Pedagang Tangkuban Perahu Pusingkan Turis

Bandung - Wisatawan mancanegara mengeluhkan kelakuan para pedagang cenderamata di kawasan obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Bandung Bara,t yang cukup mengganggu kenyamanan wisata mereka. "Tangkuban Perahu tak nyaman, masa kita dikerubuti terus sejak turun dari kendaraan. Tempat pelancongan ini elok, sayang mereka tak disiplin," kata Mohammed Isa, turis asal Malaysia, Rabu (7/5).

Meski tetap berusaha ramah, Isa tidak kerasan dengan cara para pedagang menawarkan cenderamata yang setengah memaksa. Keluhan sama juga diungkapkan turis-turis mancanegara lainnya, termasuk penyelenggara biro perjalanan.

Para wisatawan mancanegara yang baru turun dari kendaraan langsung diserbu para pedagang yang menawarkan cenderamata berupa batu-batuan, gelang, topi, boneka, serta cenderamata lainnya. Seorang turis langsung dikerubuti empat hingga tujuh pedagang yang menawarkan cenderamata di atas harga normal.

"Soal harga tak masalah, itu hak mereka menawarkannya, tapi cara mereka mengerubungi turis dari turun hingga naik lagi ke mobil sangat mengganggu wisatawan," kata Kiki, petugas biro perjalanan.

Tidak jarang, kata dia, petugas biro perjalanan mendapat keluhan dari para turis itu. Padahal, kata Kiki, mereka mempromosikan Tangkuban Perahu sebagai obyek wisata andalan. "Kami sering dikomplain, bahkan dituduh bersekongkol dengan mereka (para pedagang). Mood mereka turun drastis dengan kejadian itu," kata Kiki.

Akibatnya, beberapa biro perjalanan dalam dan luar negeri sering melewatkan obyek wisata ini dan lebih memilih Dieng atau Bromo. "Dibanding obyek wisata lainnya, tiket masuk ke Tangkuban Perahu paling mahal, Rp 35.000 per orang. Sedangkan Bromo dan Dieng Rp 22.000 dan Rp 20.000 saja per orang," kata Kiki.

Hal sama juga diungkapkan petugas biro perjalanan lainnya. Suryana, sopir travel biro asal Jakarta, mengaku risih mengantar turis ke Tangkuban Perahu. "Ujung-ujungnya turis sering marah dan ngomel terus, telinga kita jadi merah dibuatnya," kata Suryana. Kejadian seperti itu, kata Suryana, menjadi preseden kurang menguntungkan bagi obyek wisata di Bandung Barat itu. "Dulu obyek Kawah Domas masih bebas pedagang, namun sekarang banyak sekali pedagang di sana," tuturnya.

Sumber: www.kompas.com (7 Mei 2008)