Objek Wisata Pulau Kembang Batola Kurang Terawat

Banjarmasin - Objek wisata alam Pulau Kembang berlokasi di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) atau berseberangan dengan Banjarmasin terkesan kurang terawat.

Sejumlah sarana penunjang keberadaan objek wisata Pulau Kembang yang dihuni ratusan, bahkan mungkin ribuan monyet atau kera ekor panjang dan berdekatan dengan Pasar Terapung di muara Sungai Kuin/Sungai Barito tersebut, seakan dibiarkan dalam kondisi rusak.

Seperti bangunan peristirahatan pengunjung yang berada di sebelah kiri arah naik/masuk Pulau Kembang dan tempat kera jinak tersebut bermain-main, kini dalam keadaan condong dan hampir roboh ke Sungai Barito.

Begitu pula titian yang menghubungkan antara tempat peristirahatan tersebut dengan Pulau Kembang, selain kondisinya peyot, bahkan ada pula bagian yang terputus.

Walau berdekatan atau hanya makan waktu sekitar 10 menit dengan baik kelotok atau jukung jenis perahu bermotor kecil dari Pasar Terapung Banjarmasin, tapi wisatawan yang datang melihat aktivitas tradisional jual beli perairan Sungai Barito itu, tak semua menyempatkan diri berkunjung ke Pulau Kembang.

Kurangnya minat wisatawan terhadap Pulau Kembang yang mengandung legenda China kuno itu, karena tidak ada yang istimewa bisa dilihat, kecuali bermain-main dengan kera jinak dan tempat persembahan warga Tionghoa, selebihnya berupa hutan bakau.

Menurut legenda, Pulau Kembang tersebut berasal dari sebuah kapal dari China yang tersasar masuk ke alur Sungai Barito, karena situasi yang mencekan di negerinya akibat peperangan dan terdampar.

Kapal China itu, konon bernama "Law Kem Bang" yang oleh urang Banjar Kalsel tempo dulu menyebutnya Pulau Kembang, karena berasal dari tumpukan lumpur yang menjadi delta di atas sebuah kapal yang terdampar sejak puluhan abad atau lebih dari seratus abad lalu.

Dari legenda itu pula, sebagian masyarakat Tionghoa yang ada di Banjarmasin atau Kalsel membangun tempat persembahan di Pulau Kembang tersebut, guna mengenang dan mendo`akan nenek moyang mereka.

Sumber: www.antara.co.id (25 Agustus 2008)