Sanggau Galakkan Pelestarian Adat dan Budaya

Adat budaya mesti dilestarikan sebagai bentuk, serta gambaran kepribadian masyarakat suatu daerah. Adat dan budaya hendaknya dijaga dan dilestarikan. Di Kabupaten Sanggau, Adat Nyeser sudah menjadi tradisi turun temurun yang akhir-akhir ini diupayakan untuk digalakkan kelestariannya.

Seperti dilakukan masyarakat Dusun Manuk Desa Temiang Taba, Kecamatan Balai. Senin (16/3) lalu, masyarakat setempat menggelar ritual Adat Nyeser. Ritual ini untuk mengusir hantu dan roh-roh jahat di daerah mereka.

Wabup Poulus Hadi, Sip, yang hadir dalam acara tersebut mengajak masyarakat setempat untuk melestarikan adat dan budaya Nyaser agar tidak hilang.

“Mari kita gali nilai seni budaya dan tradisi serta adat istiadat kita. Bukan hanya Nyeser, namun juga tradisi dan adat budaya daerah kita yang lainnya,” ajak Wabup.

Menurut Hadi, adat istiadat dan seni budaya merupakan penggambaran sikap perilaku manusia atau masyarakat itu sendiri, terutama masyarakat masa lalu.

“Adat budaya masa lalu merupakan warisan nenek moyang kita yang mesti kita jaga dan lestarikan,” ingatnya.

Camat Balai, Fransiskus Marinus, MM, mengatakan melestarikan adat dan budaya merupakan gambaran perilaku masyarakat adat.

Demikian halnya dengan adat Nyeser merupakan adat istiadat masyarakat zaman dahulu, dengan tujuan untuk mengusir roh-roh jahat ataupun hantu.

“Saat ini yang perlu kita usir adalah hantu kemiskinan, hantu kebodohan, hantu narkoba, hantu ketertinggalan dan hantu lainnya yang dapat mengganggu kehidupan kita saat ini. Maka perlu kita perangi bersama, guna membangun masyarakat yang maju dan sejahtera,” ujarnya.

Acara nyeser digelar apabila padi sudah mulai menguning agar terhindar dari hama penyakit padi. Selain itu juga bertujuan untuk menolak tujuh amot (hantu) yang selalu mengganggu kehidupan manusia, tanaman serta ternak

Menurut Daniel, warga Balai, ketujuh amot atau hantu tersebut adalah amot samper yakni hantu yang mengganggu kesehatan penduduk, amot buah merupakan hantu yang mengganggu buah di tembawang penduduk. Berikutnya ada amot rangka’ atau hantu rakus adalah hantu yang mengganggu makanan manusia dan amot reok adalah hantu yang mengganggu ternak penduduk.

Ada juga amot bujang peranso yaitu hantu yang mengganggu ketenteraman penduduk dan amot bu yakni hantu yang mengganggu ternak, khususnya ayam. Terakhir, amot buer yaitu hantu yang mengganggu makanan manusia dan selalu tidak cukup atau rakus.

Acara nyeser di Dusun Manuk Desa Temiang Taba, Kecamatan Balai juga dihadiri Kepala DP2KAD, Andeng Suseno MSi, Kepala Inspektorat P Ningkan SSos, Kepala BPMPEMDES Willi Brodus Willy SSos MSi. Selain itu juga hadir Sekretaris Pariwisata, Abdullah, Kabid Sosial dan Ketenagakerjaan Abdul Simamora dan Kades Temiang Taba, Ronius Bujang. (dri\kardi-humas)

Sumber: http://www.equator-news.com