Batam Bisa Selenggarakan Festival Layang-layang Dunia

Kuala Lumpur, Malaysia - Batam, propinsi Kepulauan Riau bisa didorong sebagai tempat penyelenggaraan Festival Layang-Layang bertaraf internasional mengingat potensi alamnya yang terbuka dengan hembusan angin yang cukup kuat sangatlah memadai bila kegiatan tersebut dilaksanakan di sana.

"Kalau dilihat kondisi alamnya, Batam serupa dengan Pasir Gudang, Johor Bahru yang sekarang ini menjadi penyelenggara festival layang-layang tingkat dunia. Arah angin dari Pasir Gudang searah ke Batam. Jadi bisa saja kegiatan tersebut dilanjutkan ke Batam," kata pejabat Fungsi Penerangan KJRI Johor Bahru, Djudjur S H Hutagalung saat dijumpai di Johor, Minggu.

Menurut dia, bila festival tersebut dilakukan di Batam, tentunya para peserta dan penonton bisa diboyong langsung ke sana melalui pesawat terbang ataupun kapal penyeberangan antara Johor dan Batam. Diungkapkannya bahwa Wilayah Batam serupa dengan wilayah Pasir Gudang, Johor yang sejak tahun 1995 telah melakukan kegiatan festival layang-layang, bahkan saat ini di wilayah tersebut telah menjadi salah satu tempat festival layang-layang tingkat dunia, bahkan tahun 2011 cukup sukses karena mampu menyerap 100.000 wisawatan dengan 30 negara peserta.

Dalam pandangannya, bahwa kegiatan festival layang-layang juga sebagai salah satu upaya untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Apalagi, lanjut dia, bila pesertanya terdapat dari luar negeri tentu akan mendorong semakin banyak wisatawan mancanegara yang ingin melihatnya.

Senada disampaikan oleh Ketua Majlis Perbandaran Pasir Gudang, A. Rahim Bin H. Nin bahwa bila ada keinginan seperti itu bisa saja dilakukan pembicaraan kedua belah pihak terkait yaitu antara Batam dengan Gudang Pasir, Johor. "Perbincangan bisa saja dibuat untuk menyambungkan kegiatan ini (Festival Layang-Layang) ke Batam. Namun demikian harus dilakukan kajian yang lebih mendalam sebab setelah dari Pasir Gudang, acara kemudian dilanjutkan ke Thailand pada tanggal 24 hingga 26 Februari," ungkapnya.

Sedangkan Humas Johor Tourism Board, Ahmad Nizam Ahmad menambahkan bila kegiatan ini bisa dilanjutkan ke Batam, tentunya potensi wisatawan yang bisa diraih semakin bertambah dan pada akhirnya juga menggairahkan sektor pariwisata kedua wilayah tersebut. "Kami pada dasarnya tidak masalah bila kegiatan ini juga diteruskan ke Batam," ungkapnya.

Namun demikian, lanjut dia, untuk memperlancar upaya tersebut juga perlu dilakukan kerjasama antara kota Johor dengan Batam melalui persaudaraan antar kota. Sementara itu, dalam festival layang-layang tingkat dunia di Pasir Gudang, Johor yang ke-16 kalinya ini diikuti sebanyak 900 peserta yang terdiri dari 221 peserta dari 30 negara sedangkan sisanya hampir 700 peserta dari dalam Malaysia berlangsung sejak 16 Februari hingga 20 Februari 2011.

Indonesia merupakan peserta yang paling banyak mencapai 51 peserta, kemudian Thailand (18), Jepang (17), Singapura (21), China (31), Korea Selatan (10) serta sejumlah negara-negara dari kawasan Eropa, Afrika maupun Amerika Serikat. Peserta Indonesia asal Jakarta, James Keke Nusa mengatakan setiap tahun penyelenggaraan, layang-layang dari Indonesia selalu mendapatkan juara karena dianggap memiliki keunikan tersendiri. "Tahun lalu, layang-layang dengan gambar barong miliknya juga juara," kata James yang juga selaku ketua Asosiasi Layang-Layang Jakarta yang beranggotakan 20 orang.

Senada disampaikan Endang Ernawati, pemilik musium layang-layang Indonesia bahwa kualitas dan keunikan dari layang-layang Indonesia bisa diandalkan sehingga membuat banyak peserta lainnya, yang terkagum. Bahkan tak jarang mereka melakukan transaksi pembelian untuk layang-layang buatan Indonesia. "Layang-layang buatan saya juga cukup diminati peserta lain, bahkan mereka sebelum festival sudah memesannya sehingga saat di sini baru diserahkan,' katanya dengan menyebutkan harga layang-layang itu bisa mencapai Rp75 juta per buahnya.

Menurut dia, lama pengerjaan sebuah layang-layang itu bervariasi tergantung model dan variasinya. Kalau bentuknya kecil dan tidak terlalu banyak variasinya, paling sekitar satu hingga dua minggu sudah bisa selesai. Tapi kalau bentuknya besar dan tingkat kesulitannya tinggi, paling cepat itu satu bulan satu buah," ungkapnya. Ketika ditanya, bagaimana dukungan pemerintah Indonesia terhadap sektor ini, menurut dia, ada dukungan tapi terbatas. "Mungkin ini dananya juga cukup besar sehingga tergantung anggaran dari APBD masing-masing daerah," ungkapnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts