Tampilkan postingan dengan label Bengkalis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bengkalis. Tampilkan semua postingan

Pertumbuhan Pariwisata Berbasis Budaya di Riau Terbesar Nomor 2 se-Indonesia

Bengkalis, Riau - Provinsi Riau yang memiliki pariwisata berbasis budaya di mulai pada tahun 2015 silam, itu dikarenakan semangat Kabupaten/Kota dan Provinsi Riau.

"Kepariwisataan berbasis budaya ini karena semangat Kabupaten/kota dan provinsi, kita serius dengan itu apresiasi-apresiasi banyak kita proleh. Dan inilah yang kita lihat dalam pertumbuhan tujuan wisata ke riau itu adalah nomor dua di indonesia,"kata Gubenur Riau, Arsyajuliandi Rahman, Senin (6/3/17) usai mengikuti rapat musrenbang di Bengkalis.

Lanjut Gubenur lagi, artinya dalam keseriusan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kepariwisataan ini, nampak jelas melihatkan hasil dan komitmen APBN seperti kebono kita dapat 54 milyar. Dan begitu juga dengan promosi promosi di riau itu sudah dipromosikan oleh kementerian melalui media-media internasional.

"Seperti baru baru ini, cang cui yang berada diselatpanjang itu keluar dimedia Amerika dan koran Cina serta media-media lokal. Artinya komitmen kita untuk meneruskan pariwisata berbasis budaya ini, yang basis kita ada 4 sungai besar yang berada diriau ini,"kata Gubri lagi.

Khususnya kabupaten Bengkalis, ungkap Gubri lagi, Pulau Rupat sudah menjadi pengembangan kawasan strategis nasional,"Dan potensi pariwisatan pulau rupat ini kan masih kita biarkan, sekarang mari kita untuk serius dan kita persiapkan segala sesuatunya, termasuk juga perencanaan untuk Rupat serta terhadap masyarakat nya,"ungkapnya.

Dengan akan besinergi tersebut, yang akan dilakukan oleh pemerintah Provinsi bersama Dinas terkait. Misalnya Diskes menggarap kesesehatan di Destinasi seperti Puskesmas dan memberikan pelatihan kepada Masyarakat.

"Jadi pelatihan itu tidak ada lagi dari Pemerintah Kabupaten, itu harus langsung ke destinasinya. Disamping itu, juga UMKM, itu mereka harus menggarap UMKM yang ada di daerah Destinasi jadi harus masyarakat setempat,"ujarnya.

"Selain menggarap Pariwisata, kita juga akan mengembangkan wilayah pesisir ini, dengan garis pantai 2.76, 5 KM, yang baru kita manfaatkan baru berapa kilo. Dan setelah akan kita lakukan oleh Bapeda garis pantai ini potensinya sangat besar. Karena potensi yang ada di pesisir ini harus kita sinergikan. Provinsi sudah menyiapkan anggaran untuk memotivasi masyarakat,"imbunya.

STAIN Bengkalis Bahas Penelitian Budaya Melayu

Bengkalis, Riau - Dalam rangka memperkuat jangkauan jaringan kerja samadan riset kolaboratif, Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN Bengkalis, menggelar rapat membahas penelitian bagi para dosen tentang budaya Melayu dan pengabdian bagi mahasiswa dengan program KKN Nusantara.

Ketua STAIN Bengkalis, Prof H Samsul Nizar, MA, dalam paparannya mengatakan, ada agenda penting yang menjadi perhatian besar P3M untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Menurutnya, sebagai kampus yang bercirikan tentang kajian ke-Islamandan ke-Melayuan, maka STAIN Bengkalis pada tahun ini akan menerjunkan para peneliti atau dosen ke lapangan, untuk meneliti khazanah kemelayuan, baik itu terkait situs-situs peninggalannya, maupun kebudayaannya.

“Kemudian bagian pengabdian, mahasiswa mengikuti program KKN Nusantara, nantinya mahasiswa STAIN akan diterjunkan ke sejumlah Perguruan Tinggi keagamaan lainya, seperti IAIN Jember, IAIN Palangkaraya,” ujar Syamsul Nizar.

Sementara menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STAIN Bengkalis, M Subli menjelaskan,seluruh program tersebut akan dikawal pusat-pusat yang menjadi bagian dari P3M, dan akan diterbitkan dalam bentuk buku yang ber- ISBN.Kegiatan yang diadakan sebagai refleksi program-program kinerja P3Myang terbengkalai selama ini.

Dalam kesempatan tersebut, P3M juga telah meluncurkan elektronik jurnal yang dapat diakses melalui journalbengkalis.ac.id.“ Dengan adanya website ini, semoga jangkauan kerja sama kita lebihluas dan dapat memperkuat Informasi dan Komunikasi (IK) di STAIN Bengkalis di bidang publikasi jurnal ilmiah,” harap Subli.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua STAIN Bidang Kemahasiswaan,Wira Sugiarto turut berbagi pengalaman penelitian dan kerjasama selama melakukan penelitian, terutama di daerah Melayu seperti Brunei Darusallam.Menurut Wira, secara ekonomi negara Brunei Darusalam paling sehat dannomor satu di Asia yang mengedepanlan budaya Melayu.

“Dana penelitian kerajaan Brunei juga paling banyak dibandingkan negara lain, bahkan peneliti yang membawa anak istri mendapatkan tunjangan tersendiri, bahkan mendapatkan beasiswa di negera itu,” sebutWira.

Kesenian Reog, Kekayaan Bangsa yang Dititip Melalui Masyarakat Jawa

Bengkalis, Riau - Ketua Paguyuban Keluarga Masyarakat Jawa (PKMJ) kabupaten Bengkalis Masuri SH mengapresiasi kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke 71 tahun 2016 di desa Kebun Kapas Rimbas Sekampung yang menampilkan kesenian Reog.

Menurut Masuri, Kesenian Reog jawa merupakan sebuah kesenian yang juga aset daerah dan Negara yang dititipkan melalui masyarakat jawa.

"Ini merupakan sebuah apresiasi besar bagi warga kita, apalagi pada pertunjukan Reog kita lihat banyak anak- anak muda yang dilibatkan. Sebagaimana kita tahu seni budaya ini, merupakan kekayaan bangsa yang dititipkan kepada masyarakat jawa,"kata Masuri, saat menghadiri kegiatan HUT RI yang ditaja Paguyuban Reog Manunggal Rimbas, Minggu (21/8/16).

Dengan momen ini juga kita berharap kesenian jawa bukan hanya untuk masyarakat jawa tetapi untuk kita semua lapisan dan suku yang ada di Kabupaten Bengkalis negeri junjungan ini.

Pada kesempatan itu, pria sapaan akrab Mas Bagong itu juga mengajak semua masyarakat jawa untuk dengan mengisi momentum HUT Kemerdekaan RI dengan hal- hal yang positif, kreatif dan penuh inovasi.

"Kedepan harapan kita lagi, tentunya kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kesenian masyarakat jawa seperti ini agar kesenian dan aset daerah ini tidak hilang ditelan zaman,"imbuh Masuri lagi.

Pelangi Negeri Junjungan, Giliran Minang Maoyak Bengkalis

Bengkalis, Riau - Malam Seni Pelangi Negeri Junjungan persempena hari jadi ke-504 Bengkalis digelar sejak tanggal 1 Agustus di Lapangan Tugu, Bengkalis, memasuki pegelaran keempat.

Pada pegelaran keempat ini, giliran seniman dari suku Minang 'ma oyak' (mengoyang) Bengkalis.

Jika pada malam pertama, masyarakat Kota Bengkalis disugui tarian dan lagu-lagu berirama Melayu yang dibawakan oleh seniman suku Melayu.

Dan pada pegelaran kedua, giliran suku Tionghoa membuat para penonton terpukau.

Sementara pada pegelaran ketiga giliran suku Batak unjuk kebolehan.

Bahkan sebagaimana kebiasaan masyarakat Batak dengan ciri khas manotor. Dalam penampilan ini juga tak ketinggalan mengajak para penonton untuk turun manotor sembari menyelipkan saweran kepada penyanyi.

Pada pegelaran keempat, Minggu (7/8/16) malam, giliran suku Minang menghibur warga Kota Bengkalis.

Berbagai kesenian khas Minang ditampilkan. Seperti tabu tansa, dan lagu-lagu pop Minang tahun 70-80 an yang dibawakan biduan Minang Kota Bengkalis dan sekitarnya, berhasil membuat penonton terpukau dan bernostalgia dengan kampung halaman.

Diantaranya, lagu Batu Tagak dan Palai Bada yang dipopulerkan biduanita terkenal Minang, Elly Kasim.

Rasanya tidak lengkap rasa Minangnya kalau tak menampilkan tari piring. Malam itu ditampilkan tari piring kreasi berjudul "Rapat Linduang" oleh penari tunggal.

Dalam tari kreasi ini si penari juga tak ketinggalan menginjak pecahan beling (kaca) yang sudah dipersiapkan. Usai tari piring kreasi, para penonton semakin tenggelam oleh tiupan Bansi dari Asril yang mendayu-dayu.

Malam seni ini merupakan wadah bagi suku-suku yang mendiami Pulau Bengkalis, seperti Suku Melayu, Batak, Minang, Jawa, Tionghoa, Suku Asli, Lombok dan suku lainnya. Para suku ini secara begiliran menampilkan budayanya masing-masing. [rdi]

Hari Jadi Bengkalis ke 504, Nik Mansour Penggiat Seni Budayawan Melayu Champa Dinegara Vietnam Hadir

Bengkalis, Riau - Pelangi Negeri Junjungan dalam rangka Hari Jadi ke-504 Bengkalis pada malam ke tiga diisi dengan penampilan seni budaya Melayu. Berbagai seni budaya melayu ditampilkan pada Rabu (3/8/16) malam, dipusatkan di pentas Lapangan Tugu Bengkalis.

Dari pantauan dilapangan, seni budaya melayu yang ditampilkan tersebut, seperti, Kompang, lagu-lagu melayu, Zapin dan banyak lagi.

Sementara Farhan sang juara I Langgam Melayu yang juga merupakan Qori Kabupaten Bengkalis pada saat itu tampil perdana. Dengan melafaskan sebait pantun dan langgam malayu.

Selanjutnya, sanggar Lestari pimpinan Topo dari Desa Muntai Kecamatan Bantan juga mempersembahkan tarian zapin tradisional yang diiringi musik sanggar Batin Sembilan Desa Meskom pimpinan Zaini.

Mimi dan atraksi silat serta gendang panjang musik nafiri dari sanggar Kempas Lima pimpinan Ahmad alias Ayang Kecamatan Bantan. Juga ada penampilan juara I FLS2N Kabupaten Bengkalis dengan tari Menapis Gerak dari SDN 1 Bengkalis yang dibawakan dengan indahnya lima pelajar sekolah dasar.

Acara Pelangi Negeri Junjungan menjadi istimewa karena turut menghibur masyarakat Bengkalis oleh seorang Nik Mansour penggiat seni budaya Melayu Champa dinegara Vietnam. Lagu pertama yang dibawakan Mansour adalah lagu daerah Champ sedangkan lagu ke dua Laksamana Raja Di Laut yang dipopulerkan oleh Iyeth Bustami.

"Sejak kecik lagi saya tahu lagu ni. Saya sangat terkesan sampai di Bengkalis sebab masyarakatnya sangat baik. Saya rencana akan datang kembali disini untuk belajar Kompang disebauk dan Zapin di Meskom,"kata Nik Mansour dengan dialek Champanya.

Group Kompang Nurul Fajar Desa Sebauk juara II Festival Kompang di Pekanbaru beberapa bulan lalu sangat surprise sehingga tepuk tangan ribuan penonton beberapa menggema. Asral alias Yai sebagai guru kompang group ini, serta Ahmad adalah sang koreografer sangat gigih dalam menggalakkan kompang karena selama melatih koreografer ciptaannya harus menempuh jarak belasan kilometer.

"Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pendukung acara pada malam ini. Semoga penonton terhibur dengan penampilan seni budaya Melayu yang telah dipersembahkan oleh penggiat seni yang telah memiliki prestasi baik ditingkat Kabupaten Bengkalis, Provinsi, maupun di tingkat nasional," kata Musrial Mustafa.

Ragam Etnis Ramaikan Pawai Budaya Bengkalis

Bengkalis, Riau - Ribuan peserta dari berbagai suku etnis dan bangsa, serta pelajar Kabupaten Bengkalis menyemarakkan pawai budaya sempena Hari Jadi ke-504 Bengkalis, yang dilepas langsung oleh Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Sabtu (30/7).

Start Pawai Budaya sempena Hari Jadi ke-504 Bengkalis, dari Lapangan Tugu Bengkalis, Jalan Ahmad Yani - Jenderal Sudirman, Bengkalis. Rombongan pertama yang melintasi podium kehormatan Bupati Bengkalis, Amril Mukminin dan seluruh pejabat, adalah rombongan Marching Band Andam Dewi, Bengkalis. Kemudian diikuti rombongan Suku Aceh, dengan sepasang pengantin mengenakan pakaian khas Aceh dan miniatur rumah adat dari tanah Rencong.

Menyusul pada barisan kedua adalah rombongan dari suku asli, menampilkan pria mengenakan pakaian adat warna oren dan rumah balai adat suku asli di Bengkalis. Selanjutnya, dari Paguyuban Bubuhan Banjar, Kabupaten Bengkalis, menampilkan arak-arakan kaum ibu dan pria Banjar.

Pada barisan keempat dari rombongan pawai budaya yang terdiri dari pria dan wanita mengenakan pakaian adat yang mengenakan ulos dari Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR) Kabupaten Bengkalis. Tidak hanya hanya itu, rombongan suku Batak menampilkan alat seni musik gondang dan seruling. Rombongan dari Suku Bugis diawali dengan silat khas yang mengiringi sepasang pengantin berpakaian adat warga biru muda, yang diarak oleh kaum perempuan dengan membawa hantaran.

Anggota rombongan terbanyak pada pawai budaya Hari Jadi Bengkalis dari Suku Jawa sebanyak 400 orang. Diawali dengan penampilan bujang ganong, penari kuda kepang, empat buah reog Ponorogo, rumah adat Joglo. Kemudian diikuti rombongan kaum perempuan dan pria, gunungan, penabuh tong-tongan. Tidak ketinggalan sepeda ontel yang didandani Semar dan Gareng cs.

Selanjutnya, rombongan dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis yang mewakili suku dan etnis Melayu. Dipandu Imam Hakim yang juga Sekretaris Bappeda Bengkalis, menampilkan miniatur pelaminan pengantin dan rombongan kompang.

Setelah rombongan suku Melayu, menyusul rombongan dari Suku Minang mengusung tema baralek gadang. Sesuai dengan tema, sepasang pengantin diarak oleh anak-anak berpakaian adat, kaum perempuan dan pria. Pada kesempatan utusan Suku Minang menyerahkan cenderama berupa miniatur Rumah Gadang kepada Bupati Bengkalis.

Barisan selanjutnya, rombongan pawai dari Paguyuban Nusa Tenggara Barat, menampilkan miniatur rumah adat dan para pria berpakaian adat. Menyusul rombongan dari Suku Sunda, menampilkan sepasang pengantin Sunda dalam miniatur rumah adat, diiringi pemain angklung.

Tidak ketinggalan dari Suku Tionghoa yang menampilkan barongsai dan tarian naga, serta miniator kelenteng. Setelah barisan dari rombongan dari suku dan etnis, disusul rombongan dari sekolah dan perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Bengkalis.

IPEMALIS Siap Promosikan Wisata dan Budaya Bengkalis di Kancah Nasional

Bengkalis, Riau - Ikatan Pemuda Mahasiswa Bengkalis (IPEMALIS) Jakarta, siap mempromosikan berbagai wisata dan budaya Bengkalis di kancah nasional. Terlebih kemolekan pantai pulau Rupat dan badaya tari apinya yang kini sudah menjadi buah bibir.

Ketua Ipemalis Jakarta, M Kurnia Putra kepada sejumlah wartawan baru-baru ini mengatakan, sejumlah pengurus Ipemalis Jakarta baru-baru ini berkesempatan melihat langsung pesona indahnya pantai pasir putih pulau Rupat serta keindagan Beting Aceh dan budaya magis tari api.

Festival Colok Bengkalis Tahun Ini Diprediksi Lebih Meriah

Bengkalis, Riau - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbuparpora Bengkalis memprediksi jika festival lampu colok tahun 2016 ini, akan lebih meriah dibanding tahun lalu. Ini terlihat dari banyaknya kelompok masyarakat dan pengurus mesjid yang mendaftar ke Disbudparpora untuk ikut festival yang nantinya akan dibuka pada 1 Juli 2016.

Kepala Disbudparpora Bengkalis melalui Kasie Kebudayaan M Nawawi yang dihubungi Rabu (23/6/2016) menyebutkan saat ini sudah ada sekitar 34 kelompok masyarakat dan pengurus masjid yang mendaftar mengikuti festival colok. Kemungkinan jumlah peserta akan lebih banyak lagi mengingat masih ada tersisa waktu 8 hari lagi jelang festival colok dibuka.

Sama seperti tahun lalu, pada fesitval colok tahun ini yang akan dipusatkan di desa Simpang Ayam kecamatan Bengkalis, pemkab Bengkalis melalui Disbudparpora memberikan bantuan dana untuk peserta. Namun jumlahnya menurun dari tahun 2015.

"Bantuan yang kita berikan jumlahnya berkurang dari tahun lalu. Bantuan itu hanya sebagai bentuk turut membantu untuk keperluan colok. Apakah untuk membeli minyak atau untuk pembuatan gapura. Kita serahkan pada pengurusnya," kata Nawawi.

Disamping jumlah bantuan yang berkurang, untuk hadiah para pemenang juga berkurang. Jika tahun lalu juara I mendapatkan hadiah uang tunai 7 juta, tahun ini menjadi Rp5 juta.

"Namun sepertinya berkurangnya jumlah bantuan dan hadiah yang diberikan tidaklah menyurutkan semangat masyarakat untuk memeriahkan malam tujuh likur Ramadhan ini dengan nyala lampu colok. Karena colok inilah ciri khas dan budaya kita di Bengkalis dalam menyambut lebaran, dan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat," ucap Nawawi lagi.

Menjaga Mutu Alat Musik Tradisi Melayu

Bengkalis, Riau - Keahlian dalam menghasilkan alat musik tradisi Melayu, sebenarnya dapat dikerjakan oleh siapa saja. Tergantung pada ada atau tidaknya kemauan dan kesempatan. Hal itu disampaikan salah seorang pengrajin alat musik tradisi Melayu, Aidil (52) ketika ditemui di kediamannya pada Rabu (15/6).

Warga Sungai Selari-Kabupaten Bengkalis itu sudah memulai usahanya sejak tahun 2000 lalu. Kesabaran dan ketekunan sangat diperlukan dalam menghasilkan alat-alat musik Melayu. Oleh karena itulah semuanya tergantung dari kemauan dan kesempatan.

Namun demikian, disebutkan Aidil, pernyataannya itu bukan berarti memudahkan pekerjaan memproduksi alat musik tersebut. Karena bagaimanapun dalam proses kerjanya diperlukan juga keahlian seperti bertukang, paling tidak dasarnya. Selain itu, kerangka dan bentuk alat musik tradisi yang mau dibuat juga harus dipahami.

“Pada prinsipnya, alat musik itu diibaratkan air yaitu mengisi aliran yang kosong, demikian juga bunyi yang dihasilkan, mengisi ruang-ruang yang kosong,” jelas Aidil yang sehari-hari sebagai pekerja lepas itu.

