Museum Red Dot, Tempat Gaya Bertemu Substansi

Oleh Egidius Patnistik

Sesuai namanya, Museum Red Dot di Jalan Maxwell Singapura tampil dalam warna merah anggur (chianti) yang anggun, tegas, dan berwibawa. Kalau bayangan Anda tentang museum adalah bangunan tua dengan koleksi benda-benda kuno yang kusam dan berdebu, itu tidak ditemukan di sini.

Saya masuk ke museum, yang hanya tiga menit jalan kaki dari stasiun MRT (Mass Rapit Transit) Tanjong Pagar, itu pada malam hari, 3 Oktober lalu, untuk mengahadiri party yang digelar Nokia dalam rangka peluncuran ponsel terbarunya, Nokia 5800 ExpressMusic. Untuk acara itu, Nokia menghadirkan kelompok musik rock asal Amerika, Lifehouse, tampil meraung-raung di tempat tersebut. Penasaran dengan nama, koleksi, serta fungsinya yang bisa untuk acara pesta, sampai pergelaran musik rock, besoknya saya kembali ke musium tersebut.

Bagunan tiga lantai yang pernah jadi markas polisi lalu lintas itu didirikan pada jaman kolonial dan telah berusia 80 tahun. Namun tampilanya tidak setua usianya. Bangunan itu masih sangat kokoh, bersih, dan tidak kalah moderen dengan gedung-gedung di sekitarnya. Satu hal yang membuatnya tampak beda hanyalah warnanya yang mencolok itu. Pohon-pohon peneduh yang tumbuh rimbun di sepanjang Jalan Maxwell tidak kuasa menutup kehadirannya.

Koleksinya bukan benda-benda kuno tetapi barang-barang siap pakai dalam bentuk yang kontemporer, keren dan penuh gaya, bahkan futuristik yang masih berupa konsep disain. Total koleksi museum seluas 1.200 meter per segi itu hanya 250 buah. Beberapa sudah berbentuk barang jadi-siap pakai seperti sejumlah pensil, pulpen, furnitur, rak buku, oven, kursi kerja, bak mandi, tempat kencing tanpa air untuk pramugara. Namun banyak juga yang hanya berupa foto dari sebuah konsep disain seperti disain robot dan mobil sport yang ditempelkan di dinding.

Ya, ini memang museum disain. Museum seperti ini hanya di dua tempat. Yang pertama di Jerman, sudah ada sejak tahun 1955, yang di Singapura ini baru diresmikan tahun 2005.

Museum Red Dot merupakan tempat pameran ekslusif bagi para pemenang Red Dot Design Award di seluruh dunia. Bisa dibilang, di tempat ini gaya bertemu dengan substansi, dan merek serta produk menyatakan pikiran mereka.

Red Dot Awards diberikan secara tahunan dan kualifikasinya berdasarkan pada standar seleksi dan presentasi. Dewan juri yang terdiri dari para ahli di bidang desain, desain konsep, dan desain komunikasi akan memilih desain yang paling luar biasa untuk mendapatkan 'Red Dot Design Award' tingkat internasional.

Bagi para disainer, menjadi bagian dari koleksi Red Dot merupakan suatu kejayaan tersendiri karena menunjukkan pencapaian penting yang luar biasa dalam desain dan bisnis. Red Dot merupakan label yang diakui internasional yang menunjukkan kehebatan dalam bidang disain.

Museum ini tidak hanya memajang koleksi. Tempat ini juga memberi ruang dan waktu bagi proses kreatif, maupun merayakan hasil dari proses tersebut. Tempat ini bisa disewa untuk berbagai acara yang berkaitan dengan peluncuran produk dari bidang teknologi dan industri keatif.

Maka, jangan heran misalnya kalau di tempat ini meraung-raung musik rock seperti pada malam ketika Nokia menyuguhkan kelompok musik rock Lifehouse tadi. Besoknya museum buka seperti biasa. Saat itu adalah akhir pekan pertama dalam bulan dan pengelola museum punya kebijakan, akhir pertama pertama dalam bulan merupakan kesempatan komunitas industri kreatif lokal untuk 'tampil' dan pengunjung masuk gratis. Maka, ruangan museum yang pada malam sebelumnya menjadi panggung musik rok, siang itu menjadi bazar. Pedagang souvenir menggelar dagangan di antara koleksi museum. Sejumlah mahasiswa seni rupa pun menunjukkan kebisaan mereka dengan melukis wajah model yang duduk di tengah ruang pamer museum.

Bangunan museum itu juga tidak seluruhya dijadikan museum. Di situ juga ada bar dan kafe.

Beberapa saat di museum itu, saya teringat bangunan tua di kawasan Kota Tua Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah bertahun-tahun lalu mencanangkan penataan kawasan Kota Tua. Namun sampai saat ini kawasan itu masih terbengkelai, kumuh dan semakin ditinggalkan para penghuninya. Bangunan tua yang bernilai sejarah di kawasan itu dibiarkan terlantar dan jadi tidak punya nilai tambah secara ekonomi. Ah, Jakarta memang bukan Singapura.

Alamat Museum Red Dot: Lantai Dasar Gedung Red Dot Traffic, Jalan Maxwell 28 (sekitar tiga menit jalan kaki dari stasiun MRT Tanjong Pagar).

Jam Operasi: Senin, Selasa, dan Jumat buka dari pukul 11.00 - 18.00; Sabtu dan Minggu pukul 11.00 - 20.00; Rabu - Kamis, dan selama ada acara khusus ditutup.

Sumber: http://nasional.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts