Pemkot Dinilai Kurang Perhatikan Objek Wisata Spiritual

Banda Aceh - Pemerintah Kota Banda Aceh dinilai kurang memperhatikan objek wisata spiritual peninggalan sejarah seperti kompleks makam Syiah Kuala di Gampong (Desa) Deyah Raya, Kecamatan Syiah Kuala.

“Saya prihatin dengan kondisi kompleks makam Syiah Kuala yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Kompleks makam seakan dibiarkan terlantar dan tidak dirawat,” kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Kamis [10/06].

Seharusnya, menurut dia, Pemerintah Aceh dan Pemkot Banda Aceh memprioritaskan anggaran untuk memugar kompleks makam Syiah Kuala dibanding membangun beberapa objek wisata lain seperti di sepanjang bantaran sungai (Krueng) Aceh.

“Objek wisata seperti taman-taman sekitar Banda Aceh saat ini telah tertata bagus, sementara situs sejarah dan makam ulama besar Syiah Kuala dibiarkan terlantar dan tidak diurus,” kata Faisal Ali.

Syiah Kuala atau Syaikh Abdurrauf Bin Ali Alfansuri Assingkili yang lahir pada 1591 (1001 H) dan wafat pada 1696 (1106 H) adalah ulama besar dan menjabat sebagai “Qadli Malikul Adil” kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin Syah (1641-1675).

Kompleks makam Syiah Kuala tidak hanya dikunjungi para penziarah dari berbagai daerah di provinsi itu, tapi juga wisatawan dalam dan luar negeri, termasuk warga yang datang secara rutin setiap tahun dari Provinsi Sumatera Barat.

Meski kompleks makam Syiah Kuala berada di bibir pantai, namun tidak rusak atau hancur ketika bencana tsunami menerjang daerah itu pada 26 Desember 2004. Salah seorang peziarah asal Sumbar H Buya Anwar Tengku Sutan Merajo menyebutkan dirinya setiap tahun rutin berziarah ke Makam Syiah Kuala Banda Aceh.

“Jamaah pengajian kami rutin berziarah ke Makam Syiah Kuala. Syiah Kuala adalah guru dari ulama besar dan sebagai penyebar Islam pertama di Minang yakni Syaikh Burhanuddin di Pariaman, Sumbar,” katanya.

Sedikitnya 2.000 warga dari Pondok Pesantren Darul Ulum Padang Magek Batu Sangkar secara bergantian berziarah ke Makam Syiah Kuala di Banda Aceh. “Kami berziarah setiap tahun secara rutin. Minimal selama tiga hari berada di kompleks makam dan memanjatkan doa agar Allah SWT memberikan tempat yang layak bagi almarhum Syiah Kuala,” kata Buya Anwar. (ant)

Sumber: http://beritasore.com