Keberhasilan dalam menghasilkan alat musik tradisi Melayu itu tidak bisa langsung jadi tetapi diperlukan proses yang panjang. Di dalam proses itulah ditemukan teknik-teknik, kiat-kiat, sehingga alat musik yang dibuat semakin sempurna.

Aidil sendiri awalnya bukanlah pengrajin alat musik tetapi dia salah seorang pelaku seni di kampungnya. Selain memainkan alat musik seperti gendang, marwas, gambus dan biola, dia juga sebagai pimpinan sanggar yang dibentuknya sejak lama. Sanggar itu diberi nama Sanggar Zapin Khusaini.

Ketika menjalankan sanggar itulah, Aidil mencuba membuat alat musik gambus. Diakuinya, untuk pertama kali, memanglah tidak mudah akan tetapi berkat kesabaran dan ketekunannya, ia pun berhasil membuat gambus ciptaannya yang pertama.

“Sejak saat itulah kemudian saya terus mencuba membuat alat musik tradisi seperti gambus, gendang panjang, gebano, kompang, marwas serta miniatur-miniatur alat musik tersebut,” jelas Aidil.

Saat ini, Aidil malah tidak lagi mengurus sanggarnya, lebih fokus menghasilkan dan memproduksi alat-alat musik. Bukan karena tidak mau tetapi menurutnya menghidupkan kesenian di kampung tidaklah mudah. Semuanya tergantung kepada pemerintah setempat. Lebih banyak kecewa ketimbang bahagianya. Bahkan kekecewaan itu kadnagkala membuahkan kebencian pula.

“Kadang kita saja yang merasa kesenian tradisi itu penting, tetapi pihak-pihak yang seharusnya memperhatikan, tidak demikian. Makanya daripada kita meminta dengan orang lebih baik meminta kepada Allah. Meminta dengan orang, kalau tak dapat, sakit hati, “ ujarnya.

Dalam memproduksi alat musik itu, Aidil mengerjakannya sendiri tanpa bantuan para pekerja lainnya. Di bengkel yang terletak di belakang rumahnya itulah dia menghasilkan alat-alat musik Melayu yang sudah dipesan dari berbagai daerah di Riau ini.

Tetapi diakui Aidil juga, bahwa sistem produksinya masih sangat tergantung kepada pesanan. Artinya, apabila sudah ada pesanan, barulah dia mulai bekerja karena usahanya itu belumlah dapat dijalankan sebagaimana mestinya.

“Biaya pembuatan alat musik ini tidaklah murah, mulai dari membeli bahan-bahan sampailah kepada proses finising, makanya kalau tidak ada pesanan, saya tidak berani ambil resiko, mengeluarkan modal besar tetapi kemudian tak tahu di mana akan dijual,” jelasnya pula.

Gambus yang dihasilkan Aidil biasanya terbuat dari kayu nangka, petai belalang, cempedak hutan, kayu durian. Sedangkan alat musik pukul lainnya, terbuat dari kayu nangka, pohon kelapa dan sejenisnya. Sedangkan bahan lain seperti kulit kambing, biasanya Adil memesan dari kawan-kawannya dari Pekanbaru dan daerah lainnya.

Untuk alat musik pukul seperti marwas, gendang panjang, gebano dan kompang, tidak butuh waktu lama dalam proses produksinya asalkan kayunya sudah kering. Tetapi untuk alat musik gambus diperlukan waktu hampir seminggu lebih karena gambus buatan Aidil di beberapa organnya terdapat ukiran-ukiran Melayu.

“Jadi bagi saya, yang paling penting itu bukan banyaknya produksi tetapi mutu yang harus dijaga terlebih dahulu. Apa gunanya banyak produksi atau sudah terjual kemana-mana tetapi dengan mutu yang seadanya. Bagi saya, alat musik tradisi Melayu ini juga menunjukkan marwah kita,” tutup Aidil.

Melestarikan Seni Budaya Itu Tidak Mudah, Perlu Sinergitas dan Kolaborasi

Bengkalis, Riau - Berbagai suku di Kecamatan Mandau tampilkan seni budaya di malam puncak Festival Timang Timang Mandau yang digelas dihalaman Gedung Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kecamatan Mandau, Minggu (5/6/2016).

Keelokan penampilan seni budaya dari berbagai suku di Kecamatan Mandau ini, sangat menghibur masyarakat kota Duri. Karena masyarakat bisa langsung atau live menyaksikan seni budaya.

Malam puncak Festival Timang-timang Mandau 2016 ini dihadiri, Bupati Bengkalis Amril Mukminin, Ketua TP PKK Bengkalis Kasmarni, Ketua LAMR Kecamatan Mandau Dzulfikar, Kepala Dinas Budparpora Eduar, Plt Camat Mandau Sapon, sejumlah kepala SKPD dan Camat se-Kabupaten Bengkalis serta ketua ikatan dan paguyuban yang ada di Mandau.

"Kami memberikan apresiasi atas konsistensi masyarakat di Kecamatan Mandau yang mempertahankan kebudayaan dan seni. Karena kebudayaan dan seni, merupakan salah satu kekuatan dalam menghadapi era globalisasi yang cenderung menggerus nilai-nilai kemanusiaan," ungkap Bupati Bengkalis Amril Mukminin.

Dikatakan mantan kepala desa Muara Basung ini, sebuah kearifan lokal yang dapat mencegah kehancuran itu, kebudayaan dan seni yang dimiliki, harus senantiasa kita kekal, meski dilestarikan. Daerah ini patut bersyukur, karena masyarakat masih memiliki sikap berkebudayaan dan berkesenian yang kuat, sehingga pembangunan di bidang kebudayaan dan seni terus mendapat perhatian yang besar dalam kebijakan pembangunan yang dilakukan.

"Bagi Pemerintah Kabupaten Bengkalis, keberadaan Disbudparpora, merupakan salah satu bentuk perhatian dimaksud. begitu juga dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan, seperti Festival Timang-Timang Mandau tahun 2016 ini," ujar Amril Mukminin.

Dikatakan Amril, perhatian terhadap seni budaya tidak akan memberikan hasil optimal, tanpa adanya keterlibatan dan dukungan berbagai pihak, misalnya para pecinta serta penggiat budaya dan seni di daerah ini. Momentum festival ini, dan sebagai salah satu bentuk dukungan untuk mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara

Untuk itu, Bupati Amril Mukminin berharap Disbudparpora Kabupaten Bengkalis, bersama seluruh pemangku kepentingan terkait, terus meningkatkan sinergitas dan kolaborasi dalam menggali dan melestarikan budaya dan seni tempatan di daerah ini.

