LIPI Perkirakan hanya Sembilan Bahasa Etnik Mampu Bertahan

Jakarta - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan dari ratusan bahasa etnik di Indonesia hanya sembilan yang akan bertahan.

Menurut Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB) LIPI Endang Turmudi, secara konseptual bahasa akan bertahan bila memiliki sistem penulisan atau aksara sebagai fasilitas untuk merekam bahasa itu dalam media selain lisan.

“Diperkirakan yang akan bertahan untuk ke depannya antara lain Aceh, Batak, Lampung, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda, dan Sasak,” kata Endang, Selasa (10/12).

Bahasa-bahasa tersebut, jelasnya, termasuk kelompok bahasa Austronesia atau Melayu. Adapun, bahasa-bahasa etnik lainnya yang belum memiliki sistem tersebut kemungkinan besar terancam punah.

Berdasarkan Living Tongues, Institute for Endangered Languages, Endang mengatakan bahasa adalah sebuah gudang pengetahuan manusia yang sangat luas tentang dunia alamiah, tanam-tanaman, hewan-hewan, ekosistem, dan sediaan budaya. Dengan kata lain setiap bahasa memuat keseluruhan sejarah umat manusia.

Oleh karena itu, katanya, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kepunahan bahasa sama dengan kepunahan peradaban manusia secara keseluruhan.

“Hal itu tidak bisa dibiarkan begitu saja karena pembiaran atas kepunahan bahasa-bahasa berpenutur sedikit, sesungguhnya adalah pengingkaran atas kemajemukan yang sesungguhnya merupakan soko guru keindonesiaan.”

Guna mengatasi permasalah tersebut, menurut dia, LIPI merancang dan melakukan penelitian bahasa-bahasa yang terancam punah di kawasan Indonesia Bagian Timur yang dilaksanakan selama empat tahun.

Tujuan penelitian untuk menyusun policy paper, ensiklopedia mengenai etnik minoritas, dan bahasa yang terancam punah di kawasan Indonesia Timur.

“Secara khusus diharapkan akan dapat dirumuskan strategi komunitas etnik pada lokus penelitian dalam mempertahankan bahasanya dan rekomendasi kebijakan bahasa pada tingkat daerah maupun nasional,” ujar dia.