Seni Sastra Perlu Perhatian Khusus

Padangpanjang, Sumbar - Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang sangat dibutuhkan perannya dalam pengkajian dan pelestarian budaya rumpun melayu, sebagai salah satu khasanah kebudayaan bangsa. Tak hanya itu, lembaga pendidikan ini juga mesti lebih memberikan perhatian pada seni dan sastra serta lebih intens melakukan kerja sama menggelar berbagai iven kesenian.

Hal itu mengemuka dalam pertemuan Dewan Penyantun ISI di Gedung Rektorat ISI Padangpanjang, Senin (28/11). Chairman Riau Pos Group Rida K Liamsi sebagai salah satu dewan penyantun ISI Padangpanjang mengharapkan agar ISI juga memberikan perhatian khusus terhadap seni dan sastra.

Apalagi ISI, sesuai visi dan misinya menciptakan seniman dan ilmuwan seni. ”Maka, khazanah seni sastra harus mendapatkan perhatian lebih besar,” ujar penulis novel Bulang Cahaya, itu pada kesempatan yang dihadiri dewan penyantun ISI lainnya, seperti budayawan Taufik Ismail, dan mantan Wakil Menteri Pendidikan Fasli Djalal. Dewan penyantun ISI lainnya adalah Emil Salim, Basril Djabar, Fadli Zon, Ari Suteja, dan Ref Andras.

ISI juga perlu membentuk Fakultas Kesusastraan, karena sastra juga bagian dari seni yang mungkin tidak akan terpisahkan. Jika mahasiswa mendapat arahan yang baik dunia sastra, kata Rida, maka kualitas pendidikan dan karya seni di ISI menjadi lebih terjamin. Apalagi, kesenian melayu tidak bisa dipisahkan dari dunia sastra.

Fasli Jalal berharap ISI bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menggelar berbagai pertunjukan kesenian. Selain itu, Fasli menyarankan agar mahasiswa dan dosen gemar menulis hingga bisa melahirkan buku-buku berkualitas. Apalagi buku punya peran penting membangun tradisi keilmuan.

Rektor ISI Padangpanjang Prof Mahdi Bahar mengatakan, sejak berubah menjadi insitut, tanggung jawab moril ISI semakin besar, termasuk dalam mewujudkan visi dan misi menciptakan seniman dan ilmuwan seni melayu berjaya. ”Begitu banyak jenis kesenian yang belum tergali dan terlestarikan dengan baik, maka butuh kerja keras kita semua, bagaimana agar budaya masa silam bisa diwariskan ke generasi mendatang,” harapnya.

Kepala Humas ISI Padangpanjang, Sulaiman Juned menyebutkan, dewan penyantun sangat strategis perannya dalam memberikan masukan dan membantu ISI dalam mencapai peningkatan ke arah lebih baik lagi.

Sebagai satu-satunya Lembaga Pendidikan Tinggi Kesenian Negeri di wilayah Indonesia Bagian Barat yang menghasilkan Sarjana Seni (S-1) dan Magister Seni (S-2), kata Sulaiman, pihaknya bertekad menyelenggarakan pendidikan seni dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar budaya Melayu. ”Tentunya hal itu perlu partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak,” katanya. Untuk itu, Rektor Mahdi Bahar beserta jajaran dan Fasli Jalal sebagai Wamendiknas waktu itu, menetapkan adanya dewan penyantun,” ujar Sulaiman Juned.