Skala Brak, Simbol Lampung yang belum Dijunjung

Gedung Dalom sebagai pengganti Istana Skala Brak membuktikan peradaban Lampung masih bertahan dari terpaan zaman.

PTI Peradaban UJ masa lalu masih bisa ditemukan di desa ini. Ini terbukti dengan berbagai penelitian yang dilakukan para ilmuwan, baik dalam maupun luar negeri."

Iwan Kurniawan

SEDERET kawanan kabut tampak jelas terlihat pagi itu. Udara di Desa Pekon Balak, Kecamatan Baru Brak, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, pun masih begitu dingin.

Di sudut deretan rumah-rumah tradisional yang rapi, beberapa nenek-nenek terlihat mulai beraktivitas. Ada yang menjemur biji-biji kopi, menyapu halaman rumah. Ada pula yang mulai mengenakan siger-topi adat khas setempat--sambil memotong rumput.

Sementara itu, di sebuah permandian sekitar 500 meter dari Gedung Dalom, beberapa lelaki sedang mandi. Riani dari perbukitan mengalir melewati tebing-tebing terjal. Begitu jernih dan sedikit mengusir kantuk.

Biasanya sehabis mandi, mereka langsung menuju ke kebun kopi dan damar. Itulah kebiasaan masyarakat di sana setiap harinya.

Untuk mencapai Kecamatan Batu Brak tidaklah mudah. Jarak tempuh dari ibu kota Lampung, Bandar Lampung, yaitu 241 kilometer. Dan harus melalui jalan beraspal yang sudah berlubang-lubang, bisa memakan waktu 5-7 jam. Sebuah pelawatan yang melelahkan sekaligus mengasyikkan di Bumi Ruai Jurai, julukan Lampung.

Sebagai desa yang masih melestarikan nilai-nilai leluhur, Pekon Balak memiliki daya tarik tersendiri. Pasalnya, di sanalah berdiri Gedung Dalom. Bangunan bersejarah di atas lahan seluas 3.000 meter persegi itu merupakan pengganti Istana Skala Brak.

Berdasarkan sejarahnya, pemerintah kolonial Belanda sempat membumihanguskan istana tersebut pada 1810 dan 1820. Sebagai pengganti, pada 1830 Gedung Dalom dibangun kembali sebagai tempat tinggal raja pada masa itu.

"Penghancuran kerajaan telah membuat penderitaan masyarakat. Untuk itu, di-bangunlah kembali Gedung Dalom sebagai tempat kediaman raja," ujar Gusti Raja Mangkunegara, Kerajaan Skala Brak, Ike Edwin.

Keberadaan istana yang masuk faksi (kelompok adat) Buay Perenong itu masih nampak utuh. Selain Perenong, terdapat tiga faksi lainnya di Lampung Barat. Meliputi, Buay Belunguh, Buay lalang Diway, dan Buay Ngerupa.

Awalnya, kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-3 Masehi dengan pemimpinnya Raja Buay Tumi. Berdasarkan hasil riset William Marsden, 2008, nama Tumi sendiri diyakini sebagai pemimpin tertinggi suku Tumi.

Tumi merupakan salah satu bangsa pertama yang men-diami tanah Lampung. Mereka kemudian membangun sebuah peradaban di Skala Brak.

Lokasi awal Kerajaan Skala Brak terletak di lereng Gunung Persagi, Belalau, di sebelah selatan Danau Ranau. Namun karena invansi kolonial, kerajaan dipindahkan ke Desa Pekon Balak.

"Peradaban masa lalu masih bisa ditemukan di desa ini. Ini terbukti dengan berbagai penelitian yang dilakukan para ilmuwan, baik dalam maupun luar negeri," jelas Ike, serius.

Tidak dihuni

Bangunan istana yang masih tampak megah itu memiliki keberagaman seni ukiran. Tidak mengherankan jika unsur dekoratif tampak jelasterlihat.

Selain itu, di depan istana, terdapat tiga meriam merek Aker, buatan 1849. Dahulu berfungsi sebagai senjata untuk menghalang musuh. Namun, dengan pergantian waktu, kini hanya sebagai pajangan untuk menambah nilai historis kawasan kerajaan.

Berdasarkan bentuk bangunannya, Gedung Dalom merupakan simbol rumah tradisional Lampung. Itu bisa dilihat dari bentuk bangunan warga di sekitarnya. Memiliki dua tingkat, menyerupai rumah panggung.

Terdapat dua pintu utama di gedung tersebut. Satunya sebagai tempat suntan (sultan) masuk, sedangkan satunya lagi sebagai pintu masuk paratamu. Terdapat tiga jendela di sisi depan. Begitu pula sebuah tangga untuk naik ke ruangan utama.

Dahulu, atapnya terbuat dari ijuk, tapi karena pernah terbakar digantikan dengan seng. Hal itu membuat pengurus Gedung Dalom trauma sehingga menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar.

Di dalam ruangan, terdapat beberapa kamar. Kamar utama merupakan milik anak tertua, sedangkan lainnya adalah anak kedua atau ketiga. Untuk jendelanya, terdapat empat di sisi kanan dan empat di sisi kiri.

Semua bahan terbuat dari kayu tenant. Umur kayu juga telah melewati ratusan tahun sehingga nampak antik.

Namun, bangunan itu tidak lagi ditempati. Biasanya, pada saat perayaan hari raya keagamaan atau kunjungan keluarga Kerajaan Skala Brak, istana baru akan dibuka.

"Gedung Dalom ini tidak sembarang dibuka. Empat paksi harus berkumpul terlebih dahulu untuk melakukan doa sebelum masuk. Kalau keluarga kerajaan datang biasanya akan dibuka," tutur Firmansyah, tokoh masyarakat setempat.

Keberadaan Gedung Dalom sebagai simbol bekas Kerajaan Skala Brak menjadi penting. Pasalnya, di tanah itu diyakini sebagai asal-muasal orang Lampung. Hal itu yang membuat masyarakat setempat sangat menyakralkan gedung tersebut.

Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan Gedung Dalom telah menjadi salah satu bangunan penting. Apalagi melalui peraturan pemerintah setempat, gedung itu telah menjadi bangunan cagar budaya. "Tidak ada alokasi dana tetap untuk gedung ini. Namun, ada dana berupa sumbangan sukarela," tuturnya.

Sayangnya, keberadaan bangunan bersejarah itu tidak didukung pusat informasi atau museum. Padahal, dengan adanya informasi mengenai situs-situs peninggalan kerajaan dapat menjadikan Kerajaan Skala Brak sebagai salah satu pusat kebudayaan nasional.

Mukhlis mengaku keberadaan pusat informasi masih perlu didirikan di sekitar Gedung Dalom. Apalagi di zaman kolonialisme. Desa Pekon Balak merupakan salah satu kawasan yang menjadi basis pertahanan warga.

"Belum ada rencana untuk membangun museum. Kami masih menganggarkan dana senilai Kpi lu miliar untuk memperbaiki ruas jalan kabupaten. Akses perlu diperbaiki dahulu," cetus bupati. (M-l)miweekend amediamdonesia com