Kesenian Jawa Kuda Lumping Eksis di Bengkulu

Bengkulu - Berbagai kesenian tradisional masyarakat Jawa, khususnya Kuda Lumping, sampai saat ini masih tetap eksis di seluruh eks daerah transmigrasi yang ada di Provinsi Bengkulu, salah satunya di Bukit Peninjauan I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma.

"Meski kami sudah puluhan tahun menetap dan sudah menjadi warga Bengkulu, tapi kami tetap konsisten untuk melestarikan berbagai seni budaya masyarakat Jawa di daerah ini, salah satunya kesenian Kuda Lumping," kata Pimpinan Group Kuda Lumping Desa Bukit Peninjuan I, Seluma, Sudarto (53), pada acara dialog dengan anggota DPD asal Bengkulu, Bambang Soeroso, Minggu (17/11).

Kedatangan anggota DPD asal Bengkulu, Bambang Soeroso ke Desa Bukit Peninjauan I ini untuk menyerap berbagai aspirasi masyarakat pada masa reses sekarang. Acara ini dihadiri Kades Sidosari, Mahyudin dan Camat Sukaraha, Suherman dan ratusan warga setempat.

Sudarto mengatakan, kesenian tradisional Kuda Lumping Desa Bukit Peninjauan ini, sering tampil pada acara pesta perkawinan warga, penyambutan tamu pejabat yang datang ke daerah ini dan acara hari-hari besar nasional, seperti HUT Kemerdekaan RI.

Selain itu, kesenian Kuda Lumping Bukit Peninjauan I sering tampil mengisi acara pesta perkawinan di sejumlah desa di Kabupaten Seluma, khususnya perkawinan masyarakat Jawa. Sebab, jumlah masyarakat Jawa eks transmigrasi di Seluma mencapai puluhan ribu jiwa.

"Jadi, kalau musim perkawinan kita banyak mendapat order untuk tampil penghibur para tamu. Namun, tarif sekali tampil tidak dipatok, sukarela saja berapa pengundang mau mengasih kami terima. Bagi kami bukan soal materi tapi kesenian Jawa tetap eksis di Bengkulu," ujarnya.

Darto menambahkan, selain Kuda Lumping kesenian Jawa yang masih eksis di Bengkulu adalah Kuda Kepang, Riok Ponorogo dan Wayang Kulit. "Ketiga jenis kesenian ini sering tampil mengisi acara tertentu di berbagai daerah di Bengkulu," ujarnya.

Namun, kendala yang dihadapi pihaknya dalam melestarikan kesenian tradisional, khususnya Kuda Lumping kurang mendapat perhatian dari pemerintah setempat. "Kita sudah beberapa kali mengajukan bantuan peralatan Kuda Lumping ke pemda setempat, tapi tidak pernah direalisasikan," ujarnya.

Padahal, kesenian tradisional Kuda Lumping bukan hanya milik masyarakat Jawa, tapi milik bangsa Indonesia. Sebab, kesenian Kuda Lumping hanya di Tanah Air dan tidak ada negara lain. "Semestinya pemda juga ikut melestarikan kesenian tradisional tersebut," ujarnya.

Sudarto berharap kepada anggota DPD asal Bengkulu, Bambang Soeroso untuk memperjuangkan dana bantuan pembinaan kesenian tradisional dari pemerintah pusat, sehingga seni budaya meninggalan nenek moyang ini tidak hilang ditelan zaman serba canggih sekarang ini.

Sementara itu, anggota DPD asal Bengkulu, Bambang Soeroso mengatakan, dirinya sebagai orang Jawa memberikan apresiasi yang tinggi kepada warga Jawa di Seluma yang tetap mempertahakan kesenian Kuda Lumping meski sudah puluhan tahun menetap di Bengkulu.

"Kesenian tradisional yang ada di negera kita tetap dipertahankan dilestarikan, termasuk kesenian Jawa, Kuda Lumping. Sebab, kesenian tradisional merupakan aset seni budaya bangsa Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia wajib melestarikan seni dan budaya telah diwariskan nenek moyang kita," ujarnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts