Malaysia Mendulang Tambang Emas Pariwisata: Heritage Berpadu dengan Modernitas

Yogyakarta - Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, Malaysia tetap membanggakan multikultural yang ada di masyarakatnya. Hal itu tampak dari bangunan masjid-masjid besar yang berdiri megah di mana-mana dengan beragam arsitektur, sementara tempat peribadatan lainnya juga tetap terpelihara dengan baik. Di Melaka misalnya, bisa ditemui Gereja Saint Paul yang menjadi salah satu saksi bisu perjalanan misi Santo Fransiskus Xaverius, orang suci bagi umat Katolik pada tahun 1521. Ada tiga gereja tua yang masuk dalam peta wisata di Melaka. Selain gereja, masjid tua dan kelenteng tua juga ‘dijual‘ kepada wisatawan. Termasuk Kelenteng Cheng Hoon Teng yang dipercaya menjadi tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho.

"Menteri pariwisata Malaysia sangat memperhatikan keberadaan kota tua Melaka, bahkan Pelabuhan Melaka akan direkonstruksi kembali seperti pada saat kejayaannya dulu," kata pemandu wisata yang menyertai rombongan dari Yogyakarta Muhammad Ridzwuan.

Potensi heritage di Malaysia, bisa berkembang bersama modernitas yang terus berdatangan di negeri itu. Selain menjual masa lampau, Melaka juga menawarkan beragam atraksi wisata modern. Demikian pula A‘famosa Resort Malaysia yang memiliki luas ratusan hektar, kawasan wisata milik perusahaan perorangan ini menjadi tempat wisata keluarga yang dikunjungi ribuan wisatawan setiap harinya. Di tempat ini berbagai fasilitas seperti arena water park, taman safari, cowboy town, lapangan golf, sejumlah blok apartemen hingga vila-vila eksklusif dan berbagai atraksi membuat betah siapapun yang datang. "Kami menyediakan tempat wisata yang terpadu sehingga pengunjung yang datang dapat betah," kata Senior Sales Manager A‘famosa Alice Lim.

Di A‘famosa ini pula banyak apartemen dan vila yang dimiliki orang-orang luar seperti Singapura termasuk Indonesia. Sehingga jika berlibur ke Malaysia, tidak perlu repot-repot cari hotel karena sudah memiliki ‘rumah sendiri‘ di Malaysia.

Sedang Kho Sze Min, Sales Manager International Tours & Travel Genting International menyatakan, Genting Highland yang menawarkan beragam atraksi dan sarana wisata, memang menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Jutaan wisatawan dari berbagai negara, selain dari Malaysia sendiri, selalu membanjiri Genting Highland setiap tahunnya.

Bahkan di First Hotel yang merupakan hotel terbesar di Genting, tamu-tamu hotel harus antre cukup panjang untuk check-in karena sangat banyaknya tamu yang berlibur pada hari-hari libur.
Hampir selama 24 jam Genting tak pernah tidur. Semua itu demi memanjakan wisatawan dengan berbagai sarana wisatanya. "Kami berusaha memuaskan wisatawan, sehingga mereka selalu ingin datang kembali ke sini dengan membawa teman dan keluarganya," tutur Kho Sze Min.

Direktur MTB Jakarta Abdul Halim Saruji mengungkapkan, Malaysia melihat Indonesia sebagai wilayah yang penting di Asia Pasifik mengingat jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia menduduki peringkat kedua, yakni 1,7 juta pada tahun 2007 setelah Singapura. Negara tetangga Melayu ini mengharapkan jumlah wisatawan Indonesia ke Malaysia akan meningkat mencapai 2 juta pada akhir 2008.

"Target market kami para orang tua yang hendak mempersiapkan acara liburan keluarga dalam bulan Juli-Agustus mendatang. Selain itu, Yogyakarta juga terkenal sebagai kota pelajar, maka diharapkan para pelajar Yogyakarta tertarik untuk dapat meneruskan pendidikannya ke Malaysia, yang memang telah terkenal dengan beberapa universitas negeri maupun swasta-nya," kata Abdul Halim Saruji. (Agung P/MN Hasan)-s

Sumber: www.kr.co.id (24 Juni 2008)