Mengusung Kebudayaan

Oleh Prof DR Ir Tengku Dahril MSc

Secara politis Riau telah menetapkan diri sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis sejahtera lahir dan bathin di kawasan Asia Tenggara tahun 2020. Pernyataan ini tertuang dengan sangat jelas dalam Visi Riau 2020 yang harus menjadi rujukan dari setiap perencanaan pembangunan yang akan kita lakukan di bumi melayu Riau.

Bagaimanakah cara kita menjadikan Riau sebagai pusat ekonomi dan kebudayaan melayu dan kapan Riau benar-benar bisa menjadi pusat ekonomi dan kebudayaan melayu itu?. Jawabannya tentu saja terpulang kepada kita semua untuk mewujud dan memperjuangkannya. Indikatornya sangat jelas yaitu masyarakat yang agamis sejahtera lahir dan bathin di kawasan Asia Tenggara tahun 2020.

Visi Riau 2020 sangatlah konkrit. Tolok ukurnya pun sangat jelas. Bahkan lokasi dan waktu pencapaiannya sudah ditentukan. Tinggal lagi bagaimana upaya kita bersama untuk menggapainya. Tujuan utama kita membangun ekonomi tentu saja untuk mendapatkan kesejahteraan secara zahiriyah, karena itu kegiatan utama kita membangun fisik.

Kita membangun jembatan, jalan raya, rumah, kebun, dan segala macam benda yang bersifat fisik. Itulah hasil karya cipta manusia secara nyata riil. Tapi kita tidak ingin sejahtera dari segi zahiriyah semata saja. Kita juga ingin bahagia secara utuh lahir bathin. Karena itu kita bangun kebudayaan dalam lingkungan masyarakat yang agamis lahir bathin agar rohani kita tidak gersang. Bagaikan seorang anak manusia, ekonomi adalah batang tubuhnya sedangkan kebudayaan dan agama adalah rohnya. Manusia tidak bisa hidup tanpa jasad dan roh.

Kebudayaan pada hakekatnya adalah bagian dari kehidupan anak manusia. Kebudayaan takkan bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena kebudayaan merupakan cara hidup (the way of life dan cara berfikir (the way of thinking) masyarakat sesuai menurut zamannya. Kebudayaan bisa berobah, tetapi agama tidak karena itu kebudayaan harus kita bangun dalam lingkungan masyarakat yang agamis.

Kita akan dapat dikatakan sebagai pusat kebudayaan, kalau kita bisa menjadi fokus, titik sentral perhatian sehingga banyak orang yang tertarik untuk datang melihat, mendengar dan menikmati hasil karya cipta budaya anak-anak manusia di rantau ini

Untuk itulah kita harus mengkaji, menggali, menemu dan mengembangkan kebudayaan, baik yang masih hidup di tengah masyarakat maupun yang sudah menjadi sejarah, dan tidak lagi ditemukan. Di Pulau Rupat misalnya terdapat sebuah aktifitas kebudayaan yang hampir punah dalam bentuk tari zapin api.

Zapin api adalah sebuah tarian zapin di atas bara api, namun sekarang tidak ada lagi orang yang sanggup menarikannya kecuali seorang tua yang umurnya berada di atas 70 tahun. Andaikan tidak ada lagi regenerasi secepatnya maka dapat dipastikan tari zapin api akan hilang dari bumi Rupat dan hanya tinggal kenangan sejarah. Di sinilah sebenarnya peranan budayawan melayu Riau sangat diharapkan untuk dapat mengkaji, menggali, menemu dan mengembangkan kebudayaan yang hidup dan yang pernah hidup di bumi melayu Riau serta mengembangkan kreasi-kreasi baru sebagai sumbangan sejarah bagi anak-anak melayu pada masa yang akan datang. Setiap generasi yang hidup pada zamannya seharusnya mampu menambah kazanah kebudayaan yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dapatkah kebudayaan menjadi sumber kehidupan yang mendatangkan kesejahteraan secara zahiriyah maupun bathiniyah? Jawabannya tentu saja bisa jika kebudayaan bisa menjadi komoditas yang dikemas secara apik sehingga bernilai tambah tinggi. Seorang pelaku kebudayaan sejati seharusnya bisa hidup sejahtera dari hasil karya dan usahanya.

Tuan Dr H Tenas Effendy adalah segelintir orang yang telah membuktikan hal itu. Dia sejak muda hidup tunak dengan kebudayaan. Secara sadar dia mencoba menggali kebudayaan melayu Riau mulai dari kota sampai ke ceruk dusun di pedalaman sana. Dia mencoba menghimpun, mengumpulkan bahan dan menyusunnya menjadi buku-buku kemudian disampaikan dalam berbagai forum pertemuan sehingga sekarang Dia terkenal sebagai seorang pakar kebudayaan melayu Riau.

Walaupun dia mungkin tidak pernah mengecap pendidikan di sebuah perguruan tinggi, namun banyak mahasiswa program Doktor dari Manca Negara datang kepadanya untuk belajar dan menimba ilmu pengetahuan dalam bidang kebudayaan. Dia bahkan ditunjuk sebagai pembimbing informal mahasiswa tersebut. Usahanya ini pada akhirnya diakui secara formal. Universitas Kebangsaan Malaysia mengakui dan menganugerahinya sebagai seorang Doktor Honoris Causa dalam bidang kebudayaan. Sekarang dia sudah pensarah (dosen) di berbagai perguruan tinggi terkemuka Malaysia. Kebudayan benar-benar bisa mendatangkan kesejahteraan.

Karena itulah dalam memandang visi Riau 2020, kita seharusnya menempatkan kebudayaan sejajar dengan cara pandang kita terhadap ekonomi. Kalau ekonomi adalah jasad atau batang tubuh maka kebudayaan adalah rohnya. Jasad tidak akan bisa hidup tanpa roh.

Sdr Mahyudin Al Mudra SH MH dari Yogyakarta juga sudah berhasil membangun situs melayu dalam websitenya. Dia mampu menyampaikan informasi mengenai kebudayaan melayu di dunia maya. Jutaan orang bisa mengakses dan membaca dan ribuan orang setiap hari melakukan kontak dengannya. Kita ucapkan tahniah, selamat, dan terima kasih kepada Sdr Mahyudin yang telah mencoba mengangkat citra melayu Riau ke dunia internasional. Inilah upaya nyata yang perlu dukungan dan dorongan kita agar semakin banyak orang yang tahu dan tertarik terhadap kebudayaan melayu.

Andaikan banyak orang yang ingin tahu tentang melayu dan mau melihat secara nyata mengenai alam melayu Riau itu, pasti mereka akan datang ke Riau. Jika kita tidak siap dengan hal-hal yang diperlukan, tentu saja sangat dikuatirkan mereka akan kecewa. Karena itulah mulai sekarang kita harus membangun kebudayaan setara dengan upaya kita dalam membangun ekonomi

Salah satu upaya konkrit yang mesti kita lakukan tentu saja kita perlu melibatkan generasi muda sebagai pewaris kebudayaan itu. Mereka perlu tahu dan seharusnya mempraktekkan hal-hal yang baik dari kebudayaan melayu. Di sekolah-sekolah mereka seharusnya diajarkan mengenai kebudayaan melayu sebagai muatan lokal.

Setiap minggu anak-anak sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi, secara berkala dan bergilir diberi esempatan untuk mempertunjukkan hasil karya budaya yang dikuasainya, baik dalam bentuk seni maupun dalam bentuk kreatifitas lain yang berhubungan dengan kebudayaan. Dengan cara itulah Insya Allah kebudayaan melayu akan terus hidup dan senantiasa tumbuh dan berkembang.

Bupati Rokan Hulu dalam suatu perbincangan lepas di Pasir Pengarayan baru-baru ini insya Allah telah akan memiliki sebuah program yang cukup menarik. Selain mengembangkan obyek wisata yang cukup menarik dengan air panas dan danau cibodasnya, di sana juga insya Allah akan dibangun sebuah lapangan terbuka lengkap dengan taman hiburannya. Setiap minggu anak-anak sekolah dari masing-masing kecamatan secara bergilir akan diberi kesempatan untuk menampilkan kreatifitas budayanya, sedangkan kepada satuan kerja dalam lingkungan Pemda secara bergilir diwajibkan untuk mengunjungi obyek wisata dimaksud. Mereka bisa membeli dan menikmati fasilitas yang ada di obyek wisata dimaksud. Inilah contoh konkrit yang perlu kita lakukan betapa budaya bisa menjadi sebuah komoditas yang bernilai tambah bagi kehidupan masyarakat.

Allah senang kepada orang-orang yang suka berjalan di permukaan bumi ini untuk melihat tanda-tanda kemaha-besaran Allah pada setiap ufuk. Allah juga sangat menganjurkan kita untuk melihat bekas-bekas peninggalan sejarah, betapa orang dahulu telah berbuat banyak bagi diri dan negerinya. Namun andaikan mereka tidak beriman dan bertakwa kepada Allah, maka kebinasaan jugalah yang akan menjadi kesudahannya. Bacalah surat Al Quraisy ayat 1 s/d 4 yang artinya ”Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kaabah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.***

Oleh Prof DR Ir Tengku Dahril MSc adalah Ketua Umum ICMI Riau