Pariwisata Kuta Timbulkan Penyederhanaan Budaya

Denpasar - Pariwisata Kuta yang mengalami perkembangan pesat, bahkan paling menonjol diantara 1.453 desa adat di Bali, menimbulkan terjadinya penyederhanaan budaya.

"Warga desa adat setempat ingin menjadi modern dengan tetap melestarikan budaya," kata dosen Institut Hindu Dharma Negeri Dr I Ketut Sumadi, di Denpasar Jumat.

Pria kelahiran Gianyar 48 tahun silam itu melakukan penelitian dan pengkajian tentang "Modal budaya sebagai dasar pengembangan pariwisata di Desa Adat Kuta" untuk meraih gelar doktor pada program Pascasarjana Universitas Udayana dan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.

Ia mengatakan, masyarakat Kuta dalam melestarikan seni budaya itu membutuhkan uang dari wisatawan yang datang dari berbagai negara di belahan dunia.

Ketut Sumadi menambahkan, warga desa adat Kuta melakukan kegiatan yang bersifat sakral bersamaan dengan aktivitas pariwisata yang profan, sehingga terjadi fenomena pospiritualitas, yakni berbaurnya hal-hal duniawi dengan yang ilahiah.

Modal budaya mengalami perubahan dari ritual ke teater, antara lain prosesi ritual "Melasti" di Pantai KUta. Rangkaian hari suci Nyepi itu ditata seperti panggung pertunjukkan sehingga bisa disaksikan wisatawan yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata.

Fenomena tersebut sekaligus mencerminkan perjuangan politik identitas, bahwa Desa Adat Kuta yang berlandaskan Trihita Karana, yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, tetap bertahan di tengah perkembangan pariwisata global, ujar Ketut Sumadi.

Makna religius yang menjadi modal budaya sebagai dasar pengembangan pariwisata dinilai mampu memperkuat jati diri dan keyakinan masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat magis-relegius dan mempertebal rasa keyakinan sehingga muncul istilah "Cakra yadnya".

Menurut dia, hal itu menggambarkan harmonisnya aktivitas pariwisata dengan kegiatan religius menuju kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang. (JY)

Sumber: http://oase.kompas.com