Tampilkan postingan dengan label Langkat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Langkat. Tampilkan semua postingan

Gubsu Apresiasi Bupati Langkat Lestarikan Adat Budaya

Langkat, Sumut - Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H T Erry Nuradi mengapresiasi Bupati Langkat karena terus melestarikan adat budaya Melayu ciri khas Kabupaten Langkat.

“Apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bupati Langkat Ngogesa Sitepu karena terus menginstrusikan pada setiap hari jadi dari hari-hari tertentu untuk memakai busana adat budaya Melayu ciri khas Kabupaten Langkat yaitu memakai busana teluk belanga,” sebut Gubsu Erry pada puncak peringatan Hari Jadi ke-267 Kabupaten Langkat di alun-alun Tengku Amir Hamzah di Stabat, Langkat, Selasa (17/1).

Menurut Erry, sebagai bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mengingat para pendahulunya. Dan hal tersebut telah dilakukan Bupati Langkat Ngogesa yang juga turut melestarikan adat budaya khususnya di Kabupaten langkat.

Hadir dalam peringatan Hari Jadi ke-267 Kabupaten Langkat antara lain Ketua DPRD Sumut Wagirin Arman, anggota DPR RI Delia Pratiwi, hadir mendampingi Gubsu, Assisten Pemerintahan Jumsadi Damanik, Kadis Sosial Rajali dan Plt Kepala Biro Humas dan Protokol Ilyas Sitorus, seluruh unsur Forkopimda Langkat , Wakil Bupati Langkat Sulistianto, Ketua PKK Sumut Evi Diana Erry, Ketua PKK Langkat Hj Nuraida Ngogesa, Sekda Langkat Indra Salahudin, Buya KH Amiruddin MS, tokoh etnis, ulama dan tokoh masyarakat serta undangan lainnya.

Dalam kesempatan itu, Gubsu Erry mengemukakan peringatan Hari Jadi ke-267 Langkat merupakan momentum untuk merenung dan mengevaluasi sejauh mana perjalanan yang telah dilalui oleh Pemerintah Kabupaten Langkat selama ini, baik dari kekurangannya maupun kelebihannya.

“Dalam perjalanannya, berbagai prestasi telah berhasil diukir Pemkab. Langkat, seperti penghargaan Adipura ataupun berbagai penghargaan lainnya serta Anugerah Parahita Ekapraya yang baru saja diraih baru-baru ini” kata Erry.

Itu adalah sebuah kebanggaan kata Erry, dan itu semua harus dipertahankan agar kreatifitas seluruh SDM Langkat dalam berbuat untuk Langkat dapat selalu menuai prestasi.

“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Langkat, khususnya kepada Bupati, unsur legislatif dan stakeholder lainnya. Kebanggaan yang telah diukir oleh Langkat adalah kebanggaan seluruh masyarakat Sumatera Utara, selamat ulang tahun ke-267 bagi Kabupaten Langkat” kata Erry.

Sementara itu, Bupati Langkat Ngogesa Sitepu mengatakan, tanggal 17 Januari 1750 adalah hari bersejarah bagi Kabupaten Langkat. Langkat secara terbentuk menjadi sebuah Kabupaten yang sampai ini umurnya sudah 267 tahun.

Penetapan tanggal tersebut dilakukan melalui seminar yang berlangsung di Stabat, 20 – 24 Juli 1994. Seminar terselenggara hasil kerja sama Pemkab Langkat dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tim jurusan sejarah Fakultas Sastra USU melalui penelitian kepustakaan dan studi lapangan.

Beberapa buku sejarah yang dirujuk di antaranya karya tokoh Pers Nasional pendiri Harian Waspada H Mohammad Said (Alm) dalam bukunya “ Aceh Sepanjang Abad”. Koeli Kontrak Tempo Doeloe dengan Derita dan Kemarahannya, Waspada, 1977 dan Sari Sejarah Serdang, Tengku Lukman Sinar serta “Mission To The East Coast Of Sumatra in 1823”, John Anderson, Sumatera Utara di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

Setelah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah dengan persetujuan Gubsu, lahirlah Perda No. 11 Tahun 1995 dan diundangkan dalam lembaran daerah, 20 Mei 1996 dengan motto “ Bersatu Sekata, Berpadu Berjaya ”.

“Karena itu, terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjasa untuk membangun Kabupaten Langkat, baik itu, seluruh masyarakat, mantan Bupati, Wakil Bupati, Sekda, dan anggota DPRD Langkat sebelumnya” kata Ngogesa.

Mengenai Hari jadi Langkat tahun ini, Ngogesa berharap, Kabupaten Langkat akan terus unggul dalam segala sektor, terutama sektor kesejahteraan yang menjadi indikator Langkat yang maju, unggul dan mandiri.

Untuk itu, Ngogesa mengajak seluruh masyarakat di Langkat untuk bekerjasama sehingga kemajuan Langkat dapat terwujud dan terealisasi dengan baik.

Terkait rangkaian kegiatan menyambut Hari Jadi Langkat ke-267 tahun 2017, Ngogesa menjelaskan bukan hanya hiburan yang ditujukan untuk masyarakat, akan tetapi, ada hikmah yang bisa diambil dari rangkaian kegiatan ini, yakni, kepedulian sosial dan semangat persatuan akan semakin meningkat serta para Investor akan semakin memburu Langkat sebagai pusat berinvestasi mengingat Langkat memiliki banyak potensi.

Resepsi Hari Jadi Langkat ke-267 tahun 2017 yang ditandai dengan pemotongan nasi tumpeng oleh Gubsu HT Erry Nuradi serta pameran stan Pembangunan Langkat yang berlangsung di Alun-Alun T. Amir Hamzah dan berhasil membuat masyarakat Langkat terhibur.

Sementara itu, Ketua TP PKK Provsu Hj Evi Diana Erry Nuradi yang didampingi Ketua PKK Langkat Hj Nuraida Ngogesa berkesempatan secara langsung memotong tali pita tanda dibukannya stanpameran pembangunan Langkat yang berangsung selama empat hari. Tarian etnis dan marching band dari Yon Arhanud juga menyemarakkan acara.

Gubsu Erry meninjau stan Pameran Pembangunan yang seluruh isi dari pameran tersebut adalah kreatifitas SDM Langkat yang diantaranya adalah hasil UKM dan berupa makan-makanan dan minum-minuman, kemudian ada pameran kesenian tradisional masyarakat Langkat serta stan Dinas Komunikasi Dan Informatika yang menyediakan akses pengaduan masyarakat tentang pembangunan, sosial kemasyarakatan dan birokrasi Pemerintahan Kabupaten Langkat.

Festival Tari 3 Etnis Jawa-Melayu-Karo di Langkat

Langkat, Sumut - Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menggelar festival tari tradisional tiga etnis. Jawa, Melayu dan Karo hadir sepanggung sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai budaya setempat.

Sekretaris Daerah Pemkab Langkat Indra Salahuddin yang hadir mewakili Bupati Ngogesa Sitepu dalam kegiatan itu di Stabat, Rabu (30/09/2015) mengatakan festival tersebut sebagai upaya pemkab memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya tradisional.

"Kita rasakan bersama kini derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi tak dapat kita pungkiri telah banyak membawa pengaruh negatif terhadap sendi-sendi nilai budaya bangsa," jelas Indra.

Pemkab Langkat memberikan apresiasi atas penyelenggaraan festival tersebut karena menjadi benteng yang kukuh untuk menahan derasnya pengaruh negatif budaya asing yang bisa merusak budaya bangsa. "Kita semua tahu dan dapat melihat di zaman sekarang ini generasi muda sudah tidak banyak yang mau mempelajari tari tradisional," ujar dia.

Melalui festival tari tradisional itu, pemkab setempat berusaha melestarikan dan mengembangkan terus-menerus nilai-nilai kebudayaan agar dapat menjadi pusaka yang tidak akan pupus tertelan zaman. Ia mengharapkan generasi muda mencintai dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa, sebagai identitas dan jati diri anak bangsa, agar mereka kelak menjadi penerus bangsa yang maju, cerdas dan bermartabat.

"Melalui festival tari tradisional ini dapat menghasilkan para pelaku seni yang andal dan bisa ikut dalam perlombaan tingkat provinsi maupun nasional, untuk membawa nama baik Kabupaten Langkat," ungkap dia.

Ketua panitia kegiatan itu juga Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Pemkab Langkat Edy Syahputra mengatakan kegiatan tersebut ssalah satu program pelestarian kesenian dan kebudayaan tradisional, serta ajang promosi wisata budaya. "Ini salah satu ajang promosi budaya Langkat agar diketahui secara luas oleh para wisatawan mancanegara," kata dia

Tercatat, festival tersebut melombakan tari tradisional Melayu, Karo, dan Jawa yang melibatkan puluhan sanggar tari. Kegiatan berlangsung di Gedung MABMI Langkat, Gedung Pujakesuma, dan Gedung Merga Silima Karo.

Bubur Pedas Khas Langkat, Enak dan Menyehatkan

Langkat, Sumut - Bubur pedas merupakan jenis makanan favorit bagi etnis Melayu di Kabupaten Langkat dan selalu dijadikan sebagai panganan khas berbuka puasa.

Salah seorang pembuat bubur pedas Safiah di Stabat, Senin (13/7), mengatakan, makanan khas etnis tersebut sudah ada sejak zaman kerajaan Melayu di Sumatera Utara.

Bubur pedas tersebut sangat diminati dan sering disebut sebagai kuliner warisan Kesultanan Deli yang selalu dinikmati selama bulan Ramadhan sejak tahun 1909.

Dengan perpaduan kuah santan yang kental ditambah irisan daun mangkokan, daun jambu, dan ketumbar, bubur pedas tersebut memiliki rasa dan aroma yang sangat khas.

Ia menjelaskan, bubur pedas tersebut dibuat dari beras yang dicampur dengan berbagai macam rempah seperti kunyit, temu kunci, temu hitam, jintan, serai, temu mangga, dan puluhan macam jenis rempah lainnya.

Sementara untuk campurannya, biasanya menggunakan potongan dada ayam dan udang segar.

Uniknya lagi, bubur pedas juga bisa menggunakan sayuran yang biasanya jarang digunakan seperti daun mangkokan, daun mengkudu, daun jeruk, daun kunyit, dan daun jambu biji yang diiris halus dan dicampurkan saat memasak.

Cara memasaknya juga cukup unik, yakni menggunakan panci atau wajan berukuran sangat besar dan diletakkan di atas tungku dengan api kayu bakar.

Selain memiliki cita raza yang nikmat, makanan khas etnis Melayu tersebut juga dapat menjadi hidangan yang menghangatkan tubuh.

"Ramuan bahan-bahan itu tidak hanya membuat bubur pedas ini enak, tetapi juga menyehatkan," kata Safiah.

Selama bulan Ramadhan, ia setiap hari memasak 12 kg beras untuk dijadikan bubur pedas dan selalu dihidangkan dalam berbuka puasa di Masjid Raya Stabat.

"Hampir setiap tahunnya kenaziran Masjid Raya Stabat selalu memesan bubur pedas," katanya.

Salah seorang jamaah Masjid Raya Stabat Muhammad Azwan mengakui kelezatan bubur pedas yang selalu dihidangkan pada bulan suci Ramadhan tersebut.

"Ratusan jamaah masjid, termasuk warga dari luar Stabat yang akan berbuka puasa disini sangat menikmati bubur pedas yang disediakan pengurus masjid secara gratis," katanya.

Pengamatan di sejumlah lokasi penjualan makanan berbuka puasa di Langkat, masyarakat juga banyak membeli bubur pedas yang dijual pedagang.

Langkat Kembangkan Batik Tulis Motif Melayu

Langkat, Sumut - Perajin batik di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, terus berupaya mengembangkan batik tulis motif melayu guna melestarikan peninggalan budaya yang dewasa ini hampir dilupakan masyarakat.

Pengelola Batik Tulis "Adinda" di Kabupaten Langkat, Lailun Purnama, di Medan, Selasa, mengatakan kerajinan batik tulis motif melayu tersebut memiliki nilai seni yang cukup tinggi dan harus tetap dipertahankan.

"Kerjinan batik tulis melayu, khususnya motif khas Langkat, itu harus tetap dilestarikan, jangan sampai hilang," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Lailun Purnama, dirinya merasa terpanggil untuk melestarikan batik tulis melayu khas Kabupaten Langkat yang mulai tersisih karena semakin banyaknya baju batik dari daerah lain masuk ke daerah tersebut.

"Saya bertekad agar batik tulis melayu ini tetap dapat dipertahankan, jangan sampai dilupakan para generasi muda, karena ini adalah peninggalan budaya yang harus dilestarikan," ucap dia.

Pengelola batik itu mengatakan bahwa untuk memperkenalkan secara luas batik tulis melayu, pihaknya ikut kegiatan beberapa pameran, di antaranya Pameran Gebyar Kerajinan Nasional Daerah se-Sumatera utara di Merdeka Walk belum lama ini.

Harga batik tulis yang dijual juga bervariasi dengan nilai Rp350.000 hingga Rp500.000. Batik tulis melayu ini sangat halus dan terbuat dari benang pilihan yang berkualitas, ujarnya.

Bahkan, jelasnya, pada pameran kerajinan tersebut, batik tulis melayu mulai diminati sebahagian pengunjung dan masyarakat.

"Hasil kerajinan batik tulis melayu merupakan karya wanita dari Kabupaten Langkat, juga tidak kalah menariknya dengan batik yang diproduksi daerah lain," ujarnya.

Ia menambahkan untuk melestarikan kerajinan batik tulis melayu ini, pihaknya juga mengadakan pelatihan kepada puluhan wanita remaja di Kelurahan Pekan Gebang, Kabupaten Langkat.

"Kita juga belajar dan menimba ilmu ke Kota Solo untuk memperdalam berbagai seni batik, motif, ketrampilan, serta diterapkan di Kabupaten Langkat," katanya.

Bubur Pedas, Kuliner Ramadan Khas Masyarakat Melayu di Langkat

Langkat, Sumut - Pada umumnya masyarakat Melayu di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, berbuka puasa di bulan Ramadan seperti sekarang ini harus tersedia ’bubur pedas’ yaitu makanan khas yang sudah ada sejak zaman kerajaan Melayu dahulu kala.

"Makanan bubur pedas ini merupakan makanan kuliner warga Melayu saat berbuka puasa," kata salah seorang pembuat bubur pedas Safiah, di Stabat, seperti dikutip dari Antara, Minggu (20/7).

Dikatakannya bahwa makanan khas Melayu Langkat ini sangat diminati, dan ini salah satu makanan yang wajib untuk dicicipi di setiap datangnya bulan suci Ramadan. Konon menurut ceritanya, bubur pedas merupakan kuliner warisan Kesultanan Deli, yang selalu dinikmati selama bulan Ramadan sejak tahun 1909.

Makanan khas Melayu ini tidak hanya lezat tapi juga bisa menjadi makanan penghangat tubuh. Di mana bubur khas Melayu ini memiliki rasa dan aroma yang sangat khas, berwarna kuning pekat dengan kuah santan kental, diirisi daun mangkokan, daun jambu biji, serta daun ketumbar.

Sehingga membuat bubur pedas ini tidak hanya enak tapi juga menyehatkan, kata Safiah. Safiah juga menyampaikan selain itu juga pembuatannya dengan memakai beras sebagai bahan dasar bubur, ditanak dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah. Seperti kunyit, temu kunci, temu hitam, jintan serai, temu mangga, dan puluhan macam jenis rempah lainnya.

