Lomba Bacirita Bahasa Melayu Manado

Manado, Sulut - Bulan Oktober dirayakan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra. Tahun ini, Balai Bahasa Sulut menggelar lomba bacirita bahasa Manado yang diikuti siswa se-Sulut.

Tema acara yang diangkat “Martabatkan Bahasa dan Sastra, Rayakan Kebhinekaan”. Cabang lomba beragam. Mulai dari pidato, festival teater, hingga lomba unik yang diadakan perdana tahun ini, bacirita bahasa Melayu Manado.

Kemarin (27/9), dilaksanakan penutupan di aula Balai Bahasa Sulut. Sejumlah peserta tampil. Sekira 100 peminat dari berbagai sekolah mendaftarkan diri. Dua peserta dari SMAN 1 Kawangkoan Yubertmaifel Rawis dan Tesalonika Kalengkongan mengaku hanya berlatih dan mempersiapkan diri selama beberapa hari. Karena lomba tersebut membolehkan peserta membawakan cerita ringan seperti tentang keseharian masing-masing, peserta merasa lebih nyaman.

Seperti Yubermaifel, atau yang sering disapa Deo. Dia membawakan tema ajaran moral dan kesopanan yang dibiasakan di keluarganya. “Lomba ini sangat unik karena diikuti oleh peserta yang memiliki dialek berbeda-beda. Kami sama-sama menggunakan bahasa melayu Manado, tapi dialeknya tidak sama. Jadi bisa lebih mengenal kekayaan dialek di Manado,” ujar siswa yang juga menjabat Ketua OSIS di sekolahnya ini.

Ketua Panitia lomba Sjane Walangarey menjelaskan, lomba ini sengaja diadakan Balai Bahasa sebagai salah satu upaya mewadahi pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa Melayu Manado. “Selain bahasa Indonesia yang memang menjadi perhatian utama Balai Bahasa, kami juga ingin mengembangkan bahasa daerah agar tidak punah. Harapannya, generasi muda sekarang bisa lebih menghargai dan juga menguasai bahasa daerahnya sendiri,” tukas Walangarey. Peminat yang membludak pun menunjukkan antusiasme dan keinginan dari masyarakat untuk

Secara keseluruhan acara, Kepala Balai Bahasa Sulut Supriyanto Widodo menganggap kegiatan ini sangat berkontribusi pada peningkatan kecintaan siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Bukan hanya itu, ketertarikan untuk melestarikan bahasa daerah pun akan terpupuk. Seperti yang terlihat dari diadakannya lomba bacirita tersebut. “Hal ini sangat penting. Karena banyak bahasa daerah asli Sulut yang mulai punah. Kami sangat mengusahakan agar bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Ponosakan, tetap lestari dan dipakai generasi kita mendatang,”pungkasnya.

Warga Semin Adakan Kirab Budaya

Wonosari, Jawa Tengah - Warga Dusun Keringan Kidul dan Keringan Wetan, Desa Bulurejo, Semin mengikuti kirab budaya dalam rangkan bersih dusun. Peserta membawa gunungan, serta menampilkan berbagai kesenian dan kreasi masyarakat. Kirab dimulai dari kompleks SPBU di Semin menuju ke masing-masing balai dusun.

"Kirab budaya diikuti seluruh masyarakat dengan membawa gunungan hasil pertanian. Termasuk berbagai pentas seni dan kreatifitas masyarakat," kata Ketua Panitia Bersih Dusun Hantok Purnomo di sela kirab budaya, Selasa (27/09/2016).

Hantok Purnomo menambahkan, pelaksanaan kirab budaya bersih dusun merupakan upaya untuk melestarikan budaya yang sudah ada. Selain itu sebagai ruang dan wadah pengembangan seni di masyarakat.

Melalui kirab budaya Kata Hantok, kelompok kesenian di Semin semakin terdorong untuk menunjukan keberadaannya. Karena masyarakat memiliki berbagai kesenian mulai dari reog, Tari Ledek dan Wayang.

Grup Angklung KBRI Nairobi Bikin Terpukau Pengunjung Festival ASEAN

Jakarta - Penampilan grup Angklung KBRI Nairobi yang memainkan lagu Kenya "Jambo Bwana” disambut meriah oleh pengunjung festival ASEAN di kawasan elit Karen, Nairobi, akhir pekan lalu.

"Luar biasa, Angklung mendapatkan sambutan paling meriah dari pengunjung yang hadir”, kata Joshua Mugo, warga Kenya dalam surat elektronik dari KBRI Nairobi yang dikirimkan ke redaksi, Selasa (27/9).

Penampilan Angklung dibawakan oleh 28 orang yang terdiri dari ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan KBRI, masyarakat Indonesia, mahasiswa Kenya dan alumni perguruan tinggi Indonesia asal Kenya.

"Senang dan bahagia bisa ikut memainkan Angklung," kata Sharon Ogolla, alumni program magister ITS Surabaya.

Aneka pakaian tradisional khas Indonesia dan Kenya yang dikenakan seluruh pemain membuat penampilan Angklung semakin indah. Nada-nada dinamis lagu-lagu berbahasa Swahili "Jambo Bwana” dan "Malaika” ditampilkan dengan apik.

Para pengunjung dengan gembira ikut mendendangkan lagu Jambo Bwana. Salah satu liriknya, Hakuna Matata, juga ungkapan terkenal dalam sebuah film kartun yang berarti jangan khawatir juga dinyanyikan bersama-sama. Tidak ketinggalan dimainkan pula lagu "My bonnie lies over the ocean”.

Festival ini merupakan bagian dari kegiatan ASEAN Nairobi Committee (ANC), sebuah komite yang beranggotakan seluruh kedutaan besar negara ASEAN di Nairobi, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Angklung ditempatkan sebagai pembuka acara festival ASEAN. Disamping Angklung, setiap negara peserta menampilkan kesenian dan budaya tradisional masing-masing.

Selepas penampilan, sebagian pengunjung secara khusus datang ke stand pameran Indonesia untuk menyampaikan ketertarikannya belajar bermain Angklung.

Pameran juga dimanfaatkan untuk promosi berbagai aneka kerajinan, potensi perdagangan, destinasi wisata, kuliner dan seni budaya khas keempat negara ASEAN tersebut.

"Tahun depan, Indonesia akan menjabat sebagai Ketua Komite ASEAN di Nairobi untuk periode satu tahun, menggantikan Thailand," kata Soehardjono Sastromihardjo, Duta Besar RI Nairobi.

"Ke depan, Angklung akan terus dimanfaatkan sebagai sarana mempromosikan Indonesia kepada publik Kenya," sambung Dubes Soehardjono yang ikut mengiringi penampilan Angklung dengan gitar.

Stand Indonesia menampilkan aneka ragam makan ringan, destinasi wisata dan kerajinan tangan. Aneka kue-kue ringan seperti lapis, lemper, sarang semut dan dadar gulung habis dibeli para pengunjung. Tidak ketinggalan dipromosikan pula Trade Expo Indonesia yang akan diselenggarakan di Jakarta bulan Oktober tahun ini.

Festival ini merupakan bagian dari upaya untuk lebih mendekatkan profil ASEAN dan negara-negara anggota ASEAN kepada publik Kenya. Kegiatan bersama ini dihadiri pula oleh Direktur Jenderal Asia dan Australia Kemlu Kenya.

Festival Nasional Reog Ponorogo 2016 Juga Akan Dimeriahkan Peserta dari Korea

Ponorogo, Jatim - Fextival Nasional Reog Ponorogo kembali digelar di tahun ini. Diperkirakan ribuan seniman reog yang datang dari berbagai daerah bakal memeriahkan Festival Nasional Reog Ponorogo yang digelar selama lima hari di Alun-Alun Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Festival reog yang digelar mulai Senin (26/9/2016) hingga Jumat (30/9/2016) merupakan bagian dari rangkaian perayaan Grebeg Suro 2016 Ponorogo.

“Grup yang tampil dalam festival sebanyak 39 grup. Rinciannya, 16 grup dari Ponorogo dan 23 grup dari luar Ponorogo. Masing-masing grup bisa beranggotakan 50 hingga ratusan orang. Dengan demikian total seniman yang mengikuti festival bisa mencapai ribuan orang,” kata Ketua Harian Perayaan Grebeg Suro dan Festival Nasional Reog Ponorogo (FNPR) ke-23, Sapto Djatmiko Tjipto di Ponorogo, Jumat (23/9/2016) siang.

Tak hanya peserta dari Indonesia yang tampil dalam FNPR tersebut. Turut memeriahkan peserta dari Korea dengan nama grupnya, Singo Mudho yang dijadwalkan tampil, Kamis (29/9/2016).

Selain FNPR, menurut Sapto, aneka lomba, pameran dan kegiatan budaya akan digelar dalam perayaan Grebeg Suro tahun ini. Lomba yang digelar mulai lomba burung perkutut, mocopat, karawitan, keagamaan dan pacuan kuda. Untuk pemerannya di antaranya, pameran bonsai, industri kecil dan produk unggulan, pameran pusaka, seni rupa, foto, akik.

“Untuk kegiatan agama, budaya dan musik berupa Bumi Reog Bersolawat, musik Jazz Tilan, musik Rock in Reog Land, pentas ketoprak, ziarah makan Bathoro Katong, kirab pusaka, lintas sejarah dan pesona wisata, tumpang purak, larungan Telaga Ngebel, ruwatan bumi reog, pentas wayang kulit dan konser budaya bersama seniman ternama Iwan Fals. Aneka kegiatan budaya, agama dan pentas musik itu akan berlangsung mulai Minggu (25/9/2016) hingga Selasa (4/10/2016),” kata Sapto.

Sapto mengharapkan Perayaan Grebeg Suro tahun ini yang akan dibuka Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat. Apalagi konsep perayaan tahun ini jauh berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Konsep perayaan grebeg tahun kami harapkan dapat menjadi tontonan menarik bagi wisatawan dan bisa berdampak ekonomi lokal. Wisatawan kalau bermalam di Ponorogo tentu akan menambah pundi-pundi ekonomi mulai dari hotel, kuliner hingga penjual pernak-pernik oleh-oleh khas Ponorogo,” ujar Sapto.

Sapto memperkirakan ribuan orang akan mengikuti perayaan Grebeg Suro yang menghabiskan anggaran dari daerah sebesar Rp 1,6 miliar. Sementara perputaran uang dalam perayaan diperkirakan bisa mencapai Rp 10 miliar.

Pasar Terapung di Banjarmasin Jadi Warisan Budaya Nasional Bukan Benda

Banjarmasin, Kalsel - Kabar gembira disampaikan Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina saat memberikan sambutan di puncak Hari Jadi ke-490 Kota Banjarmasin, Sabtu (24/9/2016) pagi.

Didampingi Wakil Wali Kota Hermansyah, Ibnu Sina menyampaikan pasar terapung sebagai wisata khas Banjarmasin sudah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional oleh pemerintah.

"Alhamdulillah pasar terapung sudah ditetapkan menjadi warisan budaya nasional bukan benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," ujar Ibnu Sina.

Kabar gembira ini semakin memeriahkan puncak hari jadi Kota Banjarmasin yang digelar di Balai Kota Banjarmasin sejak dibuka.

Tari-tarian daerah dari seluruh Indonesia yang dibawakan anak-anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar dari Banjarmasin membuka acara dan menghibur para tamu.

Tari-tarian tradisional mulai dari tari Banjar, tari daerah Batak sampai tari dari Papua ditampilkan anak-anak ini dengan tingkah polah mereka yang lucu.

Tampak hadir dalam puncak hari jadi itu, Gubernur Kalimantan Selatan Syahbirin Noor, anggota DPR RI Sofwat Hadi, Habib Abu Bakar dan lainnya.

Kirab Budaya Bregada Buka Pelangi Bumi Merapi

Sleman, DIY - Sebanyak 34 Bregada Prajurit Tradisional dari 17 Kecamatan se Kabupaten Sleman bakal tampil di kawasan Pemkab Sleman Yogyakarta, Sabtu (23/09/2016). Mereka menghibur masyarakat dan wisatawan dengan melakukan kirab sepanjang 1 (satu) kilometer dengan start Lapangan Denggung menuju Lapangan Pemda Sleman.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ir. AA Ayu Laksmidewi TP, MM, Jum’at (23/09/2016) di sela memantau persiapan Pembukaan Pelangi Budaya Bumi Merapi di Lapangan Denggung Sleman Yogyakarta menjelaskan usai Kirab Bregada, pada malam harinya mulai pukul 18.00 di Gedung Serbaguna disajikan wayang suket, emprak, jeber juwes, kethek ogleng, dadungawuk, srunthul, sampakan. Sedangkan Minggu (25/09/2016) dipentaskan atraksi kesenian jathilan, orchestra serenade, tarian teatrikal, flashmop dilanjutkan dengan kirab pelangi budaya Bumi Merapi.

"Kirab pelangi terdiri atas 55 kontingen dari berbagai kalangan dan komuitas seni budaya, museum, sekolah, perwakilan luar daerah yaitu Riau, Lampung, Papua, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, NTB," kata Ayu.

Ayu menjelaskan Festival Bragada Prajurit akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp.20 juta, dengan rincian untuk Penampil Terbaik 1 - Terbaik 6 secara berturut-turut memperoleh hadiah tropy dan uang pembinaan sebesar Rp.5 juta, Rp.4,5 juta, Rp.4 juta, Rp.3 juta, Rp.2 juta dan Rp.1,5 juta.

Ayu meminta masyarakat dan wisatawan yang menonton Kirab Bragada Prajurit menjaga keamanan dan ketertiban agar dapat menyaksikan kirab dengan nyaman dan tidak menimbulkan kerusakan taman yang ada disepanjang jalur kirab.

Syair Alam Melayu Nusantara Bakal Jadi Acara Tahunan

KL, Malaysia - Program Syair Alam Melayu Nusantara mempunyai potensi besar untuk dijadikan acara tahunan berdasarkan keunikan dan potensinya untuk diterima di pentas sastera antarabangsa.

Ketua Pegawai Eksekutif dan Pengarah Urusan, Institut Terjemahan & Buku Malaysia (ITBM), Mohd Khair Ngadiron, berkata acara kali ini mengangkat syair kerana genre berkenaan kekal diminati dan memiliki ramai penggiat sastera tradisional itu antaranya Sasterawan Negara (SN), Datuk Dr Zurinah Hassan dan Roslan Madun.

"Meskipun ada pendapat yang menyebut syair berasal dari Asia Barat, seni tradisional ini sudah berasimilasi di Nusantara hingga membentuk identiti sendiri.

"Syair memerlukan pendedahan berterusan dan kami memikirkan untuk menjadikannya sebagai acara tahunan dengan memberikan perincian yang lebih mendalam," katanya pada Syair Alam Melayu Nusantara di Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) di sini, hari ini. Ketua Pegawai Eksekutif dan Pengarah Urusan, Institut Terjemahan & Buku Malaysia (ITBM), Mohd Khair Ngadiron di Syair Alam Melayu Nusantara, Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Kuala Lumpur, hari ini.

Yang turut hadir Ketua Pengarah DBP, Abdul Adzis Abas dan SN, Prof Emeritus Dr Muhammad Salleh dan Zurinah.

Mohd Khair berkata, minat generasi muda hari ini terhadap syair juga tidak berkurangan, malah kebanyakan pembaca syair pada program Syair Alam Melayu Nusantara adalah dari kalangan mereka.

"Apabila kita membuat acara sastera di ibu kota, ia menjadi peluang untuk kita mengangkat apa yang sepatutnya kita martabatkan termasuk syair.

"Syair antara genre sastera yang unik kerana ia menjadi cara orang Melayu melontarkan kritikan atau sindiran," katanya.

Syair Alam Melayu Nusantara yang berlangsung dua hari bermula hari ini diisi dengan pembentangan kertas kerja dan ucaptama oleh sarjana dan penggiat sastera tradisional seperti mantan Karyawan Tamu Perpustakaan Negara Malaysia, Dr Harun Mat Piah selain penyertaan penggiat sastera dari Asia Tenggara antaranya Brunei Darussalam dan Indonesia.

Syair Alam Melayu Nusantara sebahagian daripada acara Festival Seni Antarabangsa Kuala Lumpur (Diversity) 2016 untuk bahagian sastera yang dikuratorkan oleh ITBM.

Selain acara ini, Diversity 2016 turut menampilkan Forum Penyair ASEAN, Deklamasi Puisi ASEAN dan Konsert Gitar Dmitry Molaletov.

KBRI Gelar Pekan Film Indonesia di Suriah

Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Damaskus menggelar Pekan Film Indonesia di Gedung Kebudayaan Dar al-Assad, Kota Lattakia pada 21-23 September 2016.

Keterangan dari KBRI Damaskus yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan acara tersebut merupakan yang pertama kalinya diadakan di Suriah.

Selama tiga hari berturut-turut, KBRI Damaskus bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan Suriah memutarkan film "Habibie & Ainun", "5 cm", dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck".

Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Djoko Harjanto, berharap kegiatan pemutaran film Indonesia dapat mempererat hubungan Indonesia da Suriah di tingkat masyarakat.

"Kita menyaksikan sebuah sejarah hubungan kedua negara sedang ditulis," ujar Dubes Djoko menyampaikan sambutan di hadapan sekitar 200 orang yang hadir memenuhi teater utama Gedung Kebudayaan Lattakia.

Sementara itu, Gubernur Provinsi Lattakia, Mayjen Ibrahim Khudur al-Salim, yang hadir pada pembukaan Pekan Film Indonesia mengungkapkan kekagumannya atas upaya KBRI Damaskus dalam mengeratkan hubungan kedua negara melalui pemutaran film Indonesia.

"Atas nama seluruh rakyat Lattakia saya merasa tersanjung dan terhormat dengan dipilihnya Lattakia sebagai kota pertama diselenggarakannya Pekan Film Indonesia," tutur Gubernur.

Pekan Film Indonesia digelar di tiga kota di Suriah, yaitu Lattakia pada 21- 23 September 2016, Homs pada 28 - 30 September 2016, dan di Damaskus pada 5 - 7 Oktober 2016.

Tiga film tersebut dipilih karena dinilai merepresentasikan budaya bangsa Indonesia.

Terasa, Dampak Positif Wisata Halal Lombok

Mataram, NTB - Penghargaan Lombok sebagai tujuan wisata halal terbaik mulai terasa dampaknya. Meski masih sedikit jumlahnya, wisatawan Timur Tengah, Brunei, dan Malaysia mulai berdatangan.

Demikian kata Ketua Umum Asita, Asnawi Bahar dan Deputi Pengembangan dan Destinasi Pariwisata Kementerian Perindustrian Dadang Rizki Ratman seusai acara pembukaan International Halal Travel Fair dan Rapat Kerja Nasional Asita 2016, di Mataram, NTB. Acara dibuka Wakil Gubernur NTB M Amin, Rabu (21/9/2016).

Pulau Lombok dikukuhkan sebagai The World Best Halal Tourism Destination dan The World Best Halal Honeymoon Destination dalam ajang The World Halal Travel Summit/Exhibition di Uni Emirat Arab.

Menurut Asnawi, secara umum kunjungan pariwisata nasional sudah naik, khususnya Lombok. ”Dulu wisatawan Malaysia banyak ke Padang, Medan, dan Bandung. Sekarang mulai banyak yang memilih Lombok untuk menikmati wisata halal,” ujarnya

Kenaikan jumlah kunjungan wisatawan itu sangat terasa sejak setahun terakhir karena gencarnya promosi yang dilakukan pelaku pariwisata. Namun, promosi saja tidak cukup, harus ada upaya lebih. Para pengambil kebijakan juga harus menyiapkan sarana infrastruktur, sumber daya manusia, dan sarana pendukung lainnya.

”Pokoknya pemerintah daerah harus siap dengan segala ’bunyi’ wisata halal itu,” katanya.

Hal senada dikatakan Dadang. Keberhasilan Indonesia dilihat dari peringkat Global Moslem Travel Index (GMTI). Hasil penilaian GMTI, Indonesia berada di peringkat ke-6 pada 2014 dan peringkat ke-4 pada 2015. ”Pak Menteri minta jadi peringkat pertama pada 2019,” ujarnya.

Karena itu, Kementerian Pariwisata membentuk Tim Percepatan Pengembangan Wisata Halal. Tim ini memberikan masukan kepada Pemda Aceh, Sumatera Barat, dan Lombok sebagai tujuan wisata halal.

Cherry Abdul Hakim, General Manager Hotel Jayakarta Lombok, mengungkapkan, kemenangan itu sangat berdampak. Hal ini dilihat dari negara asal wisatawan yang menginap di hotel. Pada 2014, jumlah wisatawan dari Timteng 405 orang dan Malaysia 502 orang. Pada 2015, kunjungan wisatawan Timteng naik menjadi 935 orang dan Malaysia 1.719 orang.

Menurut HM Fauzal, Kepala Dinas Pariwisata NTB, pada 2016 ditargetkan 2 juta kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan ke NTB periode Januari-Agustus mencapai 1,8 juta.

Pada 2015, jumlah wisatawan ke NTB mencapai 2,21 juta wisatawan. NTB diharapkan menyumbang 10 persen (3 persen) dari 20 juta target kunjungan nasional tahun 2019.

Karena itu, berbagai fasilitas dan akomodasi di NTB diupayakan mendapat sertifikasi halal. Majelis Ulama Indonesia NTB mengeluarkan 145 sertifikat halal bagi hotel yang memiliki restoran dan rumah makan. Jumlah itu masih sedikit dibandingkan dengan jumlah hotel (904) dan restoran 1.379.

Rinda Salmun Pede Bawa Tenun Garut ke Los Angeles Fashion Week

Jakarta - Perancang busana Rinda Salmun percaya diri karya-karyanya bisa menembus pasar luar negeri seperti Los Angeles.

"Evertything is possible. Channel untuk go global open untuk orang dari mana-mana," ujar dia kepada ANTARA News belum lama ini.

Rinda akan menghadirkan karyanya di Los Angeles Fashion Week 2017 bersama Ivan Gunawan, Oscar Lawalata, Nonita Respati, dan Aurelia Santoso.

Menurut Rinda, pasar luar negeri hanya membedakan karya busana seorang desainer bermutu atau tidak, tanpa peduli asal desainer.

"Orang-orang di sana open, tidak membedakan karya, kecuali dari mutunya," tutur perempuan yang telah bercita-cita menjadi desainer sejak di bangku sekolah dasar itu.

Selain mutu, sambung dia, menembus pasar luar negeri juga membutuhkan usaha marketing yang mumpuni.

"Butuh usaha, public relations dan marketing. Sejauh ini aku buzzing, orang marketing membuat page (untuk mempromosikan karya busana) agar calon buyers bisa melihat," kata Rinda.

LAFW 2017 yang akan berlangsung pekan depan hingga Oktober. Pada peragaan kali pertamanya di LA itu, Rinda akan memamerkan keindahan tenun Garut, Jawa Barat.

Tenun ini hadir dalam beragam jenis pakaian yang mudah dipadudankan, mulai dari atasan seperti blazer, cut out (pakaian tanpa lengan) dan bawahan semisal rok. Total koleksi yang nanti akan ditampilkan sekitar 50 koleksi.

"Targetku bisa jualan, menembus pasar di sana, memperkenalkan desain-desain karya desainer Indonesia, bahan-bahas khas Indonesia," pungkas Rinda.

MBFI – Madrid, Mengukuhkan Keragaman Budaya Indonesia

Jakarta - Malam Budaya Folklore Indonesia (MBFI) yang diselenggarakan di Teater Rialto, Madrid, Spanyol pekan lalu, waktu setempat, mengundang decak kagum para penonton.

Rangkaian kegiatan peringatan Kemerdekaan Indonesia ke-71 di Madrid telah ditutup dengan acara puncak berupa MBFI atau Espectaculo de culturals, bailes y cantos folclóricos de Indonesia.

Acara tersebut diselenggarakan Kedubes RI (KBRI) di Madrid dengan dukungan Kemendikbud RI, Sanggar Tari Artina Productions Jakarta pimpinan Haryati Abelam Yunanto, Tim Paduan Suara Timutiwa pimpinan Sri Kuntari Sapta Nirwandar, Bank Mandiri – Jakarta, perusahaan Spanyol Bilbao Trading dan Etxegana Hotel & Spa.

Pergelaran MBFI berlangsung lancar, meriah dan sukses. Gedung teater yang berkapasitas 1.200 kursi seluruhnya penuh. Hadir dalam acara tersebut para sahabat Indonesia seperti Thaleb Rifai, Sekjen Organisasi Turisme Dunia (WTO), para Duta Besar negara sahabat, pejabat tinggi Pemerintah Spanyol, Kepala Staf Angkatan Bersenjata, anggota Parlemen, pengusaha, media, agen perjalanan, akademisi, dan alumi Indonesia serta diáspora Indonesia.

Mengawali acara, Dubes RI di Madrid, Yuli Mumpuni Widarso menyampaikan bahwa acara tersebut merupakan puncak kegiatan perayaan HUT RI ke-71 di Madrid, untuk lebih mendekatkan Indonesia kepada para sahabat Indonesia di Madrid.

“Saat ini, 71 tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia dengan penduduk berjumlah 250 juta telah menjadi negara demokrasi nomor tiga terbesar di dunia, dan Indonesia mempunyai komitmen untuk terus memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan menyediakan Bali Democracy Forum setiap Desember sebagai wahana bagi negara-negara di kawasan untuk membahas upaya-upaya pemerkuatan demokrasi di kawasan,” ungkapnya.

Pada Kemerdekaan Indonesia ke-71 ini, lanjutnya, hubungan RI – Spanyol telah memasuki usia ke-57 tahun, di mana kedua negara telah lebih dari 50 tahun menjalin hubungan persahabatan yang terus menguat dan berkembang ke beragam bidang kerjasama, mulai dari investasi hingga olah raga.

“Di bidang investasi misalnya, industri penerbangan CASA pada 1976 telah mendirikan perusahaan patungan dan memproduksi CN 235. Saat ini perusahaan tersebut telah menjadi Airbus Indonesia yang tidak hanya memenuhi permintaan pasar Indonesia, tetapi juga pasar Asia – Pasifik yang sangat dinamis,” paparnya.

Investasi CASA ini kemudian diikuti Melia Hotels International yang pada 1986 telah membangun Hotel Melia Bali dan sekarang telah memiliki 8 hotel di berbagai kota di Indonesia. “Pada 2017 Melia Hotels International akan membuka 10 hotel baru lagi di berbagai kota destinasi baru di Indonesia, yang diharapkan akan semakin meningkatkan daya tarik Indonesia di mata turis Spanyol dan turis internasional, dan meningkatkan jumlah wisatawan internasional berkunjung ke Indonesia,” lanjutnya.

Yuli menambahkan, di bidang perdagangan, neraca perdagangan bilateral RI – Spanyol, meskipun surplus untuk Indonesia tetapi belum mencerminkan potensi kedua pihak. Diharapkan di masa depan akan lebih banyak lagi produk Indonesia yang masuk ke pasar Spanyol. Untuk itu Indonesia mengundang para importir Spanyol dan internasional untuk meninjau Trade Expo Indonesia di Jakarta pada 12-16 Oktober 2016.

“Kemudian di bidang pertahanan dan militer, menyusul penandatanganan MoU tentang kerjasama bilateral di bidang pertahanan oleh Menteri Pertahanan kedua negara di Jakarta pada 2013, kedua negara telah mendorong kalangan industri pertahanan kedua pihak untuk meningkatkan kerjasama,” jelasnya.

Saat ini, ungkapnya, beberapa perusahaan industri pertahanan terkemuka Spanyol telah membuka kantor di Jakarta, seperti Airbus Defense & Space, Navantia, dan Indra. Untuk memfasilitasi kerjasama yang sangat khusus ini, setiap tahun Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Indo-Defense Expo di Jakarta pada 2-5 November 2016.

Disamping itu, kata Yuli, saat ini sedang dibangun kapal latih TNI AL di salah satu galangan kapal terkemuka Spanyol di Kota Vigo.

Di bidang pendidikan tinggi, Kemendikbud dan Kemenlu RI setiap tahun menyediakan beasiswa bagi siswa Spanyol yang jumlah pesertanya terus meningkat. Oleh karena itu, lanjutnya, KBRI Madrid pada 16-17 Oktober 2016 akan menyelenggarakan University Fair guna memperkenalkan program pendidikan tinggi di Indonesia.

“Saat ini KBRI Madrid telah menerima konfirmasi keikutsertaan 14 Universitas dari Yogyakarta.

Diharapkan kalangan universitas dan mahasiswa Spanyol mengambil kesempatan tersebut untuk menjajaki kerjasama dengan mitra dari Yogyakarta, mulai dari kerjasama program dual degree hingga pemberian beasiswa,” urainya.

Sementara itu di bidang olah raga, Yuli menyampaikan bahwa Indonesia juga mempunyai kerjasama dengan Spanyol.

“Bádminton misalnya, atlit badminton Spanyol Carolina Marin yang meraih medali emas tunggal puteri di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, dan dua atlit Indonesia yang meraih medali emas untuk ganda campuran, telah bersama-sama membangun prestasi di pusat pelatihan yang sama di Jakarta,” ungkapnya.

Untuk kerjasama mendatang, Dubes Yuli mengundang kalangan perusahaan infrastruktur Spanyol untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia, seperti energi terbarukan, infrastruktur transportasi dan pariwisata. sur/R-1

Menambah Pemahaman

Terkait penyelenggaraan MBFI tersebut, Dubes Yuli mengatakan sangat megah dan meriah. Acara diawali oleh penampilan Rampak Kendang oleh Tim Kesenian KBRI Madrid, kemudian aneka tari daerah seperti Lenggang Kipas (Jakarta), Zapin (Riau), Marbona Taon (Sumut), Naikonos (NTT), dan Mitreka Bawana (Sulsel) yang disajikan oleh Sanggar Tari Artina Productions, dan tari Indang (Kaltim) dan Gregek Persi (Jakarta) oleh Tim Kesenian KBRI Madrid.

”Penampilan Paduan Suara Timutiwa dengan konduktor Donny telah memukau seluruh hadirin, menampilkan lagu-lagu daerah seperti Janger, Sigulempong, Rambadia, Walangkekek, Burung Kakak Tua, Naik Delman,” ujarnya.

Tampil pula beberapa penyanyi solo yang mempersembahkan lagu keroncong Bandar Jakarta dan Alusiau serta lagu popular Spanyol Granada. Seluruh rangkaian cara ditutup dengan menampilkan lagu popular Spanyol Viva España yang menggetarkan gedung karena para tamu ikut menyanyikan lagu patriotik tersebut dengan penuh semangat.

Di akhir acara, para tamu undangan menyatakan kekaguman mereka terhadap kemeriahan dan keindahan seluruh rangkaian pertunjukan, baik tari maupun nyanyi daerah yang dikemas dengan sangat cantik, dinamis dan menghibur. Acara MBFI tersebut telah menambah pemahaman para hadirin tentang kekayaan warisan budaya folklore Indonesia.

Mau Lihat Koleksi Naskah Kuno? Yuk ke Pameran Museum Aceh

Banda Aceh, NAD - Museum Aceh di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menggelar pameran temporer bertajuk ‘Naskah Kuno Warisan Intelektual, Tempo Dulu Orang Aceh Pintar’.

Pameran diselenggarakan selama tiga bulan dan memamerkan koleksi naskah kuno abad ke-16 dan 17.

“Ada paradigma baru yang memandang bahwa museum tidak lagi hanya menjadi tempat barang antik, seperti anggapan masyarakat umumnya. Tetapi museum harus terus berusaha untuk menjadi tempat di mana pengunjung dapat merasakan sesuatu suasana berbeda yang dapat dijumpai jika mereka berkunjung ke museum,” papar Kadisbuspar Aceh, Reza Fahlevi dalam kata sambutannya di Museum Aceh, Banda Aceh, Kamis (22/9/2016).

Menurut Reza, perkembangan inilah yang membuat museum berkembang menjadi tempat penelitian, komunikasi, dan rekreasi.

Pameran rutin kali ini membentangkan bukti sejarah kegemilangan Aceh tempo dulu.

Kerajaan Samudera Pase dan Kerajaan Aceh Darussalam adalah dua kerajaan Aceh yang mencapai kejayaannya dalam segala aspek.

Jejak cahaya Islam dua kerajaan memenuhi catatan intelektual yang lahir maupun yang singgah di Bumi Serambi Mekkah.

Kejayaan masa lalu mencapai puncaknya dalam rentang abad ke- 16 dan 17, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

Kepala Museum Aceh, Junaidah Hasnawati menjelaskan koleksi yang dipamerkan berupa naskah kuno dan lukisan kalirafi.

Adapun materi yanng dipamerkan berjumlah 63 koleksi yang terdiri atas 48 naskah dan 15 kaligrafi.

Sementara koleksi yang dipamerkan merupakan karya –karya besar milik Hamzah Fansury, Syamsuddin As-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry atau Abdulrauf As-Singkili.

“Tempo dulu Aceh pernah berjaya. Hal ini bisa dilihat dari karya-karya ulama yang merupakan ahli filsafat dan agama. Ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu di atas kertas buatan Eropa. Pameran seperti ini penting agar generasi muda tahu sejarah dan penguatan identitas sebagai orang Aceh,” terang kolektor naskah kuno, Cek Midi.

Pameran temporer tersebut berlangsung mulai September – November mendatang. Pengunjung bisa datang setiap hari kerja, mulai pukul 8.30-16.00 WIB, kecuali Hari Senin tutup.

Beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, Peuniti, Banda Aceh pameran ini terbuka untuk umum.

Nah! Bagi anda pegiat sejarah dan budaya atau penikmat wisata heritage, tidak salah lagi memasukkan pameran ini dalam daftar agenda.

Hidupkan Permainan dan Olahraga Tradisional

Yogyakarta - Komitmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY untuk melakukan dakwah kultural tidak hanya melalui peran seni budaya. Namun juga memanfaatkan potensi permainan dan olahraga lokal tradisional yang selama ini sudah berkembang di masyarakat.

Seperti dalam pelaksanaan Olimpiade Budaya Jawa (OBJ) 2016, selain menghadirkan lomba seni budaya juga digelar ragam perlombaan permainan dan olahraga tradisional, seperti jemparingan, gangsingan, egrang dan gobagsodor di lapangan Karang, Kotagede.

"Sayangnya macam permainan dan olahraga tradisional tersebut sudah banyak ditinggalkan masyarakat. Melalui kegiatan ini kami ingin coba menghidupkan kembali permainan dan olahraga tersebut di tengah masyarakat," kata Ketua Pelaksana Perlombaan KRT Akhir Lusono SSn MM kepada KRjogja.com, Rabu (21/9/2016).

Ditambahkan Akhir, hadirnya ragam olahraga dan permainan tradisional sebagai bentuk keprihatinan generasi muda di era globalisasi yang cenderung hidup menyendiri dan sibuk dengan dunianya sendiri. Padahal dalam permainan dan olahraga tersebut justru menjadikan anak berbaur dengan teman sebayanya sebagai wahana sosialisasi.

Selain itu, lahan di tengah masyarakat yang terus menyempit juga menjadi salah satu faktor permainan dan olahraga tradsional makin tersingkir. Sebab itulah PWM DIY mengambil sikap untuk menjadi inisiator menghidupkan dan menumbuhkembangkan olahraga serta permainan tradisional.

Kegiatan ini sendiri diikuti siswa tingkat SD-SMA/SMK dari seluruh sekolah maupun madrasah Muhammadiyah yang ada di DIY. Harapannya ke depan kader dan warga Muhammadiyah memiliki karater yang baik berdasar nilai lokalitas yang dimiliki.

Tari Serampang Dua Belas, Ikon Nasional yang Terlupakan

Jakarta - Presiden Sukarno pernah mengundang kelompok tari asal Medan untuk menampilkan tari Serampang Dua Belas di Istana Negara. Kecintaan Sukarno pada tarian muda-mudi Melayu ini juga diperlihatkan dengan menjadikannya sebagai bagian dari diplomasi budaya, yang kerap dibawa dan dipentaskan di banyak negara. Tak hanya itu, bahkan Sukarno pernah menjadikan tarian Serampang Dua Belas sebagai tarian nasional dan menjadi bahan ajar wajib di seluruh sekolah di Indonesia.

Setelah bertahun-tahun, perkembangan tarian ini makin menyurut. Hal tersebut tentu disebabkan oleh berkurangnya minat generasi muda dengan segala hal yang bernuansa seni tradisi, termasuk pada tari Serampang Dua Belas. Atas dasar itulah, Anjungan Sumatera Utara, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akhir pekan lalu menggelar Festival Tari Serampang Dua Belas se-Nusantara.

Retno, budayawan Melayu yang juga menjadi juri dalam gelaran tersebut kepada Liputan6.com mengatakan, tari Serampang Dua Belas bukan hanya sekadar tarian, di dalamnya terdapat makna dan filosofi yang mendalam tentang tata cara pergaulan muda-mudi dalam budaya Melayu.

“Ada cara dan ada tata tertib pada tarian Serampang Dua Belas, bahwasannya pertemuan-pertemuan muda-mudi itu melalui tahapan-tahapan tertentu, dan tidak langsung bertemu. Kalau muda-mudi sekarang berbeda, pergaulan mereka lebih bebas. Padahal di dalam tarian ini ada petunjuk ajar yang luar biasa pada tradisi kita soal pergaulan,” kata Retno.

Senada dengan itu, Tatan Daniel selaku Ketua Anjungan Sumatera Utara TMII mengatakan, bagi masyarakat Melayu tarian ini telah menjadi ikon, bahkan perkembangannya meluas hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand.

“Kalau kita menyaksikan film 3 Dara yang hitam putih, di situ ada adegan muda-mudi Jakarta mengadakan acara, dan di situ muda-mudi menarikan Serampang Dua Belas lengkap dengan pakaian teluk belanga. Itu artinya apa? Dahulu tarian ini menjadi sesuatu yang khas dalam pergaulan muda-mudi,” kata Tatan.

Lebih jauh Tatan mengharapkan, ke depan ada titik terang tentang pelestarian Tari Serampang Dua Belas sebagai ikon tari nasional. Sehingga muncul kembali Sauti-Sauti baru, dan koreografi tari nusantara kembali diperhitungkan di kancah seni tari dunia.

Festival tari yang digelar tiap tahun ini sendiri diikuti oleh 16 pasang 32 penari yang berasal dari beberapa kabupaten dari Sumatera Utara, di antaranya dari Deli Serdang, Batubara, Jakarta, Pontianak, Tanjungpinang, dan Kepri.

MABM Mempawah Gelar Ekspresi Seni Budaya Melayu

Mempawah, Kalbar - Ratusan pelajar dan masyarakat umum se-Kabupaten Mempawah turut ambil bagian dalam gelaran ekspresi seni budaya melayu Kabupaten Mempawah Tahun 2016.

Kegiatan yang diselenggarakan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Mempawah dibuka langsung oleh Bupati Mempawah Ria Norsan di gedung Kartini Mempawah, Selasa (20/9/2016).

Ketua Panitia, H Dudung Agus Suharto SSos mengatakan gelaran ekspresi seni budaya melayu Kabupaten Mempawah 2016 ini digelar untuk melestarikan dan membangun adat budaya melayu di tengah masyarakat Mempawah.

"Dengan dibangunnya adat budaya Melayu di Mempawah ini diharapkan dapat mengantisipasi dan memfilter pengaruh budaya asing yang tidak baik dan dapat merusak sendi-sendi kehidupan berbangsaa dan bernegara," ujarnya.

Tak hanya itu, ia mengatakan hal ini juga sebagai persiapan kontingen MABM Kabupaten Mempawah mengikuti Festival Seni Budaya Melayu tingkat Kalimantan Barat yang akan dilaksanakan di Singkawang beberapa waktu mendatang.

Maka dalam gelaran ekspresi seni budaya melayu Kabupaten Mempawah tahun 2016 menampilkan sejumlah perlombaan di antaranya tangkai lagu melayu, tangkai berbalas pantun, tangkai jepin, tangkai vokal grup, paduan suara.

Geliat Seni Reog Ponorogo di Tanah Urban

Tangerang, Banten - Di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi yang berdampak terhadap menurunnya nilai-nilai budaya, tidak menyurutkan semangat sekelompok remaja di wilayah Kabupaten Tangerang untuk tetap melestarikan seni dan budaya tradisional nusantara. Di wilayah Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang misalnya, anak-anak remaja putri penuh percaya diri membawakan tari jatil yang merupakan bagian dari seni reog Ponorogo.

Sesepuh sekaligus pembina seni reog Ponorogo di Tangerang Agoeng Djatmiko mengungkapkan, seni yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur ini tumbuh subur di Tangerang. Hampir di setiap kecamatan, baik di wilayah Kota Tangerang, Kota Tangsel, dan Kabupaten Tangerang ada kelompok kesenian reog Ponorogi ini.

“Bahkan se-Jabotabek-Banten ada,” ujar Agoeng yang juga sebagai pengurus di bidang hubungan antardepartemen pada Paguyuban Reog Ponorogo se-Jabotabek-Banten kepada merahputih.com, Selasa (20/9).

Pesertanya sendiri, kata Agoeng, terdiri dari berbagai profesi, mulai dari buruh pabrik, pedagang kaki lima, pejabat, bahkan anak-anak pelajar. “Untuk anak-anak pelajar ini, kita memang meregenerasi supaya seni reog Ponorogo ini tetap lestari dan estafet dari generasi ke generasi,” katanya.

Bahkan, dalam waktu dekat, grup reog Ponorogo binaannya akan dikirim ke New Zealand untuk mengikuti pagelaran budaya internasional. Dan, pada November 2016 mendatang juga akan mengikuti festival seni budaya tingkat nasional di Bali.

Ezy Aprillia Zaelani, salah seorang peserta seni reog Ponorogo di Kecamatan Solear mengatakan bangga bisa menarikan tari jatil reog Ponorogo. Ia juga mengaku tidak malu dan tidak takut dibilang oleh anak-anak seusianya sebagai remaja yang tidak kekinian. Saat ini, Ezy bergabung di Sanggar Reog Ponorogo Bimo Budoyo di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.

“Kita harus bangga dong, ini kan seni tradisi nusantara. Jangan sampai diklaim lagi sama negara lain,” ucap Ezy yang saat ini duduk di bangku sekolah kelas III SMK Negeri 8 Kabupaten Tangerang.

Dewan Kesenian Ajak DPRD Medan Peduli Seni-Budaya

Medan, Sumut - Dewan Kesenian Kota Medan mengajak seluruh anggota DPRD Medan lebih peduli soal seni dan budaya yang ada di kota Medan. Sebab, ragam seni dan budaya dari berbagai etnis yang ada di Medan sangat berpotensi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke kota ke tiga terbesar di Indonesia ini.

“Kepedulian menambah jumlah wisman dan otomatis ikut peningkatan PAD. Pastinya sudah ikut melestarikan berbagai seni dan budaya asli suku etnis yang ada di Medan,” ujar Ketua Dewan Kesenian Kota Medan Rianto Aghly SH kepada wartawan di Medan, Selasa (20/9/2016).

Dikatakan Rianto, untuk melestarikan seni dan budaya diharapkan semua elemen harus peduli dan berpartisipasi. Dalam hal ini, anggota DPRD Medan dianggap lebih berperan mengawasi pelestarian budaya. Sedangkan Pemko Medan dituntut bertanggungjawab menggali potensi untuk memperkaya ragam budaya.

Diakui Rianto, pihaknya menyadari keterbatasan soal pengembangan seni dan budaya di kota Medan. Untuk itu, tanpa dukungan DPRD Medan untuk menuntut Pemko Medan agar dapat membantu sarana dan prasarana pengembangan seni di kota Medan.

Seperti diketahui saat ini, dewan kesenian kota Medan belum memiliki sarana kantor serta pusat pembinaan seni. Bahkan, Pemko Medan terkesan kurang peduli pelestarian dan pembinaan seni-budaya berbagai etnis. Rianto mengakui, kota Medan cukup kaya jumlah etnis dan budaya yang dinilai layak jual.

Dikatakan Rianto, pihaknya tetap berupaya menjalin kerjasama kepada semua pihak. Bahkan kepada anggota DPRD Medan khususnya komisi yang membidangi seni dan budaya dalam waktu dekat ini akan dilakukan sharing terkait pelestarian seni dan budaya di Medan.

Ditambahkan Rianto, Dewan kesenian Medan juga akan melakukan pertemuan dengan DPRD Sumut dan Pempropsu. Tujuannya akan membicarakan terkait kejelasan lahan penggunaan Taman Budaya Sumatera Utara. Parahnya, Taman Budaya yang selama ini difungsikan pagelaran seni dan budaya dikabarkan akan beralih fungsi. Rianto kuatir, para pencinta seni dan budaya nantinya akan kesulitan tempat pengembangan bakat.

Melestarikan Warisan Budaya dengan Menggelar Lomba Tari Saman

Calang, NAD - Antusiasme Generasi muda dan kesadaraan dalam mendukung pelestarian kebudayaan warisan turun temurun yang merupakan kekayaan bangsa sangat besar terlihat besarnya animo para pelajar mengikuti perlombaan tari saman tingkat SMA se Kabupaten Aceh Jaya.

Hal tersebut di katakan Kepala Staf Kodim 0114/ Aceh Jaya Mayor Inf Sutan .P Siregar saat membuka acara perlombaan Tari Saman tingkat SMA Se-Kab. Aceh Jaya di Makodim 0114/Aceh Jaya Desa Bahagia Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya, Selasa (20/09).

Kasdim mengatakan kegiatan ini untuk memeriahkan HUT TNI ke – 71 Tahun 2016 serta melestarikan seni warisan budaya Indonesia. Selain itu juga bertujuan untuk menstimulus generasi muda mengembangkan kemampuan dan kreatifitas kesenian daerah dan kecintaan terhadap kebudayaan Bangsa yang kini telah diakui oleh Dunia.

Dalam perlombaan tari saman ini diikuti sebanyak 6 peserta SMA di Kab. Aceh Jaya. Keluar sebagai Juara 1 dari Kec. Panga, Juara 2 dari Kec. Teunom, Juara 3 dari Kec. Sampoiniet , sedangkan untuk kategori terfavorit dimenangkan oleh peserta dariKec. Lamno.

Turut hadir dalam lomba Tari Saman tersebut diantaranya para Perwira Staf dan Danramil jajaran Kodim 0114/Aceh Jaya, pelatih/guru pendamping, anggota Kodim 0114/Aceh Jaya, Ibu Wakil Ketua beserta anggota Persit KCK Cabang XXIX Kodim 0114/Aceh Jaya dan masyarakat Kab. Aceh Jaya sebanyak 150 Orang.

Saat Taruna Asean Belajar Budaya Bugis-Makassar

Makassar, Sulsel - Taruna Asean atau Asean Cadet Sail akan mempelajari kebudayaan beberapa suku di Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis dan Makassar.

Kepala Departemen Ilmu dan Teknologi Akademi Angkatan Laut, Isworo mengatakan pihaknya akan berada di Sulsel hingga 23 September. Kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke Balikpapan untuk mempelajari suku Daya dan Banjar nya.

"Kita melakukan pelayaran bersama antara seluruh cadet asean ke beberapa destinasi kebudayaan di nusantara. Diantaranya di Lombok dengan suku sasaknya, Bali dengan suku Bali-nya, kemudian Ujung Pandang dengan suku Makassar dan Bugis-nya. Nanti akan ke Balikpapan dengan suku Dayak dan Banjar-nya, dan terakhir ke Semarang dengan suku Jawa-nya," jelasnya seusai bertemu dengan wakil Gubernur Sulsel di Kantor Gubernur, Selasa (20/9/2016).

Adapun Taruna Asean yang ikut melakukan pelayaran ini terdiri dari perwakilan 8 negara Asean. Dengan masing-masing empat Cadet dan satu Perwira Pendamping.

"Bruney dan Laos cancel. Seain dua itu semua negara di Asean ikut. Dengan tujuan menanamkan kebersamaan Asean pada generasi muda kita," kata Isworo.

Rencananya, para taruna ini juga akan mengunjungi wisata Bantimurung, kemudian masuk di Leang-leang. Juga akan mengunjungi Benteng Rotterdam.

Menikmati Fashion, Seni dan Budaya di IIHLEC 2016

Jakarta - Kurang dari dua pekan mendatang perhelatan akbar Indonesia International Halal Lifestyle Expo and Conference 2016 akan digelar. Ajang ini rencananya akan menjadi yang pertama dari acara yang bakal tiap tahun diselenggarakan itu.

Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar mengatakan bahwa beberapa negara di dunia masing-masing telah punya aktivitas terkait dengan industri halal. Merekapun telah diadakan kegiatan itu secara rutin tiap tahun. Bahkan negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.

“Dengan acara ini, diharapkan kita akan menjadi salah satu negara yang tercatat jadi penyelenggara Halal Expo dan Conference. Tahun 2017 dan 2018 semoga saja kita sudah masuk agenda global untuk bulan Oktober,” kata Sapta dalam presentasinya tentang produk dan pariwisata Halal di ITB Bandung Kamis (1/9) lalu.

Sapta menunjukkan bahwa mulai Juni hingga Desember tahun ini beberapa negara telah mendaftarkan acara yang diselenggarakannya. Misalnya Juni sudah terdaftar Halal Taiwan Expo dan Moscow Halal Expo, pada Agustus ada Halal Expo Korea, Oktober ada Global Islamic Economy Summit di Dubai (UEA), November giliran Spanyol yang akan menyelenggarakan expo Halal dan di penghujung tahun bulan Desember akan ada Thailand Halal Assembly.

Tak sekadar demi mengisi ceruk dalam agenda global yang belum terisi oleh Indonesia, penyelenggaraan IIHLEC sebenarnya adalah juga sebagai bentuk kepedulian akan kurangnya informasi mengenai industri halal di Indonesia.

Indonesia Halal Lifestyle Center adalah sebuah inisiatif untuk membentuk sistem dukungan untuk komunitas Muslim agar bisa mengakses dan mendapat pengetahuan tentang produk halal dan layanan dari pemerintah berdasarkan hukum Islam.

Lembaga ini juga akan menjadi pusat dari aktivitas dan informasi untuk komunitas Muslim belajar, menemukan dan diarahkan ke bisnis halal, produk dan layanan. Lembaga ini juga bisa melayani dan mendukung pihak lain untuk menghasilkan produk halal dengan berbagai cara. Mulai dari food, travel, fashion, cosmetic, education, finansial, media and recreation, farmasi, medical care & wellness, dan art & culture.

Menurut Sapta Nirwandar tren global gaya hidup halal itu setidaknya memiliki lima aspek. "Sesuai ketentuan agama, mengandung kebaikan dan keselamatan, keadilan, kesehatan dan style atau gaya," kata Sapta.

Penyelenggaraan IIHLEC 2016 diyakini bakal sangat menyenangkan, karena selain diisi dengan konferensi yang menampilkan para pakar di bidang industri halal akan ada pula berbagai penampilan baik di bidang fashion maupun seni budaya.

Untuk fashion ada 10 perancang nasional yang akan tampil. Selain Dian Pelangi ada desainer Deden Siswanto, Si.Se.Sa, El Hijab, Irna Mutiara yang akan menampilkan kreasi desainnya.

Akan ada pula pemutaran film Kalam-kalam Langit yang dibuat berdasarkan novel karya Pipiet Senja dan disutradarai oleh Tarmizi Abka. Sebelum pemutaran film yang di antaranya dibintangi Elyzia Mulachela, Dimas Seto, Mathias Muchus, dan Ibnu Jamil akan diselenggarakan diskusi ringan mengenai film ini dengan menampilkan para pendukung film yang sempat mendapat banyak pujian di Malaysia pekan lalu.

Puncak dari penampilan bidang art & culture adalah pameran instalasi dari sekolah Islamic Fashion Institute, Bandung dan konser musik bersama Dwiki Darmawan & Orchestra yang akan membawakan sejumlah aransemen musik bernuansa religi yang penuh inspirasi.

Acara akan berlangsung mulai tanggal 6-8 Oktober 2016 dengan pembabakan, 6 Oktober jam 09.00 sampai dengan 17.00 Halal Lifestyle Conference, 6-7 Oktober showcase semua produk sepanjang hari, 7-8 Oktober fashion show dan pemutaran film. Sementara Konser Dwiki Darmawan & Orchestra akan diselenggarakan pada 8 Oktober pukul 20.00-22.00. Acara ini ditargetkan akan dihadiri sampai 9.000 pengunjung dari seluruh dunia.

Empat Negara Jadi Peserta Festival Folklore 2016, Arief: Ini Ajang Pengenalan Budaya

Tangerang, Banten - Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah resmi membuka Festival Folklore 2016 yang digelar di Pelataran Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kota Tangerang, Minggu (21/8/2016) malam.

Dalam kesempatan itu, Arief Wismansyah didampingi Wakil Walikota Tangerang Sachrudin, Kepala SKPD dan Camat se-Kota Tangerang, serta perwakilan peserta dari empat negara seperti Indonesia, India, Sri Lanka, Filipina, dan Mexico.

Pembukaan Festival Folklore 2016 ini berlangsung meriah dengan penampilan tarian khas kota Tangerang Tari Lenggang Cisadane sebagai pembuka acara, dilanjutkan dengan parade budaya dariempat negara.

"Saya sangat berterimakasih dan menyambut baik kedatangan kontingen-kontingen negara Mexico, India, Sri Lanka, dan Filipina," kata Arief R. Wismansyah dalam sabutannya.

Menurut Arief, Festival Folklore 2016 ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang pengenalan budaya Kota Tangerang kepada dunia dan juga memperkenalkan budaya negara sahabat kepada Indonesia.

"Saya berharap festival ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang pengenalan budaya masing-masing negara, terutama budaya Kota Tangerang,"ujarnya.

Festival Folklore 2016 ini akan digelar selama sepekan Minggu -Sabtu (21-27/8/2016). Dalam acara ini, sejumlah seniman Tangerang akan unjuk kebolehan setiap hari selama festival berlangsung.

Norsan Harap Seni Budaya Melayu Mempawah Tampil di Luar Negeri

Mempawah, Kalbar - Ketua Umum Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Mempawah H Ria Norsan mengatakan penting adanya upaya pelestarian adat budaya melayu walaupun melalui Ekspresi Seni Budaya Melayu ini.

"Melalui Ekspresi Seni Budaya Melayu adalah untuk melihat sejauh mana anak-anak kita ini menghayati budaya melayu yang ada di Mempawah ini," ujarnya, Selasa (120/9).

Bupati Mempawah menyatakan tak hanya sebagai upaya melestarikan adat dan budaya, pihaknya mempersiapkan peserta dalam festival seni budaya melayu di Kota Singkawang beberapa waktu mendatang.

"Mudah-mudahan juara, nanti dapat mewakili Kabupaten Mempawah ditingkat Kalbar bahkan nasional,"jelasnya.

Terlebih dikatakan kegiatan budaya melayu di Mempawah kerap diminta tampil di daerah tetangga seperti negara Singapura untuk mewakili Kalbar.

"Waktu itu saya bawa grup tundang, kalau dari provinsi lain menampilkan tari-tarian. Alhamdullillah di Singapura banyak orang Melayu, sehingga kita bawakan budaya tundang, mereka terhibur tertawa,” jelasnya.

Seren Taun Kasepuhan Banten Kidul Resmi Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda

Serang, Banten - Pemerintah propinsi Banten berhasil menggoalkan penetapan Seren Taun Kasepuhan Banten Kidul sebagai warisan budaya tak benda sebagai salah satu kekayaan budaya nusantara.

Menurut kepala dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah propinsi Banten Opar Sochari, dinasnya mewakili pemerintah propinsi Banten berupaya untuk mengajukan argumen-argumen dan bukti-bukti otentik agar pihak kementerian dan kebudayaan RI menerima ritual masyarakat adat di selatan Banten tersebut sebagai salah satu warisan budaya tak benda.

"Para ahli yang diantara terdiri dari antropolog dan arkeolog menyatakan sepakat, sehingga dengan resminya Seren Taun sebagai warisan budaya tak benda, layak dijadikan even berskala nasional," terangnya, Senin (19/9).

Sementara itu, kepala seksi kesenian dinas kebudayaan dan pariwisata pemerintah propinsi Banten Rohaendi yang mengawal sidang penetapan warisan budaya tersebut mengatakan, penetapan tersebut ditandatangani pada tanggal 14 September 2016.

"Pemprop berupaya dalam sidang untuk mempertahankan di hadapan para penguji dari kementerian pendidikan dan kebudayaan, dan sampel yang digunakan adalah upacara adat Seren Taun Kasepuhan Cisungsang yang merupakan bagian dari Kasepuhan Banten Kidul," terangnya.

Ia juga mengatakan, selain Seren Taun yang merupakan Ritual Masyarakat, ada warisan budaya tak benda lainnya yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari Banten, jenisnya adalah kuliner.

Festival Kampung Cempluk, Begini Cara Warga Kabupaten Malang Melestarikan Budaya Leluhur

Malang, Jatim - Seolah tak ingin meninggalkan budaya, warga Dusun Sumberejo, Desa Kalisongo, Kecamata Dau, Kabupaten Malang, kembali menggelar agenda tahunan. Yakni Festival Kampung Cempluk ke-7. Kegiatan ini diadakan selama lima hari, mulai Selasa (20/9/2016) hingga Sabtu (24/9/2016). Bermacam-macam kegiatan yang mengangkat tradisi budaya turut meramaikan festival ini.

Festival Kampung Cempluk ke-7 dibuka dengan pawai budaya. Pawai budaya ini wajib diikuti oleh perwakilan setiap RT dan RW. Ada sekitar 14 RT dan 2 RW yang mengikuti pawai budaya. Mereka masing-masing memamerkan kepawaiannya dalam berbusana dan menari. Ada yang memakai budaya adat Bali, pakaian kerja PNS seperti polisi dan dokter, memakai topeng malangan, bahkan ada yang memakai konsep arak-arakan putri dan raja. Mulai dari anak kecil, remaja, orang tua, hingga paruh baya ikut memeriahkan kegiatan ini.

Ketua Panitia Festival Kampung Cempluk, Nicko Nurdiansyah mengatakan, kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap tahun berkali-kali. Tujuannya ialah untuk terus mempertahankan budaya dan menjadikan benteng dari arus globalisasi. Dengan diadakannnya festival budaya semacam ini, juga secara otomatis membangun identitas Kampung Cempluk itu sendiri tanpa mengubah yang asli.

“Tiap tahun memang beda konsep dan tema. Tapi tetap dalam lingkup budaya. Kali ini, anak-anak muda yang menghandle kegiatan. Kami ingin anak-anak muda ini berkreasi dengan kreatifitas. Bedanya, kali ini akan mengulas sejarah tentang Kampung Cempluk yang sempat terlupakan. Juga ada prosesi pemotongan ayam,” tuturnya.

Ia menyatakan, kegiatan ini juga diikuti oleh beberapa peserta dari luar daerah, seperti Kalimantan Timur, Jawa Barat, Banyuwangi, Tulungagung. Hal ini karena jaringan dari festival nusantara. Di sepanjang jalan, juga ada stand milik warga Kampung Cempluk yang menjajahkan makanan serta mainan zaman dulu.

Beberapa kegiatan ini seperti Pentas Kampung Cempluk, Cempluk Bersastra, Wahana Budaya, Zona Foto, serta ada Permainan Tradisional yang bisa diikuti oleh semua kalangan sekaligus sebagai ajang mempertahankan dolanan tradisional.

Konferensi “Islam Di Dunia Melayu” Diadakan di Brunei Darussalam

Brunei - Universitas Sultan Sharif Al Islam (UNISSA), Brunei Darussalam, menjadi tuan rumah Konferensi Internasional atau ICON 2016 tentang Islam di Dunia Melayu pada 20-22 September 2016.

Konferensi ini merupakan kerjasama antara universitas dari empat negara, yakni UNISSA (Brunei), Universitas Malaya (Malaysia), Universitas Prince of Songkla (Thailand) dan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (Indonesia).

Konferensi ini bertema “ Islam Pemangkin Kemakmuran di Dunia Melayu” yang akan menyoroti peran Islam sebagai katalis untuk kemakmuran atau kesejahteraan secara universal. Demikian ketua panitia, Dr Siti Sara Hj Ahmad, Dekan Fakultas Bahasa Arab dan Islam Peradaban UNISSA, dan Dr Lilly Suzana Hj Shamsu, dekan Fakultas Usuluddin UNISSA, seperti dilaporkan The Brunei Times dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin 19/9.

Dr. Lily Shamsu menambahkan, konferensi menampilkan 67 pembicara dari enam negara – Brunei, Malaysia, Thailand, Indonesia, India dan Maladewa.

Konferensi ini juga akan menyoroti perlunya seseorang hidup sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Ahli Sunnah Wal Jamaah.

Di samping itu konferensi ini juga bertujuan menciptakan harmoni dan toleransi antara Muslim dan masyarakat non-Muslim untuk memperkuat persatuan dan kemakmuran,” kata Dr Lilly Suzana.

Secara lebih rinci ia mengatakan konferensi akan membahas masalah kesejahteraan dalam beberapa aspek.

Dia mengatakan akan menyentuh pada kesejahteraan di dunia Melayu berdasarkan aspek Al-Quran dan Al-Sunnah; aqidah dan dakwah; Syariat dan hukum Islam; tasawwuf dan akhlak (moral); sejarah Islam; Pendidikan Agama Islam; bahasa dan budaya; ekonomi Islam; politik Islam dan administrasi; manajemen dan pengembangan; hubungan internasional dan komunikasi serta konservasi dan pelestarian lingkungan.

Dr Siti Sara mengatakan konferensi ini akan diikuti oleh akademisi, peneliti, mahasiswa, pegawai negeri sipil, swasta serta anggota masyarakat lainnya.

Konferensi ini akan dilakukan dalam tiga bahasa – Melayu, Arab dan Inggris.

Makan Bersama Didulang Simbol Budaya dan Kebersamaan

Bangka, babel - Ratusan dulang (tempat membawa makanan tradisional) berikut makanannya dibawa masyarakat ke Lapangan Merdeka Pangkalpinang.

Kegiatan ini merupakan perayaan HUT Kota Pangkalpinang ke 259 Senin (19/9/2016) dengan santap siang bersama menggunakan dulang yang biasa di Pulau Bangka disebut budaya nganggung.

Usai acara pemotongan tumpeng dipimpin oleh Wakil Walikota Pangkalpinang M Sofian dihadiri oleh Wakil Gubernur Kep Bangka Belitung Hidayat Arsani langsung dilanjutkan dengan makan bersama.

Dalam sekejap makanan yang ada didalam dulang ludes disantap oleh undangan dan ribuan warga yang hadir.

"Budaya makan didulang atau nganggung merupakan budaya khas kita yang harus dipertahankan karena simbol dari kebersamaan,"kata M Sofian.

Sementara Wakil Gubernur Hidayat Arsani berharap kedepannya kegiatan nganggung bisa dikemas lebih baik dengan ditambahkan dengan kegiatan lain.

"Agar lebih meriah bisa digabung dengan kegiatan lain atau bisa perlu nganggungnya di rumah-rumah warga akan lebih terasa kebersamaannya," kata Hidayat Arsani.

Iraw Tengkayu Dinobatkan Atraksi Budaya Terpopuler

Tarakan, Kaltara - Kabar gembira bagi dunia pariwisata di Kalimantan Utara, terkhusus lagi Tarakan. Festival Iraw Tengkayu yang digelar dua tahun sekali meraih penghargaan pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2016.

Anugerah yang digelar Kementerian Pariwisata di Jakarta, Sabtu (18/9) malam, pesta budaya masyarakat Tarakan ini meraih juara pertama untuk kategori atraksi budaya terpopuler (Most Popular Cultural Attraction).

Pesta budaya Iraw Tangkayu menyisihkan sembilan atraksi budaya lainnya dari seluruh Indonesia. Dua di antaranya pesta budaya Pasola dari Nusa Tenggara Timur yang menempati runner up, serta Bambu Gila asal Maluku Utara yang menempati peringkat ketiga.

Terpilihnya Iraw Tengaku sebagai pemenang kategori atraksi budaya terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2016 tidak lepas peran seluruh masyarakat Kalimantan Utara yang telah mendukung melalui vote.

Ya, dalam penentuan pemenang yang menggunakan sistem dukungan terbanyak lewat vote yang dimulai sejak Mei hingga Agustus 2016, Festival Iraw Tengkayu meraih dukungan tertinggi di antara 10 nominasi lainnya.

“Tentu tanpa dukungan semua pihak, bahkan dukungan masyarakat melalui vote, tidak hanya masyakarat Tarakan juga masyarakat Kalimantan Utara dan di luar, kami ucapkan terima kasih,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Priwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Tarakan Hamid Amren, Minggu (18/9).

Prestasi ini tentunya menjadi kabar gembira bagi dunia pariwisata Tarakan dan Kalimantan Utara dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan di provinsi termuda ini.

Pasalnya, menurut Hamid, tidak mudah untuk bisa menjadi juara karena harus bersaing dengan festival budaya yang sudah dikenal masyarakat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah festival budaya Erau Kutai Kartanegara dan dari Bali.

“Kita berharap ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun wisatawan mancanegara ke Tarakan maupun Kalimantan Utara,” ujarnya.

Yang lebih mengejutkan lagi, setiap penyelenggaraan festival Iraw Tengkayu, dana yang digunakan relatif kecil dibandingkan daerah lain.

Pada 2015 lalu, pemerintah Tarakan hanya mengeluarkan dana Rp 2 miliar, termasuk kegiatan pendukung lain seperti lomba tradisional. Berbeda dengan beberapa pesta budaya lain di Tanah Air yang menggunakan dana lebih dari Rp 2 miliar.

Namun, bagi Hamid, yang terpenting prestasi ini akan mendongkrak pariwisata Tarakan dan Kalimantan Utara. Sebab, secara otomatis Iraw Tengaku masuk dalam program promosi yang dilakukan Kementerian Pariwisata.

Disbudparpora Tarakan juga akan berupaya mempertahankan prestasi ini dengan meningkatkan mutu penyelenggaraan festival Iraw Tengkayu. Namun, pihaknya sejauh ini belum berniat menjadikan event ini sebagai kegiatan tahunan. Menurut Hamid, itu menjadi kebijakan sepenuhnya Wali Kota Tarakan.

Sekilas festival Iraw Tengkayu adalah upacara tradisional dan perlombaan yang diadakan oleh masyarakat suku Tidung di Tarakan.

Festival ini berupa upacara ritual menghanyutkan sesaji ke laut dan berbagai macam perlombaan. Festival ini biasanya di laksanakan setiap 2 tahun sekali dan bertepatan dengan hari jadi Kota Tarakan.

Iraw Tengkayu merupakan upacara turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat suku Tidung. Iraw Tengkayu mempunyai dua arti kata yang diambil dari bahasa Tidung.

Iraw yang berarti perayaan atau pesta, sedangkan Tengkayu adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yang dimaksud pulau kecil adalah Pulau Tarakan.

Inti dari festival ini ialah ritual adat parade Padaw Tuju Dulung yaitu perahu hias yang diarak keliling kota. Pada bagian bawah perahu dipasang beberapa bilah bambu yang digunakan oleh para pemuda untuk mengangkut Padaw Tuju Dulung.

Jaran Kencak Lumajang Diakui Warisan Budaya

Lumajang, Jatim - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lumajang menyambut baik dengan dijadikannya Kesenian Jaran Kencak sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan (Menbud) Indonesia.

"Kabar ini disamaikan oleh Bu Hartini, Kabid Kebudadayan Disbudpar Jawa Timur," kata Indrijanto, Kabid Budaya Disbudpar pada beritajatim.com, Senin(19/9/2016).

Lanjut dia, kabar ini adalah hadiah yang luar biasa bagi para pelaku kesenian jaran kencak di Lumajang. Pasanya, pelestarian kebudayaan secara turun temurun mampu diakui oleh Negara.

"Jaran kencak sejajar dengan Reog Ponorogo, Wayang kulit," jelasnya.

Disbudpar Lumajang mengajukan kesenian jaran kencak sebagai warisa budaya Indonesia tak benda ke Disbudpar Jawa Timur untuk ditetapkan. Kemudian oleh Disbudpar Jatim di daftarkan ke Kementerian Kebudayaan untuk diakui menjadi budaya khas Indonesia.

"Alhamdulillah, kabarbaik itu datang," Terang Indri.

Jumlah pelaku kesenian para kencak di Lumajang mencapai ratusan orang, sedangkan paguyuban kesenian ada 65 kelompok. Sedangkan untuk jaran kencak ada sekitar 200-an ekor yang siap ditampilkan.

"Kalau ingin tahu parade jaran kencak, silakan hadir di Hari Jadi Lumajang awal Desember," paparnya.

Saat Ribuan Orang Ikuti Budaya Nganggung untuk Rayakan HUT ke-259 Pangkalpinang

Pangkalpinang, Babel - Tak seperti biasanya, Alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel) tampak sangat ramai. Tenda-tenda terpasang memenuhi alun-alun hingga badan jalan. Di bawahnya terhampar karpet-karpet warna hijau dan merah.

Ribuan orang tampak berkumpul di kawasan yang merupakan pusat kota Pangkalpinang ini. Mereka hendak menggelar acara Nganggung. Nganggung merupakan budaya Bangka berupa makan bersama-sama menggunakan dulang atau nampan. Di atasnya ditutupi dengan tudung saji khas Bangka.

Budaya Nganggung yang diserap dari adat Melayu ini merupakan wujud syukur masyarakat atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Biasanya Nganggung digelar untuk memperingati hari-hari besar keagamaan, atau acara-acara besar lainnya seperti HUT NKRI, HUT kabupaten/kota dan provinsi.

Ketua panitia Nganggung, Edison Taher mengatakan, 1.460 dulang disediakan dalam acara ini. Setiap makanan di dulang dapat dimakan oleh 4-5 orang. Sehingga diperkirakan sekitar 5.800 orang mengikuti Nganggung dalam rangka peringatan HUT ke-259 Pangkalpinang tersebut. Mereka berasal dari berbagai kalangan seperti PNS, perwakilan BUMN dan perusahaan-perusahaan yang berada di Kota Pangkalpinang serta masyarakat umum.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Pangkalpinang M Sopian mengatakan, makna kebersamaan dan gotong royong dalam budaya Nganggung ini penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membangun Kota Pangkalpinang, Pemkot dan masyarakat serta para stakeholder harus bersatu-padu.

"Kami menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki tentunya untuk membangun Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi, kita sangat mengharapkan partisipasi dan kebersamaan semua elemen masyarakat," kata Sopian di Alun-alun Taman Merdeka, Pangkalpinang, Babel, Senin (19/9/2016).

Hal serupa juga dikatakan Wagub Babel Hidayat Arsani dan Wakil Ketua DPRD Pangkalpinang Abang Hertza. Tradisi kebersamaan dan gotong royong harus terus dihidupkan untuk mendorong Pangkalpinang sebagai kota maju dan berbudaya. Namun Hidayat mengingatkan, masih ada PR besar yang harus dituntaskan, yakni peningkatan perekonomian.

"Pangkalpinang ini semakin tua semakin kuat. Hanya saja perekonomiannya yang belum kuat. Karena Babel sangat terganggu perekonomiannya," tuturnya.

Kemah Budaya Nasional 2016 Resmi Dibuka

Bangka Belitung - Kemah Budaya Nasional (KBN) 2016 resmi dibuka Senin (19/9). KBN ketujuh ini diselenggarakan di Desa Juru Seberang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

KBN 2016 dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid. Menurutnya, gerakan pramuka adalah wujud nyata dari Bhineka Tunggal Ika. Dimana banyak perbedaan tapi tetap satu jua.

Dengan kegiatan pramuka, ia minta anak-anak ini mampu mengolah diri meningkatkan kecakapan, meningkatkan komitmen terhadap gerakan pramuka. "Saya harap kalian yang terpilih dari yang terbaik pulang membawa semangat baru untuk melestarikan kebudyaaan Indonesia," jelasnya dalam pembukaan KBN 2016 di Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Direktur Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Triana Wulandari, menjelaskan KBN merupakan wahana pertemuan pramuka penggalang untuk menanam dan menumbuhkembangkan nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa, membina persaudaraan, mempererat persatuan, dan kesatuan serta wadah pembinaan karakter bangsa serta jiwa kemandirian.

Kegiatan ini mengajak pramuka untuk beraktifitas di alam terbuka, mendirikan tenda untuk berkemah, serta melakukan berbagai aktivitas edukatif, rekreatif, inovatif, dan kompetitif antara lain berpetualang, menjelajah napak tilas rute sejarah, pentas seni budaya.

KBN tahun ini berlangsung mulai dari tanggal 19 hingga 23 September. Tema yang diangkat "Mewujudkan Generasi yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkarakter". Pesertanya berjumlah 800 orang dari 34 provinsi.

Memartabatkan Busana Tradisional

Kuala Pilah, Malaysia - Pemakaian tengkolok, tanjak atau destar pada masa ini hanya dapat dilihat da­lam majlis-majlis istiadat diraja atau majlis perkahwinan.

Disebabkan itu tidak hairanlah ramai anak muda pada masa ini tidak mengetahui fungsi dan pe-ranan busana itu dalam pakaian istiadat Melayu.

Bagi memartabatkan busana itu, Lembaga Muzium Negeri Sembilan (LMNS) menganjurkan Bengkel Pemakaian Destar di Muzium Diraja Seri Menanti di sini baru-baru ini.

Kursus yang merangkumi ce-ramah dan teknik melipat destar itu dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri daripada pemimpin adat di negeri ini, kakitangan muzium dan pelajar dari Institut Pendidikan Guru Kampus Raja Melewar, Seremban.

Kurator Bahagian Pengurusan LMNS, Aziz Mohd. Ghorip berkata, penganjuran bengkel bertujuan memberi kefahaman tentang sejarah dan seni lipatan destar yang semakin dilupakan generasi muda.

“Pada masa ini ramai yang tidak tahu mengenai destar ke-rana mereka tidak pernah diberi pendedahan mengenainya.

“Oleh itu, pihak muzium telah mengambil inisiatif mengadakan bengkel seumpama ini supaya warisan adat dan budaya Melayu ini dapat dikekalkan,” katanya dalam majlis perasmian bengkel itu di sini baru-baru ini.

Perasmian bengkel itu disempurnakan oleh Pengerusi Jawatankuasa Kebudayaan dan Adat Istiadat Melayu negeri, Datuk Abd. Razak Ab. Said.

Yang turut hadir Penasihat Adat LMNS, Prof. Emeritus Datuk Dr. Abdul Samad Hadi.

Selain latihan mengenai teknik lipatan destar, peserta turut me­ndengar ceramah berkaitan sejarah dan falsafah di sebalik pemakaiannya dalam istiadat istana.

Di Negeri Sembilan terdapat lima jenis destar iaitu Dendam Tak Sudah, Kacang Dua Helai, Sarang Kerengga, Solok Timba dan Helang Menyusul Angin.

Lampion Berterangan pada Pembukaan Festival Budaya Pasar Terapung

Banjarmasin, Kalsel - Puluhan lampion dilepas dan berterbangan menandai dibukanya Festival Budaya Pasar Terapung 2016 yang berlangsung 16-20 September di siring Sungai Martapura di Jalan Piare Tendean, Jumat (16/9) malam.

Pelepasan lampion ini memukau ribuan masyarakat yang mengunjungi objek wisata siring sungai tersebut. Berbagai hiburan seni budaya juga ditampilkan.

Termasuk juga adanya atraksi air oleh puluhan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) se-Kota Banjarmasin, ditambah pesta kembang api yang makin memeriahkan acara tahunan tersebut.

Bahkan, kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Provinsi Kalsel H Mohabdas H, Festival Budaya Pasar Terapung ini sudah masuk wisata nasional Indonesia.

"Pemberian sertifikat pasar terapung sebagai wisata nasional ini oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bagi Kabupaten Banjar dan Banjarmasin," katanya.

Sebab, ungkap dia, di dua daerah inilah yang masih lestari kebudayaan pasar terapung tersebut, yakni pasar yang berkegiatan di sungai dengan sarana transportasi jukung atau sampan oleh pedagang dan pembelinya.

Untuk terus menarik wisatawan datang ke daerah ini, tutur Mohandas, dibuatlah konsep kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan pasar terapung yang merupakan wisata berbasis sungai sejak 2009.

"Kegiatan ini cukup besar efeknya untuk menarik kedatangan wisata, baik lokal maupun mancanegara," katanya.

Karena itu, kata Mohandas, kegiatan ini terus diperkaya agar lebih memikat lagi dengan berbagai kegiatan seni dan budaya, termasuk juga lainnya.

Kemeriahan festival budaya pasar terapung ini diantaranya lomba pawai budaya, Banjar fashion carnaval, lomba permainan tradisional balogo.

Selanjutnya, ujarnya, festival kuliner daerah pada kampung Banjar, sasirangan street festival, lomba masak hotel dan restoran, lomba jukung hias pada pedagang pasar terapung dan lomba foto objek festival pasar terapung.

Festival Gandrung Sewu Pukau Ribuan Wisatawan

Banyuwangi, Jatim - Festival Gandrung Sewu yang digelar di Pantai Boom, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur memukau ribuan wisatawan yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan luar negeri.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Banyuwangi Yanuar Bramuda menjelaskan, sebanyak 1.300 penari gandrung beraksi memainkan koreografi yang apik di bibir pantai dengan latar belakang Selat Bali dan semburat cahaya matahari tenggelam. Festival Gandrung Sewu ini telah memasuki tahun kelima.

Ajang ini telah menjelma menjadi pariwisata kegiatan (event tourism) berkelas nasional. Terbukti dari berjubel wisatawan dan selalu meningkat okupansi hotel di Banyuwangi saat acara kolosal tersebut berlangsung.

"Setiap tahun kami memang selalu menyajikan atraksi yang fantastis dan selalu baru, menjadi bukti sahih akan kemegahan Festival Gandrung Sewu ini," ujarnya di Banyuwangi, Minggu (18/9).

Tahun ini, Festival Gandrung Sewu menyajikan diorama "Gandrung Lukita". Tema yang sengaja dipilih untuk pergelaran tahun ini merupakan sekuel lanjutan dari Gandrung Sewu tahun sebelumnya yang bercerita tentang perjuangan Kerajaan Blambangan (cikal-bakal Banyuwangi) melawan penjajah.

Pada Sabtu (17/9) sore itu, para penari dengan instrumen kipasnya melingkari arena pertunjukan, membentuk formasi berjajar, sebagian lagi melingkar, dan terus bergerak dalam derap tari yang rancak, namun tetap berasa kelembutannya.

Kipas putih dan merah beralih seiring tabuh gamelan dan angklung. Suara sinden yang menyanyikan lagu-lagu khas gandrung menjadi narasi cerita, mengantarkan setiap adegan demi adegan berpaut menjadi pertunjukan yang tiada duanya.

Seluruh atraksi itu akhirnya mampu mengundang decak kagum penonton. Tak ketinggalan Marleen, wisatawan asal Jerman. "Ini festival yang sangat bagus. Aku belum pernah melihat seperti ini sebelumnya. Sangat bagus ketika ribuan orang menari bersama-sama. mengagumkan," kata Marleen yang sedang berlibur ke Banyuwangi itu memuji.

Rosyid, wisatawan dari Malang yang datang bersama sepuluh rekannya, juga mengaku puas dengan aksi di Festival Gandrung Sewu. "Rasanya merinding melihat ribuan penari di bibir pantai pas menjelang matahari tenggelam," kata dia.

Pertunjukan yang menjadi bagian dari Banyuwangi Festival itu, bagi Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas, tak sebatas pergelaran.

"Ini adalah konsolidasi budaya," ujar Anas yang menyempatkan diri menyapa para penari dan ribuan penonton Gandrung Sewu dari layanan face time, karena baru saja mendarat di Jakarta seusai menunaikan ibadah haji.

Konsolidasi budaya, lanjut Anas, adalah bagaimana mendorong pelestarian seni budaya yang sempat terkesampingkan menjadi seni budaya yang membanggakan semuanya.

"Saya yakin Banyuwangi tidak kesulitan meregenerasi para pelaku seni. Festival Gandrung Sewu membuktikan itu. Ribuan anak dari seluruh Banyuwangi giat berlatih didukung orang tua dan para warga desanya. Ini partisipasi publik dalam mengembangkan seni budaya dalam balutan pariwisata. Aspek seni budayanya diraih, aspek ekonominya juga didapat melalui pariwisata," kata Anas lagi.

Salah seorang penari festival itu Yuniar Trianingsih tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. "Rasanya luar biasa ketika ribuan orang melihat saya menari. Ini pengalaman tak terlupakan dan menyemangati saya untuk selalu cinta seni budaya Indonesia, khususnya Banyuwangi," ujarnya.

Yunita yang mengaku ingin menjadi penari profesional, sehingga aktif di sanggar tari untuk melatih kepiawaiannya menari. "Seminggu dua kali latihan di Sanggar Tawang Alun," ujar pelajar Kelas XI SMA Darus Sholah Singojuruh itu.

Menurut Bramuda, berbagai festival seni budaya dalam Banyuwangi Festival memang sukses membangkitkan gairah masyarakat membangun wadah kreativitas seni generasi muda.

Berdasarkan data, katanya, pada tahun 2010 jumlah sanggar tari baru 13. Namun pada 2014 jumlahnya berlipat menjadi 59. "Itu yang tercatat resmi dalam data kami, ditambah sanggar-sanggar kecil lain mungkin bisa mencapai 66 buah," ujar Bramuda.

-

Arsip Blog

Recent Posts