Batik Bermotif Daun Padi Jadi Ikon Kepri

Tanjungpinang, Kepulauan Riau - Hasil karya desain batik yang dibuat Zul Safaat, terpilih sebagai pemenang pertama sayembara lomba batik yang diadakan Pemprov Kepri melalui Disperindag di Hotel Pelangi Tanjungpinang, Kamis (29/10) lalu.

Desain batik bermotif daun padi bergandengan melambangkan kesejahteraan, dan padi sebagai makanan pokok sehari-hari inilah, yang mengantarkan Zul sebagai pemenag sayembara.

”Senang dan bangga,” ujar Zul, saat ditanya perasaannya keluar jadi pemenang, kemarin. Menurut warga Perumahan Ganet Batu 12 ini, hobinya menggambar, memicu dirinya ikut serta dalam sayembara.

Ketua tim juri Andi Anhar Chalid, mengatakan desain hasil karya Zul, mendapat nilai tertinggi yang dibagi dalam empat kategori. Yakni pertama motif, dari kategori ini, desain Zul dianggap memiliki tema, artistik dan tata warna yang menarik. Demikian juga pada kategori kedua dari sisi teknologi, hasil karya pemenang memiliki potensi pasar dan bisa di produksi secara masal.

Dari unsur filosofinya, karya pemenang juga mengandung unsur budaya dan corak yang memiliki ciri khas. Dari semua kategori ini, setelah melalui proses penilaian, diyakini karya tersebut adalah buatannya sendiri. ”Kalau ternyata bukan karya aslinya, dipastikan tidak akan jadi pemenang,‘‘ ujar Andi.

Dari sisi teknologi, penilaian fokus dilakukan oleh tim juri yang melibatkan ahli batik dari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jogjakarta. Tim dari Jogja ini menilai proses pembuatan, potensi pasar dari desain yang dibuat, serta juga dilihat dari nilai ekonomis, apakah bisa di produksi secara masal apa tidak. ‘‘Tim dari Jogja yang memahami ini, karena mereka lebih dulu berpengalaman soal batik,‘‘ ujar Andi.

Penilaian dari segi teknologi ini perlu, karena sesuai dengan tujuan dari sayembara ini diadakan, mencari motif batik melayu Kepri. Hasil dari desain yang dimenangkan, akan diproduksi untuk dikenakan menjadi pakaian seragam daerah. ‘‘Karena itu, ada beberapa kategori yang memang sangat diperhitungkan dalam penilaian ini,‘‘ terangnya.

Saat ini hasil karyanya dalam proses pembuatan kain yang akan dibuat pakaian contoh wanita. ”Tapi masih sebatas pembuatan contoh dan dikaji lagi apakah memang bisa digunakan untuk produksi masal apa tidak,‘‘ terang Andi.

Selain itu, penilaian yang tidak kalah pentingnya yakni dari unsur filosofi dan keaslian hasil karya yang dibuat. Setiap karya batik yang dibuat memiliki filosofi dari karya melalui motif yang dibuat. Jika memang itu adalah hasil karyanya, dia akan mengerti filosofi batik tersebut seperti apa.

”Melalui penilaian sesi wawancara, kami bisa melihat bagaimana pemahaman peserta dengan karya yang dibuatnya,” terangnya. (dew)