Parade 500 Pemain Angklung Memukau

Bandung, Jabar - Parade 500 pemain angklung membuka Festival Bambu Nusantara #4 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jln. Tamansari Bandung, Sabtu (2/10). Ke-500 pemain angklung ini merupakan siswa-siswi dari 11 SMP dan SMA yang ada di Bandung. Mereka menyuguhkan permainan musik angklung yang apik di bawah arahan konduktor Aan Handoyo.

Sang konduktor sepertinya sangat memahami keinginan para pemain angklung yang kebanyakan anak baru gede (ABG). Sehingga, lagu yang disuguhkan pun lagu-lagu yang banyak disukai mereka, yakni "Ignorance" dan "Histeria". Kedua lagu tersebut diaransemen berbeda dari lagu aslinya dengan menambah nuansa rock.

Aan pun menghadirkan delapan pemain jimbe, untuk menambah nuansa musik dengan aliran musik samba. Tak heran jika parade 500 pemain angklung ini memukau ribuan pengunjung yang memadati Festival Bambu Nusantara #4.

Menurut Aan, dua lagu yang sengaja ditampilkan merupakan hasil pilihan para siswa. Padahal, kedua lagu tersebut memiliki sejumlah kesulitan, terutama dalam beat-beat-nya.

"Itulah anak-anak zaman sekarang. Mereka lebih memilih lagu yang mempunyai tantangan. Mereka tidak mau lagi belajar musik angklung kalau lagunya lagu wajib," ujarnya.

Pengunjung tidak hanya terpukau, mereka pun merasa terhibur dengan sajian 500 pemain angklung tersebut. "Sayang, hanya dua lagu yang disajikan," ungkap salah seorang pengunjung, Ima.

Ima bersama temannya datang untuk menyaksikan keunikan alat musik dari bambu, serta penampilan para senimannya. Tidak hanya itu, Ima pun ingin belajar jauh tentang musik dari bambu selain angklung, termasuk alat permainan tradisionalnya.

Sebelumnya, Dirjen Promosi Dalam Negeri Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Fathul Bachri menyebutkan, Festival Bambu Nusantara digelar untuk menghargai kreativitas masyarakat tradisional Indonesia yang begitu menghargai bambu serta berbagai keunikan lainnya. Selain itu, lanjutnya, masyarakat Indonesia sangat kreatif dalam menciptakan alat musik dari bambu.

"Bahkan, beberapa di antaranya sudah bisa go international. Angklung salah satu musik bambu yang sudah mendunia dan dikenal hampir seluruh negara di dunia," ujarnya.

Semantara Dadang Johari dari Republik Entertainment menyebutkan, Festival Bambu Nusantara IV ini memang didominasi dengan pementasa musik dari bambu. Hal ini sesuai dengan temanya yang mengusung "Revitalisasi Bumi dengan Musik Bambu" dari "Climate Change" untuk mengajak seluruh warga dunia lebih memerhatikan kondisi bumi.

"Musik sebagai bahasa yang universal menjadi kendaraan efektif untuk mengampanyekan persoalan iklim yang kian terasa dampaknya pada tatanan kehidupan manusia," ujarnya.

Setiap musisi dan seniman yang tampil di panggung Festival Bambu Nusantara #4 harus menyiarkan atau memberikan informasi mengenai perubaan iklim dan situasi ekstrem saat ini, yang melanda berbagai negara di bumi ini.

"Tema ini sengaja kami angkat agar masyarakat lebih peduli pada bumi dan lingkungannya," ujarnya.

Selain penampilan 500 pemain angklung, pada festival ini, pengunjung pun dihibur dengan penampilan sejumlah seniman dan musisi, seperti Sangkala Warna (Bandung), Plumeria (Jepang), Saratus Persen (Bandung), Jegog feat Dwiki Dharmawan, Suling Bambu Yogyakarta, Bambu Melulu, dan Sambasunda. Bahkan, penampilan Saratus Persen dan Sambasunda cukup mendapat apresiasi dari para pengunjung. Mereka memenuhi area panggung utama di bagian tengah Sabuga.

Saratus Persen yang tampil dengan sejumlah lagu, seperti "Brastagi", "Kicir-Kicir", "Goes to Nyi Roro Kidul" cukup memberi nuansa berbeda. Pasalnya, alat musik yang dimainkan sebagian besar perkusi dan alat tiup ditambah gamelan Bali dan sejumlah alat musik tradisional lainnya. Namun, berkat kolaborasi alat musik modern dan tradisional inilah, Saratus Persen menarik minat para fansnya.

Para pengunjung pun banyak yang mencoba berbagai kaulinan barudak dari bambu, seperti egrang, rorodaan, dan sebagainya. Topeng dari bambu yang dibuat Jatiwangi Art Factory (JAF), layang-layang, dan sebagainya. Wayang bambu yang merupakan satu-satunya di dunia, tak luput dari perhatian pengunjung.

Pada hari pertama ditutup penampilan Sambasunda, namun sebelumnya digelar tribute to Wawan Djuanda (mengenang) dengan penambilan Bambu Orkestra. Pada hari kedua, Minggu (3/10), Festival Bambu Nusantara akan menampilkan rampak suling Sorgawo, Shagara, rampak calung Purbalingga, Sora Awi, Talempong Sumbar, Serunai, angklung caruk, bambu wukir, Ozenk Percussion, serta Balawan & Batuan dari Medan. (kiki kurnia/"GM")**