Tampilkan postingan dengan label Cirebon. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cirebon. Tampilkan semua postingan

Penampilan Mimi Tumus Pukau Para Raja Se-Nusantara

Cirebon, Jabar - Penampilan penari topeng berusia 83 tahun, Mimi Tumus memukau Wakil Gubernur Jawa Barat, H Deddy Mizwar dan para raja dari berbagai kerajaan di Nusantara. Dalam pementasan di sela gala dinner di pelataran Keraton Kasepuhan Cirebon, wanita tua asal Desa Kreo, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, memainkan tarian kelana.

Pementasan ini merupakan pertama kalinya bagi Mimi Tumus yang selama ini namanya tenggelam dan hampir tak dikenali lagi. Dia menunjukkan kelasnya sebagai penari topeng. Sekitar setengah jam, Mimi Tumus menunjukkan kebolehannya.

Meski tubuhnya sudah ringkih karena usia yang sudah 83 tahun, tapi gerakannya masih bertenaga. Penuh semangat, Mimi Tumus memainkan tarian-tarian kelana yang dinamis.

“Ini penampilan yang memukau. Mimi Tumus menari dengan menunjukkan kelasnya sebagai seorang maestro,” tutur Deddy Mizwar mengomentari pementasan Mimi Tumus, seperti dikutip dari Kabar Cirebon, Senin (15/8/2016).

Tak hanya Deddy, para raja dan sultan dari berbagai kerajaan di Nusantara juga ikut terpukau melihat penampilan Mimi Tumus. Di usia yang sudah sepuh, tapi masih penuh semangat ketika membawa tarian kelana.

Malam itu, Mimi Tumus tampil menghibur Wagub, para raja dan sultan serta undangan Keraton Kasepuhan. Turut pula menyaksikan tuan rumah, Sultan Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat.

Usai penampilan Mimi Tumus, Sultan Arief menunjukkan benda pusaka dan jubah putih milik Sunan Gunung Jati. Benda berupa keris seukuran 50 centimeter, serta jubah putih ditunjukkan kepada Wagub dan para raja.

“Ini benda pusaka milik Sunan Gunung Jati. Juga jubah putih ketika beliau masih hidup memimpin Cirebon dan menyebarkan agama Islam di Jawa Barat,” tutur Sultan Arief.

Pada malam itu, kepada Mimi Tumus, Deddy Mizwar juga menjanjikan akan memberi bantuan senilai Rp80 juta. Uang tersebut untuk keperluan membeli gamelan sesuai permintaan Mimi Tumus yang selama ini tersembunyi dan sehar-hari berprofesi sebagai tukang pijat.

“Maestro sekelas Mimi Tumus itu harus dihargai. Dia kita beri ruang untuk terus berekspresi dan mewariskan ilmunya kepada generasi penerus. Makanya kita bantu untuk bisa mendapatkan seperangkat gamelan supaya dia bisa terus menari dan menurunkan keahlian kepada anak-anak muda,” tutur Deddy.

Deddy menuturkan, Festival Internasional Gotrasawala selalu memadukan seni global-modern dengan khasanah seni lokal-tradisional. Perpaduan ini untuk saling mengenal dan melengkapi kedua jenis kesenian itu sehingga bisa saling memperkaya.

“Kenapa dalam Gotrsawala selalu ada perpaduan seni modern dengan tradisional, seni global dengan lokal? Lewat perpaduan itu, seni-seni lokal bisa menimba khasanah global, dan sebaliknya. Festival ini merupakan silaturahmi antar seni budaya,” tutur dia.

Lewat silaturahmi itu, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh. Seni-budaya Cirebon atau Cirebon secara umum, bisa masuk dalam peta kesenian global karena para seniman modern-global, bisa memperkenalkan di dunia luar.

“Seniman modern itu juga bisa menjadikan khasanah seni lokal-tradisinal Cirebon sebagai inspirasi ketika mereka tampil di berbagai event global. Ini bagian dari upaya memperkenalkan seni budaya Cirebon ke seni budaya global,” tutur dia.

Seni-Budaya Pantura Harus Jadi Potensi Ekonomi Kreatif

Cirebon, Jabar - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat menginginkan kolaborasi antara budaya Pasundan dan luar negeri menjadi potensi pariwisata yang baru.

Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat, Ridho Budiman mengatakan, daerah Pantura memiliki potensi pariwisata yang besar dan harus dimaksimalkan agar menjadi nilai ekonomi.

"Sesuai dengan instruksi yang disitir Pak Wakil Gubernur, bahwa ekonomi pertanian, teknologi informasi, dan seni-budaya masuk ke dalam sektor ekonomi kreatif," kata Ridho kepada wartawan di Goa Sanyaragi, Cirebon, kemarin.

Sektor seni-budaya, kata Ridho selain harus menjadi khazanah kekayaan budaya Jawa Barat juga harus menjadi potensi pariwisata bagi wilayahnya.

Jika potensi pariwisata tersebut dapat dimunculkan, maka yang akan mendapatkan untung adalah masyarakat sekitar dan juga pemerintahnya.

"Seni-budaya kalau bisa diubah menjadi potensi pariwisata maka akan menjadi potensi ekonomi kreatif yang bermanfaat," kata Ridho.

"Ini terbukti dengan berhasilnya kolaborasi antara seni-budaya Pantura dengan budaya barat. Selain menambah khazanah juga harus menjadi potensi ekonomi," pungkasnya.

Keraton Kacirebonan Suguhkan Memayu Agunge Budaya Ingsun

Cirebon, Jabar - Keraton Kacirebonan gelar prosesi Memayu Agunge Budaya Ingsun, Rabu (10/8). Suguhan tardisi ala Keraton Kacirebonan itu dikemas secara aktraktif dan syarat makna simbolis.

Memayu yang bermakna memoles atau mempercantik itu mengusung pesan mereakatulasi dan merevitalisasi budaya Cirebon. Memayu sebagai perilaku hidup dan harus dijunjung tinggi serta diamalkan dalam keseharian.

Memayu itu diperankan sejumlah seniman dan budayawan Cirebon sebagai bentuk pelestarian dan aktulisasi nilai-nilai kearifan lokal. Saat ini nilai-nilai kearifan lokal mulai terikikis dinamika zaman.

Acara turut dimeriahkan dengan gelaran Atur Bekti Glondongan Pengarem-arem. sebuah gelaran tentang ungkapan syukur sekaligus wujud kesetiaan dan kecintaan warga masyarakat Cirebon kepada pemimpinnya.

“Atur Bekti Glondong Pengarem-arem di Keraton Kacirebonan pertama kali digelar secara atraktif ketika diselenggarakan acara Gotrasawala Cerbonan pertama,” tutur Pangeran Abdul Gani Natadingrat SE.

Tahun ini acara tersebut dimeriahkan dengan hadirnya sanggar Seni Surya. Sebuah komunitas pencita dan praktisi kesenian Cirebon dari Amerika Serikat yang lima Windu berkiprah dalam jagat seni karawitan di negara adidaya.

Prosesi Memayu Agune Budaya Ingsun ditutup dengan penanaman pohon Gedong Gincu oleh Sultan Kacirebonan.

Keraton Kesepuhan Cirebon Gelar Tradisi Maleman

Cirebon, Jabar - Keraton Kesepuhan Cirebon menggelar tradisi maleman, Minggu (26/6). Tradisi maleman merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Keraton Kesepuhan dalam rangka menyambut Lailatul Qadar.

Umat muslim mempercayai bahwa Lailatul Qadar adalah malam dimana amalan baik akan dilipatgandakan pahalanya hingga seribu kali lipat atau lazim disebut malam seribu bulan. Menyambut kedatangannya, umat Islam pun dianjurkan berlomba-lomba memperbanyak ibadah saat sepuluh hari terakhir bulam Ramadan.

Sultan Keraton Kesepuhan, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan tradisi maleman rutin digelar oleh Keraton Kesepuhan pada malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

Dalam tradisi maleman itu, Keraton Kesepuhan mengirim minyak kelapa, lilin, dan ukup ke Astana Gunungjati (komplek makam Sunan Gunungjati).

"Tradisi ini sudah turun temurun digelar oleh leluhur kami. Sejumlah lilin dan minyak kelapa ini akan kita nyalakan disana," ucapnya.

Filosofi dari nyalanya lilin tersebut, sambung Arief, merupakan perlambangan bahwa umat Islam harus siap untuk menyambut Lailatul Qadar dengan rela tak tidur. "Tradisi maleman ini salah satu dakwah yang dilakukan pada zaman Sunan Gunungjati. Dan kita pun hanya bisa berharap agar bisa bertemu dengan malam lebih baik dari seribu bulan ini. Tentu dengan berdzikir dan ibadah," pungkasnya.

Menyusuri Jejak Islam di Kota Wali

Cirebon, Jabar - Keraton Kasepuhan, yang menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Cirebon dan dinasti Sunan Gunung Jati, bakal menjadi pusat perhatian penyelenggaraan PON 2016, yang tak lama lagi bakal digelar.

Kota Cirebon akan menjadi tempat diselenggarakannya dua cabang olahraga pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016, yaitu bulu tangkis dan selam nomor kolam. Penyelenggaraan pesta olahraga tersebut diharapkan menjadi promosi pariwisata Cirebon.

Cirebon, yang dijuluki Kota Wali, memang dikenal punya segudang tempat wisata sejarah yang menggambarkan kisah kejayaan kerajaan Islam. Jika ingin menelusuri lebih jauh soal jejak Kesultanan Cirebon, lanjutkan perjalanan ke Keraton Kanoman atau kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Wisatawan akan melihat akulturasi budaya Jawa, Sunda, Arab, Cina, dan Eropa yang tampak dari arsitektur bangunannya.

Kejayaan Cirebon juga bisa dilihat di Taman Sari Gua Sunyaragi, yang dulu menjadi tempat istirahat dan meditasi keluarga Sultan Cirebon. Cagar budaya ini terbagi menjadi kompleks pesanggrahan dan gua yang memiliki terowongan penghubung serta saluran air.

Lokasi Cirebon, yang berada di sepanjang pantai utara Jawa, membuatnya memiliki sejumlah obyek wisata pantai dan waduk, di antaranya Pantai Kejawanan, Situ Sedong, dan Telaga Remis.

Soal buah tangan, apalagi kalau bukan batik Trusmi khas Cirebon, yang punya motif mega mendung. Motif awan ini merupakan akulturasi budaya Cina dan Islam sejak era Wali Songo. Wisatawan akan dimanjakan dengan deretan gerai batik yang memanjang dari Desa Trusmi sampai pusat wisata kuliner Empal Gentong di daerah Battembat.

Menyambut kehadiran para kontingen PON XIX dan suporternya, Cirebon sedang gencar membenahi infrastruktur, terutama akses jalan menuju venue dan tempat wisata. Tujuannya agar warga yang berkunjung akan kembali ke kota itu di kemudian hari.

Menurut Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Disporbudpar) Dana Kartiman, tingkat kunjungan wisatawan asing di Kota Cirebon sepanjang 2015 mencapai 6.831 orang, sedangkan wisatawan domestik mencapai 481.223. Dengan libur Lebaran, Natal, dan perhelatan PON XIX/2016, diharapkan kunjungan wisatawan tahun ini akan meningkat hingga 20 persen.

Mengenali Wayang Kulit Cirebon sebagai Media Dakwah

Cirebon, Jabar - Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Kota Cirebon, menggelar Bedah Buku Seni Tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon. Rangkaian dari Padang Wulanan itu berlangsung di Jl Swasembada No 15 Majasem, Selasa (31/5).

Berdasar penelitian Matthew Isaac Cohen, Profesor Sinematografi, Royal Holloway University of London, tardisi wayang kulit sudah ditemukan sejak 1.000 tahun yang lalu.

Menurut Matthew, wayang kulit atau bisa disebut teater, tidak hanya ada di Indonesia. Tapi juga ada di beberapa negara seperti India, China dan Mesir. “Selain di Jawa, wayang kulit juga ditemukan di tiga tempat,” kata Matthew.

Sementara itu, Perkembangan wayang kulit di Cirebon sendiri, dari masa Hindu-Budha ke Islam di wilayah Kesultanan Cirebon merupakan bentuk diplomasi dakwah.

Wayang akrab dikenalkan ulama-ulama dan para penguasa lokal yang telah memeluk ajaran Islam sebagai media dakwah. “Wayang kulit juga digunakan sebagai simbol agama dan media untuk bercerita tentang kebiasaan sehari-hari,” sebut Matthew.

Dalam bedah buku itu hadir Raffan S Hasyim selaku penulis buku, Matthew Isaac Cohen, Profesor Sinematografi, Royal Holloway University of London sebagai pembanding, serta Mahrus el-Mawa, moderator.

The Caruban Carnival, Agenda Tahunan Cirebon

Cirebon, Jabar - Pergelaran The Caruban Carnival dipastikan menjadi agenda tahunan pariwisata di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Selain mengangkat seni budaya khas Cirebon, karnaval itu pun ditargetkan menjadi daya tarik bagi wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara.

Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk kedua kalinya menghelat The Caruban Carnival, sebuah parade kostum yang menampilkan identitas Cirebon. Acara itu juga dihadiri perwakilan sejumlah pemerintah kabupaten dan kota se-Jabar.

Karnaval yang mengambil tema kesenian tari topeng itu pun dipadati ribuan penonton. Warga antusias menyaksikan acara di Jalan Tuparev, Cirebon, Minggu (22/5/2016), tersebut yang dijadikan panggung para peserta parade kostum yang dimodifikasi sesuai dengan tari topeng Cirebon.

”Karnaval ini menjadi agenda pariwisata tahunan dan promosi seni budaya Cirebon. Pariwisata telah menjadi sektor investasi yang baru,” ujar Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra.

Kabupaten Cirebon, lanjut Sunjaya, merupakan pelopor karnaval di Jabar. Dalam parade tersebut, 100 penampil yang berasal dari sejumlah siswa SMP dan SMA di Kabupaten Cirebon dan sanggar seni menyajikan kostum kesenian tari panji, rumyang, samba, tumenggung, dan kelana.

Peserta memperagakan kostum yang dipenuhi topeng khas Cirebon, bahkan dengan ketinggian kostum mencapai 2 meter. Sebanyak 20 penampil dari Solo Batik Carnival juga ikut berpartisipasi.

Saat parade, penyelenggara menjelaskan makna setiap kostum. Kostum tari topeng panji, misalnya, merupakan sosok manusia yang baru lahir dan dipenuhi kesucian. Hal itu tergambar pada topeng yang berwarna putih yang berarti suci.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengatakan, partisipasi warga Cirebon untuk menggelar karnaval semakin meningkat. Pada The Caruban Carnival 2015 hanya ada 26 penampil yang berasal dari Cirebon. Sekarang ada 100 penampil dari Cirebon.

Namun, Hartono mengakui, karnaval yang telah berlangsung dua kali ini masih didominasi pengunjung dari Cirebon dan sekitarnya.

Nana (41), warga Kota Cirebon, mengapresiasi karnaval tersebut karena warga memiliki hiburan serta dapat mengingat kembali kekayaan seni budaya Cirebon. Namun, sosialisasi kegiatannya kurang.

Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu kemarin juga kembali menggelar Parade Budaya dan Bunga sebagai salah satu acara dalam rangkaian perayaan hari ulang tahun ke-723 kota itu. Parade menampilkan peserta dari sejumlah suku dan komunitas yang mencerminkan Surabaya sebagai kota yang kian plural.

Peserta dalam acara bertema ”Semarak Surabaya dalam Keberagaman Budaya” itu berjumlah 72 orang. Dari jumlah tersebut, 40 peserta berupa tim mobil hias, 24 peserta kelompok yang menampilkan atraksi budaya, dan 8 peserta kelompok drumband.

SMAN 3 Kota Cirebon Adakan Drama Kolosal Budaya “Syekh Magelung Sakti”

Cirebon, Jabar - SMAN 3 Kota Cirebon mengadakan pentas seni drama kolosal budaya Cirebon yang diikuti sekitar 480 dari siswa siswi kelas X tahun ajaran 2015/ 2016 yang dihadiri guru dan orangtua dengan mengangkat cerita “Syekh Magelung Sakti” di Gor Bima, Rabu (11/5).

Kepala SMAN 3 Kota Cirebon, Etty Nur Rochaeni mengatakan, keluarga besar SMAN 3 Kota Cirebon kelas 10 menampilkan seni dan budaya tradisional Cirebon yang bertujuan untuk meningkatkan kecintaan siswa siswi terhadap kesenian dan kebudayaan Cirebon.

“Penampilan drama kolosel ini merupakan komitmen SMAN 3 Kota Cirebon dalam rangka melestarikan dan mempertahankan seni dan budaya Cirebon. Karena dalam pementasan ini para siswa juga mengenakan pakaian adat, dan tari-tarian tradisional,” ungkap Etty kepada fajarnews.com, Rabu (11/5).

Ia mengungkapkan, pagelaran drama kolosal Sykeh Magelung Sakti, sebagai wujud kepedulian sekolah terhadap kebudayaan Cirebon, sekaligus mengangkat dan menanamkan kebudayaan Cirebon kepada para pelajar. Sehingga para pelajar SMAN 3 Kota Cirebon mengetahui kebudayaan Cirebon itu seperti apa.

“Ceritanya sangat menarik, bisa merugi kalau tidak melihat drama kolosal ini. Karena selain menampilkan cerita zaman dulu, juga dimeriahkan musik dan tari-tarian khas Cirebon,” imbuhnya.

Ia berkomitmen akan terus mengadakan pentas seni drama kolosal yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Menurutnya, kegiatan ini dalam rangka mewujudkan serta melestarikan kebudayaan Cirebon yang sangat kaya ini, dan ia berharap para siswa/ siswi ini bisa menampilkan kreativitas kesenian Cirebon.

Lanjut dia, mempersatukan 480 siswa/ siswi tidaklah mudah, akan tetapi membutuhkan kerjasama dan komunikasi yang baik antara orangtua, guru dan siswa. Pagelaran drama kolosal ini dengan baik, kata dia, latihannya selama dua bulan, dan ia yakin siswa/ siswi mampu menampilkan drama dari cerita Syekh Magelung Sakti ini dengan baik.

“Tanpa kita yang jaga kebudayaan Cirebon, lalu siapa lagi. Makanya sekolah ingin terus berkontribusi untuk lestarikan kesenian dan kebudayaan Cirebon, melalui rutinnya pagelaran seni drama,” katanya.

Sementara itu, Kepala Disporbudpar Kota Cirebon, Dana Kartiman melalui Kabid Kebudayaan, Agus Stiadiningrat menyampaikan, pihaknya sangat mengapresiasi kepada SMAN 3 yang telah mempertahankan seni dan budaya Kota Cirebon.

“Lamun dudu kita siapa maning (Kalau bukan kita lalu siapa lagi, red). Menurut saya sekolah adalah laboratorium seni dan budaya, bukan masyarakat saja. Lembaga pendidikan ini dapat berkontribusi lestarikan seni dan budaya, dan semoga pentas drama seni kolosal ini tetap dipertahankan SMAN 3 Kota Cirebon,” harapnya.

Kadisbudpora Sebut Ada 42 Kesenian Cirebon Nyaris Punah

Cirebon, Jabar - Bukan tidak mungkin kesenian daerah berangsur punah. Hal ini bisa dilihat dari 42 jenis dan bentuk kesenian di Kabupaten Cirebon yang sudah semakin tergerus oleh perkembangan zaman. Kepala Disbudparpora Kabupaten Cirebon, H Hartono melalui Kasi Kesenian Uuk Sukarna mengatakan, dari bentuk kesenian ada beberapa yang sudah hampir punah, seperti pedalangan, sastra, wayang wong, wayang kulit, dan lainnya.

Ada juga seni tarling klasik, dan adat istiadat yang sudah hampir tidak bisa dijumpai di masyarakat Kabupaten Cirebon. “Budaya itu bukan hanya kesenian ada juga adat istiadat,” ujarnya.

Kabupaten Cirebon, diakuinya memiliki banyak seni dan budaya. Hanya saja kendalanya ada pada regenerasi dari para pelaku seni dan budaya itu sendiri.

Ketua Sanggar Seni Ni Mas Mayangsari, H Toto Sugiarto SE menilai, tergerusnya seni dan budaya ini menjadi sebuah keniscayaan di tengah arus perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga nilai-nilai seni dan budaya mengalami penurunan. “Orang sekarang sudah tidak menyukai lagi kesenian masa lalu karena tidak mengetahui nilai dan maknanya. Selain juga generasi penerusnya sudah tidak ada lagi,” katanya.

Maka dari itu, untuk menghidupkan kesenian dan kebudayaan daerah diperlukan perhatian serius dan gerakan revitalisasi. Selain pemerintah daerah yang harus memperhatikan juga harus ada dukungan dari para seniman dan masyarakat. Sehingga kesenian dan kebudayaan daerah bisa tetap langgeng dan bertahan di tengah arus globalisasi. “Kita harus mengajak agar masyarakat juga mau belajar seni dan budaya daerahnya. Sekarang kan anak muda lebih suka main drum daripada gamelan. Seharusnya mereka bisa mau belajar mencintai kesenian daerahnya,” jelasnya.