Bukit Batu Potensi Objek Wisata Dunia yang Dimiliki Bengkalis

Bengkalis, Riau - Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis berpotensi untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata, terlebih setelah terpilihnya Hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GBK-BB) sebagai salah satu dari 7 Cagar Biosfer Indonesia pada tahun Mei 2009 ini oleh lembaga dunia UNESCO.

Dengan kucuran dana sekitar Rp 300 miliar, hutan rawa gambut Suaka Margasatwa Giam Siak Kecil seluas 84.967 hektare dan Suaka Margasatwa Bukit Batu seluas 21.500 hektare merupakan bagian dari “eco-region” hutan Sumatera yang memiliki 159 jenis burung, 10 jenis mamalia, 13 jenis ikan, 8 jenis reptil berikut 52 jenis tumbuhan langka dan dilindungi.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Kadis Budparpora) Bengkalis, H Eduar mengatakan suatu kebanggan bagi Kabupaten Bengkalis khususnya Kecamatan Bukit Batu, karena memiliki Desa wisata Hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GBK-BB) yang namanya sangat dikenal di seluruh penjuru dunia.

Selanjutnya, kata Eduar, objek wisata yang memiliki nilai sejarah yakni Rumah dan Makam Datuk Laksamana Raja di Laut. Mungkin hampir sebagian besar rakyat Indonesia pasti pernah mendengar lagu Iyeth Bustami â€Å“Datuk Lakamana Raja di Laut”.

Datuk Laksamana merupakan gelar sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga keamanan di pesisir pulau berbatasan dengan selat Malaka ini. Konon Datuk/Encik Ibrahim merupakan Datuk Laksamana Raja Di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.

Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari Datuk Laksamana II sampai IV.

Rumah Datuk Laksamana Dilaut IV, Datuk Ali Akbar terletak Di Desa Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning. Rumah peninggalan ini berbentuk panggung. Sekilas terlihat seperti rumah adat/ rumah tradisi di Kepulauan Riau.

Berbentuk panggung dengan motif-motif melayu dibeberapa ornamen bangunannya. Banyak kisah-kisah mistis yang diungkapkan oleh warga setempat, terutama harimau jadian, buaya penunggu dan lain-lain. Ini terkait sumpah selama 100 tahun yang keramat. Nilai mistisnya ini menjadi penarik sekaligus faktor hambat bagi sebagian orang yang penasaran dengan makam Datuk Laksamana Raja Di Laut.

Tidak jauh dari rumah Datuk Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam Datuk penguasa laut. Yakni Datuk Laksamana III dan Datuk Laksamana IV. Kedua Makam ini terletak di belakang Masjid Jami Al haq. Mesjid tua peningggalan para Datuk ini dulunya.

Tidak hanya itu, tambah Kadis Budparpora kepada GoRiau.com, Kecamatan Bukit Batu juga masih memiliki lagi objek wisata bidang kerajinan. Salah satu budaya rakyat Bukit Batu adalah kerajinan tenun Songket yang menjadi ciri khas kerajaan Siak tempo dulu.

Sementara dari sisi wisata baharinya, ada dua pantai indah di Kecamatan Bukit Batu ini. Pertama pantai Desa Sepahat dan Pantai Desa Tenggayun yang memiliki pantai bibir sepanjang 27 kilometer ini juga akan dikembangkan oleh Pemkab Bengkalis sebagai destinasi wisata bahari.

"Untuk mengembangkan objek wisata di Kecamatan Bukit Batu ini tidak hanya tugas pemerintah semata. Masyarakat setempat juga harus memiliki tekat dan peran yang sama untuk mempromosikan tempat-tempat wisata ini. Seni dan budaya lokal yang diimiliki, harus terus dikembangkan dan dilestarikan sebagai bagian yang tak terpisahkan untuk pengembangan objek wisata ini. Apalagi Kecamatan Bukit Batu ini sudah terkenal kemana-mana lewat lagu Laksamana Raja Dilaut," harapnya.

Melestarikan Budaya Suku Sakai di Bengkalis

Bengkalis, Riau - Bengkalis mengimbau Dinas Budaya Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan pihak terkait terus menggali berbagai kebudayaan suku Sakai, etnis asli di daerah pesisir Riau tersebut. Bupati Bengkalis Amril Mukminin menjelaskan banyak budaya suku Sakai jarang terpamerkan baik itu di lokal maupun nasional, sehingga tak banyak yang mengenal budaya unik tersebut.

"Budaya Sakai hari-kehari semakin jarang dipamerkan, padahal diantara budaya itu terdapat keunikan yang harus ditonjolkan sebagai keragaman warna suku di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Bengkalis," tegas Amril di Bengkalis, Selasa (22/03/2016).

Ia meminta dan berharap agar para orang tua suku Sakai mewariskan sejarah yang benar terhadap generasi muda, seperti sejarah persukuan hingga tradisi-tradisi yang biasa dalam persukuan.

"Misalnya petang-megang menjelang Ramadan yang saat ini hanya dilakukan beberapa kota atau kabupaten saja," ujar dia.

Menurut dia, Petang-megang atau bersuci diri satu-satunya budaya Sakai yang masih bertahan atau terlestarikan. Namun banyak kebudayaan Sakai lainnya yang belum terlestarikan.

"Hal ini yang harus terus ditanamkan ke generasi muda kita agar mereka tidak lupa dengan kebudayaan asli yang dimiliki suku Sakai ini. Supaya tidak tergerus kemajuan zaman yang berkembang pesat seperti saat ini," ungkap dia.

Selain itu lanjut dia, banyak budaya lainnya seperti budaya tradisi pakaian yang terbuat dari kulit atau pelepah pohon.

"Jika hal ini dipertontonkan, maka akan memberi kesan unik tersendiri. Begitu juga tarian khusus yang dimiliki suku sakai ini," kata dia.

LAMR Ajak Lestarika Budaya Melayu

Bengkalis, Riau - Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis, H Burhanuddin mengajak seluruh pengurus LAMR yang ada di wilayah berjuluk Negeri Junjungan ini untuk sama-sama melestarikan adat dan budaya melayu, khususnya terhadap generasi muda.

Ajakan tersebut disampaikan H Burhanuddin saat melantik 372 orang pengurus LAMR desa/kelurahan se-kecamatan Bengkalis masa khidmat 2015-2020 di aula kantor Camat Bengkalis, Kamis (14/01/16).

Menurut Burhanuddin, yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bengkalis, langkah ini perlu agar budaya melayu tak boleh hilang tergerus kemajuan zaman dan masuknya budaya asing. Bagaimanapun, budaya ini salah satu benteng perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

"Saat ini generasi muda dihadapkan dengan pergeseran dan perubahan nilai-nilai budaya, mulai dari perkotaan sampai kepelosok perkampungan. Hal ini tak lepas dari pengaruh negatif kemajuan teknologi yang membawa beragam perubahan dalam tatanan kehidupan manusia. Untuk itu, seluruh pengurus yang baru dilantik harus dapat memberikan pengajaran menyangkut adat. Generasi muda ajak duduk bersama melalui lembaga adat atau melalui orang tua masing-masing untuk melestarikan adat dan budaya yang ada," pesan Burhanuddin.

Dengan penguatan terhadap adat istiadat dan agama, Burhanuddin yakin hal tersebut sebagai langkah stretegis dalam upaya menangkal dan membentengi generasi muda dari pengaruh negatif seperti yang saat ini sedang marak-maraknya yakni pengaruh narkoba dan faham radikalisme.

"Apalagi pada akhir tahun 2015 sudah diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang ditandai dengan persaingan global, maka dibutuhkan sebuah pondasi yang kuat. Budaya melayu dan penguatan agama merupakan kunci penting dalam menangkal pengaruh persaingan global, hal tersebut selaras dengan petuah orang-orang tua dan para pendahulu, Tuah sakti hamba negeri, Esa hilang dua terbilang. Patah tumbuh hilang berganti, tak kan melayu hilang di bumi" pungkasnya.

Adapun pengurus LAMR yang dilantik berjumlah 372 orang tersebut terdiri dari ketua, sekretaris, dan koordinator anggota Majelis Kerapatan Adat (MKA) dan Dewan Pengurus Harian (DPH) LAMR desa/kelurahan se-kecamatan Bengkalis. Saat pelantikan juga dihadiri ketua MKA LAMR Kabupaten Bengkalis, H Zainuddin Yusuf, Danramil 01 Bengkalis Mayor Infantri Irwan, Camat Bengkalis H Djamaluddin selaku payung adat, dan sejumlah pengurus LAMR kabupaten dan kecamatan Bengkalis.

LAMR Bengkalis Gelar Dialog Intraktif Pengaruh Faham Baru Perusak Budaya

Bengkalis, Riau - Sebagai salah satu upaya memberikan penguatan pengetahuan kepada orang-orang Melayu tentang pemahaman dan amaliyah keagamaan, dan membentengi diri dari faham baru yang tidak sesuai dengan konteks pemikiran orang melayu, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis, menggelar dialaog intraktif bersama pengurus Kabupaten, Kecamatan Bengkalis-Bantan dan Desa, Sabtu (19/12) kemarin.

Kegiatan yang bertema "Pemahaman dan Amaliyah Keagamaan Orang-Orang Melayu Ditinjau dari Perspektif Sejarah dan Hukum Islam" ini dibuka langsung secara resmi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) H Burhanuddin, di Ruang Pertemuan lantai II Kantor Bappeda Bengkalis.

"Kegiatan semacam ini sejatinya memang sangat perlu dilakukang. Karena kita ingin nilai-nilai kemelayuan ini dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sesuai ajaran dan ketentuan norma agama. Tanpa terpengaruh dari hal-hal yang diluar dari jalurnya," ujar Sekda saat memberikan sambutan.

Disampaikannya, kepada peserta yang hadir dan mengikuti dialog tersebut, diharapkan agar dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang diperoleh, kepada masyarakat luas. Terlebih saat ini generasi dan keadaan zaman dihadapkan dengan berbagai tantangan yang dikhawatirkan akan berdampak buruk,

"Selama ini pun kita melihat, orang-orang melayu kita masih kurang menurunkan tradisi-tradisi melayu yang seharusnya didapatkan oleh generasi muda. Oleh sebab itu, melalui dialog ini nanti mari kita pertahankan khazanah melayu kita yang dikenal identik dengan agama Islam," katanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana, H Amrizal M. Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan yang selenggarakan itu atas dasar beberapa pemikiran dan kejadian yang terjadi belakangan ini.

Disbudparpora Gelar Kenduri Seni Melayu di Pantai Tenggayun

Bengkalis, Riau - Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga akan menggelar "Kenduri Seni Melayu", Minggu (20/12/2015) mendatang di Pantai Wisata, Desa Tenggayun, Kecamatan Bukit Batu.

Berbagai tradisi lokal khususnya budaya masyarakat Kecamatan Bukit Batu akan ditampilkan dalam Kenduri Seni tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis, Eduar ketika dikonfirmasi, Kamis (17/12/15) siang, mengatakan, Kenduri Seni Melayu ini merupakan gagasan Aisyah, anggota DPRD Bengkalis dapil Bukit Batu. Tahun ini merupakan pergelaran pertama.

"Ini gagasan buk Aisyah, anggota dewan. Selain berbagai pergelaran seni, juga ada lomba membuat makanan tradisional dan lomba memancing," kata Eduar saat dijumpai diselah-selah Rapat Pleno rekapitulasi penghitungan suara Pilkada di Gedung Cik Puan Bengkalis.

Menurut Eduar, pergelaran ini akan dibuka oleh Penjabat Bupati Bengkalis H Ahmad Syah Harrofie.

Salah satu poin dari Kenduri Seni ini untuk membangkitkan kembali kekayaan khazanah budaya dan kesenian tradisional di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini.

Disamping itu, Kenduri Seni Melayu ini juga untuk memperkenalkan pantai wisata di Desa Tenggayun.

Lestarikan Budaya Melayu, Ini Salah Satu Upaya yang Dilakukan Pemkab Bengkalis

Bengkalis, Riau - Dalam rangka melestarikan budaya Melayu khususnya membangkitkan generasi muda akan lagu bernuansa Melayu, Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahraga (Disbudparpora) menggelar Festival Lagu Melayu tingkat Kabupaten Bengkalis, Kamis (5/11/2015).

Acara yang digelar di gedung Cik Puan Bengkalis ini pembukaannya dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bengkalis, H Burhanuddin. Tampak hadir Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bengkalis, H Amril Fakhri dan Camat Bengkalis Djamaluddin.

Lagu Melayu atau yang lebih dikenal sebagai langgam Melayu merupakan salah satu kesenian bernyanyi yang pernah populer di era tahun 80-an. Namun, seiring berjalannya waktu kesenian ini perlahan-lahan mulai terkikis bahkan cenderung menghilang.

"Saat ini, lagu-lagu bernuansa Melayu di tengah-tengah gencarnya lagu modren, perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Oleh karena itu, kami menyambut baik diselenggarakannya festival lagu melayu tingkat kabupaten Bengkalis yang diselenggarakan Disbudparpora Bengkalis ini" ujar Sekda H Burhanuddin saat membacakan sambutan tertulis Penjabat Bupati Bengkalis, H Ahmad Syah Harrofie.

Melalui penyelenggaraan festival ini diharapkan agar kita dapat melestarikan dan membangkitkan kejayaan lagu-lagu melayu yang pernah menjadi idaman masyarakat, Sekaligus untuk menyalurkan bakat pecinta seni tarik suara untuk terus mengasah bakat dan kemampuan agar bisa mengharumkan nama daerah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

"Seperti Iyeth Bustami yang mengharumkan nama Bengkalis di dunia tarik suara, khususnya melalui lagu-lagu melayu" sambung Burhanuddin.

Kadisbudparpora Bengkalis, H Eduar mengatakan, festival lagu Melayu dilaksanakan sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan Melayu ini diikuti 16 orang utusan putra dan putri dari seluruh kecamatan se-Negeri Junjungan.

Ada delapan lagu Melayu yang bisa dipilih oleh peserta, terdiri dari empat lagu wajib dan empat lagu irama joget. Untuk kategori pria lagu wajib yang bisa dipilih pasir roboh, jalak lenteng, sri banang, dan mas merah. Sedangkan lagu berirama jogetnya gambus jodoh, joget jambu merah, zapin bermadah, dan sri langkat.

Kategori wanita lagu wajib berjudul musalmah manis, damak, mengapa dirimu, dan sri siantan. Sedangkan lagu jogetnya serampang laut, ya ladan, laksamana raja dilaut, dan ketipang payung.

Peserta yang unjuk kebolehan dalam dunia tarik suara ini dinilai oleh tiga juri, Jefri Al Malay vokalis Sagu Band. Seniman sekaligus penyanyi Bengkalis, Usman dan Rini Fakhriyani.

Sanggar Sayang Bengkalis Wakili Riau dalam Temu Zapin Nusantara

Bengkalis, Riau - Sanggar Sayang Bengkalis Desa Meskom Kecamatan Bengkalis dipercaya mewakili Provinsi Riau pada Helat Temu Zapin Nusantara tahun 2015 yang ditaja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang digelar 28-29 November di Jakarta.

“Ini merupakan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Bengkalis, karena Sanggar Sayang Bengkalis bersama Sanggar Laksamana Pekanbaru menjadi duta provinsi Riau di Helat Temu Zapin Nusantara,” ungkap Musrial Mustafa pimpinan rombongan, kepada wartawan Jumat (27/11/2015).

Dikatakan Musrial, jumlah personil Sanggar Sayang Bengkalis yang dibawa pada perhelatan di Jakarta nanti sebanyak 15 orang. Mereka terdiri dari 8 orang penari lelaki, 5 orang pemusik, seorang penyanyi wanita, dan nara sumber bersama Baharuddin dan Zainuddin untuk acara sarasehan dan workshop nantinya.

Dalam pementasan di ajang Helat Temu Zapin Nusantara, Sanggar Sayang Bengkalis akan menampilkan tari zapin tikar rotan dan lagu Sayang Bengkalis karya Zainuddin dan Lancang Kuning Selat karya NN. Para penari ini mendapat besutan dari koreografer tari Khairul Anwar jebolan Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) saat ini menjadi guru honorer di SMP Negeri 7 Bengkalis Teluk Latak.

Dikatakan Musrial, kepercayaan yang diberikan kepada Sanggara Sayang Bengkalis, karena selama ini desa Meskom merupakan salah satu pusat zapin (zapin center) itu berada di Riau, terlebih lagi dengan julukan Meskom sebagai Kampong Zapin. Untuk pihaknya bertekad memberikan yang terbaik pada saat pementasan di Jakarta pada 28 November mendatang. "Kami mohon doa restu dari masyarakat Bengkalis khususnya, Riau umumnya agar kami bisa tampil dengan sebaik-baiknya," harap Mus sang pengarang lagu Negeri Junjungan ini.

Diceritakan Mus, tari zapin tikar rotan mengambil cerita kebiasaan pada zaman dahulu digelar pertunjukan tari zapin di depan raja serta pembesar istana maupun tamu undangan khusus istana. Biasanya para penari menampilkan tariannya di atas tikar rotan untuk menguji kepiawaian penari dalam mengayunkan langkah, molek dipandang mata. "Kalau tidak piawai maka penari akan berserak atau paling tidak tikar rotannya akan beringsut dari tempatnya,"katanya lagi.

Pesan yang tersirat dalam tari ini adalah penari yang tidak cela dalam melangkah dan tikar rotan tidak bergeser menyimpan makna dalam meniti kehidupan ini harus punya rasa sabar, sopan, dan teratur mengikuti perundangan yang berlaku dan tidak merusak tempat tinggal yang telah dibina.

“Jadi kepiawaian bukan hanya dituntut kepada penari saja, tetapi juga dituntut kepada penyanyi dan pemain musiknya yang telah menjiwai roh tari zapin tikar rotan itu sendiri yang klimaksnya pada menari bersama oleh seluruh pendukung "ungkap Musrial.

Tari Gendong Suku Asli Bikin Pj Bupati Bengkalis dan Isteri Larut

Bengkalis, Riau - Pj Bupati Ahmad Syah Harrofie dan isteri larut dalam tarian Gendong yang dibawakan warga Suku Asli Desa Jangkang. Sepasang sejoli ini menari dan bergoyang mengikuti rentak irama bersama para penari. Tarian ini mengitari miniatur perahu layar lancang kuning.

Menurut salah seorang tokoh Suku Asli, Comeng, tarian ini mengisahkan tradisi buang balak, sebelum miniatur lancang kuning dilarung ke laut para ibu-ibu melakukan ritual menari mengelilingi lancang kuning.

Aksi pj bupati dan isteri difampingi kaban kesbang rusli tentu mencuri perhatian para pengunjung festival pantai selatbaru. Akibatnya, tenda biru tempat pertunjukan Tari Gendong disesaki para pengunjung, bahkan tak sedikit warga yg mengabadikan aksi pj bupati beserta isteri.

Meski terlihat agak kaku, namun Embung Megasari Zum tampak menghayati dan menjiwai tarian Gendong, terlihat dari gerakan tari telah menyamai para ibu-ibu Suku Asli. Ternyata aksi pj Bupati dan isteri membuat kelompok Tari Gendong Suku Asli merasa tersanjung dan terhormat.

"Kami merasa senang, seorang pemimpin mau bergabung dengan kami untuk ikut menari. Mudah-mudahan ini pertanda, agar tradisi dan seni budaya kami dapat terus dilestarikan," ujar comeng.

Setelah lancang kuning dikeliling oleh ibu-ibu, selanjutnya dibawa ke laut oleh dua pria dengan diiring para penari. Lancang kuning selanjut dilarung di lautan lepas.

Pj Bupati Bengkalis Ahmad Syah Harrofie mengatakan tarian gendong dari Suku Asli merupakan potensi khasanah budaya yang dimiliki oleh kabupaten Bengkalis. Semua pihak harus menjaga dan melestarikan tradisi ini agar tidak lekang ditelan zaman.

Terlebih dengan gencarnya serangan budaya asing dan kemajuan teknologi membuat budaya lokal tergeros. "Saya sangat apresiasi kepada masyarakat yang terus melestarikan seni budaya lokal," ujar Ongah Ahmad.

Dikatakan Ongah, Kabupaten Bengkalis memiliki beragam budaya, khususnya di kecamatan Bantan ini terdapat budaya Melayu, Jawa, Tionghoa, maupun Suku Aali. Keberadaannya harus terus dilestarikan khususnya oleh para generasi muda.

Lestarikan Budaya Melayu, Ini Salah Satu Upaya yang Dilakukan Pemkab Bengkalis

Bengkalis, Riau - Dalam rangka melestarikan budaya Melayu khususnya membangkitkan generasi muda akan lagu bernuansa Melayu, Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahraga (Disbudparpora) menggelar Festival Lagu Melayu tingkat Kabupaten Bengkalis, Kamis (5/11/2015).

Acara yang digelar di gedung Cik Puan Bengkalis ini pembukaannya dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bengkalis, H Burhanuddin. Tampak hadir Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bengkalis, H Amril Fakhri dan Camat Bengkalis Djamaluddin.

Lagu Melayu atau yang lebih dikenal sebagai langgam Melayu merupakan salah satu kesenian bernyanyi yang pernah populer di era tahun 80-an. Namun, seiring berjalannya waktu kesenian ini perlahan-lahan mulai terkikis bahkan cenderung menghilang.

"Saat ini, lagu-lagu bernuansa Melayu di tengah-tengah gencarnya lagu modren, perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Oleh karena itu, kami menyambut baik diselenggarakannya festival lagu melayu tingkat kabupaten Bengkalis yang diselenggarakan Disbudparpora Bengkalis ini" ujar Sekda H Burhanuddin saat membacakan sambutan tertulis Penjabat Bupati Bengkalis, H Ahmad Syah Harrofie.

Melalui penyelenggaraan festival ini diharapkan agar kita dapat melestarikan dan membangkitkan kejayaan lagu-lagu melayu yang pernah menjadi idaman masyarakat, Sekaligus untuk menyalurkan bakat pecinta seni tarik suara untuk terus mengasah bakat dan kemampuan agar bisa mengharumkan nama daerah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

"Seperti Iyeth Bustami yang mengharumkan nama Bengkalis di dunia tarik suara, khususnya melalui lagu-lagu melayu" sambung Burhanuddin.

Kadisbudparpora Bengkalis, H Eduar mengatakan, festival lagu Melayu dilaksanakan sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaan Melayu ini diikuti 16 orang utusan putra dan putri dari seluruh kecamatan se-Negeri Junjungan.

Ada delapan lagu Melayu yang bisa dipilih oleh peserta, terdiri dari empat lagu wajib dan empat lagu irama joget. Untuk kategori pria lagu wajib yang bisa dipilih pasir roboh, jalak lenteng, sri banang, dan mas merah. Sedangkan lagu berirama jogetnya gambus jodoh, joget jambu merah, zapin bermadah, dan sri langkat.

Kategori wanita lagu wajib berjudul musalmah manis, damak, mengapa dirimu, dan sri siantan. Sedangkan lagu jogetnya serampang laut, ya ladan, laksamana raja dilaut, dan ketipang payung.

Peserta yang unjuk kebolehan dalam dunia tarik suara ini dinilai oleh tiga juri, Jefri Al Malay vokalis Sagu Band. Seniman sekaligus penyanyi Bengkalis, Usman dan Rini Fakhriyani.

Bengkalis Siap Meriahkan Pesta Pantai Selat Baru

Bengkalis, Riau - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kabupaten Bengkalis, Sabtu dan Ahad atau bertepatan dengan 7-8 November 2015 bercadang nak membuat acara Pesta Pantai 2015 di Pantai Indah Selat Baru, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis. Sempena perayaan ini, orang ramai diajak untuk sama-sama memeriahkannya.

Ajakan ini disampaikan Penjabat Bupati Bengkalis H Ahmad Syah Harrofie. ”Mari kita saksikan dan sukseskan bersama-sama. Kalau bukan kita siapa lagi. Jangan lupa, ajak keluarga, sanak saudara, karib kerabat, dan jiran tetangga, untuk beramai-ramai menyaksikan Pesta Pantai 2015 di Pantai Indah Selat Baru, Kecamatan Bantan pada 7-8 Novemver mendatang,” ajak Ahmad Syah, Jumat (30/10/2015).

Sesuai keterangan yang diterimanya dari Kepala Dinas Budparpora, berbagai lomba permainan rakyat akan ditaja dalam Pesta Pantai 2015. Diantaranya, lomba jung, lomba layang-layang, lomba gasing, dan pertandingan bola voli.

Selain itu, ada juga lomba mewarnai tingkat Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD, tingkat Taman Kanak-Kanak, Kelompok Bermain, Play Group dan Raudhatul Athfa. Ada juga lomba melukis tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan.

Ahmad Syah menyatakan, dalam Pesta Pantai 2015 ini juga dimeriahkan penampilan seni budaya dari sanggar-sanggar seni dari Pekanbaru, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Riau, Kota Dumai, dan sanggar-sanggar seni budaya dan paguyuban yang ada di Kabupaten Bengkalis.

”Tentunya juga akan dimeriahkan oleh pementasan para pelajar dari sekolah-sekolah yang ada di pulau Bengkalis,’ sambung Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Provinsi Riau ini.

Terpisah, Kepala Dinas Budparpora H Eduar membenarkan hal tersebut. Ditambahkanya, khusus untuk lomba permainan tradisional, sejumlah peserta sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau, juga akan ambil bagian.

”Di samping itu, Pesta Pantai 2015 ini ini juga akan dimeriahkan oleh atraksi layar atlet-atlet Provinsi Riau yang ada di Kabupaten Bengkalis,” pungkas Eduar, seraya mengatakan bagia pihak-pihak yang memerlukan informasi lebih lanjut dapat menghubungi Disbudparpora Kabupaten Bengkalis.

-

Arsip Blog

Recent Posts