Wayangan di Flinders untuk Tarik Minat akan Indonesia

Adelaide, Australia - Pusat Asia di Universitas Flinders di Adelaide, Australia, akan menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit berjudul "Bima Bungkus", Sabtu (5/5/2012) malam di pendapa universitas.

Pertunjukan ini akan dibawakan oleh dalang Ki Aji Prasetya Wibawa selama dua jam guna memperingati 21 tahun berdirinya Gamelan Sekar Laras di Flinders.

Menurut Priyambudi Sulistyanto, Direktur Pusat Asia Flinders, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menarik minat baik mahasiswa Flinders atau kalangan lain untuk mempelajari atau mengikuti Indonesia dari dekat. Flinders adalah satu-satunya universitas di Negara Bagian South Australia yang memiliki jurusan Bahasa Indonesia.

"Setelah bom Bali tahun 2002, minat belajar bahasa Indonesia di kalangan warga muda Australia merosot tajam. Dalam satu-dua tahun terakhir ada peningkatan sedikit. Kami berusaha lagi memopulerkan keberadaan bahasa Indonesia di sini," kata Priyambudi kepada koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya.

Dalam pertunjukan tersebut akan hadir juga Duta Besar Indonesia untuk Australia Primo Aloe Joelianto dan Atase Pendidikan Aris Junaidi. Pertunjukan wayang kulit ini akan disajikan dalam bahasa Jawa, tetapi akan diawali dengan sinopsis dalam bahasa Inggris oleh Guy Tunstill, warga Australia yang fasih berbahasa Indonesia dan juga menjadi anggota Gamelan Sekar Laras.

Menurut Priyambudi, sang dalang, Ki Aji Prasetya Wibawa, dibina sendiri oleh Flinders. "Di masa lalu, kalau ada pertunjukan wayang, kami menggunakan dalang tamu, entah dari Indonesia atau tempat lain. Aji kami bina sendiri karena dia memang tertarik walaupun sedang menempuh pendidikan doktor di bidang teknik listrik," katanya.

Gamelan Sekar Laras didirikan tahun 1991 dan merupakan bagian dari program Bahasa Indonesia di Flinders.

Ia menambahkan, membangkitkan lagi minat warga Australia untuk belajar mengenai Indonesia sangat penting karena pada abad ke-21 ini Australia memang berusaha mendekatkan diri ke Asia.

Oleh karena itu, ia mendesak Pemerintah Indonesia memberikan perhatian dan menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak, misalnya dengan mendatangkan dosen atau guru untuk mengajar bahasa Indonesia. Hal seperti ini, menurut Priyambudi, giat dilakukan oleh Pemerintah China.

"Di Universitas Adelaide ada Institute Confucius yang giat melakukan promosi segala hal yang berkenaan dengan bahasa Mandarin dan Tiongkok," kata Priyambudi.