Pergelaran Budaya dan Seni Diusulkan Masuk Kalender Pariwisata

Yogyakarta - Para pelaku industri pariwisata mengusulkan agar setiap kegiatan budaya yang diadakan di Yogyakarta masuk dalam kalender tahunan pariwisata. Dengan adanya panduan tersebut para calon wisatawan sudah bisa merencanakan perjalanan wisata ke Yogyakarta jauh hari sebelumnya.

“Banyak pergelaran budaya yang belum masuk dalam kalender tahunan pariwisata, padahal itu sangat bagus untuk membidik calon wisatawan, mereka bisa merencanakan waktu berwisata jauh hari sebelumnya,” kata Ketua Public Relation Daerah Istimewa Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono, Kamis (7/9).

Ia menambahkan, beberapa pergelaran di Yogyakarta harus terus diselenggarakan demi penguatan citra Yogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata. Sebab dengan adanya pergelaran maka lebih bisa mengenalkan Yogyakarta secara nasional maupun internasional.

Ia menyontohkan, Pergelaran JJC (Jogja Java Carnival) tetap harus dan wajib dilangsungkan sebagai kalender even di hari ulang tahun Kota Yogyakarta. Sehingga calon wisatawan sudah mengetahui setiap bulan Oktober pasti ada pergelaran tersebut.

“Terlalu berlebihan bila JJC di anggap sebagai kegiatan hura-hura dan hanya pemborosan belaka, kita harus ingat pencitraan destinasi wisata tidak mudah dan ini butuh biaya besar,” kata Deddy. Timbal baliknya, ia menambahkan, akan lebih besar pula untuk masyarakat Yogyakarta yang berkecimpung di industri pariwisata seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan, pedagang souvenir, transportasi lokal dan lain-lain.

“Even-even penunjang pariwisata di Yogyakarta tidak boleh dihentikan, karena itu juga akan menampah pendapatan asli daerah, memang setiap even harus ada evaluasi, tetapi tidak harus dihentikan,” kata dia.

Memang, pergelaran budaya di Yogyakarta seperti gunungan, FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), peringatan Serangan Oemoem dan pesta budaya di beberapa daerah sudah masuk dalam kalender pariwisata tahunan dan selalu dipadati pengunjung dan penonton.

Seperti Internasional Street Performance, pesat seni jalanan yang melibatkan seniman beberapa negara perlu dilestarikan. Sebab kesenian jalanan yang biasanya digelar waktu karnaval, justru dikemas dalam bentuk pentas di jalanan.

“Kami akan mengusulkan pergelaran seperti ini masuk dalam kalender pariwisata tahunan, sehingga pentas juga bisa digelar setiap tahun di bulan yang sama,” kata Bambang Paningron, Direktur Asia 3, yang bergerak dibidang pergelaran kesenian di Yogyakarta.