Mendesain Batik Khas Tana Luwu

Tana Luwu, Sulsel - Batik bukan saja menjadi khas budaya masyarakat Pulau Jawa. Kini, batik telah merambah hampir seluruh tanah air. Begitu pun di Tana Luwu. Melihat fenomena membudayakan batik, sosok satu ini mencoba meramu sebuah batik khas Tana Luwu.

Namanya Musly Anwar, dia adalah putra asli Luwu. Menyelesaikan studinya di Universitas Hasanuddin (Unhas) tahun 2004 di Fakultas Sastra. Eksperimen meramu imajinasinya menjadi sebuah desain batik mulai dilakukan Musly tahun 2008. Bukan hal gampang menciptakan karya yang harus melambangkan simbol sebuah daerah atau suku.

Untuk mewujudkan hal tersebut Musly harus melakukan identifikasi anak suku yang ada di Luwu. Karena Tana Luwu telah terbagi menjadi empat daerah otonom, Musly mengawali eksperimennya mendesain batik khas Tana Luwu di Luwu Timur. Selama dua bulan menurutnya dia harus turun kelapangan melakukan pengamatan langsung simbol-simbol budaya anak suku di daerah tersebut.

"Orang tua kita dulu hanya mengenal ragam hias tenun ikat. Mereka belum mengetahui ragam hias naik ke atas kain atau membatik. Makanya untuk mewujudkan desain batik yang melambangkan simbol anak-anak suku di Luwu Timur saat itu, saya harus mengidentifikasi simbol budaya mereka," ujarnya.
Setelah menyimpulkan simbol budaya anak-anak suku itu berdasarkan pengamatannya, Musly tidak langsung menuangkan hal itu dalam sebuah desain batik. Akan tetapi kembali memperlihatkan kesimpulan atas simbol yang ditemukan terhadap perwakilan anak-anak suku tersebut.

"Setelah mereka merekomendasikan keterwakilan suku mereka barulah saya meramunya dalam sebuah desain yang merangkum semua keterwakilan anak suku tersebut," terang Musly.
Mendesain batik dengan latar belakang simbol budaya anak suku, kata Musly, adalah sebuah upaya mengangkat ragam budaya Tana Luwu sekaligus pelestarian budaya daerah tersebut.

Simbol-simbol anak suku asli Tana Luwu sendiri jelasnya diambil dari beberapa unsur, seperti ukiran pada gagang perang dan motif pada baju adat. Dari simbol-simbol itulah yang kemudian diramu menjadi motif batik khas Tana Luwu. "Tapi karena Luwu telah terbagi menjadi empat kabupaten dan kota makanya saya buat desain batik perdaerah," ucap Musly.

Kini karyanya telah dipatenkan di Luwu Timur. Desain batiknya mulai digunakan oleh Pemkab Lutim yang mewajibkan PNS di daerah tersebut menggunakan batik dengan motif khas Luwu Timur yang didesain Musly. "Mungkin untuk saat ini corak dan simbol budaya melalui batik tersebut belum terlalu dirasakan, tapi 20-an tahun ke depan warga Tana Luwu sudah tau simbol budayanya bahkan masyarakat luar, dari jauh sudah tau bahwa batik tersebut adalah khas Tana Luwu," katanya.

Sayangnya, lanjut Musly, karya desain batik khas Tana Luwu tersebut masih diproduksi di Pulau Jawa. "Hak ciptanya memang telah dibeli oleh Pemda Lutim, namun sebenarnya saya berharap kalau desain itu tidak dibawa keluar ke Jawa, tetapi Pemda menciptakan home indutri di Lutim sendiri yang memproduksi langsung batik khas Tana Luwu itu," sesal Musly. (man)