Tampilkan postingan dengan label Sulawesi Utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sulawesi Utara. Tampilkan semua postingan

Kejati Periksa Dugaan Korupsi Mantan Sekprov Sulut Rp11 Miliar

Manado (ANTARA News) - Kejaksaan Tinggi Sulut melakukan pemeriksaan terhadap Mantan Sekretaris Provinsi Sulut Johanis Kaloh sebagai saksi terkait kasus dugaan korupsi pembayaran hutang MBH kepada BPPN, yang merugikan negara Rp11 miliar.

Pemeriksaan terhadap Johanes Kaloh dilakukan di ruangan penyidik nomor 37 lantai tiga gedung Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Utara (Sulut) di jalan 17 Agustus Manado, selama 11 jam dari pukul pukul 09.00-20.00 wita, Senin.

Kaloh kepada wartawan usai pemeriksaan tersebut mengatakan, tidak mengetahui secara pasti jumlah pertanyaan yang diajukan penyidik saat melakukan pemeriksaan terhadap dirinya.

"Hari ini saya diperiksa sebagai saksi," katanya sambil menambahkan pertanyaan yang diajukan banyak.

Menurut Kaloh, pertanyaan yang diajukan antara lain terkait dengan pembayaran hutang Mando Beach Hotel (MBH) kepada pihak BPPN, dan pemeriksaan hari ini belum selesai sebab akan dilanjutkan pada, Selasa, (8/7).

Kepala Kejati Sulut, Tuti Mokodompit SH mengatakan, status pemeriksaan terhadap Johanis Kaloh masih terbatas sebagai saksi, dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut belum selesai sebab masih akan dilanjutkan pada besok hari.

Belum dapat memberikan komentar apakah status saksi tersebut akan ditingkatkan menjadi tersangka, sebab penanganan kasus ini belum selesai dan pemeriksaan masih akan dilakukan.

"Setelah selesai diperiksa, maka hasilnya akan dievaluasi kembali," katanya sambil menambahkan, dalam penanganan kasus ini sedikitnya ada sekitar 11 saksi lagi akan dimintai keterangan, baik dari kalangan pejabat pemerintah Provinsi Sulut maupun DPRD Sulut.

Menjawab pertanyaan, dia mengatakan, kasus dugaan korupsi pembayaran hutang MBH kepada BPPN itu negara dirugikan sekitar Rp11 miliar, dan kejaksaan terus melakukan pengembangan penyidikan terhadap kasus itu.

Terkait dengan kasus itu, sebelumnya Kejati Sulut menetapkan Mantan Asisten II Pemerintah Provinsi Sulut, JS alias Joppi sebagai tersangka dan telah diajukan ke meja hijau sebagai terdakwa.

Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Manado, majelis hakim yang diketuai Ridwan Damanik, memvonis terdakwa empat tahun penjara serta membayar denda Rp200 juta subsider enam bulan penjara serta membayar uang pengganti Rp2 miliar dan kalau tidak dilaksanakan penjara satu tahun.

Namun, oleh Jopi, mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung (MA) dan sampai saat ini belum ada jawabannya.

Kejaksaan kembali membuka kasus ini, dan dalam penanganan lanjutan telah menetapkan sejumlah tersangka diantaranya AB alias Amril dan JI alias Ishak, keduanya pimpinan PT Tribrata Mitra Jakarta.(*)

Sumber :antara.co.id : 07 Juli 2008

Laporkan Korupsi, Anggota DPRD Tomohon Dinonaktifkan

Oleh : Novie Waladow

Manado—Hanya gara-gara melaporkan dugaan pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat di Kota Tomohon, salah satu anggota DPRD Tomohon, JWT Lengkey, dinonaktifkan dari kegiatan DPRD Tomohon selama satu tahun oleh Badan Kehormatan (BK) DPRD Tomohon. Sanksi tersebut dijatuhkan dalam rapat paripurna DPRD Tomohon minus Ketua DPRD, Rabu (7/5).

Ketua BK DPR Tomohon, Susan Grace Undap kepada wartawan di Manado, Jumat (9/5), mengatakan keputusan penonaktifkan itu karena Lengkey dinilai melanggar kode etik. ”Putusan tersebut sah karena sudah melalui rapat paripurna yang dihadiri lebih dari setengah anggota DPRD Tomohon,” tegas Susan dari Partai Damai Sejahtera (PDS) itu. Sedangkan Lengkey yang juga Ketua Fraksi PDIP, merasa keberatan atas putusan terhadap dirinya yang tidak prosedural.

”Saya dijatuhi sanksi setahun tidak boleh aktif dalam kegiatan DPRD Tomohon terhitung sejak ditetapkan. Alasannya, saya melanggar kode etik. Dan kode etik yang dimaksudkan adalah melaporkan dugaan korupsi ke Polda Sulut dan soal gratifikasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di mana letak kesalahan dengan melaporkan dugaan korupsi? Apa salah jika saya melaporkan dugaan korupsi pejabat-pejabat yang tiba-tiba punya aset bergerak dan tidak bergerak baik di Tomohon maupun di Jakarta? Apakah DPRD akan diam saja menghadapi hal ini?” ungkap Lengkey.

Ia juga menilai rapat paripurna yang tidak prosedural karena menabrak tata tertib No 7/2006 pasal 60 ayat 6, yaitu DPRD mengadakan rapat atas undangan ketua dengan dasar jadwal panitia musyawarah (panmus). Keputusan BK tersebut juga menabrak kode etik No 6/2006 DPRD pasal 28, yang menyatakan keputusan BK harus ditandatangani oleh ketua, wakil ketua dan anggota. Tetapi jadwal panmus itu tidak ada dan tanda tangan BK hanya oleh ketua.
”Ketua Fraksi PDIP dan Partai Demokrat tidak setuju rapat pleno dilakukan. Tapi, tetap saja dengan pimpinan rapat wakil ketua DPRD yang menabrak tata tertib pasal 71 tentang pimpinan rapat dan rekomendasi BK menonaktifkan saya satu tahun untuk tidak mengikuti sidang DPRD, menyalahi UU Susduk DPRD,” tegas Lengkey.

Sumber : sinarharapan.co.id : 10 Mei 2008

‘Dari Bumi Nyiur Melambai, Poco-Poco Mendunia’

Manado, Sulut - Gerbong Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI) Sulawesi Utara (Sulut) siap meluncur. Usai dilantik, Selasa (7/3) kemarin, sejumlah program langsung dimatangkan. Salah satunya pemecahan rekor dunia tarian Poco-Poco.

Ketua Umum FOKBI, Sapta Nirwandar mengatakan, tahun 2018 mendatang FOKBI berencana akan menggelar kegiatan Poco-Poco massal yang melibatkan satu juta orang dengan peserta dari seluruh Indonesia.

Ia menjelaskan, rencana tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat popularitas Poco-Poco sebagai salah satu olahraga kreasi budaya di Indonesia.

"Kan kalau di Argentina mereka bangga sekali dengan tarian Tango, ada Sumba. Ya, Poco-Poco juga harus jadi kebanggaan kita, terutama di Sulawesi Utara, tempat kelahiran olahraga ini," ujarnya di sela-sela pengukuhan pengurus FOKBI Sulawesi Utara, di Hotel Peninsula Manado, Selasa (7/3).

Sapta menilai, Poco-Poco juga bisa menjadi merek atau brand pariwisata di Bumi Nyiur Melambai. Sebagaimana diketahui, parisiwata menjadi salah satu andalan Bumi Nyiur Melandai dalam mendongrak pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, Sapta menuturkan gerakan Poco-Poco perlu terus dikembangkan dan diperkenalkan kepada generasi muda.

“Dalam sebuah studi, Poco-Poco ternyata bermanfaat mencegah beberapa penyakit seperti alzheimer dan diebetes. Studi yang dilakukan Dr. dr. Ria Maria Theresa, Spkj menunjukkan fungsi kognitif otak akan terlatih berkat gerakan tari poco-poco yang merangsang fungsi eksekutif otak,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Harian FOKBI Sulut, Greetty Tielman mengatakan, pasca pelantikan pengurus FOKBI Sulut akan langsung bekerja.

“Tahun ini kita ada beberapa iven poco-poco. Persiapan akan dilakukan sedemikian baik agar pada saat pelaksanaan semua berjalan lancar. Kita akan bekerja tim membudayakan dan melestarikan Poco-Poco,” ungkapnya.

Greetty menuturkan, dari Sulawesi Utara Poco-Poco ini akan mendunia. Dengan bgeitu kata dia, ada manfaat bagi masyarakat Indonesia terutama di Sulawesi Utara dalam hal perekonomian lewat promosi pariwisata dan budaya.

“Dari data yang saya dapat, tahun lalu itu, jumlah kunjungan turis asing ke Sulawesi Utara mencapai 48.288 orang atau meningkat 178,4 persen. Adapun per Januari 2017, jumlah pelancong asing mencapai 7.674 orang atau naik 12 kali lipat dibandingkan dengan Januari 2016. Nah, ini berarti Sulawesi Utara sangat diminati wisatawan mancanegara. Kita di daerah, tentu harus siap dengan berbagai kegiatan, salah satunya dengan iven Poco-Poco,” tandasnya.

KPK Diminta Usut Kasus Korupsi di Daerah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta giat turun ke daerah, guna menuntaskan berbagai perkara korupsi yang tidak pernah selesai di tangan penyidik kejaksaan atau kepolisian.

"KPK harusnya membentuk perwakilan di daerah, agar penuntasan kasus korupsi berjalan maksimal," kata anggota DPRD Sulut, Benny Rhamdani, Sabtu (7/12), di Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Menurut dia, penanganan kasus korupsi di daerah, terutama Provinsi Sulut, terkesan lamban dan jalan di tempat, sehingga beberapa pelaku tindak kejahatan ini bebas berkeliaran di jalan, bahkan dibebaskan dengan dalih bukti hukum tidak kuat.

Lemahnya penanganan kasus korupsi di Sulut, karena tiga lembaga hukum, yakni kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan, diindikasikan tidak bekerja maksimal sesuai tuntutan aturan perundang-undangan berlaku, kata anggota Fraksi PDIP itu.

"Jika KPK berperan aktif di daerah, masyarakat optimistis penegakan hukum akan berjalan baik," ujar Ketua GP Ansor Sulut itu.

Salah satu bukti keinginan masyarakat akan hadirnya KPK di Sulut, GP Ansor Sulut sebelumnya menyodorkan sembilan dugaan kasus korupsi berbagai penyelewengan anggaran APBD di delapan kabupaten dan kota se-Sulut kepada KPK pada November 2007 lalu.

"Dugaan korupsi yang disodorkan ke KPK, semuanya memiliki bukti kuat dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta saksi di instansi penyelenggara pemerintahan di daerah," katanya.

Salah satu dugaan kasus yang diserahkan GP Ansor, yakni penyalahgunaan kewenangan jabatan di lingkungan Pemerintah Kota Manado, dengan terjadi penyelewengan anggaran sekitar Rp48,5 miliar tanpa penggunaan Surat Perintah Membayar (SPM) pada tahun anggaran 2006.

Kemudian dugaan korupsi di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dengan penyalagunaan anggaran APBD tahun 2006 senilai Rp102 miliar, perlu mendapat perhatian serius KPK. (*/bun)

Sumber : kapanlagi.com : 08 Desember 2007

Lomba Bacirita Bahasa Melayu Manado

Manado, Sulut - Bulan Oktober dirayakan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra. Tahun ini, Balai Bahasa Sulut menggelar lomba bacirita bahasa Manado yang diikuti siswa se-Sulut.

Tema acara yang diangkat “Martabatkan Bahasa dan Sastra, Rayakan Kebhinekaan”. Cabang lomba beragam. Mulai dari pidato, festival teater, hingga lomba unik yang diadakan perdana tahun ini, bacirita bahasa Melayu Manado.

Kemarin (27/9), dilaksanakan penutupan di aula Balai Bahasa Sulut. Sejumlah peserta tampil. Sekira 100 peminat dari berbagai sekolah mendaftarkan diri. Dua peserta dari SMAN 1 Kawangkoan Yubertmaifel Rawis dan Tesalonika Kalengkongan mengaku hanya berlatih dan mempersiapkan diri selama beberapa hari. Karena lomba tersebut membolehkan peserta membawakan cerita ringan seperti tentang keseharian masing-masing, peserta merasa lebih nyaman.

Seperti Yubermaifel, atau yang sering disapa Deo. Dia membawakan tema ajaran moral dan kesopanan yang dibiasakan di keluarganya. “Lomba ini sangat unik karena diikuti oleh peserta yang memiliki dialek berbeda-beda. Kami sama-sama menggunakan bahasa melayu Manado, tapi dialeknya tidak sama. Jadi bisa lebih mengenal kekayaan dialek di Manado,” ujar siswa yang juga menjabat Ketua OSIS di sekolahnya ini.

Ketua Panitia lomba Sjane Walangarey menjelaskan, lomba ini sengaja diadakan Balai Bahasa sebagai salah satu upaya mewadahi pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa Melayu Manado. “Selain bahasa Indonesia yang memang menjadi perhatian utama Balai Bahasa, kami juga ingin mengembangkan bahasa daerah agar tidak punah. Harapannya, generasi muda sekarang bisa lebih menghargai dan juga menguasai bahasa daerahnya sendiri,” tukas Walangarey. Peminat yang membludak pun menunjukkan antusiasme dan keinginan dari masyarakat untuk

Secara keseluruhan acara, Kepala Balai Bahasa Sulut Supriyanto Widodo menganggap kegiatan ini sangat berkontribusi pada peningkatan kecintaan siswa terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Bukan hanya itu, ketertarikan untuk melestarikan bahasa daerah pun akan terpupuk. Seperti yang terlihat dari diadakannya lomba bacirita tersebut. “Hal ini sangat penting. Karena banyak bahasa daerah asli Sulut yang mulai punah. Kami sangat mengusahakan agar bahasa-bahasa daerah, seperti bahasa Ponosakan, tetap lestari dan dipakai generasi kita mendatang,”pungkasnya.

Festival Pesona Sangihe Dibuka, Ribuan Siswa Pamer Budaya Daerah

Sangihe, Sulut - Festival Pesona Sangihe (FPS) dibuka Senin (5/9), kemarin. Acaranya meriah. Yang menarik perhatian penonton adalah kirab budaya. Pesertanya ribuan siswa dari berbagai sekolah di Sangihe. Mereka memamerkan kayanya nilai budaya di daerah kepulauan ini.

Teriknya matahari tak memudarkan semangat ribuan siswa peserta kirab budaya, kemarin. Pawai yang mengambil start dari Boulevard Tanjung Tahuna ini, disambut antusias. Tampak siswa-siswa dengan memakai pakaian adat lengkap memperagakan seni kebudayaan Sangihe. Mulai dari tarik gunde, upase, kalumpang, salo, masamper, dan ampat wayer.

Musik kolintang juga tak ketinggalan. Raja yang pernah berkuasa di tanah Tampungang Lawo yaitu Raja Santiago ikut dilakonkan. Termasuk Tatehe Woba, Kristian Pontoh, kawin adat, pemotongan kue adat, dan musik bambu. Tidak ada rasa malu dari anak-anak ketika memperagakan tarian dan budaya kepada Bupati dan tamu undangan sambil melambaikan tangan. Ribuan masyarakat yang menyaksikan kirab budaya ini berdecak kagum.

“Artinya budaya kita terus dilestarikan oleh generasi muda,” ujar Andi Janis, masyarakat Kota Tahuna. Di panggung utama tampak pimpinan daerah, Dekab, Forkompinda tersenyum bangga melihat semangat para anak-anak sekolah. “Kegiatan seperti ini harus dilestarikan untuk mengenalkan budaya daerah pada anak-anak,” tukas Sekkab Sangihe Edwin Roring.

Musik Kolintang Aset Seni Daerah yang Harus Dilestarikan

Manado, Sulut - Wakil Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Steven Kandouw mengatakan alat musik kolintang adalah aset daerah yang harus dilestarikan.

"Alat musik kolintang telah mengalami pasang surut, meski begitu tetap menjadi aset daerah tetap ada dari waktu ke waktu," kata Wagub Kandouw di Manado, Minggu (31.7/2016).

Apa pun kata orang tentang kolintang, alat musik ini tetap luar biasa dan menjadi identitas budaya Minahasa, katanya.

"Untuk itu, mari kita lestarikan. Apalagi negara luar ada yang ikut mengklaim bahwa kolintang berasal dari sana. Nah ini yang harus kita jawab," katanya.

Karena itu, Wagub mengharapkan setiap hotel dan restoran wajib memutar dan memperdengarkan atau memainkan musik kolintang sebagai salah satu upaya melestarikannya turun-temurun.

Alat musik kolintang telah terdaftar di Unesco sebagai warisan budaya milik Minahasa-indonesia.

Terkait ini, Yayasan Alfred Sundah telah menggelar seminar seni budaya bertemakan "Keunikan Kolintang Berbahan Kayu Wanderan", iven ini merupakan rangkaian pagelaran musik kolintang dan perayaan ulang tahun ke 90 tokoh alat musik ini Alfred Sundah, pria asal Desa Lembean, Kabupaten Minahasa.

Seminar yang dipandu Yerry Tawaluyan, Soraya Togas dan Magdalena Daluas menghadirkan nara sumber Maria Henny Pratikno, Marthen Theogivest Lasut, Happy Joy Korah, Tjut Nyak Deviana, serta seniman musisi James F Sundah.

Dari Yacht Rally Hingga Pawai Budaya, Ini Hal-Hal Menarik di Festival Pesona Sangihe 2016

Sangihe, Sulut - Kepulauan Sangihe merupakan titik singgah yang menarik bagi kapal layar (Yacht). Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya dalam peluncuran Festival Pesona Sangihe 2016 dan Calender Events 2017 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, kantor Kementerian Pariwisata, pada Selasa (19/07/2016) malam lalu.

Sebelumnya, dalam Sail Karimata 2016 yang diadakan pada Mei 2016 lalu, Tahuna yang menjadi ibukota Kabupaten Kepulauan Sangihe. Lokasi itu menjadi titik singgah para yachter peserta sail dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Malaysia, dan Inggris yang memulai pelayaran dari Davao di Filipina dan perairan Malaysia menuju Kalimantan.

"Kabupaten Kepulauan Sangihe bisa memanfaatkan event-event internasional seperti ini dalam upaya mempromosikan potensi wisata bahari," ujar Arief Yahya.

Pesona Sangihe lain yang menarik adalah terumbu karang yang beraneka ragam hingga gunung api bawah laut. Hal tersebut membawa keindahan bahari tersendiri yang menjadi salah satu ciri khas Sangihe.

"Para penyelam dapat menikmati pesona ini hanya dengan kedalaman 4 sampai 10 meter dari permukaan laut," ujar Bupati Kepulauan Sangihe Hironimus Rompas Makagansa dalam press released.

Ia juga menyebutkan sejumlah spot diving menarik seperti Shipwreg (Teluk Tahuna), Lost City (Pulau Maselihe), Kawasan Mendaku, Pulau Bukide,Batu Wingkung, dan pulau Para.

Dalam Festival Pesona Sangihe 2016 pada 5-10 September mendatang akan dimeriahkan dengan pawai budaya, penjemputan yacht rally, pagelaran seni budaya, inland tour, pameran pembangunan, hingga aneka lomba lainnya.

Agustus ke Tomohon, Ada Festival Bunga ala "Pasadena"

Tomohon, Sulut - Festival Bunga Internasional Tomohon akan digelar 8 Agustus 2016 di Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

"Ini dalam rangka lebih mengenalkan destinasi-destinasi wisata di Kota Tomohon. Semakin banyak promosi yang dilakukan, wisatawan akan tahu ternyata kita memiliki potensi wisata yang tidak kalah menarik bila dibandingkan dengan daerah lainnya," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Tomohon Mariam Rau, Minggu (30/5/2016).

Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, ia menambahkan, mendukung penuh pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF).

Mariam mengundang para pelaku usaha serta wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi Tomohon untuk menyaksikan festival bunga tahunan yang meliputi parade bunga, kontes ratu bunga, festival kuliner dan aneka pameran itu.

Wakil Wali Kota Tomohon Syerly A Sompotan optimistis festival itu bisa membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

"Sudah pasti akan ada dampak ganda yang bisa diperoleh dari kegiatan tahunan ini. Wisatawan lokal dan mancanegara pasti akan menggunakan jasa yang ditawarkan warga kota dalam berbagai bentuk," katanya.

Agustus Ini ke Sulawesi Utara, Ada Festival Bunga Tomohon

Tomohon, Manado - Festival Bunga Internasional Tomohon (Tomohon International Flower Festival) yang akan digelar Agustus 2016 mengusung tema "Pesona Tomohon" (Enchanting Tomohon), kata Wali Kota Jimmy F Eman, Jumat (18/3/2016).

"Festival berskala internasional ini akan menghadirkan banyak wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Ini sudah pasti akan berdampak luas bagi perekonomian, jasa dan barang serta dampak lainnya yang bisa dinikmati masyarakat Kota Tomohon," katanya kepada Antara di Tomohon.

Dia menegaskan, "Tomohon International Flower Festival" merupakan agenda tahunan yang telah masuk dalam kalender pariwisata Kementerian Pariwisata sehingga diharapkan masyarakat dan pemangku kepentingan ikut menyukseskan festival yang digelar setahun sekali ini.

Jajaran pemerintah kota juga diharapkan solid dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan, karena dalam era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) menuntut daya saing tinggi yang berkorelasi dengan persaingan kerja dalam dunia kepariwisataan yang membutuhkan perhatian ekstra dan kesiapan mental.

"Menghadapi MEA seluruh komponen masyarakat dituntut harus membekali individu dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguasaan bahasa asing dan keterampilan yang memadai sehingga dapat terus bersaing di era ini," katanya.

Kesiapan seluruh komponen pendukung dalam suksesnya TIFF membuka ruang dilakukan pembenahan. Selain itu, obyek-obyek wisata penunjang wisatawan yang nantinya menjadi lokasi kunjungan wisata.

"Pemerintah Kota Tomohon bersama stakeholder pariwisata telah melakukan banyak pembenahan untuk meningkatkan daya tarik kunjungan wisatawan ke Kota Tomohon," ujarnya.

Semakin banyaknya obyek wisata yang telah ditata, akan berdampak terhadap tingkat hunian hotel di Manado, kunjungan wisatawan akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Sumendap Ingin Lestarikan Bahasa Daerah. ’Harus Ada Dukungan Tokoh Adat’

Ratahan, Sulut - Keprihatinan sejumlah pihak soal memudarnya penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda di sejumlah daerah akhir-akhir ini, termasuk di wilayah kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) yang diketahui bersama didiami oleh Tiga sub etnis Minahasa (Tonsawang, Pasan dan Ponosakan), mulai dijawab oleh Bupati, James Sumendap.

Bupati yang dalam visinya bersama wakil bupati Ronald Kandoli, mengutip konsep Tri Sakti Kemerdekaan, ajaran Bung Karno, dimana Satu diantaranya yakni Berkepribadian dalam kebudayaan itu, benar-benar serius mewujudkan visi itu dengan cara akan memasukan bahasa daerah dalam pelajaran Muatan Lokal di jenjang pendidikan dasar hingga atas.

Hal ini ditegaskan Bupati Sumendap (JS) dalam sambutannya pada acara syukuran hari ulang tahun (HUT) ke-2 Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Minggu (28/2). “Bahasa daerah wajib masuk mata pelajaran muatan lokal, dan itu akan dimulai etnis di Tounsawang. Nanti mata pelajaran ini harus masuk dalam tahun ajaran baru ini,” tegasnya.

Lanjut dikatakannya, upaya yang dilakukan itu merupakan bagian dari pelestarian kearifan lokal, khususnya bahasa daerah. “Karena itu, saya berharap ada dukungan dari para tokoh adat, supaya bersedia menjadi pengajar. Namun demikian jangan menuntut menjadi PNS yah, karena ini upaya bersama melestarikan warisan budaya,” katanya, disambut tawa.

Menurut bupati, program tersebut adalah langkah awal, karena kedepan akan dilaksanakan di beberapa etnis lainnya yang ada di Minahasa Tenggara. “Prinsipnya semua ini adalah dedikasi untuk melestarikan warisan budaya, makanya harus menjadi tanggung jawab kita semua bukan hanya pemerintah saja,” pinta JS, yang juga sebagai ketua PA GmnI Sulut.

Pada kesempatan itu, bupati Sumendap yang berdarah etnis Tounsawang, ikut berkesempatan dikenakan pakaian tradisional, oleh tokoh adat Tounsawang Yulius Tiwow. “Sebagai bentuk penghargaan, karena bupati ini juga berdarah Tounsawang, jadi secara khusus kita kenakan pakaian adat Tounsawang,” ujarnya.

Acara yang digarap oleh panitia yang diketuai, Yanti Tumbol itu berlangsung meriah dalam suasana kebudayaan Tounsawang. Acara dimeriahkan oleh penampilan kelompok kesenian Tounsawang Masanbow serta pementasan tarian asli Tounsawang. Sementara yang menjadi khadim dalam Ibadah itu adalah Pdt Piet Tampi dengan liturgi berbahasa Tounsawang.

Ketua Umum Panitia Rony Gozal yang mendamping Ketua Jemaat GMIM Syaloom Tombatu Satu, Pdt Stevenson Simbawa mengaku sangat bersyukur acara tersebut terlaksana dengan baik, apalagi perayaan HUT ini secara khusus mengabungkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki etnis Tounsawang.

“Secara pribadi saya mengapresiasi sambutan yang cukup meriah dari seluruh warga jemaat maupun masyarakat yang ikut hadir dalam acara ini. Harapannya tentu dalam kegiatan semacam ini, kedepan terus digalakan untuk melestarikan budaya etnis Tounsawang, karena ini adalah jati diri kita," ujarnya.

Lomban: Tulude Warisan Leluhur Tak Bisa Dihilangkan

Bitung, Sulut - Pagelaran upacara adat Tulude tahun 2016 Pemerintah Kota Bitung di Kelurahan Mawali Kecamatan Lembeh Utara, Kamis (28/1), sukses digelar. Upacara adat Tulude ini dihadiri Gubernur Sulawesi Utara DR.Sony Sumarsono bersama Ketua TP-PKK Provinsi Sulut Tri Rachayu Sumarsono, wakil Walikota Bitung Maxmilian J Lomban bersama Wakil Ketua TP-PKK kota Bitung Ny. Khouni Lomban Rawung.

Dalam Kesempatan itu Sumarsono dalam sambutannya mengapresiasi momentum pelaksanaan Tulude di Kota Bitung yang memiliki makna religi, yang didalamnya berisih tradisi budaya untuk mempersatukan seluruh etnis masyarakat Kota Bitung juga Sulawesi Utara.

“Hal ini terlihat dari wahana kebersamaan dan persaudaraan dalam satu komunitas yang utuh, yang mengisyaratkan bahwa kita semua ini merupakan satu kesatuan masyarakat yang cinta persatuan. Diharapkan pula masyarakat Kota Bitung tetap bersatu padu menjaga dan memelihara kerukunan hidup dengan meningkatkan rasa persaudaraan sambil bergandengan tangan membangun daerah ini demi kesejahteraan bersama,” kata Sumarsono.

sementara itu Lomban mengapresiasi kedatangan Pj. Gubernur yang boleh berkesempatan hadir dalam acara adat Tulude sembari menjelaskan bahwa Gelar Tulude adalah kegiatan upacara pengucapan syukur yang berbentuk ibadah penghujung akhir tahun dan digelar setiap tanggal 31 Januari yang memiliki arti menolak, mendorong atau melepaskan tahun yang lama.

“Upacara adat Tulude merupakan hajatan atau tradisi tahunan warisan leluhur masyarakat etnis Nusa Utara yang tak bisa dihilangkan dan dilupakan oleh generasi manapun dari khasana adat, tradisi dan budaya masyarakat Sangihe Talaud dan Sitaro,” tutur Lomban.

Hadir juga dalam upacara adat Tulude Wakil Walikota terpilih periode 2016-2021 Maurits Mantiri, pejabat Pemprov dan Pejabat Pemkot Bitung serta tokoh agama dan masyarakat, pengusaha, budayawan, seniman dan masyarakat Kota Bitung.

Tomohon International Flower Festival digelar 8-12 Agustus

Manado, Sulut - Pemerintah Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terus mematangkan pelaksanaan "Tomohon International Flower Festival" (festival bunga internasional Tomohon) yang akan digelar 8-12 Agustus mendatang.

"Perlu koordinasi baik dari semua pemangku kepentingan di daerah ini. Apalagi hajatan tahunan ini akan dihadiri tamu-tamu dari beberapa negara sahabat, pemerintah provinsi serta kabupaten dan kota," kata Sekretaris Daerah Kota Arnold Poli di Tomohon, Selasa.

Kondisi yang paling penting diciptakan semua pemangku kepentingan di daerah ini, kata dia, adalah suasana aman dan nyaman yang memungkinkan peserta yang datang ke Kota Tomohon merasa betah berlama-lama di kota ini.

"Pemerintah tidak berjalan sendiri menciptakan situasi kondusif seperti ini. Masyarakat mempunyai peran sentral, bahu membahu dengan aparat keamanan mewujudkan kondisi seperti ini," ungkapnya.

Mantan asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat Pemprov Sulut ini mengharapkan masyarakat mendukung penuh pelaksanaan festival bunga internasional yang akan berlangsung hampir sepekan.

Apalagi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Prancis, Filipina, New Zealand, India dan Malaysia akan berpartisipasi pada pelaksanaan festival bunga internasional kelima ini.

"Festival bunga yang telah dimulai sejak tahun 2008 ini hendaknya memberikan dampak besar bagi peningkatan kesejahteraan warga kota, terlebih petani bunga serta mampu menggerakkan industri pariwisata," katanya.

Pemerintah Kota Tomohon pada 24 Juli lalu telah meluncurkan pelaksanaan "Tomohon International Flower Festival" di Pantai Kuta, Bali, iven ini diharapkan dapat menarik wisatawan berkunjung ke kota bunga ini.

Ribuan Lampu Botol Terangi Kotamobagu

Kotamobagu, Sulut - Mulai Senin (13/7/2015) malam, atau tersisa empat malam sebelum takbir berkumandang tanda hari raya idul fitri esok harinya, ada yang lain dengan suasana Kota Kotamobagu.

Jalanan tak hanya diterangi dengan lampu jalan. Secara serentak di Depan Rumah masyarakat seluruh desa dan kelurahan tampak berbaris cahaya lampu botol.

Tak hanya di depan pekarangan dan pinggir jalan. Tampak juga di garis tengah jalan diletakkan berjejer kaleng berisi minyak tanah lengkap dengan sumbunya.

Semua lapangan yang ada di seluruh desa dan kelurahan pun tak luput dari cahaya lampu botol, bahkan beberapa diantaranya membentuk huruf seperti 1436 H.

Pasang lampu, atau dalam bahasa Mongondow Monuntul, memang sudah menjadi tradisi masyarakat Bolaang Mongondow Raya termasuk Kota Kotamobagu setiap tahunnya.

"Kalau tuntul itu artinya lampu. Sedangkan Monuntul itu artinya somo pasang lampu, pertanda tinggal empat malam lagi sebelum malam takbiran," ujar Sunardi Korompot, seorang tokoh adat Kelurahan Mongkonai Barat.

Lanjut dikatakannya, pemasangan lampu botol tersebut bermaksud untuk menerangi jalan masyarakat, kaum muslim yang hendak bepergian pada malam hari seperti ke Masjid untuk sembahyang tarawih, atau sembahyang subuh.

"Dulu itu waktu masih sangat terkebelakang, belum ada listrik. Monuntul dilakukan agar supaya masyarakat yang mau ke masjid, jalannya menjadi terang. Itu sudah tradisi sejak dulu," ungkap Sunardi.

Masyarakatpun begitu antusias menyambut monuntul, bahkan ada yang memanfaatkannya sebagai latar belakang saat berfoto. "Pemandangannya bagus. Apa lagi kalau dilihat dari jarak jauh. Susunan lampu botol yang berbaris tampak lebih indah," ujar Rahma Gobel (perempuan) warga Kelurahan Gogagoman.

Beberapa masyarakat berharap tradisi ini tetap dilestarikan. "Ini harus dilestarikan. Karena di Sulut itu hanya Kotamobagu yang punya tradisi seperti itu," ujar Imutia, warga Kelurahan Kotamobagu.

Lanjutnya, seiring dengan tetap mempertahankan tradisi monuntul dikatakannya ada baiknya jika ada inovasi-inovasi pada lampu tersebut. "Kan minyak tanah itu sudah sulit dicari, harus ada inovasi lampu botol tanpa minyak tanah," ujarnya.

Festival Budaya Satukan Sembilan Subetnis Suku Minahasa

Tondano, Sulut -Festival yang diawali dengan prosesi adat di Batu Pinawetengan, Desa Pinabetengan, Tompaso ini, diikuti tonaas-tonaas Minahasa. Usai upacara adat yang dipimpin Tonaas suku Bantik, dilakukan pagelaran seni budaya di halaman Wale Anti Narkoba, ISB Sulut, Tompaso.

“Kegiatan ini memiliki tujuan untuk melestarikan budaya Minahsa. Baik dari seni tari, musik, kerajinan, bahasa bahkan budaya,” ungkap Pemrakarsa Festival Seni dan Budaya Minahasa sekaligus Ketua Yayasan ISB Sulut Benny Mamoto. “Kita melangsungkan kegiatan ini sejak tahun 2007. Antusiasme masyarakat sangat tinggi karena ini merupakan pagelaran kesenian yang mengangkat budaya Minahasa,” ungkap mantan Kepala BNN ini.

Ia berharap, budaya Minahasa ini agar terus terpelihara. “Kita berusaha menjaga dan memelihara budaya Minahasa ini. Dalam waktu dekat, kita akan meluncurkan kamus bahasa daerah dan media pembelajaran bahasa daerah online,” bebernya.

Ia berterima kasih kepada Tonaas Bantik yang sudah memimpin jalannya upacara adat hingga berlangsung baik. “Tahun ini kita memberi kesempatan untuk saudara kita dari subetnis Bantik dalam pelaksanaan upacara adat. Mereka melakukan dengan baik dari bahasa hingga adat. Doa pun dilakukan dengan cara mereka,” pungkas Mamoto.

Diketahui, suku Minahasa terbagi menjadi sembilan subetnis. Meliputi Tonsea, Tombulu, Tontemboan, Tondano, Tonsawang, Ratahan-Pasan, Ponosakan, Babontehu dan Bantik.

Selain upacara adat di Batu Pinawetengan, dalam festival budaya ini, dipertunjukkan pula berbagai kesenian Minahasa. Termasuk kabasaran, masamper, kolintang, musik bambu, dan lainnya.

Hadir Danrem 131/Santiago Brigjen TNI Bhinarko, Kapolda Sulut Brigjen Pol Wilmar Marpaung, Dandim 1302/Minahasa Letkol CZI Mohammad Andhy Kusuma, dan sejumlah pejabat pemerintah Minahasa Raya, serta tokoh budaya Sulut.

Empat Negara Pastikan Ikuti Festival Bunga Tomohon

Manado - Empat negara memastikan mengikuti "Tomohon International Flower Festival" (TIFF) yang akan digelar 8 Agustus 2015 mendatang, kata Asisten Bidang Pembangunan dan Ekonomi Ronny Lumowa, Jumat.

"Polandia, Prancis, Filipina dan Rusia sudah memberikan konfirmasi. Masih ada beberapa negara lagi yang akan dikonfirmasi lanjutan termasuk Amerika Serikat," kata Asisten di Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara.

Kementerian Luar Negeri, kata dia, yang akan memastikan keikutsertaan negara-negara asing dalam festival bunga internasional ini, sama seperti yang dilakukan pada tahun sebelumnya.

Begitupun dengan Kementerian Pariwisata yang memberikan andil membuka ruang promosi ke sejumlah pemangku kepentingan terkait mengenai agenda tahunan kota berpenduduk 101 ribu jiwa ini.

"Total sudah sebanyak 35 peserta yang akan mengikuti TIFF ini baik dari luar negeri, beberapa kabupaten dan kota di Indonesia, perbankan serta unit usaha lainnya.

"Kami berupaya maksimal sehingga pelaksanaan TIFF ini berlangsung meriah dan wisatawan lokal dan mancanegara merasa terhibur dan betah datang ke Tomohon," katanya.

Kandidat sekretaris daerah ini menambahkan, pelaksanaan festival ini sebagai bentuk promosi potensi wisata Kota Tomohon sehingga menjadi salah satu tujuan wisatawan manakala berkunjung ke Provinsi Sulut.

"Semakin banyak kita melakukan promosi, wisatawan akan mengenal apa potensi-potensi wisata yang ada di kota ini. Bila industri pariwisata berkembang pesat akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat," ungkapnya.

Atraksi Seni Budaya, Ramaikan HUT Bolmut ke-8

Bolmut, Sulut - Pemerintah daerah menyiapkan atraksi seni dan budaya mulai Senin (18/5/2015) nanti, untuk menyemarakkan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-8 Kabupaten Bolaang Mongondow Utara pada Tahun 2015 ini.

Abdul Maloho, Ketua Panitia HUT ke-8 mengatakan atraksi seni dan budaya itu selain dari Bolaang Mongondow Utara, juga akan menghadirkan tim dari Balai Pelestarian Budaya Sulawesi Utara.

"Ada 115 orang dari Balai Pelestarian Budaya yang direncanakan hadir untuk menampilkan atraksi kesenian dan budaya demi memeriahkan HUT Bolaang Mongondow Utara tahun ini," tegasnya, kemarin.

Kegiatan lain yang akan digelar yakni festival kuliner khasi Bolaang Mongondow Utara oleh masyarakat sejak pagi dan pameran melibatkan seluruh instansi di daerah ini. "Kegiatan ini akan sangat ramai, jadi dibutuhkan dukungan masyarakat dengan menjaga kamtibmas tetap kondusif," tukasnya.

Rumah Adat Minahasa Kian Laris di Malaysia

Manado, Sulut - Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Darwin Muksin mengatakan rumah adat Minahasa makin laris di Malaysia, karena permintaan dari negara tersebut semakin banyak.

"Di akhir pekan bulan April 2014, Sulut mengekspor lima unit rumah adat Minahasa ke Malaysia dengan tipe beragam mulai dari tipe 45, tipe 85 hingga tipe 100," katanya di Manado, Selasa (28/4).

Menurut dia, Rumah Adat Minahasa tersebut diekspor ke Malaysia dengan volume 53,2 ton dan mampu memberikan sumbangan devisa bagi negara sebesar 276.250 dolar Amerika Serikat (AS).

Malaysia sudah merupakan pasar tujuan utama rumah adat Minahasa, karena pengiriman terus dilakukan, meski Rumah Panggung Minahasa juga sudah merambah negara-negara di Benua Eropa, Asia dan Amerika, bahkan Afrika.

Ia mengatakan ekspor rumah adat Minahasa atau rumah panggung asal Woloan ke Malaysia itu bisa terwujud karena pembeli luar negeri percaya, selain motif menarik, juga kualitas pembuatan rumah pengrajin di daerah ini sudah semakin baik dari waktu ke waktu. "Pemerintah daerah terus memberdayakan pengrajin sehingga kualitas yang dihasilkan makin baik," katanya.

Sejak ditetapkan beberapa tahun lalu sebagai kawasan pengrajin rumah panggung, sudah mampu penuhi permintaan yang datang, baik dari daerah lain di Indonesia juga permintaan dari beberapa negara.

Tradisi Rumamba Muncul Lagi di Minahasa!

Tondano, Sulut - Tradisi upacara adat naik rumah baru Rumamba yang mulai pudar di Minahasa, dimunculkan kembali saat acara naik rumah baru milik Youla Lariwa di Tondano, Selasa (17/3).

Upacara adat rumamba tersebut diawali dengan pemukulan tetengkoren oleh tokoh adat Joltje Kawengian, yang diesertai dengan ucapan syukur kepada Tuhan dalam bahasa daerah, dan pembagian berkat kepada tamu berupa permen.

Kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon tawaang, oleh Bupati Minahasa Jantje Sajow, tokoh Brigade Manguni, tokoh masyarakat, dan tokoh agama, serta tuan rumah.

Selain itu, dilanjutkan dengan menyaksikan tarian maengket, dan tarian kabasaran, dilanjutkan dengan guntung pita oleh pemilik rumah, juga penyerahan kunci oleh tukang kepada tuan rumah, sebagai pertanda pekerjaan rumah telah selesai, dan saat di dalam rumah, pemilik rumah melakukan tradisi penyalaan lampu, namun diawali dengan doa.

Nah sampai tahapan yang terakhir, tamu dipersilakan untuk melihat ruangan di rumah tersebut, sebagai tahapan menguji ketahanan rumah atau Rumamba.

"Kami bersyukur bisa melaksanakan upacara adat ini yaitu rumamba, tapi sudah modern, istilahnya tahapan tetap dilaksanakan, namun tidak ada lagi seperti pemanggilan roh-roh," jelas Joltje Kawengian.

Sementara itu, Youla Lariwa pemilik rumah mengatakan, bahwa sengaja dilakukan upacara adat naik rumah baru ini, untuk melestarikan dan menggali kembali budaya Minahasa yang sudah lama pudar.

"Sekalian saya juga ingin melihat bagaimana prosesi adat ini, karena saya belum pernah lihat, juga ini merupakan tugas kami di KP3," jelas Youla ketua KP3 Pusat.

Budaya Tentukan Karakter Bangsa

Melonguane, Sulut - Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Dr Sinyo Harry Sarundajang mengatakan budaya merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa, karena tanpa budaya kita tidak akan mampu membangun kehidupan sosial masyarakat yang harmonis.

"Pentingnya budaya ini, disampaikan Gubernur Sarundajang pada acara ritual adat Manduru `U Tonna 2015' di lapangan Sangkudiman Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud (5/2)," kata Kabag Humas Setda Provinsi Sulut Jahja Rondonuwu di Manado, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (7/2).

Sarundajang mengatakan nilai-nilai spiritual dan kultural yang senantiasa menghiasi budaya masyarakat, merupakan faktor penting untuk merekatkan pluralitas.

Patut bersyukur, kata Sarundajang karena Kabupaten Kepulauan Talaud dianugerahi kekayaan pranata budaya yang menghiasi diantaranya ritual adat manduru`u tonna.

Nuansa religius dan kultural yang nampak pada acara ini, menurut Sarundajang adalah merupakan representasi dari keseharian hidup masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan merindukan suasana damai dalam memperjuangkan terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Dalam acara ritual adat Manduru `U Tonna didahului dengan dialog adat oleh pentua-pentua adat dengan semangat Suirenhe wurru su waidde yakni dengan sehati sepikir mengetengahkan hal-hal mengenai persiapan upacara mandulugu tonna.

Kemudian dilanjutkan dengan ritual adat permohonan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dipimpin oleh pentua adat, tujuannya adalah untuk menaikkan syukur atas penyertaan Tuhan ditahun yang lama dan memanjatkan doa meminta perlindungan di tahun baru.

Acara tersebut diakhiri dengan acara pagelaran seni tari Salaing u Ampania dan tarian masal yang diikuti oleh Gubernur dan Forkompimda Sulut didampingi oleh Bupati Kabupaten Kepulauan dan pejabat daerah serta seluruh masyarakat Pada kesempatan itu, Gubernur Sarundajang menyarahkan bantuan satu unit roda dua untuk pengelola program Taman Bacaan (TB), insektisida 10 liter dan larvasida 10 kg untuk pemberantasan demam berdarah, lima ton beras dan penyerahan lokasi untuk program pemberdayaan komunitas adat terpencil untuk 62 KK dengan total anggaran sebesar Rp1,71 miliar.

-

Arsip Blog

Recent Posts