Sementara untuk campurannya biasanya menggunakan potongan dada ayam serta udang segar.

Uniknya lagi, kata Safiah, bubur pedas juga bisa menggunakan sayuran yang biasanya tidak dipakai. Seperti daun mangkokan, daun mengkudu, daun jeruk, daun kunyit, dan daun jambu biji, yang diiris halus dan dicampurkan saat memasaknya.

Cara memasaknya juga cukup unik, di mana bubur pedas dimasak dalam panci atau wajan berukuran sangat besar, ditaruh di atas tungku dengan api kayu bakar dan digodok menjadi satu secara perlahan-lahan.

Dirinya setiap hari memasak 12 kilogram beras untuk dijadikan bubur pedas, yang harus dimasak dua kali di panci besar yang sama.

Karena sesudah dimasak, nanti bubur pedas ini dapat menjadi dua ember besar, dan siap untuk dibawa ke Masjid Raya Stabat.

"Hampir setiap tahunnya kenaziran Masjid Raya Stabat selalu memesan bubur pedas," katanya.

Seiring dengan berkembangnya zaman, bubur pedas pun mengalami perubahan dalam pemakaian rempah, ini dikerenakan sebagian besar rempah itu sudah sulit ditemukan.

Meskipun begitu, penggemar bubur pedas justru semakin meningkat, tidak sedikit orang yang penasaran akan mencicipi lezatnya makanan khas Melayu untuk berbuka puasa ini.

Hal itu dibenarkan salah seorang jamaah Masjid Raya Stabat, Muhammad Azuan yang mengungkapkan betapa lezat cita rasa dari bubur pedas ini.

Puluhan jamaah warga Stabat, maupun dari luar Stabat, yang akan berbuka puasa dipastikan akan menikmati bubur pedas yang disediakan masjid secara gratis untuk berbuka puasa.

"Masjid Raya Stabat menyediakan buka puasa gratis dengan bubur pedas, buat masyarakat," katanya menjelaskan.

Sementara itu pengamatan di lapangan, mulai awal Ramadan, sepanjang Jalan Kiyai Haji Zainal Arifin dan Jalan Perniagaan Stabat, ramai diantre para pembeli hanya untuk merasakan bagaimana sedapnya bubur pedas.

Terbukti setiap harinya menu bubur pedas itu menjadi incaran para warga yang akan berbuka puasa.

Pernikahan Bella Saphira-Agus Memakai Adat Melayu

Langkat, Sumut - Pernikahan artis kondang Bella Saphira dengan Mayjen TNI Agus Surya Bakti yang akan dilaksanakan pada 30 Agustus mendatang dilakukan dengan memakai adat budaya Melayu.
"Keseluruhan proses peminangan, pernikahan, maupun juga resepsi syukuran memakai adat budaya Melayu," kata ketua harian panitia pelaksana pernikahan itu, Haji Legimun, di Stabat, Rabu.
Legimun menjelaskan pelaksanaan acara pernikahan ini dengan adat budaya Melayu atas permintaan dari pihak keluarga mempelai pria. "Keseluruhan kegiatan nantinya sangat kental dengan nuansa Melayu," kata Legimun.
Para penerima tamu, tempat acara, tempat syukuran, semuanya didominasi warna kuning dan warna hijau, yang merupakan ciri khas budaya Melayu.
Legimun mengungkapkan acara yang digelar di kediaman orang tua Mayjen TNI Agus Surya Bakti itu dikhususkan untuk acara akad nikah dan syukuran saja. Sedangkan resepsinya dilakukan pada Minggu (8/9) di panti prajurit Balai Sudirman Tebet Jakarta, yang akan dilaksanakan pihak mempelai wanita.
Secara terpisah dari informasi yang dihimpun di lokasi pelaksanaan acara akad nikah dan syukuran dikediaman orang tua Agus Surya Bakti di jalan Proklamasi nomor 14 Stabat, akan bertindak selaku saksi antara lain Dan Koditlat TNI Angkatan Darat Letjen Haji Lodewijk F Paulus, yang juga pernah menjabat sebagai Pangdam I Bukit Barisan.
Letjen Lodewijk bertindak sebagai saksi dari Mayjen Agus Surya Bakti, sementara yang bertindak sebagai saksi mempelai wanita yaitu Bupati Langkat Haji Ngogesa Sitepu.
Juga akan hadir dalam upacara akad nikah itu Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr Ali Mustafa Yacub, yang juga merupakan teman Mayjen Agus Surya Bakti di Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), termasuk juga beberapa unsur dari Kementerian Agama.
Sebelum acara akad nikah, pihak keluarga Mayjen Agus juga akan melaksanakan berbagai kegiatan, berupa kenduri dan tahlilan, serta pemberian santunan kepada 41 anak yatim piatu.

Pesta Budaya Pererat Keberagaman Etnis

Langkat, Sumut – Pelaksana tugas Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho mengungkapkan bahwa pesta budaya yang dilaksanakan di Bukit Lawang Kabupaten Langkat, akan mempererat keberagaman etnis yang ada.

Penegasan itu disampaikannya dihadapan ribuan warga yang menghadiri kegiatan Pesta Budaya Bukit Lawang III, yang dilaksanakan di lapangan perkebunan Bukit Lawang Bahorok. “Ini menunjukkan bagaimana keanekaragaman budaya mampu menyatu di antara lintas etnis yang ada,” katanya.

Gatot Pujonugroho juga menegaskan pada dasarnya panorama alam yang indah dan keanekaragaman suku dan etnis, sungguh merupakan anugerah yang tidak terhingga nilainya dari Allah SWT.

Lebih lanjut dia pun menyambut baik pelaksanaan Pesta Adat dan Budaya tersebut, seraya berharap agar di masa-masa yang akan datang bisa dilaksanakan dengan perencanaan yang lebih baik lagi.

Pada kesempatan itu Bupati Langkat Ngogesa Sitepu, memuji Plt Gubsu Gatot Pujonugroho yang telah memberikan perhatian yang besar kepada masyarakat Kabupaten Langkat.

Selain itu, dia pun berharap agar masyarakat semakin sadar bahwa pariwisata menjadi bagian yang penting dalam pembangunan nasional.

“Karena itu, kekompakan, ketertiban dan keamanan patut menjadi prioritas yang utama agar pariwisata kita bisa semakin berkembang dan maju,” kata Ngogesa, hari ini.

Selain itu, penguatan adat dan budaya menjadi bagian yang penting untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh adat istiadat asing yang notabene tidak sesuai dengan budaya bangsa ‘kita.’

Ketua Panitia pesta budaya Bukit Lawang, Berawijaya Meliala, menegaskan pesta adat dan budaya tersebut dilaksanakan atas swadaya masyarakat.

Walaupun begitu, pesta adat dan budaya yang dilaksanakan selama tiga hari itu tidak luput dari bantuan Bupati Langkat Ngogesa Sitepu sebesar Rp50 juta, dan dana bantuan dari APBD Langkat.

“Untuk itu, kami ucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Bupati dan kepada pihak- pihak lain yang telah membantu, baik moral maupun material,” ujarnya.

Yang menarik, selain menampilkan aneka ragam tari-tarian dan kesenian dari 14 suku dan etnis, kegiatan ini juga menampilkan aneka kuliner dan kerajinan tangan untuk mengangkat kembali nama Bukit Lawang sebagai salah satu objek wisata ternama di Sumut.

Bahkan, kegiatan itu bukan hanya menarik perhatian masyarakat, tapi juga para turis asing.

Buktinya, beberapa orang turis asing juga ikut tampil dengan mengenakan pakaian adat pengantin Jawa dan Minang.

-

Arsip Blog

Recent Posts