Musik Etnis Pukau Penonton, Turis Jerman pun Bergoyang

Pontianak, Kalbar – Semakin meriah dan ramai. Itulah gambaran malam kedua Gebyar 38 Tahun Pontianak Post. Antusiasme masyarakat untuk menyaksikan semakin besar. Panggung besar yang memakan beranda Graha Pena Pontianak seolah-olah menjadi miniatur Kalimantan Barat. Pasalnya, kemarin (1/2) malam, giliran musik tradisional khas tiga pilar etnis Kalbar yang pertunjukkan.

Pentas dimulai sekitar pukul tujuh malam. Dibuka oleh modern dance dari grup X-Five SMA 10 dan Evolution Dancer. Goyangan energik para penari ini mampu menyihir mata para penonton. Dentuman-dentuman musik yang ber-beat cepat pun ikut menambah panas suasana.Tarian tersebut kental nuansa modern. Tapi uniknya, seperti tak mau ketinggalan konsep tarian juga menyisipkan gerakan-gerakan khas etnis.

“Kami memang memasukan unsur tarian Dayak dan Melayu dalam tarian tadi. Tapi ini tetap tari kreasi. Jadi gerakan Dayak-Melayunya hanya sedikit di awal saja. Selanjutnya tetap modern dance,” jelas Tasim, pelatih kedua grup itu.

Selanjutnya, musisi-musisi etnik unjuk kebolehan. Masing masing punya jatah kurang lebih lima lagu. Penampil pertama adalah kumpulan seniman kondang Melayu, Nada Serumpun. Lantunan lagu-lagu berciri cengkok ini membuat penonton larut dalam suasana. Mereka berdendang dengan sempurna, baik nada sendu maupun rancak.

Seperti tidak mau kalah, Sanggar Borneo Tarigas juga menampilkan hal yang sama. Nyanyian lagu Dayak yang atraktif berhasil menarik perhatian pengendara motor parkir di pinggir jalan. Tidak heran, sebab Koordinator Harian Borneo Tarigas, Erika Utami mengatakan bahwa mereka telah biasa tampil di depan umum. “Sanggar Kami (Borneo Tarigas) sebenarnya fokus di tari dan sering juara, tapi mereka inilah yang ngiring (musik),” ujarnya sambil menunjuk teman-temannya.

Penutup mutlak milik Yayasan Halim. Organisasi yang telah berusia puluhan tahun ini memang punya program pelestarian seni dan budaya Tionghoa. Menampilkan 26 orang pemain, kelompok ini terampil memainkan alat-alat musik etnis Tionghoa. Menariknya para musisinya tidak hanya dari suku Tionghoa. Terbukti lagu-lagu yang dibawakan ada yang berasal dari Dayak dan Melayu. “Kami memang membuka pendaftaran tanpa memandang suku dan agama. Semua gratis masuk,” kata pelatih Halim, Lo Thai Shia.

Tidak hanya warga sekitar yang terhibur malam tadi. Bahkan pasangan bule dari Jerman pun menyempatkan hadir untuk menikmati malam perayaan ulang tahun Pontianak Post. Adalah Gotz Richter dan Sabine Ritcher yang sengaja mampir.

“Kami datang untuk melihat panggung ini. Tadi siang di Rumah Betang saya lihat banyak orang sedang latihan main musik. Mereka bilang untuk persiapan tampil di sini. Karena itu saya sengaja datang untuk menyaksikan,” ungkap Gotz dalam bahasa Inggris. Tak hanya melihat pertunjukan, turis asing ini juga larut dalam joget bersama penonton.