Ampik dan Shaho Akan Didaftarkan ke UNESCO

Balikpapan, Kaltim - Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Balikpapan tak ingin ketinggalan mengungkapkan rasa syukurnya atas pengakuan dunia terhadap batik sebagai budaya asli Indonesia. Dalam waktu dekat, Disporabudpar akan mengajukan kain ampik dan Batik Shaho khas Balikpapan ke UNESCO untuk menghindari klaim budaya seperti yang sering dilakukan Negeri Jiran, Malaysia.

”Memang sih ampik dan batik Shaho terkenal milik Kaltim khususnya Balikpapan namun belajar dari kasus wayang, reog dan tari pendet yang sempat diakui oleh Malaysia kami dalam waktu dekat akan coba untuk mendaftarkan kebudayaan asli kita ini ke UNESCO,” terang Kepala Disporabudpar Dra DoortjeSusani Marpaung MM yang dijumpai di acara promosi batik di bandara Internasional Sepinggan Balikpapan, kemarin.

Doortje mengatakan, dalam waktu dekat ini Disporabudpar akan mulai melakukan berbagai tahapannya mulai dari meminta persetujuan dari Wali Kota Balikpapan Imdaad Hamid SE. Setelah mendapat izin dari wali kota, maka pengajuan langsung dikirimkan ke Departemen Pariwisata Pusat agar bisa diteruskan ke UNESCO.

Dapat dipastikan proses UNESCO tidaklah mudah dan memakan waktu dan birokrasi yang panjang namun Doorjte menyanggupi untuk melakukannya karena ini menyangkut terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Balikpapan.

”Memang dapat dipastikan birokrasi yang akan kita hadapi akan panjang dan berbelit namun kalau tidak dimulai dari sekarang kita tidak akan memiliki hak patennya dan tidak salah jika ada negara lain yang berniat untuk mengklaimnnya karena kita memang tidak memiliki hak paten,” kata dia.

Sedangkan itu untuk menyosialisasikan penggunaan batik kepada masyarakat Balikpapan Disporabudpar mempunyai berbagai program yang pertama adalah program mengenalkan penggunaan batik kepada penumpang di bandara Sepinggan Balikpapan yang dilakukan kemarin (2/10). belasan model binaan Disporabudpar dengan menggunakan pakaian dengan corak ampik melenggang di sepanjang bandara dengan membawa spanduk berukuran 1 x 3 meter yang bertuliskan Cintailah Batik Sebagai Budaya Asli Indonesia. Aksi tersebut dimulai di pintu kedatangan dan berakhir di pintu keberangkatan.

”Kami ingin mengajak para pengguna bandara untuk mengenakan batik,dan agar mereka tau bahwa dengan batik kita juga tetap bisa stylist,” ajak Doorjte.

Program lain yang akan digagas oleh Disporabudpar adalah dengan menyosialisasikan penggunaan batik ke berbagai instansi dan perusahaan dan kabar baiknya adalah sudah banyak perusahaan di Balikpapan khususnya perusahaan perhotelan dan perbankan yang sudah menggunakan batik sebagai seragam mereka.

”Saat ini sudah banyak bank dan hotel yang berseragam ampik. Hamper 70 persen lah, dan kita akan mengajak sisanya untuk mengikuti jejak yang lain sebagai rasa bangga terhadap kebudayaan asli kita,” pungkasnya. (moe)