wanita sintal bertugas sebagai sinden, sedangkan empat wanita lain dengan gemulai melenggak-lenggokkan pinggulnya. Di depan panggung ada dua sofa usang lengkap dengan meja.

Di sana sudah dipenuhi wanita berbaju minim serta tiga pria paruh baya. Di meja tedapat delapan botol minuman keras jenis bir serta kacang kulit dalam piring.

“Ayo dong nyawer,” ucap salah seorang wanita seraya menyodorkan segelas bir kepada pria yang mengenakan jaket kulit hitam.

Untuk menyawer, para tamu harus menukarkan uang dalam pecahan Rp2.000. Semakin banyak sawerannya, goyangan empat penari jaipong makin instens. Bahkan, tak sedikit pengunjung dengan saweran banyak meremas (maaf) pantat penari jaipong.

Itu cara memancing pria hidung belang menggunakan jasa PSK di sana. Hal itu dikatakan Anggun (23), seorang PSK di THM jaipong. Wanita berambut panjang dengan dress hitam itu menuturkan, aksi goyangan penari jaipong hanya untuk memancing pria hidung belang.

Selain goyang jaipong, para penari sesekali goyang striptish menggoda tamu. Setelah tergoda, para PSK melanjutkannya di atas ranjang.

“Ini pemanasan saja, kalau mau cek-in, nanti di belakang panggung atau dibawa keluar juga bisa, tinggal pilih,” tuturnya.

Tarif PSK relatif murah, yakni Rp150-200 ribu sekali kencan. Bahkan, jelang Subuh tarif PSK bisa Rp100 ribu shore time. Sedangkan sewa kamar 2 x 2 meter di belakang panggung Rp50 ribu.

Sementara untuk harga minuman keras dibanderol Rp35 ribu per botol. Sementara data Satpol PP Kabupaten Bogor, jumlah THM yang menampilkan jaipong di Desa Limusnunggal ada tiga tempat.

“Kami akan menindaklanjuti praktik prostitusi yang masih berlangsung di Limusnunggal. Jika melanggar, kami akan lalukan penertiban,” ujar Kabid Riksa Satpol PP Kabupaten Bogor, Agus Ridho kepada Radar Bogor.
(all/radarbogor)

Lubuklinggau Lestarikan Musik Keroncong

Lubuklinggau, Sumsel - Pemerintah Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan mendukung pelestarian musik kroncong lagu-lagu daerah yang melibatkan generasi muda melalui festival se-Sumsel di Lubuklinggau. Wakil Wali Kota, Sulaiman Kohar mengatakan pelestarian musik kroncong itu harus mendapatkan perhatian berbagai pihak karena memperkuat nuansa seni masyarakat Indonesia.

Ia di Lubuklinggau, Senin (21/12/2015) menegaskan kegiatan festival itu sebagai motivasi para pelaku kelompok seni musik kroncong dan sekaligus mewujudkan Visit Lubuklinggau kedepan.

"Saya mewakili pemerintah Kota Lubuklinggau sangat menghargai dan berterima kasih kepada panitia pelaksana yang menyelenggarakan kegiatan positif tersebut," ujar dia.

Musik kroncong salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dipertahankan, sekarang keberadaannya nyaris tergrus oleh kemajuan moderen, untuk mempertahankan warisan itu generasi muda sangat berperan mendalami dunia musik tersebut. Sekarang sudah sangat langka mendengarkan alunan lagu-lagu kroncong yang mencerminkan budaya bangsa, untuk menggali dan membudayakan kembali khas Indonesia itu mulai digalakkan dari daerah hingga ke tingkat nasional.

"Menggali lagu-lagu kroncong di Lubuklinggau saat diprakarsai Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP)-PGRI setempat yang melibatkan generasi muda sebagai penerus bangsa. Dengan peserta yang rata-rata merupakan generasi muda, sangat diharapkan kegiatan tersebut tidak berhenti pada festival saja, tapi dapat membangun generasi muda dengan mengembangkan seni budaya bangsa kedepan," ungkap dia.

Ketua Musik Kroncong Sumatera Selatan H A Baidjuri Asir mengatakan acara tersebut terselenggara berkat kerja sama Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan STKIP-PGRI Lubuklinggau.

"Kami yakin seni musik kroncong akan kembali bangkit, bila generasi mudanya serius dalam menggali dan mengembangkannya sesuai kemajuan zaman," kata dia.

Kipas Gelar Festival Seni Budaya Melayu

Pekanbaru, Riau - Mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Ilmu Pemerintahan Anak Seni (Kipas) menggelar Festival Seni Budaya Melayu selama dua hari, 18-19 Desember 2015 di Auditorium Sultan Balia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan Universitas Riau (FISIP UR). Festival ini diisi dengan seminar dan lomba.

Ketua Kipas, Elwy Soehandry S, Sabtu (20/12/2015) mengatakan, festival seni ini merupakan gelaran yang kedua kali dan merupakan program kerja Kipas.

"Acaranya ada dua yakni seminar tentang budaya Melayu dan lomba. Untuk seminar pembicara ada dua orang yakni Muktamar Thalib dari Lembaga Adat Melayu (LAM) dan Irwan Iskandar sebagai dosen Fisip UR," ungkap Elwy.

Menurut Elwy, pada kesempatan itu, pembicara membahas tentang kebudayaan Melayu di tengah masyarakat yang sudah langka. Maka, Muktamar Tahlib menyampaikan langkah LAM dalam mempertahankan budaya Melayu. Sedangkan Irwan membahas tentang sudut pandang budaya Melayu dari perspektif politik. Seminar ini dimoderatori Eko H Marianto, mahasiswa Fisip.

"Pesertanya mahasiswa dari berbagai kampus di Pekanbaru dan daerah di Riau," ujar Elwy.

Sedangkan untuk lomba, kata Elwy, ada lomba tari kreasi Melayu, syair, lagu melayu, dan fashion show. Pesertanya mahasiswa UR dan dari berbagai kampus juga.

"Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Aura Dian Marta SIP MA. Tujaun kegiatan ini, melalui festival ini mempertahankan budaya melayu melalui kreasi seni khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa," jelas Elwy.

Peuayon Aneuk Dilombakan

Tapaktuan, NAD - Cara mengayun anak (peuayon aneuk) sesuai tradisi masyarakat Aceh Selatan serta tari rapa-i geleng ikut dilombakan pada Festival Seni dan Budaya Aceh Selatan yang berlangsung di kompleks Taman Pala Indah Reklamasi Pantai Tapaktuan, Sabtu, 19 Desember 2015.

Kegiatan itu diikuti seluruh kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan. Hasil lomba ini akan diumumkan pada Puncak Peringatan HUT Ke-70 Kabupaten Aceh Selatan yang akan berlangsung di Taman Pala Indah Reklamasi Pantai Tapaktuan, 28 Desember 2015.

“Festival seni dan budaya ini digelar untuk meningkatkan kecintaan masyarakat kita terhadap tradisi dan budaya yang hidup dan tumbuh di Aceh Selatan. Melalui festival ini kita bisa lihat keunikan dan budaya kita, terutama dalam hal peuayon aneuk,” kata Bupati Aceh Selatan, HT Sama Indra SH kepada Serambi di Tapaktuan, Sabtu (19/12).

Dalam kesempatan itu, Bupati T Sama Indra juga mengajak seluruh masyarakat dalam Kabupaten Aceh Selatan untuk ikut serta menyukseskan rangkaian kegiatan HUT Ke-70 Kabupaten Aceh Selatan tersebut. Sebab, rangkaian kegiatan HUT kali ini lebih mengangkat nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap kecamatan yang ada di Aceh Selatan.

“Dulu stannya diisi oleh dinas-dinas, sekarang stannya diisi oleh setiap kecamatan. Di stan itu akan dipamerkan potensi dan keunikan yang dimiliki masing-masing kecamatan,” jelas Bupati Aceh Selatan.

Untuk menambah kemeriahan dan memberikan siraman rohani kepada masyarakat, Pemkab Aceh Selatan juga turut mengundang penceramaah kondang, yakni KH Yusuf Mansyur, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Quran Jakarta. “KH Yusuf Mansyur dalam rangkaian kunjungan ke Aceh Selatan akan menyampaikan Tablig Akbar di Taman Reklamasi Pantai Pala Indah Tapaktuan pada 24 Desember 2015 pukul 20.00 WIB,” jelasnya.

Sementara itu, pada Pameran Seni dan Budaya Lokal di Aceh Selatan yang akan berlangsung 25-29 Desember di Kompleks Taman Pala Indah Tapaktuan, juga akan menampilkan budaya tiga etnis yang ada di kabupaten itu, yakni Aceh, Kluet, dan Aneuk Jamee. “Di masing-masing stan juga akan dipamerkan beragam keunggulan lain yang dimiliki 18 kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia HUT Ke-70 Kabupaten Aceh Selatan, Drs Azwar Rahman MSi yang ditanyai Serambi mengaku, masing-masing kecamatan sedang mempersiapkan stannya untuk ikut dalam Pameran Seni dan Budaya tersebut. “Kita berharap dengan adanya pameran ini akan menambah kecintaan masyarakat terhadap seni dan budaya Aceh Selatan,” pungkasnya.

Eksistensi Kesenian Minang Terancam Modernisasi

Padang, Sumbar - Taman Budaya Sumatera Barat terus mendorong eksistensi kesenian tradisional. Hal itu agar kesenian Minang terus berkembang kreatif dan tak tertindas proses modernisasi.

“Banyak kesenian tra­disional yang terancam pu­nah, karena tidak ada re­generasi, jarang diper­tunj­ukkan, dan juga karena pelaku-pelakunya sebagian sudah uzur dan me­ninggal,” tegas Kepala Taman Budaya Sumbar Muasri di Padang, ketika penutupan Festival Pertunju­kan Kese­nian Tra­disional, Sabtu (19/12) ma­lam.

Ia mengatakan, di tengah ancaman modernisasi itu, di Sumatera Barat masih ada enam macam kesenian yang masih eksis, yaitu seni rupa, musik, teater, tari, kerajinan tangan dan seni berwawasan teknologi.

Beragam kesenian ini masih eksis di Sumbar, terang dia, yang dapat ter­lihat dengan pertunjukan dan pagelaran yang dia­dakan di Taman Budaya.

Ia menyebutkan, jenis seni tari tradisional yang masih eksis di antaranya tari pasambahan, tari piring, tari payung, tari indang, dan randai. Sedangkan alat mu­sik tradisional di antaranya, saluang, bansi, talempong, rabab, dan gendang tabuik.

“Taman Budaya Sumbar terus mendorong kesenian itu agar tetap bertahan dan hidup salah satunya dengan sering mengadakan per­tunjukan dan pagelaran ser­ta pameran. Meskipun tidak rutin mengadakan perge­laran seni setiap bulan, akan tetapi grup-grup seni ter­sebut diberikan kebebasan untuk berlatih setiap hari di gedung itu. Kesenian mem­butuhkan wadah dan wa­dahnya adalah pameran dan pergelaran, semakin sering pertujukan seni diadakan maka semakin eksis pula seni tersebut,” imbuh dia.

Selain itu agar kesenian ini tidak menghilang ia meng­harapkan dukungan semua pihak, baik dari pe­me­rintah maupun masyara­kat. Ia menilai, saat ini apresiasi masyarakat terha­dap kesenian tradisional mulai berkurang dan lebih menyukai kesenian dari negara lain.

Lebih lanjut Muasri men­jelaskan, festival ter­sebut merupakan kegiatan peru­bahan dari kegiatan yang pernah digelar pada tingkat nasional pada tahun lalu. Menurut Muasri, tuju­an dari festival tersebut, adalah untuk merangsang grup-grup tari di Ranah Minang.

Sementara itu, Ketua Panitia Festival Sexri Bu­diman mengatakan dari 19 grup yang ikut15 grup yang diperlombakan, sedangkan 4 grup lagi hanya sebagai pertunjukan khusus.

Ke empat grup tersebut yakni Saandiko dari Kota Bukittinggi, Musikal Puisi dari MAN 2 Padang dan dua grup lagi dari Kota Paya­kumbuh.

“Pemenang lima terbaik pertama grup dari Agam, kedua Limapuluh Kota, ketiga Pesisir Selatan, ke empat Sijunjung, kelima Padang Panjang,” urai Sexri Budiman.

Lebih lanjut Sexri Budi­man menjelaskan, diharap­kan bagaimana seni tradisi dapat dikemas semaksimal mungkin sehingga seni tra­disi dapat diangkat kembali dan digemari oleh ma­syarakat.

Karawang akan Usulkan Jaipong Jadi Warisan Budaya Dunia

Karawang, Jabar - Pelaksana Tugas Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengakui masih banyak masyarakat yang belum mengetahui kalau Tari Jaipong berasal dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

"Tari Jaipong perlu diperkenalkan lagi agar orang-orang menjadi tahu kalau tarian tersebut berasal dari daerah Karawang," katanya, di Karawang, akhir pekan ini.

Tarian yang terkenal dengan "goyang, geol, dan gitek" menurut Cellica banyak disangka orang berasal dari Bandung.

"Padahal Tari Jaipong berasal dari Karawang, diciptakan oleh salah seorang tokoh seniman Sunda di Karawang, abah Suwanda, pada tahun 1970-an," katanya.

Ia berjanji akan lebih gencar lagi memperkenalkan ke masyarakat kalau Tari Jaipong berasal dari Karawang. Bahkan, ia siap mengusulkan ke Unesco agar Tari Jaipong menjadi warisan budaya dunia.

"Kami siap mengupayakan agar Tari Jaipong menjadi warisan budaya dunia," kata dia.

Sebagai upaya memperkenalkan Jaipong ke masyarakat umum dan kepada dunia, Cellica berencana menggelar Festival Goyang Karawang Internasional.

"Rencananya nanti acara itu akan digelar setiap tahun, menampilkan pertunjukan Jaipong, Topeng Banjet, dan seni Sunda lainnya," kata dia.

LAMR Bengkalis Gelar Dialog Intraktif Pengaruh Faham Baru Perusak Budaya

Bengkalis, Riau - Sebagai salah satu upaya memberikan penguatan pengetahuan kepada orang-orang Melayu tentang pemahaman dan amaliyah keagamaan, dan membentengi diri dari faham baru yang tidak sesuai dengan konteks pemikiran orang melayu, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis, menggelar dialaog intraktif bersama pengurus Kabupaten, Kecamatan Bengkalis-Bantan dan Desa, Sabtu (19/12) kemarin.

Kegiatan yang bertema "Pemahaman dan Amaliyah Keagamaan Orang-Orang Melayu Ditinjau dari Perspektif Sejarah dan Hukum Islam" ini dibuka langsung secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) H Burhanuddin, di Ruang Pertemuan lantai II Kantor Bappeda Bengkalis.

"Kegiatan semacam ini sejatinya memang sangat perlu dilakukang. Karena kita ingin nilai-nilai kemelayuan ini dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sesuai ajaran dan ketentuan norma agama. Tanpa terpengaruh dari hal-hal yang diluar dari jalurnya," ujar Sekda saat memberikan sambutan.

Disampaikannya, kepada peserta yang hadir dan mengikuti dialog tersebut, diharapkan agar dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang diperoleh, kepada masyarakat luas. Terlebih saat ini generasi dan keadaan zaman dihadapkan dengan berbagai tantangan yang dikhawatirkan akan berdampak buruk,

"Selama ini pun kita melihat, orang-orang melayu kita masih kurang menurunkan tradisi-tradisi melayu yang seharusnya didapatkan oleh generasi muda. Oleh sebab itu, melalui dialog ini nanti mari kita pertahankan khazanah melayu kita yang dikenal identik dengan agama Islam," katanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana, H Amrizal M. Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan yang selenggarakan itu atas dasar beberapa pemikiran dan kejadian yang terjadi belakangan ini.

Riau Kolaborasikan 5 Kesenian Sekaligus dalam Satu Panggung

Pekanbaru, Riau - Pertama kalinya di Riau, malam ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Riau menggelar iven kolaborasi seni dalam satu panggung sekaligus, Sabtu (19/12/2015) di halaman Gedung Taman Budaya Jalan Sudirman Pekanbaru.

Hal tersebut diungkapkan Kadisdikbud Riau Kamsol melalui KUPT Museum dan Budaya Sri Mecka kepada GoRiau.com, Sabtu malam.

"Acara ini kali pertama kita gelar, dengan mengkolaborasikan lima kesenian sekaligus. Dimana pertunjukan tersebut menampilkan pelaku seni musik, seni tari, seni sastra, seni rupa dan seni teater," ungkap Sri Mecka yang didampingi Kasi Taman Budaya Disdikbud Riau Evi Andriana.

Dirinya juga menyebutkan, bahwa kolaborasi tersebut merupakan salah satu langkah yang diambil Disdikbud Provinsi Riau, guna menyemarakkan kembali dunia seni yang ada di Riau khususnya Kota Pekanbaru. "Mereka yang tampil malam ini adalah anak-anak muda dari berbagai sanggar, mahasiswa Unri dan Unilak serta dari Akademi Seni Musik Riau (AMR). Selama ini mereka mengadakan iven sendiri-sendiri, jadi kenapa tidak kita coba menggambungkan semuanya dalam satu aksi, satu pertunjukan yang kita namakan Pagelaran Worksop Seni Riau 2015," tukasnya.

Sementara itu Kasi Taman Budaya Disdikbud Riau Evi Andriana mengatakan, bahwa taman budaya bukan hanya sekedar gedung kosong saja, tapi menurutnya gedung Taman Budaya ini adalah tempat menimba ilmu, tempat berkreasi, dan tempat bereksperimen dalam hal kesenian dan kebudayaan.

"Semua bisa pakai gedung ini, semua bisa berekspresi. Jadi mulai tahun ini kita akan upayakan supaya kesenian dan budaya di Riau kembali bangkit dan mencetak generasi pelaku seni yang selama ini sedikit terlupakan, khususnya bagi remaja dan anak-anak muda di Riau," pungkasnya.

Momentum Wujudkan Riau Sebagai Pusat Perekonomian dan Budaya Melayu

Pekanbaru, Riau - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, memimpin upacara HUT Provinsi Riau ke- 58. Upacara diawali dengan pembacaan doa oleh Plt Gubri dilanjutkan pembacaan teks visi dan misi Provinsi Riau 2020 oleh Ketua DPRD Riau, Suparman. Sementara, bertindak sebagai komandan upacara Pj Bupati Meranti, Edi Kusdarwanto.

Untuk memeriahkan hari jadi Riau, digelar juga atraksi "The homeland of Melayu" yang merupakan tema peringatan dan dilanjutkan dengan tari persembahan menjulang marwah. Dalam upacara yang digelar di halaman Kantor Gubernur Riau ini, tampak hadir Kapolda Riau, Danrem 031/WB, Kejati, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Riau, para Bupati/Walikota, Konsulat Malaysia dan Singapura, Camat, Lurah, pelajar serta undangan lainnya.

Pada kesempatan itu, Plt Gubri mengajak seluruh lapisan masyarakat agar bisa mewujudkan cita-cita leluhur Riau menjadikan Bumi Lancang Kuning sebagai pusat perekonomian dan budaya Melayu di Asia Tenggara. Selain itu juga agar seluruh masyarakat Riau mengingat kembali perjuangan dan pengabdian para pahlawan, termasuk harapan lahirnya Riau demi kemajuan dan kemandirian.

Peringatan HUT Riau sendiri merupakan peristiwa bersejarah. Pertemuan ini harus dissikapi dengan rasa syukur, bagaimana eksistensi anak daerah dalam membawa Riau ke depan, terutama ajaran kebaikan, demi raih cita-cita luhur.

"Pemerintah Provinsi Riau dengan seluruh lapisan masyarakat, tokoh adat dan lainnya, memiliki keyakinan Riau ke depan akan menjadi lokomotif atau pusat perekonomian di Indonesia bagian barat. Selain menjadikan Riau sebagai negeri yang tamadun, ini mengingatkan kembali bahwa Riau punya visi besar," kata Andi Rahman.

Provinsi Riau sendiri banyak memiliki rencana pembangunan. Salah satunya pembangunan berbasis wisata sebagai bagian mempertegas komitmen visi. "Atas nama Pemerintah Provinsi Riau, saya mengucapkan selamat hari jadi ke 58. Ini mempunyai hikmah karena perayaan HUT Riau masih di bulan Syawal, dan saya mengucapkan terimakasih kepada yang telah ikut mendukung dalam pembangunan Riau untuk menjadi lebih baik lagi," pungkas Plt Gubri.

Sejarah Terbentuknya Riau

Sedikit menggali sejarah terbentuknya Provindi Riau, daerah kepulauan ini merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia, jauh sebelum Kepulauan Riau berpisah dari Riau dan menjadi provinsi sendiri. Sebelumnya, Riau dan Kepulauan Riau adalah satu provinsi. Luas negeri Melayu ini bermula dari ranah Kampar, Kuantan hingga terus ke utara, Lingga, Penyengat, Johor hingga Natuna.

Pasca kemerdekaan, Indonesia masih terdiri dari beberapa provinsi. Seperti Provinsi Sumatera yang dibagi menjadi Sumatera Bahagian utara, Sumatera Bahagian Tengah, dan Sumatera Bahagian Selatan. Riau sendiri saat itu tergabung dalam Provinsi Sumatera Bagian Tengah bersama Sumatera Barat dan Jambi.

Tokoh cerdas dan berani memperjuangkan Riau menjadi sebuah provinsi sendiri, merdeka dari otoriter Sumatera Tengah saat itu salah satunya (Alm) H Wan Ghalib. Bersama beberapa tokoh lainnya, Wan Ghalib menjadi tokoh sentral dalam perjuangan pembentukan Provinsi Riau.

Wan Ghalib mendedahkan kronologis perjuangan sejarah dengan membuka lembaran ingatannya. Awalnya keinginan untuk menjadikan residen Riau sebagai sebuah provinsi dilatarbelakangi sebuah ketidakadilan bagi masyarakat Riau.

Provinsi Sumatera Bahagian Tengah saat itu memiliki tiga residen, yaitu Jambi, Riau, dan Sumbar. Karena pusat pemerintahan terdapat di Residen Sumatera Barat, Riau memang tidak terlalu terperhatikan oleh pemerintah provinsi.

Karakteristik daerah yang berbeda, membuat pemahaman visi dari masing-masing residen tidak bisa bersatu. Ditambah lagi ada kesan pihak pemegang kekuasaan di Sumatera Bahagian Tengah selalu memaksakan diri setiap kebijakan yang diambilnya.

Ide pendirian provinsi sendiri awalnya hanya ada di tingkat elit dan tokoh masyarakat Riau. Namun saat itu pihak Provinsi Sumatera Tengah tidak mau memberikan apa yang diinginkan Riau, sehingga munculah intimidasi dan upaya penghalangan.

Adanya tekanan tersebut membuat perjuangan Riau untuk menjadi provinsi semakin kuat. Bahkan, masyarakat empat Kabupaten, yaitu Bengkalis, Kepri, Indragiri dan Kampar telah membulatkan tekad berjuang membentuk Provinsi Riau. Keinginan tersebut dimulai dengan membentuk provinsi sudah digaungkan melalui pembentukan Panitia Persiapan Provinsi Riau (PPPR) pada rapat Panitia Persiapan Provinsi Riau, 2-6 Desember 1955.

PPPR yang beranggotakan 60 orang, dalam beberapa kali rapat berkesimpulan bahwa untuk mewujudkan terbentuknya Provinsi Riau diperlukan adanya Kongres Rakyat Riau. Tujuan digelarnya kongres ini berlandaskan pada pelaksanaan azas demokrasi sebagai dasar pemerintahan desentralisasi. Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan keinginan pembentukan Provinsi Riau. Salah satunya adalah digelarnya Kongres Pemuda Riau pada 17 Oktober 1954 di Pekanbaru.

Kebulatan tekad rakyat Riau untuk membentuk provinsi sendiri lahir melalui Kongres Rakyat Riau (KRR) I yang berlangsung di Pekanbaru, 31 Januari hingga 2 Februari 1956. Kongres Rakyat Riau I merupakan langkah besar yang melandasi terbentuknya Provinsi Riau. Kongres ini dihadiri 277 perwakilan dari empat kabupaten, yaitu Indragiri, Kepulauan Riau, Kampar dan Bengkalis. Selain utusan dari kabupaten, kongres ini juga dihadiri peninjau yang jumlahnya mencapai 700 orang. Dari kongres inilah kebulatan tekad untuk membentuk Provinsi Riau terlahirkan.

Kongres Rakyat Riau (KRR I) yang dilaksanakan selama tiga hari, benar-benar menggambarkan sebuah perjuangan yang merata. Semua elemen, baik tokoh, politisi, dan masyarakat larut dalam sebuah euforia perjuangan yang padu. Tak heran, dalam KRR I itu, tidak ada perbedaan pendapat yang berujung perpecahan.

Setelah perjuangan panjang, Presiden Soekarno akhirnya menandatangani Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957 tanggal 9 Agustus 1957 di Bali. Undang-undang ini menyatakan pembentukan daerah-daerah tingkat I, yaitu Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

Hingga saat ini, tanggal 9 Agustus diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Riau Kabar lahirnya undang-undang ini diterima langsung oleh Ketua Badan Penghubung Wan Ghalib beserta Wakil Ketua DM Yanur dari Menteri Dalam Negeri, Sanusi Hardjadinata. Menteri mengatakan bahwa undang-undang ini akan diundangkan dalam lembaran negara oleh Menteri Kehakiman GA Maengkom pada tanggal 10 Agustus 1957.

Metro Gelar Pekan Seni Tradisi Tampilkan Pesta Etnik

Metro, Lampung - Pekan seni tradisi akan menyemarakkan jelang tutup tahun. Selama tiga hari tiga malam dunia seni tradisonal akan membahana di Nuwo Budaya, Ganjarasri, Metro Barat.

Pekan seni yang akan menganimo masyarakat pencinta seni itu digelar Dinas Pendidikan Budaya Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kota Metro mulai Sabtu (19/12/2015). Pekan seni tradisi yang berakhir pada 21 Desember 2015 itu akan menampilkan berbagai etnik di Bumi Sai Wawai.

Ketua Pelaksana Pekan Seni Tradisi Rifian Chepy menerangkan kegiatan ini merupakan panggung seni tradisi untuk etnik-etnik yang ada di Kota Metro. Selama tiga hari, panggung Pentas Seni Tradisi akan diisi seni masyarakat Lampung, Batak, Padang, Jawa, Bali, Tionghoa, serta sanggar-sanggar hasil kursus seni di Nuwo Budayo.

"Digelarnya kegiatan ini untuk menggairahkan kembali seni tradisi dan mendorong mereka (insan seni, red) agar mulai mendirikan sanggar seni dan rutin berlatih. Sebab, event ini akan kita gelar dua kali setahun," paparnya, Jumat (18/12/2015). Selain itu gelar seni juga menjadi agenda pesta akhir tahun.

Ia menambahkan selain memacu gairah insan seni di Kota Metro, kegiatan tersebut bertujuan mengenalkan Nuwo Budayo kepada masyarakat Metro dan sekitarnya. Nuwo Budayo dapat dimanfaatkan semua etnik di Kota Metro bagi kegiatan kebudayaan.

"Ini (Nuwo Budayo, red) rumah budaya bagi seluruh etnik di Bumi Sai Wawai. Sangat diperbolehkan untuk kegiatan kebudayaan," tegasnya.

Pada kesempatan berbeda, Ketua Dewan Pendidikan Metro Nasrianto Effendi mengapresiasi Pentas Seni Tradisi yang akan digelar Disdikbudpora. Menurut dia, kegiatan tersebut sangat dibutuhkan untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian budaya di Kota Metro.

"Itu kegiatan yang sangat bagus karena membuka ruang dan memberikan kesempatan bagi insan seni untuk menunjukkan kesenian budaya masing-masing etnik,” ucapnya di Dewan, Kamis (17/1/2/2015). Menurut politisi PKS Nasrianto, selama ini memang sangat sedikit kesempatan bagi kesenian budaya kita untuk tampil dan digelar melalui pertunjukan.

Ia menambahkan melestarikan budaya juga merupakan tanggung jawab bersama. Sebab itu, kegiatan semacam hendaknya dijadikan agenda rutin nantinya. “Kami di Dewan akan mendukung,” tambahnya.

Dia mengatakan DPRD telah menganggarkan pelatihan bagi kesenian daerah. Meski tidak banyak, ia memastikan ke depan akan terus mendorong anggaran bagi pelatihan kesenian tradisional di Kota Metro terus meningkat.

"Sudah kita anggarkan untuk pelatihannya di APBD 2016. Memang belum tidak banyak. Namun saya berharap dari Pemkot Metro dapat mengusulkannya kembali anggaran pelatihan yang lebih besar lagi di perubahan atau tahun berikutnya. Dan kalau bisa jangan terpisah. Misalnya saya kemarin menemukan anggaran pelatihan itu ada di dua dinas. Cukup di satu dinas saja," jelas dia.

Menurut Nasrianto, dengan memberikan ruang bagi kesenian tradisional untuk mempertunjukkan keindahannya, tidak hanya akan melestarikan seni tradisional, tapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut mampu menarik minat masyarakat Metro dan sekitarnya untuk menyaksikannya hingga menjadi sebuah objek wisata di Kota Metro.

"Tidak boleh sekali atau dua kali saja. Harus terus-menerus pentas itu dilakukan. Jadi bisa menarik minat masyarakat Metro yang ingin melihat hal baru. Jadi selain melestarikan seni budaya tradisional, juga bisa jadi objek wisata baru. Kalau Pemkot Metro membutuhkan tari budaya untuk dipertunjukkan pada sebuah acara juga tidak butuh latihan panjang karena pasti mereka sudah siap," tutupnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts