Festival Salihara Segera Dibuka

Jakarta - Komunitas Salihara, yang telah diresmikan pada Agustus lalu, kini dibuka untuk umum. Sebagai persembahan awal, komunitas yang beralamat di Jalan Salihara, Pejaten, Pasar Minggu, itu bakal menyelenggarakan Festival Salihara 2008. Festival yang menampilkan ragam seni ini berlangsung mulai 17 Oktober hingga 6 Desember 2008.

Pembukaan festival akan berlangsung selama dua hari, yakni 17-18 Oktober. Pada acara pembukaan ditampilkan beragam pertunjukan seni, seperti sajian tari dari pulau Jawa abad ke-19, teater musik kontemporer kolaborasi mancanegara, pameran seni rupa, hingga ceramah penyair Suria Adonis.

"Kehadiran Festival ini adalah sebuah perkenalan diri kami (Salihara) kepada masyarakat," ujar Rama Thaharani, juru bicara Komunitas Salihara. Lebih lanjut, tak hanya sekadar memperkenalkan, Salihara ingin mempersembahkan alternatif seni yang unik dan berbeda.

Pada pembukaan hari pertama, memasuki area komunitas, pengunjung akan disambut dengan pameran seni rupa bertajuk "Dari Penjara ke Pigura". Pameran ini menyuguhkan karya-karya yang diilhami oleh teks-teks bersejarah yang ditulis para pelaku sejarah nasional, seperti naskah pidato, artikel, surat, maupun catatan harian Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka, dan R.A. Kartini.

Semua ini akan diimajinasikan dalam guratan di atas kanvas oleh Agus Suwage, Dadang Christanto, Diyanto, Djoko Pekik, Hanafi, Mella Jaarsma, Oky Arfie, S. Teddy D., Tisna Sanjaya, Ugo Untoro, dan Yuswantoro Adi.

Akan hadir pula orkestra Arupadatu dari Komunitas Lima Gunung. Orkestra beranggotakan 50 orang ini berasal dari puluhan kelompok seni rakyat dari dusun-dusun di kaki lima gunung yang mengitari Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Arupadatu akan menampilkan sebuah karya berjudul Truntung Tak Terduga. Komunitas ini telah banyak berkolaborasi dengan puluhan seniman, seperti Harry Roesli, Garin Nugroho, dan Jack Body. Selain itu, ada Acapela Mataram, yang mempersembahkan Cangkem Khatulistiwa, serta pementasan Folk Jazz oleh Titi Aksan dan kawan-kawan.

Pada malam kedua, pertunjukan bakal diisi dengan dua tarian. Didik Nini Towok akan hadir dengan lakon Dewi Sarag Jodag Gandrung. Lalu disambung dengan karya Jacko Siompo dalam "In Front of Papua".

Tak cuma menampilkan karya orang luar, Salihara pun mempersembahkan hasil produksi sendiri. Inilah yang patut ditunggu, sebuah teater musik berjudul Kali karya Goenawan Mohammad. Pertunjukan pada 22-23 November ini mengangkat kisah peperangan Bharatayudha dan segala intrik di dalamnya. (Aguslia Hidayah)

Sumber: www.tempointeraktif.com (14 Oktober 2008)