Menikmati Budaya Cirebon dalam Modernitas

Cirebon, Jabar - Mal boleh dibilang salah satu simbol modernitas. Di sana segala yang baru, mulai dari kuliner hingga teknologi, tersaji untuk dikonsumsi. Akan tetapi, mungkinkah soal sejarah, seni, dan budaya yang sudah berabad-abad silam dapat dijumpai di sana?

Kirab Budaya Cirebon, pameran seni budaya yang digelar di Cirebon Super Blok (CSB) Mall di Kota Cirebon, Jawa Barat, dalam dua pekan terakhir, dapat menjadi contoh.

Kegiatan yang diinisiasi Keraton Kasepuhan Cirebon bersama CSB Mall dan didukung Pemerintah Kota Cirebon itu menyajikan berbagai seni budaya khas ”Kota Wali” tersebut.

Ketika memasuki pintu utama mal, replika kereta kencana Singa Barong terpajang megah di atas karpet merah. Kereta Singa Barong merupakan paduan bentuk burung (paksi/burung), naga, dan gajah.

Burung dalam kereta itu mewakili Buraq, naga mewakili pengaruh Tiongkok, dan liman atau gajah simbol Ganesha dalam Hindu. Pengunjung pun antusias bertanya hingga berswafoto.

Sejak dibuka pada 15 Maret, sejumlah seni tradisi mengisi ruang mal yang hanya menjadi ruang lalu lalang dan belanja ini itu. Tari topeng, bunyi gamelan, tarling (gitar suling), sintren, bahkan tarian Angklung Bungko yang nyaris punah dapat disaksikan selama dua pekan.

Stan pameran ciri khas Cirebon, seperti lukisan kaca, gerabah Sitiwinangun, dan rotan, terpajang di lantai 1 mal. Di lantai 2 terdapat kuliner Cirebon, seperti nasi jamblang dan empal gentong.

”Anak muda sekarang lebih memilih pergi ke mal dibandingkan dengan ke keraton. Jadi, kenapa tidak menghadirkan suasana budaya tradisional Cirebon?” ujar General Manager Cirebon Super Blok Mall Gunadi Iksan.

Kirab Budaya Cirebon menjadi informasi awal bagi pengunjung untuk mengenal lebih dalam seni budaya Cirebon. Kirab yang kali pertama digelar itu tak dapat berlangsung tanpa kerja sama dengan pihak keraton.

”Ke depan, kami akan merutinkan acara ini, dua atau tiga kali setahun. Mal bukan untuk buang uang saja, melainkan bisa dimanfaatkan mendapatkan pengetahuan juga,” ujarnya.

Terlebih lagi, sejak beroperasinya Tol Cikopo-Palimanan pertengahan 2015, arus manusia dan barang kian bergeliat.

Pada hari biasa, sekitar 14.000 pengunjung memadati CSB Mall dan meningkat hingga 16.000 pada akhir pekan. Sebelum adanya Tol Cipali, hanya sekitar 8.000 pengunjung.

Meningkat

Jumlah wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara, yang berkunjung ke ”Kota Wali” juga meningkat. Menurut Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, pada tahun 2015 sekitar 580.000 orang mengunjungi Cirebon. Tahun 2013, sekitar 540.000 wisatawan.

”Ini model kolaborasi. Di mal yang menjadi simbol modernitas terdapat gamelan yang merupakan kesenian tradisional,” ujar Sultan Keraton Kasepuhan XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat.

Arief berharap, kegiatan seperti ini terus berlangsung dan berkembang dengan berbagai model.

Pihaknya bersama Kementerian Pariwisata bakal menggelar Festival Pesona Cirebon pada 31 Maret hingga 2 April.

M Rusydi (20), warga Makassar, mengaku baru kali pertama menemukan kebudayaan tradisional dipamerkan di mal. ”Ini sesuatu yang berbeda,” ucapnya.

Di tengah perkembangan zaman yang ditandai oleh ledakan teknologi digital, pelestarian kebudayaan kian mendapat tantangan, terutama karena generasi milenial lebih mencari hiburan modern ketimbang seni tradisional. Termasuk serbuan makanan dari industri modern yang membanjiri pasar-pasar ritel ataupun pusat jajanan.

Namun, bagi Ayu Widianti (30) dan Hanifah (38), perubahan zaman itu justru peluang. Pembuat kue tradisional khas Cirebon—atom kocir atau tomcir—ini memasarkan hasil karyanya lewat daring (online) selain melalui Warung Tomcir di kawasan Jalan Pemuda, Cirebon.

Di Yogyakarta, kue tomcir dikenal sebagai bakpia. Karena itu, dalam bungkus kertas tebal berwarna coklat, terdapat tulisan ”Atom Kocir, Bakpia’e Wong Cerbon, Mbledug Rasae!”

Tomcir, yang juga ikut mengisi stan pameran Kirab Budaya Cirebon, diklaim Hanifah sebagai bakpia pertama di Indonesia dengan isi lumer.

Sejak dibuat oleh Ayu pada 2014, kue itu sudah terjual lebih dari 60.000 pak ke seluruh Nusantara selain ke Singapura, Korea, dan Belanda.

”Kami sudah membuat lebih dari 11 varian rasa, mulai dari orisinal, cokelat, stroberi, hingga durian,” tutur Ayu. Satu pak berisi lima tomcir dijual dengan harga Rp 19.000.

Indonesia mengenal bakpia sekitar abad ke-11 yang dibawa oleh bangsa Tiongkok karena kue itu merupakan salah satu masakan populer orang Tionghoa. Istilah bakpia sendiri berasal dari dialek Hokkian, yaitu bak yang berarti daging dan pia artinya kue.

Hubungan sejarah Tiongkok dan Cirebon sangat erat. Pada abad ke-14, Laksamana Ceng Ho mendarat di Cirebon dengan 350 pasukannya.

Pada abad ke-15, Cirebon menjadi jalur perdagangan sutra dunia dari Persia, India, dan Tiongkok. Salah satu istri Sunan Gunung Jati Cirebon, yaitu Putri Tiongkok Ong Tien, peninggalannya ada di Cirebon.

Menikmati Seni Budaya Lewat Gelaran Festival Pesona Cirebon

Cirebon, Jabar - Jika Anda berencana mengisi akhir pekan ini untuk melihat hiburan berbau seni budaya Cirebonan, tidak ada salahnya, week end ini berkunjung ke Cirebon.

Pasalnya saat ini tengah diselenggarakan Festival Pesona Cirebon, suatu gelaran berbagai kekuatan dan kekayaan seni-budaya khas Cirebon yang berlangsung sejak 31 Maret hingga 2 April ini.

Gelaran Festival Pesona Cirebon adalah perpaduan antara cultural value atau nilai budaya yang kuat berkat peranan Kasepuhan Cirebon sebagai pusat kebudayaan, kesenian dan kuliner.

"Dengan commercial value berupa pengelolaan kegiatan yang menarik banyak wisatawan," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan pers, Jumat (1/4/2016).

Menurutnya Cirebon itu sudah kuat di budaya. Sudah tidak perlu diragukan lagi atraksi dari sisi ini namun budaya saja tidak cukup, harus ditemukan commercial value-nya.

"Sehingga menghasilkan kombinasi yang serasi, dan menjadikan Cirebon sebagai salah satu destinasi terbaik. Apalagi jaraknya dengan ibu kota, pusat market pariwisata sangat dekat," kata Arief.

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal, Kementerian Pariwisata, Raseno Arya, mengungkapkan pihaknya telah mempromosikan Festival Pesona Cirebon ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri sejak beberapa waktu lalu.

Sebab, Festival Pesona Cirebon adalah bagian dari promosi pariwisata Pesona Indonesia maupun Wonderfull Indonesia.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE mengungkapkan Festival Pesona Cirebon akan berlangsung di seantero kota dengan tampilan berbagai acara kesenian dan ragam kuliner, utamanya di Keraton Kasepuhan dan pelabuhan.

"Cirebon sebagai pusat tujuan wisata yang lengkap. Ada wisata budaya, alam, religi, sejarah dan tentu saja kuliner," katanya.

Hal yang menarik lagi, Sultan Sepuh XIV mengundang dua belas kesultanan lain yang ada di Nusantara.

Mereka adalah Kesultanan Sumbawa, Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, Kesultanan Bintan, Kesultanan Kutai Kartanegara, Kesultanan Deli, Kesultanan Luwu, Kesultanan Sumedang Larang, Kesultanan Kanoman, Kadipaten Pakualaman, Kesultanan Malaka dan Kerajaan Jipang. Kesemuanya telah hadir di Cirebon.

Selain itu, sejumlah duta besar hadir yaitu Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Duta Besar Korea Selatan, Duta Besar Turki dan Duta Besar Thailand juga President International Cheng Ho dari Singapura.

Budaya Cirebon Akan Mampu Bertahan

Cirebon, Jabar - Di tengah gempuran modernitas, kebudayaan tradisional Cirebon, Jawa Barat, diyakini mampu bertahan bahkan dapat menjadi potensi wisata yang besar. Sejak berabad-abad silam, Cirebon telah menjadi ladang pencampuran berbagai ragam budaya.

”Cirebon sudah terlalu biasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,” ujar pemerhati seni budaya Cirebon, Nurdin M Noer, Kamis (24/3/2016) malam, dalam sesi diskusi kegiatan Kirab Budaya Cirebon di Kota Cirebon.

Turut hadir Sultan Keraton Kasepuhan XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat serta General Manager Cirebon Super Blok Mall Gunadi Iksan.

Nurdin mencontohkan keberadaan bangunan Siti Inggil di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Meskipun berasal dari kebudayaan Hindu, bangunan Siti Inggil merupakan bagian dari dua keraton yang menjadi pusat penyebaran agama Islam pada masa silam itu.

Bahkan, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kasepuhan dibangun pintu gerbang menyerupai pura berwarna merah. Tidak tampak benturan budaya ataupun agama.

Dalam Kitab Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon, yang ditulis sekitar abad ke-17, Cirebon disebut berasal dari kata sarumban, yang berkembang menjadi caruban, yang berarti ’campuran’. Namun, hal itu tidak berarti Cirebon kehilangan kekhasannya.

Salah satu kekhasan yang dimiliki Cirebon, menurut Nurdin, ialah bahasa. Ia mengatakan, bahasa Cirebon bukan bahasa Sunda meskipun lokasi Cirebon berada di Jawa Barat. Bahasa Cirebon juga bukan bahasa Jawa walaupun wilayah Cirebon berdekatan dengan Jawa Tengah.

Kini, di tengah perkembangan zaman, yang ditandai oleh ledakan teknologi digital, pelestarian kebudayaan Cirebon kian mendapat tantangan, sekaligus peluang. Tantangan terasa berat karena generasi milenial dinilai lebih condong mencari hiburan modern ketimbang seni tradisional.

Arief mengatakan, anak muda, bahkan orang dewasa, lebih memilih pergi ke mal ketimbang mengunjungi museum yang memuat sejarah dan kebudayaan daerah. ”Ini perkembangan zaman, tidak bisa ditolak,” ucapnya.

Di sisi lain, kebudayaan Cirebon merupakan kekayaan tersendiri yang ternyata mampu menyesuaikan diri dengan menjadi potensi wisata.

Wisata religi, misalnya, dapat ditemui di Cirebon, antara lain di Keraton Kasepuhan dan makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo.

”Pengunjung di keraton mencapai 30.000 per bulan, di luar acara Mauludan. Angka ini tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Arief.

Meski kebudayaan Cirebon tampak mampu bertahan, untuk memastikan kelestariannya, tetap diperlukan kerja sama erat antara masyarakat, swasta, dan pemerintah. Penyelenggaraan Kirab Budaya Cirebon merupakan contoh kerja sama yang baik.

Kirab Budaya Cirebon yang tak lain pameran kebudayaan dan kesenian setempat diadakan di mal, sebuah simbol modernitas.

Selain gamelan dan gerabah Sitiwinangun, sejumlah kesenian, seperti tari topeng dan angklung bungko yang nyaris punah, ditampilkan dalam pembukaan Kirab Budaya Cirebon.

”Hal ini merupakan model kolaborasi. Di mal yang menjadi simbol modernitas, ada gamelan yang merupakan bentuk kesenian tradisional,” lanjut Arief.

Kolaborasi itu dinilai dapat mengembangkan potensi Cirebon sebagai obyek wisata bagi wisatawan Nusantara serta mancanegara.

Selain menawarkan wisata religi bagi turis dalam negeri, Cirebon juga menyediakan wisata tempat-tempat bersejarah bagi wisatawan asing, terutama turis asal Tiongkok. Di Cirebon, pada abad ke-15, Laksamana Cheng Ho, pelaut besar Dinasti Ming, Tiongkok, berlabuh di tengah perjalanan panjangnya.

Menurut Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, pada 2015, jumlah wisatawan dalam negeri dan asing yang datang ke Cirebon sekitar 580.000 orang.

Angka itu masih jauh di bawah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang mencapai lebih dari satu juta orang setiap tahun.

Gunadi mengatakan, Cirebon Super Blok Mall akan rutin menggelar pameran kebudayaan dan kesenian Cirebon.

”Kami sedang berusaha menghadirkan sejarah, seni, dan budaya Cirebon dalam mal agar warga dan turis mengenal Cirebon lebih dalam,” ujarnya.

Raja-raja Se-Nusantara Siap Hadiri Festival Pesona Cirebon 2016

Cirebon, Jabar - Festival Pesona Cirebon 2016 bakal digelar pada 31 Maret – 2 April 2016. Tetapi atmosfer kegiatan yang menonjolkan aktivitas bahari, budaya dan kuliner khas pesisir itu sudah mulai menggaung di mana-mana. Ternyata rencana besar itu sudah menyebar ke jaringan kota-kota kerajaan se-Nusantara. Mereka juga berniat hadir dan merasakan sensasi festival itu di Kasepuhan Cirebon.

“Cirebon ini sangat strategis. Potensi wisatanya lengkap, punya budaya, alam, religi, kuliner dan sejarah yang kuat. Saya sudah meminta Sultan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat dan beliau setuju untuk mengundang sultan atau raja-raja se-Nusantara. Kami siap mendukung promosi ke seluruh Indonesia dan luar negeri, terkait festival ini,” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti, yang didampingi Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal, Raseno Arya, dalam rilisnya, kemarin.

Faktanya, Cirebon memang punya segalanya. Saat mendengar Cirebon, pikiran langsung menerawang ke Kota Udang, Batik Trusmi, Nasi Jamblang, Empal Genthong, Tahu Genjrot, Kraton Kasepuhan, Gua Sunyaragi, dan Sunan Gunung Jati. Kekayaan inilah yang ingin diangkat Kemenpar. Kemenpar ingin, Cirebon juga ikut dikenal dunia. Hal yang sangat mungkin bisa diraih mengingat dari sisi transportasi, jalur daratnya sudah bisa dilalui tol Cipali. Belum lagi akses rel kereta doble track Jakarta-Cirebon, Yogyakarta-Cirebon dan Semarang-Cirebon. Setidaknya ada 200 perjalanan kereta yang melintasi kota Cirebon.

Kemudahan akses tadi juga diimbangi dengan kesiapan akomodasi. Hingga akhir 2015, pertumbuhan hotel di Cirebon meningkat sangat tajam. Dalam kurun dua tahun, hampir 200 hotel berdiri di wilayah Cirebon. “Karenanya targetnya pun harus tinggi. Festival Pesona Cirebon ini saya yakin bisa menembus angka 2 juta pengunjung,” tambah Esthy.

Sultan Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat terlihat antusias. Semangatnya makin menyala. Dari paparannya, pihaknya sudah menyiapkan beragam agenda menarik untuk memanjakan wisatawan yang datang. Dia optimistis, Festival Pesona Cirebon 2016 bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Cirebon.

“Pada 31 Maret 2016, kami siap menyajikan gamelan renteng di Keraton Kasepuhan, seminar pariwisata di Waterland, juga pergelaran seni di panggung budaya Sunyaragi. Untuk 1 April 2016, ada penampilan renteng dan jaran lumping di Pesanggrahan Sunyaragi, seni hadroh di Srimanganti Keraton Kasepuhan, dan seni gembyung di Astana Gunungjati,” ujar PRA Arief Natadiningrat.

Masih di hari yang sama, Sultan juga ikut menyiapkan lomba dayung, perahu hias dan “ngejala” di Pantai Waterland. Setelah itu, ada pagelaran kesenian di panggung budaya Sunyaragi. Dan pada 2 April 2016, acara akan ditutup dengan penampilan buroq dan sisingaan di Pesanggrahan Sunyaragi, seni gembyung di Astana Gunungjati, dan aneka tarian Cirebon di Srimanganti.

Menpar Arief Yahya menyambut gembira rencana Festival Cirebon itu. Memperkuat cultural value dari Kasultanan Kasepuhan Cirebon, sebagai salah satu pusat kebudayaan, kesenian, kuliner, dan juga kota bahari yang kuat di zamannya. Cultural Value itu juga harus memberikan dampak terhadap commercial value, karena itu ke depan harus dipikirkan model pendekatan pariwisata yang baik dan sustainable.

“Cirebon itu sudah kuat di budaya. Sudah tidak perlu diragukan lagi atraksi dari sisi ini. Tetapi budaya saja tidak cukup, harus ditemukan commercial value-nya, sehingga menghasilkan kombinasi yang serasi, dan menjadikan Cirebon sebagai salah satu destinasi baik. Apalagi jaraknya dengan ibu kota, pusat market pariwisata sangat dekat?” ungkap Arief.

Sultan Sepuh Berharap Anak Muda Mau Mencintai Budaya Daerah

Cirebon, Jabar - Puluhan pria berpakaian putih, hitam, dan kuning dengan ikat kepala, serta kain pinggang berjalan gagah di depan duplikat kereta Singa Barong. Lantunan doa dan wewangian dari sesaji mengiringi arak-arakan Kirab Budaya Cirebon yang berlangsung, kemarin (15/3).

Kirab Budaya Cirebon ini digelar Keraton Kasepuhan dan Cirebon Super Blok (CSB) untuk mengenalkan dan melestarikan budaya tradisional Cirebon. Kegiatan ini diawali dari Keraton Kasepuhan, kemudian melewati Jl Merdeka, menyusuri Jl Pasuketan dan Jl Karanggetas, hingga Jl Kartini, lalu Jl Cipto dan berakhir di halaman depan CSB Mall.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE mengatakan, kirab budaya Cirebon ini dalam rangka mengenalkan dan melestarikan budaya Cirebon. “Dengan adanya arak-arakan ini, mudah-mudahan masyarakat Cirebon semakin mencintai budaya, khususnya budaya Cirebon. Kita berharap anak muda juga bisa melestarikan dan mencintai kebudayaan daerah serta leluhurnya,” ungkapnya.

Arief melanjutkan, Kereta Singa Barong termasuk salah satu ikon Cirebon yang diharapkan menarik wisatawan. “Yogyakarta dan Bali sudah jadi tujuan wisata 30 tahun lalu, sedangkan Cirebon baru mau menjadi tujuan wisata,” selorohnya.

Melihat perkembangan Cirebon yang begitu pesat sebagai salah satu kota tertua di nusantara, Arief meyakini, daerah ini sudah layak mempersiapkan diri sebagai kota maju atau kawasan metropolitan seperti kota-kota metropolitan di Jawa Barat lainnya. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan lainnya. Pemerintah daerah harus terus menyiapkan beragam konsep yang memadai agar tak ‘kaget’ seperti Jakarta dan sekitarnya. “Seluruh pihak harus terlibat dalam persiapan itu,” tukasnya sembari menjanjikan keraton sebagai penjaga budaya lokal bakal terus berpartisipasi aktif dalam setiap upaya tersebut.

SMK Cendikia Lestarikan Seni dan Budaya

Cirebon, Jabar - SMK Cendikia Kota Cirebon terus berkomitmen memberikan pendidikan yang berkualitas kepada semua peserta didiknya, tak terkecuali kualitas pendidikan kesenian.

Hal tersebut dibuktikan dengan bentuk ujian praktek mata pelajaran kesenian, dimana semua siswa kelas tiga yang mengikuti ujian sekolah tersebut wajib menampilkan jenis kesenian yang bisa mereka tampilkan untuk dinilai.

Guru mata pelajaran kesenian SMK Cendikia Cirebon, Adi mengatakan, pada hari Jumat (11/3) diselenggarakan ujian sekolah praktek mata pelajaran kesenian. Adapun jenis praktek kesenian yang ditampilkan siswa adalah penampilan kesenian musik tradisional gamelan, angklung dan tarian sekarpandan yang diikuti seluruh siswa baik jurusan keperawatan maupun farmasi.

“Ini ujian praktek kesenian, ada beberapa penampilan dalam ujian praktek ini, seperti penampilan musik tradisional gamelan, angklung dan seni tari sekarpandan, ada juga penampilan kolaborasi musik,” kata Adi kepada fajarnews.com, Jumat (11/3).

Ia menuturkan, pengambilan seni daerah karena lebih konsen kepada seni dan budaya daerah dan untuk melestarikannya. Di praktek tersebut ada penampilan yang cukup unik yakni penampilan kolaborasi antara musik angklung dan musik gamelan, semua merupakan kreatifitas siswa.

“Dengan menampilkan kesenian daerah, berarti kita menunjukkan bahwa SMK Cendikia sangat peduli dalam pelestarian budaya daerah,” tuturnya.

Kepala sekolah SMK Cendikia, Nissa mengungkapkan, dirinya menyambut dengan baik atas kreatifitas siswa yang berani menujukkan penampilan seni dan budaya daerah berkolaborasi pula dengan budaya modern.

Dengan penampilan-penampilan tersebut menunjukkan bahwa tidak semua kesenian moderen itu buruk, sebab ada nilai nilai kebaikannya selama masih dalam norma-norma keislaman dan kesopanan dan untuk budaya dearah, disitu banyak nilai-nilai kebersamaan dan pelestarian sejarah.

“Seni budaya harus tetap dilestarikan dan yang paling penting dalam berkesenian yakni tetap mengutamakan menjaga syariat, dengan tetap menjaga aurat dan sopan santun dalam setiap penampilan,” ungkapnya.

Kasultanan Kasepuhan Cirebon Gelar Festival Budaya Pasanggrahan Sunyaragi

Cirebon, Jabar - Kasultanan Kasepuhan Cirebon bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata bakal mengadakan sebuah festival budaya bertajuk Gelar Seni Pasanggrahan Sunyaragi, mulai 12 Maret - 5 November 2016.

Festival ini dikemas dengan dalam sebuah acara yang menampilkan perpaduan budaya. Dominasinya, akan terlihat pada balutan budaya Cirebon, Persia dan Tiongkok. Ada Topeng Panji, Topeng Samba, Tari Tangan Seribu, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung, Topeng Jinggananom dan Topeng Klana yang siap menyapa. Belum lagi genjring rudat sidapurna, tari adipatikana, Gandamana dan Tari Tayub.

"Kami berterima kasih kepada Pak Sultan yang menggagas dan mempromosikan seni budaya Cirebon. Seni budaya Cirebon merupakan potensi luar biasa termasuk Sunyaragi. Insya Allah, mampu menggaet wisatawan mancanegara," ujar Sesmen Kemenpar Ukus Kuswara, dalam rilisnya, Selasa (1/3).

Sultan Sepuh XIV Kasultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat, juga punya semangat yang sama dengan Ukus. Dia optimistis Pasanggrahan Sunyaragi 2016 bisa mendongkrak angka kunjungan wisatawan ke Cirebon.

"Gua Sunyaragi sebagai situs sejarah bisa dimanfaatkan untuk mengangkat kebudayaan dan pariwisata Cirebon," kata Sultan.

Semua itu bakal ditampilkan pada even yang digelar 12 Maret, 9 April, 7 Mei, 4 Juni, 9-10 Juli, 13 Agustus, 3 September, 1 Oktober dan 5 November 2016. "Tiap bulan akan rutin kami gelar. Acaranya didukung 15 nayaga dan 7 penari,” ungkap Sultan.

Dengan agenda ini, Sultan optimistis bisa menjaring 2 juta wisatawan di 2016. Targetnya naik dua kali lipat dari capaian 2015 yang menembus 1 juta kunjungan wisatawan.

Bila dilihat dari segi transportasi dan akomodasi, Cirebon pantas pede. Maklum, infrastruktur sekarang sudah sangat memadai. Dari sisi transportasi, jalur daratnya sudah bisa dilalui tol Cipali. Belum lagi akses rel kereta double track Jakarta-Cirebon, Yogyakarta-Cirebon dan Semarang-Cirebon. Setidaknya ada 200 perjalanan kereta yang melintasi kota Cirebon.

“Sejak 2015, ada 4 kapal pesiar asal Inggris, Perancis, Australia dan Singapura yang bersandar ke pelabuhan Cirebon. Dan nanti pada 2017 Bandara Internasional Jawa Barat juga akan selesai dibangun.Akses ke Cirebon akan makin mudah lagi,” papar Sultan.

Kemudahan akses tadi juga diimbangi dengan kesiapan akomodasi. Hingga akhir 2015, pertumbuhan hotel di Cirebon meningkat sangat tajam. Dalam kurun dua tahun, hampir 200 hotel berdiri di wilayah Cirebon. "Jadi target 2 juta kunjungan wisatawan saya kira sangat realistis. Kami ingin pariwisata Cirebon bisa mengejar Bali,” kata Sultan.

Menpar Arief Yahya menaruh hormat kepada Sultan yang sangat menjiwai semangat pariwisata. Gelar budaya yang digagas itu akan menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu wisatawan. "Mudah-mudahan ini menginspirasi pusat-pusat kebudayaan yang lain. Pesona Indonesia ada dan hidup di mana-mana," kata Arief.

Keraton Kasepuhan Gelar Lomba Marawis

Cirebon, Jabar - Sebanyak 12 grup seni marawis dari sejumlah sekolah dan pesantren sewilayah Cirebon, berlomba memperebutkan piala Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan.

Selain piala, lomba yang digelar selama tiga hari mulai Sabtu (19/12/2015) di bangsal pagelaran kompleks Keraton Kasepuhan, juga berhadiah uang tunai jutaan rupiah.

Menurut Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, lomba marawis digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Muludan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhamad SAW, di Keraton Kasepuhan.

Menurut Arief, lomba marawis digelar sebagai bagian dari kepedulian keraton terhadap perkembangan budaya Islam di Cirebon.

"Selain itu, ada sejumlah kegiatan budaya yang sudah menjadi tradisi dan dilakukan selama ratusan tahun, dari mulai sebelum, menjelang dan selama prosesi panjang jimat, yang merupakan puncak perayaan Maulud Nabi," katanya.

Sementara itu, Riana, salah seorang panitia lomba marawis Grebeg Mulud 1437 H, mengatakan, lomba marawis bukan hanya mencari juara 1 sampai 3, tetapi juga juara harapan 1.

"Selain itu juga memperebutkan sejumlah kategori pemenang terbaik diantaranya vokal terbaik, junior terbaik dan kekompakan," katanya Sabtu (19/12/2015).

Menurutnya, lomba digelar selama tiga hari dari 19-21 Desember, dan final digelar 22-23 Desember mendatang.

Cirebon Kembangkan Wisata Budaya dan Tradisi

Cirebon, Jabar - Wisata budaya dan tradisi harus dikembangkan di Cirebon, Jawa Barat, guna mendongkrak potensi wisata yang ada dan juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat itu sendiri.

"Wisata budaya dan tradisi itu harus dikembangkan di Cirebon, karena di sini kultur serta budayanya beragam jadi bisa dijadikan salah satu destinasi wisata," kata Sekretaris Kementrian Pariwisata Ukus Kuswara di Cirebon, Sabtu.

Ia mengatakan sejarang ini wisata tidak hanya sekedar apa yang bisa dipandang mata nyaman akan tetapi wisata juga bisa dalam pembelajaran dan ingin belajar, baik itu tentang budaya, tradisi dan lain sebagainya.

"Mereka para wisatawan yang penting ceritanya dan wisatawan tidak hanya menikmati tempat wisata dengan mata akan tetapi mereka juga ingin belajar dan ini bisa diarahkan.pada wisata budaya dan tradisi," ujarnya.

Wisata juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat terangkat di mana jika ada tempat pariwisata setidaknya makanan, kerajinan dan semua bisa di jajakan di tempat wisata dan itu membuat sejahtera masyarakat sekitar dan inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun pusat.

"Jika ada tempat pariwisata setidaknya makanan, kerajinan dan semua bisa di jajakan ditempat wisata dan itu membuat sejahtera masyarakat sekitar," tuturnya.

Ia juga menambahkan Cirebon merupakan salah satu kota yang memiliki destinasi budaya, di mana di Kota Cirebon masih banyak peninggalan para raja-raja baij berupa bangunan fisik maupun seni budayanya dan ini perlu dikembangkan terus menerus.

"Cirebon adalah salah satu kota yang kaya akan budaya dengan tradisi dan ini bisa dijadikan salah satu destinasi wisata yang unggul dan juga diharapkan bisa meningkatkan kunjungan para wisatawan baik domestik maupun mancanegara," tambahnya.

MTQ Tingkatkan Kualitas Kecintaan Masyarakat terhadap Alquran

Cirebon, Jabar - Ajang perlombaan MTQ merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap Alquran dan diharapkan juga bisa mengamalkan kandungan dari kitab suci itu, kata Wali Kota Cirebon.

"Perlombaan MTQ diharapkan bukan sarana pengumpulan mendali tapi acara ini adalah bagaimana cara mengamalkan al quran dan mencintainya," kata Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis di Cirebon, Jabar, Selasa.

Ia menuturkan sasaran kegiatan tersebut adalah bagaimana kehidupan masyarakat bisa sesuai dengan apa yang ada pada Alquran dan salah satu cara meniru kehidupan dari Alquran adalah adil, hal ini juga sangat penting untuk para juri yang menjadi juri di MTQ yang ke-48 itu.

"Cinta terhadap Alquran juga harus meniru dan mengamalkan dari Alquran dan salah satunya adalah adil dimana keadilan sangat diutamakan diberbagai hal, begitu juga di acara MTQ kali ini," tuturnya.

Ia menambahkan untuk para juri jangn sampai mau menjadi titipan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dimana penilaian harus pada kualitas bukan dari titipan salah satu pihak saja.

"Para juri harus adil karena ini merupakan perlombaan dan ajang mencari bibit-bibit penerus qori dan qoriah," tambahnya.

Selain itu ia juga berharap dari pemenang bisa mempertanggungjawabkan kemenangannya dengan terus mencintai Alquran serta bisa mewakili Cirebon pada ajang MTQ baik tingkat Provinsi maupun Nasional.

Acara MTQ kali ini juga diawali dengan pawai taaruf yang dimulai dari jam 14.30 di halaman Balaikota yang diikuti oleh lima kecamatan yang ada di Cirebon.

Tradisi Arak-arakan Trusmi Cirebon Sambut Datangnya Musim Hujan

Cirebon, Jabar - Ribuan warga memadati satu ruas jalan Pantura arah Cirebon, masuk wilayah Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Mereka datang untuk menyaksikan ider-ideran atau arak-arakan dalam rangka “Memayu Ki Buyut Trusmi”, Minggu (27/9).

Terlihat berbagai jenis kreativitas ditunjukkan warga setempat pada kegiatan adat tersebut. Mulai dari atraksi pacuan kuda, iring-iringan badut, pencak silat, drumband, kuda lumping, gunungan hasil bumi, hingga berbagai bentuk boneka raksasa yang ditandu puluhan orang. Ider-ideran berlangsung sejak pukul 6.00 Wib hingga 9.30 Wib, karena banyaknya peserta yang tampil.

Puluhan peserta ider-ideran berjalan perlahan dari mulai Jalan Trusmi menuju jalan pantura Plered hingga berhenti dikawasan mendekai kedawung. Akibat dipakainya arak-arakan tersebut terpaksa lajur jalan Pantura di sana hanya satu jalur, kendaraan dari arah Palimanan pun terpaksa dialihkan ke lajur arah sebaliknya. Tak heran, kemacetan kendaraan pun terjadi seiring berlangsungnya acara.

Terlihat berbagai macam kreasi warga ditampilkan dalam kegiatan "Ider-ideran Memayu Ki Buyut Trusmi" di sepanjang Jalan Plered Kabupaten Cirebon, Minggu (27/9).

Dalam Ider-ideran itu dibuka penampilannya atraktif para penunggang kuda. Atraksi kuda yang cukup berbahaya membuat para penonton di pinggir jalan histeris ketakutan. Histeria warga juga terjadi saat puluhan orang yang mencat tubuhnya dengan cairan berwarna hitam berlarian ke arah mereka. Orang-orang tersebut berusaha membuka jalur konvoi para peserta dengan memeerkan cairan hitam di tubuhnya pada penonton yang berada terlalu tengah.

Aksi ugal-ugalan diperagakan para penanggung boneka-bonekaan berukuran raksasa. Boneka berbentuk banteng, naga, monster-monsteran, tokoh legenda orang ayu hingga tokoh kartun spongebob, bahkan terkadang diarak secara seloyongan melipir ke arah penonton di pinggir jalan, hingga membuat ketakutan para penonton.

Meski arak-arakan terkadang membahayakan, para penonton seakan tak jera menyaksikannya dari jarak dekat. Mereka pun terkadang tertimpa oleh iring-iringan orang yang berjalan mengenakan tongkat tinggi atau egrang yang tak kuasa menahan keseimbangannya.

Salah seorang warga, Edi Supriyadi (35) mengaku antusias menyaksikan jalannya ider-ideran tersebut. “Ya memang sudah biasanya seperti ini. Desak-desakan. Tapi saya suka ider-iderannya soalnya unik-unik. Lumayan buat hiburan sama teman-teman,” katanya saat ditemui saat menonton ider-ideran.

Menurut penuturan para warga di tempat lokasi, kegiatan ider-ideran tersebut merupakan pembuka kegiatan “Memayu Ki Buyut Trusmi”. Merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan warga Desa Panembahan dan sekitarnya, serta merupakan tradisi adat menyambut musim hujan yang ditandai dengan prosesi penggantian atap bangunan atau welit di kawasan makam Ki Buyut Trusmi.

Terlihat berbagai macam kreasi warga ditampilkan dalam kegiatan "Ider-ideran Memayu Ki Buyut Trusmi" di sepanjang Jalan Plered Kabupaten Cirebon, Minggu (27/9).

Terlepas dari keramaian dan upaya pelestarian budaya warga setempat. Kegiatan ider-ideran diakui warga kerap menyisakan kesan negatif. Jalannya ider-ideran menurut salah seorang tokoh pemuda sekaligus Ketua Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama Kabupaten Cirebon, Ahmad Imam Baehaqi menjadi kurang khidmat akibat ketidak tertiban penonton serta ugal-ugalannya para peserta karnaval.

Imam juga mengkritisi konten yang disajikan para peserta ider-ideran yang terkadang tidak mencerminkan nilai kesopanan, keramahan dan kearifan lokal. “Padahal seharusnya kita tetap harus menjunjung nilai-nilai luhur tradisi ini. Jadinya lama-lama terkesan sekedar seremonial saja. Dan terkesan untuk hiburan saja,” katanya.

Usai ider-ideran sangat disayangkan, ruas jalan yang dilalui para peserta dipenuhi sampah plastik dan kertas akibat perilaku membuang sampah sembarangan para penonton. Selain itu, sebagian pagar di antara dua lajur ruas jalan Trusmi menjadi rusak bahkan rubuh ke badan jalan. Ironisnya, kondisi itu diakui warga memang selalu terjadi seusai acara ider-ideran setiap tahunnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts