Hari Ini Bintan ’Digoyang’ Rentak Melayu Beraksi

Bintan, Kepri - Setelah digoyang artis Della Puspita, hari ini, Sabtu (5/3/2016), warga Kijang, Bintan Timur akan kembali digoyang oleh tari rentak Melayu di Lapangan Relief Antam.

Berbeda dengan goyangan akhir pekan lalu, malam besok goyangan dalam bentuk rentak dan tari khas Melayu.

Acara tersebut merupakan bagian dari Festival Tari Bintan 2016 yang dipusatkan di Kijang.

Menurut Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata dan Budaya Bintan Luki Zaiman Prawira, suguhan tari akan dibawakan sanggar dari 10 Kecamatan se-Bintan.

"Dari 10 kecamatan tersebut, akan dipilih satu yang paling terbaik untuk mewakili Bintan di even tari tingkat provinsi,"ujar dia, Jumat (5/3/2016).

Dipastikan, festival kali ini dijamin lebih berbeda. Mulai dari kaloborasi lighting, sound system, hingga desain panggung yang lebih dinamis.

Camat Bintan Timur Hasan mengatakan, festival akan digunakan untuk menjual Kijang kepada wisatawan.

"Dijual disini maksudnya aspek budaya dan seninya. Sehingga wisatawan yang datang ke Bintan tertarik menjadikan Kijang sebagai destinasi lain selain Lagoi dan Trikora,"kata dia.

Dia menambahkan, yang paling mendukung adalah keramahtamahan warga Kijang. Lalu, ada spot-spot menarik yang sayang dilewatkan begitu saja.

"Impian saya, Kijang menjadi destinasi City Tour, mohon didukung,"kata Hasan.

Edy Rahmayadi: Pemuda Melayu Jangan Malu Akui Bersukukan Melayu

Medan, Sumut - Tokoh Masyarakat Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, menyebutkan kalau bangsa Melayu sangat menerima kehadiran bangsa lain yang datang ke daerahnya. Hal itu Ia sampaikan saat menghadiri acara Melawan Lupa Revolusi Sosial 1946 di halaman Mesjid Raya Al Mahsun, Jumat (4/3).

Terkait peristiwa 1946 yang lalu, sambungnya, banyak keturunan bangsa Melayu yang takut mengakui bahwa dirinya adalah keturanan bangsa Melayu. Penyebabnya tak lain adalah pemberangusan bangsa Melayu oleh komunis yang sudah mengakar dalam politik adu dombanya.

“Saya yakin, masih banyak anak-anak kita yang tidak mengetahui kalau dirinya adalah keturunan darah biru dari bangsa Melayu. Sehingga muncullah acara ini dengan tema melawan lupa. Cuma menurut saya bukan melawan lupa, meluruskan sejarah,” sebutnya.

Edy yang juga menjabat sebagai Pangkostrad kembali menjelaskan, pada acara yang berlangsung saat ini, dihadiri saksi sejarah yakni para Sultan. Mereka mengetahui pasti peristiwa apa yang terjadi pada tahun 1946. “Yang saya tahu dan saya dengar, ini adalah perbuatan komunis. Mudah-mudahn saya tidak salah,” ucapnya.

Edy juga berpesan kepada generasi muda Melayu, agar mau merawat situs sejarah Melayu yang masih tersisa di Sumatera Utara. Sehingga kedepannya tetap menjadi sejarah perkembangan kejayaan Melayu.

’Tabuhan Rapai’ Genjot Wisata Halal di NAD

Aceh, NAD - Pemerintah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam terus menggencarkan konsep wisata halal guna menarik minat wisatawan nusantara atau mancanegara di jazirah arab dan timur tengah karena memiliki potensi besar.

Salah satu upayanya dengan menggelar Aceh International Rapai Festival pada September 2016. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Aceh Reza Pahlevi. Menurutnya, kegiatan ini sebagai bentuk konsistensi dalam mengedepankan wisata halal bagi para wisawatan sesuai instruksi Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Reza mengaku sudah berkoordinasi dengan semua seniman di tanah air dengan berbagai jaringannya. Sedangkan rapai sendiri merupakan alat musik khas Aceh seperti gendang. Banyak masyarakat Islam di Aceh menggunakan alat musik ini dalam berbagai kegiatan Islami. "Jadi semacam rebbana, tapi ini ternyata bisa mendunia juga. Sudah konfirmasi sekitar 15 negara akan confirm ikut di acara kami nanti itu," ujar Reza.

Perhelatan alat perkusi khas Aceh itu, kata Reza, memiliki tujuan utama adalah, mempromosikan kekayaan seni budaya Aceh, juga akan mempromosikan wisata aceh secara lebih luas. "Geliat Pariwisata kami di Aceh juga mulai tinggi. Sudah hampir sepuluh ribu setiap tahunnya. Semogabisa terus meningkatkan wisatawan dan menambah jumlah kunjungan ke tanah air," ujarnya.

House of Learning, Pusat Budaya Indonesia Amerika di Philadelphia

Philadelphia, AS - Hari mulai sore ketika anak-anak usia sekolah dasar ini mulai berdatangan ke sebuah rumah di jalan Dickinson, wilayah selatan kota Philadelphia. Rumah yang diberi nama “House of Learning” atau HOLA ini merupakan pusat budaya Indonesia Amerika di Philadelphia yang dikelola oleh Dompet Dhuafa Amerika.

Harry Lesmana, pengajar angklung di House of Learning mengatakan, “Jadi di organisasi ini kita berusaha untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada anak-anak yang ada di sini, karena anak-anak di sini kan informasi mengenai Indonesia kurang dan orang tua gak punya waktu untuk ngajarin anaknya, jadi kita berusaha untuk memperkenalkan Indonesia supaya mereka kenal dan cinta Indonesia.”

Sore ini mereka belajar angklung di bawah bimbingan Harry Lesmana, mahasiswa pasca sarjana di University of Pennsylvania.

Salah seorang anak yang belajar angklung di House of Learning, Adrian mengatakan,” Saya banyak belajar tentang angklung dan saya suka karena menghasilkan musik.”

“Karena anak saya selama ini belum pernah mengikuti program yang berhubungan dengan musik, jadi saya sangat tertarik sekali waktu HOLA mengadakan kelas angklung karena ini merupakan kesempatan yang baik sekali buat anak2x saya buat belajar musik tradisional dari Indonesia,” kata Dewi Fretianingsih, salah satu ibu siswa kelas angklung itu.

Visi “House of Learning” memang untuk memperkenalkan Indonesia sejak dini agar informasi lebih mudah diserap oleh anak-anak ini.

"Dan anak-anak di sini akan berinteraksi dengan orang-orang di Amerika, orang-orang dari negara lain, dan mereka saya harapkan akan jadi seperti duta Indonesia, ngenalin diri, saya ini dari Indonesia loh, mereka bangga kalau mereka ngomong kayak saya orang Indonesia dan orang Amerika juga gitu, gak cuma saya orang Amerika," kata Harry.

Selain angklung, kegiatan lain yang diadakan di sini adalah kelas Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, keterampilan seni, storytelling dan kelas menari.

Sebelum memiliki "House of Learning," berbagai kegiatan ini berlangsung di rumah salah satu pengurus Dompet Dhuafa Amerika.

"Karena selama ini kendalanya, kadang ada beberapa anak yang minggu ini datang, minggu depannya gak datang, terus beberapa minggu lagi datang lagi, jadi kalau kita menyampaikan materi yang terstruktur, yang gak datang jadi susah untuk catch up," tambah Harry.

Di masa depan, Harry dan pengurus lainnya berharap anak-anak ini dapat semakin rutin berlatih dan belajar dengan materi yang lebih terstruktur.

Peringati Revolusi Sosial Sumatera Timur, Ratusan Orang Melayu Berkumpul di Masjid Raya

Medan, Sumut - Ratusan masyarakat Melayu Sumatera Timur hadir dan berkumpul di halaman Masjid Raya Al-Mashun, dalam rangka memperingati 70 tahun Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946, Jumat malam (4/3/2016).

Sejumlah tokoh Melayu turut hadir dalam acara ini, termasuk Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi.

Acara berlangsung sederhana. Para hadirin datang dengan pakaian berupa kain sampin putih, busana yang merupakan penanda dukacita atas tragedi pembantaian tersebut.

Seluruh hadirin duduk lesehan tanpa ada pembedaan antara masyarakat biasa dengan pejabat.

Pembina masyarakat Melayu Sumatera Timur, Tengku M Muhar Omtatok, menjelaskan, peristiwa berdarah yang terjadi pada Maret 1946 itu tak hanya meninggalkan sejarah kelam bagi masyarakat Melayu, tetapi juga trauma yang mendalam.

Akibatnya, banyak orang Melayu yang terpaksa mengubah identitas kesukuannya.

"Ada sebuah pergeseran nilai. Ada sensus bahwa Melayu minoritas. Itu pembohongan. Karena apa, karena sekian banyak orang Melayu mengubah diri. Kenapa? Karena ketakutan. Trauma. Seperti di wilayah Tanjungbalai, Labura, Labusel, banyak orang Melayu yang meletakkan marga. Ada yang pakai Harahap, ada yang pakai Nasution, Sitorus, dan sebagainya. Dan banyak juga orang Melayu menggeser bahasanya. Ada rencana apa ini sebetulnya," katanya.

Ironisnya, kata Muhar, tidak ada dokumentasi dalam bentuk tulisan atas peristiwa bersejarah tersebut.

"Selama ini untuk tulisan-tulisan masih hanya sekedar yang dari Langkat, Asahan, Kualuh. Anak SD, SMP, SMA, hanya sekitar 10 rang yang tahu. Kenapa tahu, karena atoknya cerita. Sisanya, di sekolah-sekolah, mulai SD sampai universitas, tidak ada yang menuliskan," ujarnya.

Diungkap Muhar, peristiwa Revolusi Sosial Sumatera Timur berlangsung dengan penuh kebengisan dan kekejaman.

"Beberapa waktu lalu kami mendatangi saksi-saksi mata, mulai dari Tamiang hingga Kota Pinang. Nyatanya seluruh Sumatera Timur terkena dampak pemberangusan, pemerkosaan, pembunuhan, genosida 70 tahun lalu. Bahkan dagingnya dicincang, di buang ke laut jadi makanan ikan di laut. Terus ada juga dicincang, entah betul entah tidak, dimakan," ujarnya.

Muhar pun berharap pemerintah agar menelusuri sejarah tersebut dan menetapkannya sebagai sejarah yang diakui.

"Perlu kita terlusuri latar belakang ini. Perlu pengkajian lagi. Kami tidak bermaksud membuka luka lama. Tidak ada dendam di sini. Kami cuma tidak ingin ada kekerasan baru," katanya.

Cerita Daerah Peninggalan Warisan Budaya

Bangka, Babel - Cerita-cerita daerah ini merupakan salah satu peninggalan warisan budaya dan merupakan hal yang sangat penting bagi kenangan sejarah adat budaya.

Hal tersebut terungkap pada kegiatan lomba bercerita tingkat sekolah dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) se-Kabupaten Bangka yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka melalui Kantor Perpustakaan dan Kearsipan (KPK) selama 4 hari, 1-4 Maret 2016 di Hotel Novilla Boutique Resort Sungailiat.

“Cerita-cerita daerah ini merupakan salah satu peninggalan warisan budaya dan merupakan hal yang sangat penting bagi kenangan sejarah adat budaya,” ungkap ketua panita pelaksana H.Sutrisno Kepala Kantor Perpustakaan dan Kerasipan Kabupaten Bangka, Selasa (01/03).

Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut, selain guna memberikan pemahaman kepada siswa/i SD/MI (para peserta-red) agar dapat lebih memahami tentang cerita-cerita daerah yang ada di Provinsi kepulauan Bangka Belitung.

“Dalam lomba ini, siswa/i SD/MI se-Kabupaten Bangka merupakan sasaran dari kegiatan yang digelar” ungkapnya dihadapan 67 orang peserta lomba dan tamu undangan yang hadir dalam kesempatan tersebut.

Ditambahkannya, dari kegiatan ini diharapkan, dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak Negeri terhadap warisan budaya daerah, serta dapat mempertebal rasa kepercayaan diri dan keberanian anak-anak peserta lomba.

Sementara itu, Bupati Bangka diwakili Asisten bidang Administrasi Umum Setda Bangka Akhmad Mukhsin mengatakan dalam Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan telah menyebutkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah melalui pembudayaan gemar membaca.

“Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam pembudayaan kegemaran membaca yaitu melalui penyelenggaraan lomba seperti ini” katanya

Dalam kesempatan tersebut, atas nama Pemkab Bangka beliau menyampaikan apresiasinya atas kerjasama dan dukungan dari semua pihak yang telah mensukseskan kegiatan lomba ini.

“Saya ucapkan selamat mengikuti lomba, semoga sukses untuk memperoleh hasil yang terbaik,” pungkasnya

Empat Mahasiswa Jepang Dalami Bahasa Indonesia

Surabaya, Jatim - Empat mahasiswa Universitas Setsunan, Osaka, Jepang tertarik untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia lebih mendalam. Melalui program darmasiswa yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), empat mahasiswa itu belajar setahun di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya.

Miki Azumi, Kazuya Iwasaki, Yuki Asakawa, dan Akihiro Sukizono kemarin (3/3) diterima secara resmi oleh jajaran rektorat Unitomo. Mereka juga diminta untuk menunjukkan keterampilannya mulai dari menyanyi sampai bermain klarinet.

Miki berkesempatan memainkan klarinet dengan membawakan lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang. Uniknya, liriknya telah dialihbahasakan menjadi bahasa Jepang. “Lagu ini begitu populer di Jepang, terutama di kalangan orang-orang tua,” kata perempuan yang lahir tahun 1995 ini.

Di Universitas Setsunan, Miki mengaku mengambil jurusan Bahasa Indonesia-Melayu. Selama belajar itu dia tertarik dengan aneka budaya yang ada di Indonesia. Akhirnya dia tertarik mengikuti program darmasiswa. “Rencananya di Indonesia selama setahun,” ungkapnya.

Rektor Unitomo Bachrul Amiq menyatakan, tidak semua perguruan tinggi (PT) mampu menjadi jujugan mahasiswa asing lewat program darmasiswa. PT ini harus memenuhi syarat. Di antaranya memiliki jurusan bahasa Indonesia dengan akreditasi minimal B, kemudian sudah melakukan nota kesepahaman dengan PT dari luar negeri. “Unitomo ini salah satunya yang memenuhi syarat Kemendikbud itu,” jelasnya.

Menurut dia, bahasa Indonesia punya peran penting di tingkat ASEAN. Hampir 50 persen total penduduk ASEAN dari Indonesia. “Bahasa Indonesia harus dikuasai jika ingin bersaing di ASEAN community,” tegasnya. Amiq melanjutkan, peluang itu pun ditangkap Unitomo dengan membuka kelas Internasional yang mampu menampung 20 mahasiswa asing tiap tahun.

Melawan Lupa: Mengenang 70 Tahun Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946

Medan, Sumut - Peringatan Tragedi Maret 1946 merupakan satu titik balik bagi sejarah kelam masyarakat Melayu di Sumatera wilayah timur, hal ini tidak boleh dilupakan begitu saja. Inilah yang akan digelar dalam sebuah acara, Jumat (4/3) malam besok, di pelataran halaman Mesjid Raya Al Mashun Medan mulai pukul 20.00 WIB.

Demikian disampaikan Ketua Panitia Pelaksana peringatan ‘Melawan Lupa: 70 Tahun Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946’, Tengku Jack Zaidy didampingi Tengku Fahmi Aulia, OK Aprizal, Tengku Adri, Tengku Nursida Aradea dan Humas Acara Muhammad Rizki saat beraudiensi kepada Waspada Online, Rabu (2/3).

Dikisahkan Tengku Jack, bermula dari kegiatan peringatan 69 tahun Tragedi Kemanusiaan di Sumatera Timur pada 12 Maret 2015 di Mesjid Raya Al Mahsun-Medan, berupa pembacaan do’a bagi arwah atok dan onyang puak Melayu yang menjadi korban keganasan peristiwa tersebut. Dimana pada masa itu turut hadir menyampaikan do’anya adalah Tengku Erry Nuradi yang saat itu sebagai Wakil Gubernur Sumatera Utara.

“Ini adalah tindak lanjut dari acara tahun lalu, maka ada keinginan dari para peserta yang hadir untuk meningkatkan nilai peringatan Tragedi Maret 1946 menjadi lebih memiliki kekuatan lebih besar lagi,” kata Tengku Jack.

Dikatakan Tengku Jack, pada Maret 1946 telah terjadi penyerangan dengan cara penculikan, penahanan, pemerkosaan, pembunuhan, dan perampokan yang di hampir seluruh wilayah Sumatera Timur (kini Provinsi Sumatera Utara, di luar Tanah Tapanuli dan Nias) , terhadap Sultan, kerabat, petinggi kesultanan-kesultanan Melayu, juga masyarakat adat tempatan. Hal serupa juga terjadi di sebagian Simalungun dan Karo.

Ditambahkan Tengku Fahmi, peristiwa Maret 1946 merupakan bagian dari sejarah kelam menuju Indonesia masa kini, yang tidak boleh dihilangkan dari sejarah bangsa. “Dan apa yang menimpa Sumatera Timur ini juga terjadi di banyak wilayah, sebut saja Kalimantan Barat. Kekacauan demi kekacauan, pembunuhan, pemerkosaan, perampasan hak, penyerangan demi penyerangan, hingga sekian banyak orang ketakutan hingga berpindah etnis, berpuncak dari peristiwa Maret 1946 atau bulan lain pada 1946, bahkan tak tercatat dalam buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah,” ungkap Tengku Aulia.

“Tak ada pengusutan, tak ada pengungkapan, tak ada penanggungjawab, tak ada pelajaran yang bisa dipetik, tak ada ingatan, tak ada manfaat yang terasa. Yang ada hanya kematian dan kehancuran,” katanya lagi.

Menurutnya, acara yang akan digelar Jumat (4/3) malam besok, diharapkan memberikan efek melawan lupa kepada generasi pada masa kejadian. Memberikan pengetahuan kepada generasi setelahnya, bahwa catatan sejarah yang kelam ini pernah terjadi di Sumatera Timur tanpa ada siapa yang bertanggungjawab.

“Kita juga berharap, kegiatan ini mendorong pemerintah daerah untuk segera melakukan gerakan melawan lupa untuk tragedi Maret 1946 melalui muatan lokal pada pelajaran tingkat SMP dan SMA. Menyusun rekomendasi ke pemerintah pusat untuk memasukkan peristiwa tersebut sebagai satu sejarah Nasional dan diwujudkan dalam pembentukan tim investigasi tragedi Maret 1946,” jelas Tengku Aulia lagi.

Ditambahkan OK Aprizal, ini akan menampilkan kilas balik ‘Tragedi Revolusi Sosial’ yang akan dikemas dalam bentuk Talkshow interaktif yang diisi dengan beragam aksi seperti pembacaan puisi, narasi, senandung, melukis diatas pasir, pameran foto dan aksi teatrikal. “Menghadirkan para Sultan dari Kesultanan se-Sumatera Timur, Kepala Daerah Se-Sumatera Timur, tokoh masyarakat, saksi sejarah, sejarawan, budayawan dan lembaga-lembaga terkait,” imbuhnya.

Sementara itu, Tengku Adri mengingatkan, acara ini murni panggilan hati nurani, dan tidak ada maksud apapun selain mengingatkan segenap masyarakat luas. “Bahwa kita tak boleh melupakan sejarah. Harus ada pengakuan pemerintah bahwa peristiwa ini adalah bagian dari sejarah,” tuturnya.

Humas Panitia Acara, Muhammad Rizki meminta, tokoh-tokoh adat, khususnya Melayu turut berpartisipasi, sejenak duduk bersama di acara ini. Mengingat dan mengenang apa yang telah terjadi di masa lalu. “Tokoh-tokoh Melayu khususnya harus ikut berperan serta. Peduli dengan adanya sejarah yang telah terjadi di masa lalu,” tutupnya.

Indonesia Siap Tampil di Festival Budaya Terbesar di Eropa

Jakarta - Indonesia siap menjadi guest country pada festival budaya terbesar di Eropa, EUROPALIA 2017, yang akan berlangsung selama empat bulan berturut-turut di berbagai kota di kawasan benua itu.

"Festival tersebut akan menyajikan berbagai karya seni mulai dari musik, lukis, fotografi, film, teater, tarian, sastra, arsitektur, fashion hingga gastronomi," kata Sekretaris Dua Pensosbud KBRI Brusel, Ade Rina Chaerony-Herdiyanto, Kamis (3/03/2016).

Hal itu sebagaimana disampaikan Deputy Chief of Mission (DCM) RI di Brussel, Ignacio Kristanyo Hardojo, yang secara resmi mengumumkan Indonesia sebagai guest country festival budaya terbesar di Eropa, EUROPALIA 2017.

Menurut Sekretaris Dua Pensosbud KBRI Brusel, Ade Rina Chaerony, pengumuman tersebut digelar dalam acara yang berformat cocktail ala Indonesia mengambil tema "Strengthening Indonesian and Belgian Ties: Festival Europalia-Indonesia 2017 and Belgian Economic Mission 2016". Acara itu dihadiri General Manager Europalia International, Baroness Kristine de Mulder dan Chief of Belgian Foreign Trade Agency, Mr Marc Bogaerts.

Pemerintah Indonesia menunjuk mantan Dubes RI, Makarim Wibisono, sebagai General Coordinator bekerja sama dengan General Coordinator Europalia International mempersiapkan konsep promosi budaya Tanah Air.

Dalam rangka Festival Europalia Indonesia 2017, setelah secara resmi Turki menyelesaikan rangkaian kegiatannya sebagai guest country Europalia 2015, Ignacio Kristanyo Hardojo, menyampaikan bahwa Indonesia siap bekerja sama dengan Europalia untuk menyajikan karya seni dan pertunjukan warisan budaya terbaik Tanah Air.

Setelah penandatanganan MoU pada tahun 2015, persiapan festival telah mulai dilakukan dan terus berlangsung hingga saat ini. Kurator seni Indonesia dan Eropa berulangkali melakukan saling kunjung untuk persiapan materi festival.

Europalia Indonesia 2017 ditargetkan menampilkan pertunjukan seni dan budaya dengan ragam dan kualitas yang bukan hanya mengacu pada satu budaya tertentu namun dari berbagai karya budaya terbaik bangsa Indonesia.

Festival akan diselenggarakan selama empat bulan dari Oktober 2017 hingga Januari 2018 berturut-turut di berbagai kota di Eropa, dan akan menyajikan berbagai karya seni mulai dari musik, lukis, fotografi, film, teater, tarian, sastra, arsitektur, fashion hingga gastronomi.

Dalam kesempatan itu Kristanyo Hardojo menekankan pentingnya keikutsertaan diaspora Indonesia dalam penyelenggaraan festival ini sebagai bagian dari penyebaran budaya yang lebih luas dan mendalam.

Indonesia merupakan negara kedelapan di luar Uni Eropa, dan negara ASEAN pertama yang menjadi negara tamu setelah Jepang (1989), Meksiko (1993), Rusia (2005), China (2009), Brasil (2011), India (2013) dan Turki (2015).

Dalam acara cocktail juga ditampilkan tari Saman yang dipersembahkan grup tari anak-anak Tamasya Brussel, kuliner khas Indonesia, serta hasil foto relief Borobudur dari fotografer Belgia Caroline Leloup yang merekam detail setiap relief candi itu untuk dapat dinikmati secara dekat dalam foto berukuran ­1x3 m.

Tradisi Mondosiyo, Masih Eksis di Tengah Gempuran Zaman

Karanganyar, Jateng - Ratusan warga Dusun Pancot, Kelurahan Kalisoro, Tawangmangu berebut ayam pada puncak Upacara Adat Mondosiyo, Selasa lalu. Mereka meyakini akan memperoleh berkah dan terhindar dari malapetaka apabila memiliki ayam itu. Mereka percaya ayam itu bertuah.

Warga mendapat kebebasan menggunakan berbagai cara mengambil ayam yang dilempar ke atap bangunan pasar dusun. Ada yang berusaha menggiring ayam dengan memanjat langit-langit bangunan.

Ada yang memukul-pukul atap bangunan terbuat dari seng. Warga lainnya menggunakan galah umbul-umbul untuk mencegat ayam agar tidak menjauh dari jangkauan.

Warga berebut ayam diiringi gamelan berirama rancak. Itu makin memantik semangat warga berebut ayam. Gesekan fisik antarwarga sering terjadi tetapi tidak membuat warga berkelahi.

Namun, sejumlah anggota kepolisian dan linmas berjaga-jaga apabula situasi memanas. Berebut ayam menjadi sajian utama bersih desa yang digelar setiap tujuh lapan sekali atau pada Selasa Kliwon Wuku Mondosiyo.

“Mondosiyo itu memperingati hari lahir Dusun Pancot. Intinya mengucap syukur kepada Tuhan atas rezeki yang telah diberikan,” kata Kepala Lingkungan Dusun Pancot, Sulardiyanto, dikutip dari Solopos, Kamis (3/3/2016).

Warga menyiapkan uba rampe upacara adat sejak tiga hari sebelum acara. Prosesinya diawali atraksi sejumlah kelompok Reog. Mereka berjalan dari gerbang desa menuju situs batu gilang. Atraksi Reog berhenti setelah kenong dipukul. Selanjutnya, pemangku adat akan menyiramkan air badek atau tape ke situs batu gilang.

Sulardiyanto menceritakan awal mula ritual Mondosiyo. Menurut dia, Mondosiyo berasal dari cerita rakyat setempat. Alkisah Dusun Pancot dikuasai raksasa jahat pemangsa manusia, Prabu Boko.

Raja lalim itu takluk kepada Pangeran Putut Tetuko melalui pertempuran sengit. Singkat cerita, Pangeran Putut Tetuko memenggal dan melemparkan kepala raksasa (Prabu Boko) ke batu. Lantas batu ini dikeramatkan warga dan dikenal sebagai batu gilang.

Sulardiyanto menceritakan bahwa Mondosiyo terus dilaksanakan meskipun kondisi warga paceklik. Sejumlah warga menyimpan doa saat menyerahkan ayam untuk upacara adat. Seperti dilakukan Jiman, 40.

“Nazar supaya doa terkabulkan. Saya membawa ayam dua ekor. Saya berdoa semoga orangtua saya sehat dan lekas sembuh dari sakitnya,” ujar dia.

Pameran Rumah Adat Indonesia Tarik Minat Warga Australia

Canberra, Australia - Rabu, 2 Maret 2016, KBRI Canberra mengadakan pameran budaya di Balai Kartini, Canberra. Tampilan berbagai ragam rumah tradisional di tanah air berhasil memikat perhatian masyarakat Australia.

Ketua DWP KBRI Canberra Nino Nadjib Riphat mengatakan bahwa mempromosikan budaya Indonesia melalui Indonesian Cultural Circle (ICC) merupakan salah satu program utama dari organisasi yang dipimpinnya selama ini.

"Rumah adat Indonesia yang terdiri dari beragam kekhasan desain, arsitektur dan ornamen, perlu diperkenalkan di kalangan masyarakat Australia karena dapat menjadi salah satu daya tarik pariwisata Indonesia yang sangat luar biasa," kata Riphat seperti dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 2 Maret 2016.

Riphat menambahkan bahwa corak rumah adat Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis, alam dan budaya di tanah air. Saking banyaknya ragam rumat adat, tidak semua orang Indonesia, berkesempatan untuk melihat dari dekat rumah tradisional di berbagai provinsi di Indonesia.

Melalui acara yang juga dihadiri oleh istri Duta Besar Brunei Darussalam dan Timor Leste di Canberra ini,inilah diharapkan masyarakat Australia dan anggota WIC berkesempatan mendapatkan pengenalan dan pengetahuan secara langsung mengenai rumah adat Indonesia.

"Kami selama ini sangat aktif menggelar berbagai promosi budaya Indonesia, seperti pameran tekstil dan tenun, pengenalan beragam masakan khas tanah air, dan pameran serta pengenalan alat-alat musik tradisonal dan tarian dari seluruh provinsi di tanah air yang mendapat sambutan sangat positif dari berbagai kalangan di Australia," kata Riphat.

Sementara itu, Iwan Freddy Hari Susanto, Minister Counsellor KBRI Canberra menjelaskan, mayoritas arsitektur rumah tradisional Indonesia didirikan di atas tanah.

Hal ini, kata Iwan, banyak dipengaruhi oleh faktor geografis, kondisi alam, cuaca, dan kearifan lokal. "Maka tak heran jika selain tahan gempa, rumah tradisional di Indonesia umumnya juga ramah lingkungan karena bahan-bahannya diperoleh dari lingkungan sekitar. Filosofi ini menjadi salah satu tradisi yang dipraktekkan masyarakat Indonesia dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup," ucap dia.

Selain mendapatkan paparan dan melihat video rumah tradisional Indonesia dari semua provinsi atau daerah di tanah air, peserta yang datang juga berkesempatan mengikuti lomba mendekorasi dan mewarnai contoh rumah adat Toraja, Honai, Sasak dan Minangkabau. Warga Australia yang hadir pun sangat antusias mengikuti perlombaan ini.

Indonesia Fashion Week 2016 Usung Budaya dan Tradisi Lokal

Jakarta - Perhelatan Indonesia Fashion Week (IFW) 2016 akan segera digelar di Jakarta. Event tahunan kali ke-lima itu, janjikan serangkaian pekan mode yang dikemas lebih menarik dari sebelumnya.

Ajang fashion yang digelar Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan Kerabat Dyan Utama, itu mengusung tema "Reflection of Culture" Indonesia.

"Budaya dan tradisi lokal akan menjadi fondasi dan referensi dari setiap desain para desainer Indonesia," kata Koordinator IFW 2016 Musa Widyatmojo saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (2/3).

Dia menambahkan, sebanyak 478 brand dengan 10.200 outfits akan dipamerkan di IFW 2016. "Sekitar 34 fashion show dengan total 1.746 outfits dari sejumlah desainer Indonesia akan diperagakan," sebutnya.

IFW tak sekadar menampilkan karya fashion desainer Indonesia. Namun, memberikan kesempatan desainer internasional untuk memamerkan karyanya dalam ajang bergengsi di IFW 2016.

"Desainer internasional dari Malaysia, Australia, jepang, dan Italia sudah confirm untuk memamerkan karya fashionnya di IFW," sebut desainer Indonesia itu.

Selain itu, IFW 2016 juga akan dimeriahkan oleh sejumlah artis ternama tanah air. Antara lain, Raffi Ahmad, Melly Goeslaw, Rossa, Krisdayanti. "Dan artis lainnya," kata Musa.

Tak hanya pamer karya fashion, IFW juga akan menghelat sejumlah acara berupa talkshow, workshop, hingga kompetisi desain yang dikemas dalam Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC).

Kompetisi fashion desainer muda itu ditujukan untuk meretaskan bibit muda dalam bidang fashion desain yang dapat diserap oleh pasar lokal dan internasional. Sebanyak 15 finalis yang telah masuk dalam IYFDC.

Para finalis ini nantinya akan memamerkan karya rancangannya di panggung IFW dan dipilih empat orang sebagai pemenang oleh sembilan juri. Indonesia Fashion Week 2016 akan digelar pada 10-13 Maret 2016 Convention Center.

3 Festival Budaya Andalan Sulawesi Tenggara Masuk Kalender nasional

Kendari, Sultra - Tiga kegiatan pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang digelar setiap tahun, saat ini telah masuk kalender tetap Pariwisata Nasional.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sultra, Zainal Kudus mengatakan ketiga kegiatan pariwisata yang sudah masuk kalender tetap Pariwisata Nasional tersebut yakni Halo Sultra, Festival Budaya Buton dan Festival Wakatobi.

"Kegiatan Halo Sultra digelar setiap bulan April bertepatan dengan rangkaian perayaan Hari Ulang Tahun Provinsi Sultra," katanya.

Sementara Festival Budaya Buton diselenggarakan pada setiap Agustus dan Festival Wakatobi digelar setiap September.

"Pemasaran dari ketiga kegiatan itu belum optimal dilakukan, sehingga belum menjadi magnit bagi wisatawan mancanegara untuk menyaksikan ketiga even tersebut," katanya.

Menurut dia, belum optimalnya pemasaran dari ketiga kegiatan pawisata tersebut dikarenakan alokasi anggaran yang disediakan Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten masih sangat terbatas.

Selain itu kata dia, sumber daya manusia yang memasarkan ketiga kegiatan tersebut belum mampu meyakinkan para wisatawan untuk datang saat penyelenggaraan ketiga even itu.

"Oleh karena itu, mulai tahun ini kita mulai melatih kader-kader pariwisata yang akan memasarkan ketiga even tersebut termasuk mempromosikan berbagai potensi pariwisata di daerah ini," katanya.

Menurut dia, daerah Sultra memiliki banyak potensi pariwisata, terutama Wakatobi yang saat ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional setelah kabupaten itu masuk 10 destinasi pariwisata unggulan Indonesia.

Selain potensi pariwisata alam bawah laut Wakatobi yang dihuni 750 jenis terumbu karang kata dia, Sultra juga memiliki potensi pariwisata sejarah, kebudayaan, kuliner dan wisata alam.

"Wisata sejarah banyak terdapat di Kota Baubau, Buton, Muna dan Bombana dan Wakatobi, sedangkan potensi wisata budaya, kuliner dan wisata alam terdapat di semua kabupaten dan kota se Sultra," katanya.

Paduan Kisah Yunani dan Tarian Indonesia di London

London, Inggris - Sebuah teater kontemporer di pusat kota London, The Cockpit, menampilkan drama klasik Yunani, Hippolytos, yang dikemas dengan tari Bali dan Jaipongan, dibawah arahan Dr Margaret Coldiron, yang pernah belajar tari di Bali.

Drama Yunani dengan sentuhan Indonesia ini pertama kali ditampilkan tahun 1998 lalu dalam Konferensi Triennial Classics di Cambridge Inggris. Setahun kemudian ditampilkan di London, sebelum dibawa ke Siprus, dan Amerika Serikat.

Iringan musik kontemporer diramaikan dengan dengan gamelan, yang dipimpin Manuel Jimenez, salah seorang guru gamelan di London.

Kemudian muncul gagasan menghidupkannya kembali untuk tahun 2016 dan persiapan pertunjukan di Teater The Cockpit London ini sudah dimulai sejak Bulan Desember 2015 dengan menggunakan naskah yang diadaptasi oleh Yana Zarifi dan Jamie Masters.

Dusun Patoman Tengah, "Bali" Kecil di Kabupaten Banyuwangi

Banyuwangi, Jatim - Tiga pemuda terlihat sibuk memotong bambu, sedangkan dua orang lain menghias ogoh-ogoh di sebuah dusun yang dilengkapi dengan tempat persembayangan umat Hindu.

Mereka bercakap-cakap dengan bahasa Bali. Aksen mereka pun sangat kental seperti penduduk Pulau Dewata.

Mereka adalah warga Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini, sebagian warga di sana tengah disibukkan dengan membuat ogoh-ogoh untuk perayaan hari raya Nyepi pada Rabu (9/3/2016) pekan depan.

"Di sini bahasa ibunya adalah bahasa Bali, tapi kami semua bisa menggunakan bahasa Jawa, bahasa Madura, bahkan bahasa Using yang asli Banyuwangi," kata tetua dusun I Gusti Putu Sudana kepada Kompas.com, Rabu (2/3/2016).

Bukan hanya bahasa, semua tatanan rumah, adat, budaya yang digunakan di desa tersebut menyerupai yang ada di Bali.

Lelaki kelahiran 20 Februari 1963 tersebut menuturkan bahwa warga dusun Patoman berasal dari delapan kota atau kabupaten di Pulau Bali.

Pada tahun 1950-an, banyak warga Bali yang pindah ke Banyuwangi karena tradisi keselong atau pengasingan karena menikah dengan kasta berbeda.

"Ini dulu ya saya dapat cerita dari orang-orang tua. Kita mengenal empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Karena menikah tidak satu kasta, maka mereka diasingkan dan berpindah ke Banyuwangi," ujarnya.

Mereka kemudian membentuk kampung Bali di tengah Kota Banyuwangi. Karena jumlah mereka semakin banyak, sebagian di antaranya mencari tanah yang lebih luas di sekitar kota. Salah satunya adalah Dusun Patoman Tengah, Desa Patoman.

Mereka kemudian menata kampung persis dengan tatanan leluhur mereka di Pulau Dewata, termasuk penataan tempat persembayangan. Kampung itu juga memiliki kayangan tigo yang terdiri dari Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalam seperti di Bali.

"Kami juga mengadakan Ngaben setiap 4 tahun sekali termasuk juga upacara upacara adat lain. Termasuk juga susunan pemerintahan mulai dari parisada, klian adat serta pemangku," kata Sudana.

Promosi Budaya ke Eropa, Papua Bawa Tari Honong

Jakarta - Grup tari Honong asal Sentani, Kabupaten Jayapura pada Maret 2016 rencananya akan bertolak ke Berlin, Jerman untuk mempromosikan budaya Papua.

Theo Yepese, Pimpinan Grup Tari Honong di Jayapura, Rabu (02/03/2016), mengatakan selain budaya Papua yang akan dipromosikan, pihaknya juga akan mengenalkan Festival Danau Sentani ke ranah internasional.

"Rombongan Grup Tari Honong ini akan memberangkatkan 13 personelnya ditambah dengan beberapa tim dari Kabupaten Jayapura," katanya.

Menurut Theo, pihaknya akan mengenalkan budaya Papua melalui tari-tarian, pakaian adat dan kesenian maupun kerajian khas Bumi Cenderawasih.

"Dengan adanya promosi ini diharapkan budaya dan adat istiadat Papua khususnya Kabupaten Jayapura dapat lebih dikenal oleh masyarakat umum yang ada di luar negeri," ujarnya.

Dia menjelaskan keberangkatan Grup Tari Honong ini didukung oleh pemerintah daerah Kabupaten Jayapura melalui pembiayaan dan penyediaan akomodasi.

"Kami berharap tidak hanya Grup Tari Honong yang bisa mempromosikan budaya Papua ke luar negeri, tetapi juga grup seni lainnya," katanya.

Dia menambahkan pihaknya juga akan membawakan atraksi pangkur sagu yang terkenal dari Papua sehingga tarian dan lagu asli Bumi Cenderawasih ini akan diketahui masyarakat luas.

11 Raja Pastikan Berkumpul di Singkawang

Singkawang, Kalbar - Ketua Majelis Kerajaan Kalimantan Barat, Pangeran Ratu Kertanegara, H Gusti Kamboja menyambut positif dilangsungkannya Parade Kebudayaan Melayu se-Kalimantan Barat.

Kegiatan ini akan digelar di Singkawang pada 3-5 Maret mendatang. Belasan raja juga sudah memastikan kehadiran di Singkawang.

Menurut Raja Kerajaan Matan Tanjungpura ini, dalam keberagaman etnis di Kalimantan Barat harus saling menjaga keharmonisan sekaligus mengekalkan tradisi.

“Bagaimanapun juga di Kalbar ada etnis Melayu, yang memberikan warna dan dalam parade ini menjadi upaya kita mengekalkan tradisi dan menjaga harmonisasi, agar harmonisasi tidak hanya sekadar wacana di atas kertas saja ,” kata Kamboja melalui ponselnya, Senin (29/2/2016).

Kamboja menuturkan, harmonisasi yang dimaksud adalah dalam parade kebudayaan ini pula diperkenankan seluruh warga untuk datang menyaksikan, seperti halnya ketika Singkawang menggelar event besar pariwisata kemarin.

“Siapapun boleh datang, bukan hanya tontonan etnis Melayu saja. Kita tentu berharap event seperti ini dapat menjadi agenda tahunan sekaligus menjadi dorongan pertumbuhan dunia pariwisata di Kalbar umumnya dan Singkawang khususnya,” katanya.

Dalam rangkaian acara nanti, kata Kamboja juga akan diisi dengan deklarasi sekaligus pengukuhan Ikatan Cendekiawan Keraton Nusantara (ICKN) wilayah Kalbar, yang dihadiri oleh Eksekutif Presidium ICKN pusat Prof Dr Muhammad Asdar yang juga Raja Bantoa Maros Sulawesi Selatan.

“Sekaligus melakukan pengukuhan pengurus untun ICKN Kalbar ,” kata pria yang juga tercatat sebagai Presidium ICKN pusat ini.

Ketua Panitia Parade Kebudayaan Melayu se-Kalbar, Robi Sanjaya mengatakan, parade juga akan dihadiri oleh kesultanan dari luar Kalbar, antara lain Kesultanan Palembang, Kesultanan Maros, Kesultanan Banjar dan Kesultanan Brunei Darussalam.

"11 raja di Kalbar akan datang diacara kita nanti. Terakhir raja dari Mempawah yang sudah konfirmasi akan datang menghadiri acara," ujar Robi, Senin (29/2).

11 orang raja yang telah dipastikan datang menghadiri acara adalah dari Kerajaan Matan Tanjungpura, Pangeran Ratu Kertanegara, H Gusti Kamboja, Kerajaan Sanggau, Pangeran Ratu Suryanegara H Gusti Arman, Kerajaan Ismahayana Landak, Raja Iswaramahayana Dipati Karang Tanjung H Gusti Suryansah.

Berikutnya Kerajaan Tayan, Penembahan Anom Pakunegara Gusti Yusri, Kerajaan Kubu, Pemangku Adat Kerajaan Syarif Muhammad Alaydrus, Kerajaan Sekadau, Pangeran Agung Gusti Muhammad Efendi, Kerajaan Mempawah, Pangeran Ratu Mulawangsa Mardan Adijaya.

Akan hadir pula dari Kesultanan Sambas, Putra Mahkota Pangeran Muhammad Tarhan, Kesultanan Sintang, Sultan H Raden Muhammad Ichsan Danu Perdana, Kesultanan Simpang, Sultan Djamaludin II, H Gusti Mulya dan Kesultanan Pontianak, Sultan H Syarif Abubakar Alqadrie.

Sebagian Besar Naskah Kuno Nusantara Tak Terawat

Jakarta - Sebagian besar khazanah naskah kuno Nusantara belum terpelihara secara baik serta belum digali kandungan isinya secara optimal, sehingga upaya penelitian dan pengkajian serta bedah naskah kuno dimaksud perlu ditingkatkan.

"Sebagian besar khazanah naskah kuno belum terpelihara secara baik, padahal dalam tradisi bangsa apapun, naskah kuno menyimpan rekaman sejarah kebudayaan masyarakat yang menghasilkannya," kata ahli Filologi Manuskrip-manuskrip Islam, Prof Dr Oman Fathurahman kepada pers di Jakarta, Selasa.

Menurut Oman, dalam konteks Indonesia, naskah-naskah kuno berupa tulisan tangan yang ada merupakan bukti bahwa tingkat literasi nenek moyang bangsa Indonesia sudah "melek aksara" sejak ratusan tahun lalu.

Bagi Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, sebuah bangsa yang maju adalah bukan bangsa yang mencampakkan masa lalunya, melainkan mereka yang merawat dan merevitalisasi peninggalan bangsanya yang bernilai tinggi untuk keperluan masa kini dan masa depan.

"Jadi, upaya-upaya pelestarian, pengkajian, dan penyebarluasan isi naskah-naskah kuno melalui berbagai sarana dan media harus terus digalakkan," ujar pria kelahiran Kuningan pada 8 Agustus 1969 itu.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan penelitian di lapangan, ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat Nusantara untuk menulis naskah itu berjumlah tidak kurang dari 20 kelompok bahasa.

Kelompok bahasa dimaksud adalah bahasa Aceh, Arab, Bali, Batak, Belanda, Bugis-Makassar-Mandar, Jawa dan Jawa Kuno, Madura, Melayu, Minangkabau, Sanskerta, Sasak, Sunda dan Sunda Kuno, Ternate, dan Wolio.

"Ini belum termasuk bahasa-bahasa minoritas yang dijumpai di bagian Indonesia Timur, Kalimantan, dan Sumatera Selatan," kata Oman yang pernah mendapat beasiswa dari Ecole Francaise dExtreme-Orient (EFEO), lembaga donatur asal Prancis yang peduli pada penelitian benda purbakala.

Ratusan ribu naskah dengan ragam bahasa dan aksara tersebut diwarisi atas nama satu wadah negara-bangsa, yaitu Indonesia. Naskah-naskah itu menegaskan bahwa jati diri bangsa Indonesia sejatinya adalah bangsa yang multietnis, multibahasa, dan multiagama.

Oleh karena itu, lanjut Oman, menolak keragaman dan kebhinekaan, baik dalam hal etnis, budaya, maupun paham keagamaan merupakan sikap yang ahistoris dan bukan jati diri bangsa Nusantara.

Jakarta - Sebagian besar khazanah naskah kuno Nusantara belum terpelihara secara baik serta belum digali kandungan isinya secara optimal, sehingga upaya penelitian dan pengkajian serta bedah naskah kuno dimaksud perlu ditingkatkan.

"Sebagian besar khazanah naskah kuno belum terpelihara secara baik, padahal dalam tradisi bangsa apapun, naskah kuno menyimpan rekaman sejarah kebudayaan masyarakat yang menghasilkannya," kata ahli Filologi Manuskrip-manuskrip Islam, Prof Dr Oman Fathurahman kepada pers di Jakarta, Selasa.

Menurut Oman, dalam konteks Indonesia, naskah-naskah kuno berupa tulisan tangan yang ada merupakan bukti bahwa tingkat literasi nenek moyang bangsa Indonesia sudah "melek aksara" sejak ratusan tahun lalu.

Bagi Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, sebuah bangsa yang maju adalah bukan bangsa yang mencampakkan masa lalunya, melainkan mereka yang merawat dan merevitalisasi peninggalan bangsanya yang bernilai tinggi untuk keperluan masa kini dan masa depan.

"Jadi, upaya-upaya pelestarian, pengkajian, dan penyebarluasan isi naskah-naskah kuno melalui berbagai sarana dan media harus terus digalakkan," ujar pria kelahiran Kuningan pada 8 Agustus 1969 itu.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan penelitian di lapangan, ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat Nusantara untuk menulis naskah itu berjumlah tidak kurang dari 20 kelompok bahasa.

Kelompok bahasa dimaksud adalah bahasa Aceh, Arab, Bali, Batak, Belanda, Bugis-Makassar-Mandar, Jawa dan Jawa Kuno, Madura, Melayu, Minangkabau, Sanskerta, Sasak, Sunda dan Sunda Kuno, Ternate, dan Wolio.

"Ini belum termasuk bahasa-bahasa minoritas yang dijumpai di bagian Indonesia Timur, Kalimantan, dan Sumatera Selatan," kata Oman yang pernah mendapat beasiswa dari Ecole Francaise dExtreme-Orient (EFEO), lembaga donatur asal Prancis yang peduli pada penelitian benda purbakala.

Ratusan ribu naskah dengan ragam bahasa dan aksara tersebut diwarisi atas nama satu wadah negara-bangsa, yaitu Indonesia. Naskah-naskah itu menegaskan bahwa jati diri bangsa Indonesia sejatinya adalah bangsa yang multietnis, multibahasa, dan multiagama.

Oleh karena itu, lanjut Oman, menolak keragaman dan kebhinekaan, baik dalam hal etnis, budaya, maupun paham keagamaan merupakan sikap yang ahistoris dan bukan jati diri bangsa Nusantara.

Indonesia Bakal Gaet Wisatawan Malaysia di MATTA Fair 2016

Jakarta - Malaysia menjadi salah satu pasar potensial bagi pariwisata Indonesia. Guna menarik minat wisatawan asal Malaysia berkunjung ke Indonesia, Kementerian Pariwisata bakal tampil di ajang Malaysian Association of Tour and Travel Agents (MATTA) Fair 2016 pada 11-13 Maret di Kuala Lumpur Malaysia.

MATTA Fair 2016 merupakan ajang berkumpulnya pasar pariwisata Malaysia. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Wonderful Indonesia akan selalu tampil pameran pariwisata di negeri jiran itu. "Bukan hanya di MATTA 2016, di beberapa kota di Malaysia, kami juga hadir, karena Malaysia adalah pasar utama kami," ujar Menpar dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/3).

Selama ini, Malaysia dan Indonesia kerap bersaing dalam dunia pariwisata. Namun, kedua negara bertetangga ini juga biasa terlibat kerja sama untuk mengembangkan pasar bersama. "Kami bersaing dalam achievement, mengejar capaian turism. Tapi kami juga bekerjasama dalam berbagai travel mart," ungkap Arief. Menpar mencontohkan, di ajang pameran pariwisata berkelas dunia, ITB Berlin, pemasaran bersama kawasan ASEAN bakal dilangsungkan di booth nya Malaysia.

MATTA Fair 2016 menajdi rujukan warga Malaysia dalam mencari alternatif tujuan wisata ke luar negeri. Karenanya, para pelaku industri pariwisata diberi misi mengajak wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. "Indonesia akan memaksimalkan keikutsertaan dalam Matta Fair 2016 di Kuala Lumpur dengan menawarkan obyek wisata di sejumlah daerah sebagai destinasi liburan yang menarik untuk dikunjungi," imbuh Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana.

Menurut Pitana, Malaysia adalah pasar potensial bagi pariwisata Indonesia. Selain dekat secara geografis, Malaysia juga dekat secara budaya, sama-sama rumpun Melayu.

Dalam MATTA Fair 2016 nanti, Kemenpar fokus pada pengembangan 10 destinasi prioritas yang sering disebut 10 Bali baru itu.

Ke-10 destinasi prioritas itu antara lain, Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Borobudur Jawa Tengah, Bromo di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Tanjung Lesung di Banten, Morotai di Maluku Utara, Kepulauan Seribu di Jakarta, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara.

”Kita menjual destinasi yang menarik, agen travel lokal menyediakan perjalanan ke tujuan destinasi. Saat ini, Indonesia kembali diakui sebagai ASEAN favorite destination. Mengunjungi Indonesia tidak akan rugi,” papar Pitana.

Soal harga, kata dia, Indonesia masuk ke dalam urutan nomor 3 paling ekonomis di dunia. Menurut dia, alamnya pun jauh lebih kuat, lebih indah, dan lebih bisa dinikmati.

Selain memasarkan 10 destinasi utama, di pameran yang diprediksi akan dihadiri sekitar 100 ribu pengunjung itu, Indonesia juga menawarkan liburan di Pulau Dewata Bali, menikmati keberagaman dan warisan budaya berupa Candi Borobudur yang merupakan situs warisan dunia UNESCO dan Candi Prambanan di Yogyakarta.

Tak cuma itu, Indonesia juga menawarkan menyelam di Raja Ampat yang masih perawan, belanja murah di Jakarta dan Bandung, bermain golf murah tanpa antre dengan lapangan standar internasional, spa dan perawatan kecantikan tradisional, serta lingkungan yang bersahabat bagi keluarga.

Kasultanan Kasepuhan Cirebon Gelar Festival Budaya Pasanggrahan Sunyaragi

Cirebon, Jabar - Kasultanan Kasepuhan Cirebon bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata bakal mengadakan sebuah festival budaya bertajuk Gelar Seni Pasanggrahan Sunyaragi, mulai 12 Maret - 5 November 2016.

Festival ini dikemas dengan dalam sebuah acara yang menampilkan perpaduan budaya. Dominasinya, akan terlihat pada balutan budaya Cirebon, Persia dan Tiongkok. Ada Topeng Panji, Topeng Samba, Tari Tangan Seribu, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, Topeng Jinggananom dan Topeng Klana yang siap menyapa. Belum lagi genjring rudat sidapurna, tari adipatikana, Gandamana dan Tari Tayub.

"Kami berterima kasih kepada Pak Sultan yang menggagas dan mempromosikan seni budaya Cirebon. Seni budaya Cirebon merupakan potensi luar biasa termasuk Sunyaragi. Insya Allah, mampu menggaet wisatawan mancanegara," ujar Sesmen Kemenpar Ukus Kuswara, dalam rilisnya, Selasa (1/3).

Sultan Sepuh XIV Kasultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat, juga punya semangat yang sama dengan Ukus. Dia optimistis Pasanggrahan Sunyaragi 2016 bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Cirebon.

"Gua Sunyaragi sebagai situs sejarah bisa dimanfaatkan untuk mengangkat kebudayaan dan pariwisata Cirebon," kata Sultan.

Semua itu bakal ditampilkan pada even yang digelar 12 Maret, 9 April, 7 Mei, 4 Juni, 9-10 Juli, 13 Agustus, 3 September, 1 Oktober dan 5 November 2016. "Tiap bulan akan rutin kami gelar. Acaranya didukung 15 nayaga dan 7 penari,” ungkap Sultan.

Dengan agenda ini, Sultan optimistis bisa menjaring 2 juta wisatawan di 2016. Targetnya naik dua kali lipat dari capaian 2015 yang menembus 1 juta kunjungan wisatawan.

Bila dilihat dari segi transportasi dan akomodasi, Cirebon pantas pede. Maklum, infrastruktur sekarang sudah sangat memadai. Dari sisi transportasi, jalur daratnya sudah bisa dilalui tol Cipali. Belum lagi akses rel kereta double track Jakarta-Cirebon, Yogyakarta-Cirebon dan Semarang-Cirebon. Setidaknya ada 200 perjalanan kereta yang melintasi kota Cirebon.

“Sejak 2015, ada 4 kapal pesiar asal Inggris, Perancis, Australia dan Singapura yang bersandar ke pelabuhan Cirebon. Dan nanti pada 2017 Bandara Internasional Jawa Barat juga akan selesai dibangun.Akses ke Cirebon akan makin mudah lagi,” papar Sultan.

Kemudahan akses tadi juga diimbangi dengan kesiapan akomodasi. Hingga akhir 2015, pertumbuhan hotel di Cirebon meningkat sangat tajam. Dalam kurun dua tahun, hampir 200 hotel berdiri di wilayah Cirebon. "Jadi target 2 juta kunjungan wisatawan saya kira sangat realistis. Kami ingin pariwisata Cirebon bisa mengejar Bali,” kata Sultan.

Menpar Arief Yahya menaruh hormat kepada Sultan yang sangat menjiwai semangat pariwisata. Gelar budaya yang digagas itu akan menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu wisatawan. "Mudah-mudahan ini menginspirasi pusat-pusat kebudayaan yang lain. Pesona Indonesia ada dan hidup di mana-mana," kata Arief.

"Amazing" Pesona Seni-Budaya Indonesia Merebut Hati Masyarakat Orlando

Florida, AS - “Amazing”, “Its so colorful”, “Beautiful”, demikian berbagai komentar para penonton saat menyaksikan diaspora Indonesia melewati ratusan penonton Dragon Parade di sepanjang jalan menuju Fashion Square Mall, Orlando, tempat penyelenggaraan Dragon Parade Lunar New Year Festival, Minggu (14/2/2016).

Iring-iringan parade diaspora Indonesia dimulai dengan 2 pemuda membawa spanduk bertuliskan Indonesia. Kemudian berturut-turut pembawa lambang burung Garuda dan ogoh-ogoh dari Bali yang menggambarkan monster pembawa kebatilan dan nantinya harus dibakar untuk menjauhkan keburukan dan kejahatan.

Setelah itu diikuti oleh anak-anak generasi penerus Indonesia di Florida dan gadis-gadis remaja yang menampilkan tari Poco Poco sepanjang jalan.

Iring-iringan parade diakhiri oleh 7 ibu-ibu muda membawakan tari Jathilan ala Ponorogo serta ditutup oleh rombongan keluarga-keluarga Indonesia yang bertempat tinggal di Florida.

Partisipasi aktif merayakan Tahun Baru China ini merupakan yang kedua kalinya diikuti oleh masyarakat Indonesia di Florida dan dikoordinir oleh Vida Florida atau Voice of Indonesians in Florida.

Vida, demikian nickname organisasi ini, adalah sebuah organisasi nirlaba diaspora Indonesia di Florida yang didirikan pada pertengahan tahun 2013 dengan tujuan untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia di seluruh negara bagian Florida.

“Parade tahun ini sangat menarik bagi kami, karena kami dibantu oleh anak-anak grade 5 sampai dengan grade 7 dari Montesorri School, City of Celebration, FL," ujar Putri Anglingkusumo, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Vida.

Sebelumnya, lanjut Putri, mereka diminta oleh guru mereka untuk membuat projek tentang Indonesia, dan sesudah itu, selama seminggu mereka tampilkan karya-karya mereka tersebut di hadapan masyarakat setempat.

"Dan hari Minggu (14/2/2016) itu, mereka tampak bahagia sekali bisa memakai warna-warni busana anak-anak Indonesia dari berbagai daerah dan berjalan bersama kami semua," kata Putri Anglingkusumo.

Selesai parade, acara dilanjutkan di dalam Fashion Square Mall, di mana berbagai negara dari Asia memperlihatkan keindahan seni dan budaya negaranya masing-masing.

Acara ini begitu menarik perhatian ribuan penonton yang khusus datang untuk melihat acara yang telah berlangsung selama 4 tahun terakhir.

“Vida menampilkan Tari Genjring (tari kontemporer dari beberapa daerah di Indonesia), Tari Lenggang Nyai (Jakarta) dan Tari Kiprah Sikarang (Aceh) serta tak ketinggalan yaitu penampilan perdana Vida Angklung dalam acara ini,” ungkap Yuni S Rucky, koordinator Vida Arts and Culture.

"I love this song, its so touching," ungkap Oliverio Gutierrez, pemilik toko pakaian dari Colombia yang khusus datang untuk menyaksikan acara ini, ketika mendengar lagu “Alusi Au” dari Sumatera Utara dibawakan oleh Vida Angklung Orchestra.

Dalam acara yang dihadiri oleh ribuan masyarakat Orlando ini, Vida juga membuka booth makanan dengan nama Vida Pujasera atau Pusat Jajan Serba Ada.

Menariknya, banyak pembeli yang ingin merasakan kuliner khas daerah Indonesia. Dan tak lupa pula, dilakukan penjualan batik dan cinderamata dari Indonesia.

"They came, they danced, they played angklung and sang, and now, they won our hearts. Mereka datang, mereka menari, mereka bermain angklung dan bernyanyi, dan sekarang, mereka merebut hati kami," demikian diungkapkan oleh salah seorang panitia penyelenggara kepada penulis, yang selama 2 tahun ini rajin mengikuti penampilan-penampilan Vida Florida di Orlando.

Pemkot Angkat Budaya Asli Pekalongan

Pekalongan, Jateng - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan berkomitmen mengangkat budaya asli Kota Pekalongan. Pemkot Pekalongan akan memberikan ruang pentas dan apresiasi seni budaya untuk mengangkat dan melestarikan budaya asli Kota Pekalongan. Hal ini disampaikan Wali Kota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid pada acara Silaturahmi Budayawan dan Seniman se-Kota Pekalongan bertajuk ”Pekalongan Berbudaya” di Galeri batik dan kafe Garuda Madong Kencana (GMK), Minggu (28/2) malam.

Menurut dia, semangat melestarikan budaya asli Kota Pekalongan sudah disinergikan dengan visi misi wali kota dan wakil wali kota Pekalongan. Sehingga budaya-budaya asli Pekalongan akan terus diangkat. ”Semua sudah tercover dalam visimisi kami. Akan terus kami dukung tentunya dan dengan berlandaskan religius pastinya,” terangnya.

Alex, sapaan Wali Kota tersebut, mengatakan, Pemkot Pekalongan akan mendukung dan mengakomodir berbagai pentas budaya. Bahkan, lanjut dia, Pemkot Pekalongan tengah memikirkan pembangunan gedung kesenian. ”Sedang dipikirkan lokasinya. DPU sedang membangun gedung baru di GOR Jetayu. Nanti akan ditanyakan realisasi dan percepatan pembangunan gedung tersebut. Apakah nanti kegiatan budaya akan dipusatkan di sana,” sambungnya.

Acara tersebut diselenggarakan Forum Rakyat Pekalongan Bersatu (FRPB). Ketua FRPB, Eko Priono mengatakan, sudah saatnya Kota Pekalongan berkomitmen bersama dalam meningkatkan semangat dalam menggali budaya-budaya asli Kota Pekalongan. Sebab, menurut dia, salah satu kekayaan Kota Pekalongan adalah budaya yang sangat beragam.

”Ragam budaya kita sebenarnya sangat banyak. Sebab, Kota Pekalongan dulu merupakan kota transit sehingga ragam budaya terus bermunculan dan sangat kompleks sekali. Tapi itu semua perlahan terkikis,” kata Eko.

Wakil Wali Kota Mochammad Saelany Machfudz membacakan puisi karyanya berjudul ”Senandung Kali Loji” pada acara tersebut. Acara yang dimeriahkan dengan berbagai tarian dari Kota Pekalongan dihadiri budayawan dan seniman di Kota Pekalongan. Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo juga hadir pada acara tersebut.

Mentawai Gelar Atraksi Budaya Sambut Gerhana Matahari

Mentawai, Sumbar - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) menggelar atraksi budaya menyambut dan memeriahkan fenomena alam gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.

"Seluruh kegiatan untuk menyambut gerhana matahari total akan dipusatkan di Desa Silabu, Pulau Pagai Utara, sehari sebelum gerhana kami akan menampilkan berbagai atraksi budaya khas Mentawai," Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Mentawai, Desti Seminora di Tuapejat, Senin.

Ia menjelaskan, kegiatan yang bertajuk "Mentawai Total Solar Eclipse 2016" itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan menyambut festival pesona Mentawai yang akan digelar pada 19 sampai 21 April 2016.

Desti menambahkan, selain menggelar berbagai kegiatan menyambut GMT 2016 tersebut, pihaknya juga akan membagikan kacamata dan melakukan sosialisasi tentang fenomena gerhana matahari kepada masyarakat.

"Selain pengamatan gerhana, kegiatan tersebut juga diisi dengan penampilan seni, kuliner tradisional, kembang api dan ibadah lintas agama," katanya.

Ia mengatakan, Mentawai sebagai salah satu tempat yang dapat mengamati gerhana matahari total tersebut dapat menjadi sarana promosi dan meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke daerah tersebut.

Lebih lanjut ia menambahkan, dalam menggelar kegiatan itu, pihkanya juga menjalin kerjasama dengan salah satu pengelola resort yang ada di pulau tersebut, dalam hal ini Macaronis resort.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Mentawai, Edi Sukarni mengatakan pihaknya juga akan melibatkan diri untuk memeriahkan dan menyambut fenomena alam tersebut.

"Kami akan mengumpulkan masyarakat nelayan yang ada di pulau itu dan menggelar berbagai aksi untuk lingkungan," katanya.

Ia menambahkan, fenomena gerhana matahari total harus disosialisasikan kepada masyarakat banyak agar dapat dipahami tentang peristiwa tersebut.

Disbudpar: Ajang Budaya Solo Belum Ampuh Tarik Wisatawan

Surakarta, Jateng - Berbagai ajang budaya baik yang bertaraf nasional maupun internasional yang digelar belum mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Solo.

"Ya sementara ini ada 13 'event' yang bertaraf nasional maupun internasional yang digelar tetapi juga masih belum menjadikan daya tarik bagi wisatawan utamanya wisatawan asing," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkot Surakarta Eny Tyasni Suzana kepada wartawan di Solo, Senin (29/2).

Eny mengaku Disbudpar akan terus berupaya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke kota tersebut.

"Ya kalau wisatawan dalam negeri peningkatannya cukup signifikan. Hanya saja untuk wisatawan asing masih sangat jarang," kata Eny.

Disbudpar juga terus melakukan promosi bekerja sama dengan hotel-hotel berbintang dan biro-biro perjalanan yang banyak melayani pelanggan dari luar negeri.

Disbudpar juga mulai aktif dalam mengikuti berbagai ajang internasional selain juga menggunakan media sosial untuk promosi.

Eny mengatakan anggaran yang dialokasikan Pemkot untuk menggelar ajang berkelas nasional maupun internasional cukup terbatas.

"Ya, kalau anggarannya, terbatas, sebab dari kebutuhan kita untuk 'mensupport' (mendukung) 'event' ini dibutuhkan lebih dari Rp 10 miliar. Sedangkan tahun ini saja untuk keseluruhan 'event', kita hanya diberikan anggaran sebesar Rp5 miliar saja," katanya.

Ia mengatakan 13 ajang berskala nasional dan internasional itu tidak semua diberikan dukungan anggaran dari Pemkot Surakarta.

Beberapa ajang yang mendapat alokasi anggaran dari Pemkot Surakarta yakni Solo Culinary Festival, Grebeg Sudiro, Solo International Performing Art (SIPA) dan Solo Batik Carnival (SBC) meski tidak menutup seluruh biaya.

"Sebab anggaran kita terbatas. Namun biasanya kita memberikan rekomendasi agar mereka mampu mencari sponsor dana secara mandiri. Biasanya bantuan kita lebih ke arah sana," jelasnya.

Ia mengatakan untuk pertanggungjawabannya, selalu ada pelaporan pada Pemkot, hanya saja jika dukungan dana berasal dari pihak lain, biasanya pertanggungjawaban dana dilaporkan pada pemberi dana.

"Laporan pertanggungjawaban yang dilaporkan pada kita hanya yang mendapat alokasi dana dari Pemkot. Kalau dapatnya dari sponsor ya laporannya ke sponsor. Kita biasanya sudah tidak menerima laporan pertanggungjawaban," katanya.

Ajang berskala nasional dan internasional yang digelar di Solo tahun 2016 adalah Festival Jenang, Haul Habib, Solo Culinary Festival, Solo 24 Jam Menari, Solo Investment Trade and Tourism Expo (Sittex), SBC, SIPA, Festival Payung, Solo City Jazz, Srawung Seni Sakral, Solo Batik Fashion, Bamboo Biennale, dan Festival Topeng.

Seabad Sleman Diramaikan dengan Gelar Seni Ogoh-Ogoh

Sleman, DIY - Dalam rangka menyemarakkan hari jadi Kabupaten Sleman ke 100, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat akan menghelat gelar seni ogoh-ogoh dengan tema “Fantasi Flora Fauna Hutan Salimar”. Acara ini rencananya akan berlangsung pada Selasa (8/3) mendatang.

Menurut Kepala Disbudpar Sleman, AA Ayu Laksmidewi, kirab ogoh-ogoh ini akan diikuti oleh 20 komunitas. Agenda kesenian ini akan digelar pada pukul 13.00 WIB dari kompleks Pasar Kutu Tegal Sinduadi Mlati menuju Jalan AM Sangaji. "Tepatnya, nanti finish di sekitar RS Sakina Idaman sepanjang 1,5 kilometer," tutur Ayu, Senin (29/2).

Ia menambahkan, penyelenggaraan gelar seni ogoh-ogoh ini merupakan yang kedua kalinya untuk menyemarakkan Hari Jadi Kabupaten Sleman. Tahun lalu pagelaran seni ogoh-ogoh juga ditampilkan pada agenda yang sama.

Namun Ayu meyakini, pagelaran tahun ini akan jauh lebih spesial. Pasalnya acara tersebut diselenggarakan untuk hari jadi Sleman yang ke-100. Selain itu, event budaya ini dimaksudkan untuk memberikan suguhan kepada wisatawan yang berkunjung ke DIY, khususnya Sleman.

"Kami berharap event ini dapat menjadi daya tarik yang bisa ditawarkan kepada para tamu hotel oleh pihak travel agent yang membawa tamu ke DIY maupun masyarakat umum," kata Ayu.

Selain kirab di jalur selokan Mataram dan Jalan AM Sangaji antara kompleks Pasar Kutu Tegal dan RS Sakina Idaman, semua peserta kirab juga melakukan display di perempatan Jalan Baru UGM. Adapun Ogoh-ogoh nantinya terdiri dari 15 komunitas masyarakat dan lima komunitas tematik.

Ayu mengemukakan, ke-15 komunitas masyarakat tersebut meliputi Margoagung Seyegan, Sumbersari Moyudan, Sanggar Sakura Mlati, Glagaharjo Cangkringan, Umbulmartani Ngemplak, Wonokerto Turi, Hargobinangun Pakem, Purwobinangun Pakem, Ambarketawang Gamping, Donokerto Turi, Blendangan Berbah, serta 5 ogoh ogoh ritual bertemakan “Sedulur papat limo pancer”. Sementara itu, ogoh-ogoh flora dan fauna yang ditampilkan di antaranya meliputi Hutan Bambu, Salak, Rusa, Ganesha, Kuda, Lembu, Raksasa, Kera, Lembu Sura, dan Sapi.

Siak Kembangkan Wisata Melayu

Pekanbaru, Riau - Pemerintah Kabupaten Siak, Provinsi Riau, terus mengembangkan daerahnya menjadi pusat wisata budaya Melayu dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan sekaligus mewujudkan "Riau The Homeland of Melayu".

"Siak punya modal besar wujudkan homeland (tanah tumpah darah) Melayu, apalagi hadapi persaingan MEA awal tahun ini. Maka dari itu, pemkab pilih terus kembangkan wisata kemelayuan," kata Kasubbag Pemberitaan dan Pengolahan Data Bagian Humas Setda Kabupaten Siak, Aris Dharma di Pekanbaru, Ahad.

Aris jelaskan, Siak punya potensi besar yang bisa dijual hingga ke mancanegara seperti peninggalan sejarah diantaranya Istana Siak Sri Indrapura, lalu tangsi Belanda, gudang mesiu, sejumlah museum, makam para raja dan sederet peninggalan sejarah lain.

Istana Siak dikenal istana Asherayah Al Hasyimiyah merupakan termegah pada zamannya. Kini sisa peninggalan Kesultanan Siak tercatat merupakan kerajaan Islam terbesar di Riau abad 16 sampai 20 masehi dan dibangun tahun 1889 oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaiffudin.

Lalu Masjid Raya Syahabudin dibangun tahun 1926 pada era Sultan Al-Said Al-Kasyim Abdul Jalil Saifuddin merupakan Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Masjid terbuat dari kayu tersebut, kini sudah menjadi cagar budaya dan dikunjungi banyak orang.

"Dekat mesjid, terdapat makam Sultan Syarif Qasim II. Syarif Qasim merupakan pahlawan nasional karena semasa hidup dikenal pendukung kemerdekaan dan sebagai sultan yang membujuk raja-raja di Sumatera Timur bergabung dengan Indonesia," katanya.

Direktur Kebudayaan Taman Mini Indonesia Indah, Ade F Meliala pekan ini mengaku salut rencana jangka panjang Bupati Siak Syamsuar terkait upaya menjaga tradisi budaya di "Negeri Istana" ditengah modernisasi serta membangun dan mengembangkan pariwisata berbasis kebudayaan melayu.

"Ini luar biasa. Banyak orang hanya berpikiran jangka pendek soal pengembangan pariwisata. Paling lima tahun. Ini tidak, karena pak bupati berfikir jauh ke depan. Saya salut," kata perempuan ini.

Bupati Siak Syamsuar sebelumnya memaparkan soal asal mula Kerajaan Siak yang dibangun pertama kali oleh Raja Kecik pada tahun 1723 silam.

Siak juga punya sejumlah tasik, hutan alam seperti cagar biosfer, Suaka Margasatwa Zamrud dengan danau unik yang mempunyai pulau bisa berpindah-pindah.

"Kami sudah usulkan kawasan ini jadi Taman Nasional Zamrud. Mudah-mudahan segera terwujud. Sebab di Zaman Presiden SBY atau persis saat peresmian jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, kawasan ini sudah diresmikan sebagai Taman Nasional Zamrud. Tapi secara administrasi sampai belum kelar," katanya.

Sumendap Ingin Lestarikan Bahasa Daerah. ’Harus Ada Dukungan Tokoh Adat’

Ratahan, Sulut - Keprihatinan sejumlah pihak soal memudarnya penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda di sejumlah daerah akhir-akhir ini, termasuk di wilayah kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) yang diketahui bersama didiami oleh Tiga sub etnis Minahasa (Tonsawang, Pasan dan Ponosakan), mulai dijawab oleh Bupati, James Sumendap.

Bupati yang dalam visinya bersama wakil bupati Ronald Kandoli, mengutip konsep Tri Sakti Kemerdekaan, ajaran Bung Karno, dimana Satu diantaranya yakni Berkepribadian dalam kebudayaan itu, benar-benar serius mewujudkan visi itu dengan cara akan memasukan bahasa daerah dalam pelajaran Muatan Lokal di jenjang pendidikan dasar hingga atas.

Hal ini ditegaskan Bupati Sumendap (JS) dalam sambutannya pada acara syukuran hari ulang tahun (HUT) ke-2 Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Minggu (28/2). “Bahasa daerah wajib masuk mata pelajaran muatan lokal, dan itu akan dimulai etnis di Tounsawang. Nanti mata pelajaran ini harus masuk dalam tahun ajaran baru ini,” tegasnya.

Lanjut dikatakannya, upaya yang dilakukan itu merupakan bagian dari pelestarian kearifan lokal, khususnya bahasa daerah. “Karena itu, saya berharap ada dukungan dari para tokoh adat, supaya bersedia menjadi pengajar. Namun demikian jangan menuntut menjadi PNS yah, karena ini upaya bersama melestarikan warisan budaya,” katanya, disambut tawa.

Menurut bupati, program tersebut adalah langkah awal, karena kedepan akan dilaksanakan di beberapa etnis lainnya yang ada di Minahasa Tenggara. “Prinsipnya semua ini adalah dedikasi untuk melestarikan warisan budaya, makanya harus menjadi tanggung jawab kita semua bukan hanya pemerintah saja,” pinta JS, yang juga sebagai ketua PA GmnI Sulut.

Pada kesempatan itu, bupati Sumendap yang berdarah etnis Tounsawang, ikut berkesempatan dikenakan pakaian tradisional, oleh tokoh adat Tounsawang Yulius Tiwow. “Sebagai bentuk penghargaan, karena bupati ini juga berdarah Tounsawang, jadi secara khusus kita kenakan pakaian adat Tounsawang,” ujarnya.

Acara yang digarap oleh panitia yang diketuai, Yanti Tumbol itu berlangsung meriah dalam suasana kebudayaan Tounsawang. Acara dimeriahkan oleh penampilan kelompok kesenian Tounsawang Masanbow serta pementasan tarian asli Tounsawang. Sementara yang menjadi khadim dalam Ibadah itu adalah Pdt Piet Tampi dengan liturgi berbahasa Tounsawang.

Ketua Umum Panitia Rony Gozal yang mendamping Ketua Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Pdt Stevenson Simbawa mengaku sangat bersyukur acara tersebut terlaksana dengan baik, apalagi perayaan HUT ini secara khusus mengabungkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki etnis Tounsawang.

“Secara pribadi saya mengapresiasi sambutan yang cukup meriah dari seluruh warga jemaat maupun masyarakat yang ikut hadir dalam acara ini. Harapannya tentu dalam kegiatan semacam ini, kedepan terus digalakan untuk melestarikan budaya etnis Tounsawang, karena ini adalah jati diri kita," ujarnya.

Festival Wonderful Indonesia Dahsyat di Perbatasan Aruk

Aruk, Kalbar - Sekitar 5.000 orang memadati pentas Festival Wonderful Indonesia di pariwisata perbatasan Aruk, Sambas, Kalimantan Barat. Perbatasan Indonesia-Malaysia itupun berubah menjadi lautan manusia. Mereka berbaur, baik yang ber-KTP Indonsia maupun yang beridentitas Negeri Seberang Malaysia.

Suasana perbatasan yang titik koordinatnya sekitar 300 kilometer dari pusat Kota Pontianak itu betul-betul heboh. Pentas musik yang diprakarsai Kemenpar itu menghibur semua pendatang dan warga setempat. Para pedagang dan usaha kecil yang ada di Aruk juga ikut mengambil peran, mendapatkan manfaat terbesar.

Mereka berharap, kegiatan semacam Festival Wonderful Indonesia ini lebih sering digelar di perbatasan Aruk. "Kemenpar akan terus menggelar kegiatan di banyak titik di perbatasan, bukan hanya di Aruk, tapi juga di lokasi strategis lainnya," ungkap Menpar Arief Yahya yang terus memantau dari Jakarta.

Jika dari jumlah wisman dari Malaysia, di acara "man made" itu besar, kata Arief Yahya, itu sudah diperkirakan sebelumnya. Bukan hanya soal jumlah wisman yang berkunjung, lebih jauh dari itu event-event ini bisa men-drive ekonomi masyarakat. "Ketika banyak orang datang, demand akan tercipta, dan saya tidak khawatir dengan supplay-nya. Masyarakat pasti menemukan kreasinya sendiri untuk mengambil manfaat commecial value-nya," jelas Arief.

Great Batam, yang meliputi Batam dan Bintan pun didorong lebih banyak event dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pagelaran musik hang dibungkus dengan acara Festival cukup memikat negara tetangga, Singapore dan Malaysia untuk hadir lebih banyak. Apalagi begitu banyak artis dan musisi Indonesia yang terkenal di dua negara tetangga itu. Ada Afgan, Rossa, Raisa, Wali, Noah, dan lainnya sangat tersohor di Negeri Seberang.

Bukan hanya musik yang bisa menarik banyak orang. Olahraga seperti marathon, golf, 10-K dan lainnya juga bisa menjadi cara untuk menghadirkan lebih banyak wisman di negara tetangga. "Kesamaan budaya, keselarasan selera, antardua negara yang berdampingan, juga memperkuat sesama orang Melayu," tandasnya.

Asumsikan, musik dan festival itu sebagai pendobrak. Selebihnya, ketika sudah sering berkunjung ke Indonesia, mereka bisa lebih banyak mengeksplorasi objek wisata lain di dekat perbatasan. "Inilah yang dimaksud dengan Border Tourism," kata dia.

Ini Keunikan dan Indahnya Desa Adat Sijunjung

Padang, Sumbar - Jalan berliku di kaki Bukit Barisan merupakan salah satu jalur utama untuk menuju Desa Adat Sijunjung di Desa Koto Padang Ranah Dan Tanah Bato, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Lamanya sekitar 4 jam perjalanan darat. Namun perasaan bosan di atas kendaraan terobati dengan miniatur Minangkabau yang dijejali rumah adat dengan pola 'bagonjong' di sepanjang jalan di Desa Adat Sijunjung.

Desa ini berjarak sekitar 110 kilometer dari pusat Kota Padang. Tidak terlalu sulit untuk menemukan Desa Adat Sijunjung yang belakangan namanya melejit di kalangan pencinta traveling.

Lokasinya hanya berjarak sekitar beberapa kilometer dari pusat kota, Muaro Sijunjung, yakni—sekitar 15 menit perjalanan dari kantor bupati Sijunjung.

Jembatan sepanjang 200 meter yang membentang di Batang Sukam menjadi pintu masuk ke Desa Adat Sijunjung. Patung perempuan berpakaian adat yang menjunjung bekal setinggi sekitar empat meter sebagai pertanda memasuki perkampungan adat.

Bangunan tua bergaya 'Rumah Gadang' (rumah adat Minang) saling berhadap-hadapan mewarnai sepenggal jalan sepanjang satu kilometer. Sebagian masih terlihat rapi pasca polesan warna kekinian namun tetap mempertahankan gaya leluhur.

"Yang tak berubah adalah rumah adat. Meski mereka (penghuni) keluar dari kampung, tapi tak ada yang berniat atau pernah menghancurkan rumah adat," ujar pemuka adat setempat A Katib Rajo Endah.

Menurut Rajo Endah, Sijunjung pada awalnya berasal dari desa setempat --warga menyebutnya dengan Koto Tuo. "Di luar kampung ini belum banyak rumah."

Dilihat dari usia bangunan, bukan hal mustahil desa adat Sijunjung menjadi pusat kota pada zamannya. Posisinya juga strategis--berjarak sekitar 10 kilometer dari Kantor Bupati Sijunjung, saat ini.

Data pemerintah Sijunjung menunjukkan Nagari Sijunjung--tempat desa adat Sijunjung berdiri--diyakini sudah ada sejak abad XII.

Lalu bagaimana asal muasal patung perempuan berpakaian adat yang berdiri kokoh saat memasuki kampung. Apa hubungannya dengan patung perempuan yang berdiri di pertigaan jalan dan tepat berada di tengah-tengah perkampungan adat?

Rajo Endah menuturkan, patung perempuan tersebut dikenal dengan sebutan Puti Junjung.

Puti merupakan sebutan untuk seorang perempuan bangsawan di Minang atau lebih akrab disebut dengan 'putri'.

Cerita asal-usul kampung adat ini berlanjut dalam bahasa tutur secara turun temurun. Nama Sijunjung diambil dari hasil rapat yang digelar petinggi kampung.

Kebuntuan terkait nama terjawab saat suara perempuan minta tolong yang memecah keheningan. "Suara itu berasal dari tepi Sungai Mananti."

Tak satu pun yang mampu menyelamatkan perempuan yang terjepit dihimpitan batu. Perempuan ini dikenal dengan Si Niar, nama kebangsawanannya Puti Junjuang.

Hanya Syech Amaluddin berhasil membebaskan Puti Junjuang yang saat itu sedang terjepit.

"Peristiwa itu yang kemudian menjadikan Ninik Mamak (tokoh adat) sepakat menamakan daerah ini dengan Sijunjuang. Puti Junjuang itu yang dibuatkan patungnya," ujar dia.

Stagnan

Ada hal menggelitik yang membuat kami bertanya-tanya. Jumlah rumah adat di kampung ini seperti jalan di tempat, tidak mengenal kata pertumbuhan.

Seperti tidak ada pertumbuhan ekonomi di sana. Semua terasa bertahan melawan perkembangan era globalisasi.

Namun, kesimpulan saya terpatahkan saat menjumpai beberapa antena parabola mewarnai halaman rumah gadang.

Hingga kini, jumlah rumah adat di desa ini stagnan di angka 76. Angka ini bertahan sejak tahun 1950-an--lima tahun pasca Soerkano-Hatta membacakan teks Proklamasi di Lapangan Merdeka, ribuan kilometer dari Sijunjung.

"Tidak mudah memang untuk mendirikan rumah adat di Desa Adat. Harus ada persetujuan pangulu (penghulu) untuk menambahnya yang disepakati melalui rapat adat," ujar dia.

Pangulu adalah pimpinan dalam adat Minangkabau. Status Pangulu diberi gelar datuak dan berperan penting dalam memutuskan perkara kaum. Selain itu, dalam rumah gadang juga mesti ada monti (menteri) dan tungganai (penjaga kampung).

Ketiga pemimpin adat ini dikenal sebagai tungku tigo sajarangan. Ketiga pimpinan adat ini mesti hadir ketika rumah adat dibangun. Pangulu menjadi syarat wajib untuk membangun rumah adat baru di Desa Adat Sijunjung.

"Jika tak ada pangulu, maka rumah adat tak akan dibangun," ujar Rajo sembari mengingat selama ia hidup, baru satu rumah gadang yang bertambah.

Enam Suku

Desa Adat Sijunjung dihuni dihuni oleh enam suku: Chaniago, Piliang, Melayu, Tobo, Panai, dan Melayu Tak Timbago. Uniknya, meski berasal dari enam suku berbeda, tak ada yang membedakan rumah adat mereka.

Semua berjalan dengan demokrasi dengan konsep matrilineal, di mana kuam kerabat perempuan yang menghuni rumah adat.

Dari beberapa rumah yang sempat kami singgahi, rata-rata konsep bangunannya dibangun dalam bentuk persegi panjang dengan jumlah ruang dari empat hingga lima ruang.

Kondisi ini memudahkan kami untuk mengitung jumlah keluarga yang berada di sana karena biasanya, jumlah ruang menentukan jumlah keluarga dan satu ruangan khusus untuk pangulu.

Di sini, rumah adat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan adat. Prosesi pernikahan menjadi kegiatan adat yang membawa kita kembali ke masa lalu.

Menurut cerita masyarakat setempat, prosesi awal pernikahan dilakukan di rumah adat ini--mulai dari meminang hingga akad nikah. Untuk pesta, bisa
dilakukan di luar rumah adat.

Kegiatan penyerahan siriah (sirih) dilakukan hari Senin. Tando (peletakan tanda atau pemberian cincin kawin) di hari Jumat. Pada prosesi ini, semua berkumpul di rumah adat. Prosesi sacral ini menjadi pemersatu masyarakat adat.

-

Arsip Blog

Recent Posts