Tampilkan postingan dengan label Melayu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Melayu. Tampilkan semua postingan

Gubkepri Sebut Proyek Monumen Bahasa Melayu Lanjut 2023

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad berkomitmen untuk menuntaskan pembangunan proyek bermasalah di Pulau Penyengat, Tanjungpinang. Menurut Gubernur, pada tahun 2023 mendatang, Pemprov Kepri akan melakukan review Detail Engineering Design (DED) Monumen Bahasa Melayu (MBM) Penyengat.

“Pembangunan MBM Penyengat tetap akan dituntaskan. Namun belum dilakukan pada tahun ini,” ujar Gubernur Ansar di kawasan Gurindam 12 Tanjungpinang, belum lama ini.

Ditegaskannya, tidak ada pembiaran terhadap rencana pembangunan yang diusulkan oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri tersebut. Apalagi MBM Penyengat akan menjadi ikon bagi Provinsi Kepri. Karena di Pulau Penyengatlah lahir bahasa pemersatu bangsa, yakni Bahasa Indonesia.

“Maka dari itu, pada tahun 2023 kita akan lakukan review DED. Kemudian pembangunannya akan dilakukan pada tahun 2024,” jelas Gubernur.

Ditambahkannya, pembangunan yang dilakukan menyesuaikan dengan kemampuan anggarand daerah. Karena masih terbatas, pembangunan-pembangunan dilakukan secara bertahap. Sama halnya seperti Gedung LAM Provinsi Kepri yang akan dibangun lewat dua tahun anggaran.

“Pada tahun ini, kita juga akan menata Pulau Penyengat. Tentu kita tidak ingin pembangunan lanjutan MBM nanti mengganggu cagar budaya yang ada di Penyengat. Makanya perlu dilakukan secara hati-hati dan teliti,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri, Abdul Razak menegaskan Monumen Bahasa Melayu di Pulau Penyengat Tanjungpinang wajib untuk diselesaikan pembangunannya. Karena lahirnya gagasan pembangunan tersebut tertuang dalam Mufakat 12.

“Kita tidak menerima alasan apapun. Yang jelas, Monumen Bahasa Melayu wajib untuk diselesaikan pembangunannya,” tegas Abdul Razak.

Seperti diketahui, pekerjaan pembangunan Monumen Bahasa Melayu dibawah kendali Dinas Kebudayaan (Disbud) Kepri pada tahun 2014 lalu dikerjakan PT Sumber Tenaga Baru (STB) dengan kontrak kerja sebesar Rp 12,5 miliar mulai dilaksanakan pertengahan 2014 lalu. Pada perjalannya terjadi wan prestasi, yang menyebabkan kontraktor di black list. Pembangunan tersebut masuk dalam proyek strategis Gubernur Kepri, HM Sani waktu itu. (*)

Sumber: https://kepri.batampos.co.id/gubkepri-sebut-proyek-monumen-bahasa-melayu-lanjut-2023/

Lestarikan Warisan Budaya, Sekelompok Pemuda Produksi Tanjak Ikat Kepala Melayu Riau

Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Sanggar Seni Nusantara Linkart, memproduksi berbagai model tanjak, guna mempertahankan warisan budaya Melayu Riau, khususnya dalam mode berpakaian.


Tanjak merupakan penutup kepala adat Melayu yang berbentuk runcing ke atas yang menjadi salah satu aksesori pakaian untuk lelaki di Melayu.

Model tanjak yang diproduksi beragam, di antaranya Elang Menyongsong Angin, Dendam Tak Sudah, Laksamana, Balung Raja, Bugis Balik, serta terdapat juga model Tanjak Kreasi.

Perbedaan model tersebut dapat dilihat dari jumlah lipatan, yang terdapat pada setiap tanjak.

Dalam sehari, tanjak yang diproduksi bisa mencapai 50 buah.

Satu buah tanjak dibanderol dengan harga mulai dari 50 ribu hingga 120 ribu rupiah, tergantung tingkat kerumitan pembuatan tanjak.

Hingga kini, tak hanya di dalam negeri, produksi tanjak Sanggar Seni Nusantara Linkart juga diminati di Malaysia.

Sumber: https://www.kompas.tv/article/198392/lestarikan-warisan-budaya-sekelompok-pemuda-produksi-tanjak-ikat-kepala-melayu-riau

Mendadak Berbusana Adat Melayu di Pulau Penyengat

Pelesir ke Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau tak hanya bicara soal wisata sejarah dengan menilik kejayaan di masa lampau. Di pulau di muara Sungai Riau ini juga ada kegiatan menarik lainnya.

Satu di antaranya adalah mempelajari budaya Melayu lewat mencoba berbusana adat. Pengunjung dapat mengambil paket wisata budaya yang bernama Traditional Dress Experience.

Kegiatan ini dilakukan di Balai Adat Pulau Penyengat. Di sana, ada interpreter yang akan memandu sekaligus memberi informasi terkait busana adat Melayu yang sarat makna.

Ketika memasuki Balai Adat, ada tiga warna yang mendominasi singgasana bernama petrakna yakni kuning, merah, dan hijau. Masing-masing warna yang juga hadir pada busana adat memiliki arti yang berbeda.

"Kuning itu simbol kejayaan atau keemasan, biasanya warna kuning dipakai oleh sultan atau raja yang takhta lebih tinggi," kata Surtini, interpreter Traditional Dress Experience di Pulau Penyengat, beberapa waktu lalu.

Tini, begitu ia akrab disapa, melanjutkan warna merah berarti keberanian yang selalu dipakai oleh panglima perang. Sementara, hijau melambangkan kesetiaan yang kerap digunakan oleh kaum temanggung.

Busana adat Melayu untuk perempuan terdiri atas beberapa bagian. Sebut saja Baju Kurung Teluk Belanga bisa juga Kebaya Labuh, di mana labuh sendiri berarti panjang, selempang, hingga kain songket.

Lipatan kain luar menjadi penanda status pernikahan. Jika lipatan terluar berada di kanan, itu tanda sudah menikah. Namun bila lipatan terluar berada di sisi kiri berstatus lajang. Penanda ini juga terlihat pada pemakaian kain pada laki-laki.

"Selempang kalau untuk perempuan di sebelah kiri dan laki-laki sebelah kanan. Karena foto di petrakna, posisi laki-laki sebelah kanan dan perempuan sebelah kiri yang berarti agar punya satu ikatan simbolnya saling melengkapi," tambah Tini.

Kelengkapan lain dari busana adat Melayu untuk perempuan adalah bros, bengkung atau sabuk, dokoh atau kalung, pending atau hiasan di pinggang yang terbuat dari bahan logam atau kuningan. Ada pula hiasan kepala atau mahkota pengantin bernama Sunting.

"Biasanya pakai sanggul lintang untuk menikah rambut seperti digulung dahulu pakai daun pisang, tusukan masuk ke daun pisang agar tidak kena ke kepala," tambahnya.

Ada pula makna di balik jumlah kancing yang ada di dalam kelengkapan busana adat Melayu yaitu 1, 3, dan 5.

"Jumlah kancing ada maknanya, kalau orang dulu kancingnya hanya pakai pin. Dari jumlah kancing itu punya arti, kancing Melayu itu 1, 3, dan 5. 1 itu Tuhan yang Maha Esa, 3 artinya syariat Islam, 5 itu jumlah rukun Islam," ungkap Tini.

Sedangkan untuk kelengkapan busana adat Melayu untuk laki-laki mulai dari tanjak, bros, keris, bengkung, dan kain songket. Selain soal lipatan terluar kain, status pernikahan seorang lelaki Melayu juga diketahui dari posisi panjang-pendeknya kain songket yang dipakai.

Apabila kain songket jatuh terbawah di atas lutut, maka pemakainya masih lajang. Mereka yang sudah menikah dapat dikenali lewat ujung kain songket berada di atas lutut. (Putu Elmira)

Benang Tenun Perajut Negeri Segantang Lada

Oleh Joko Sulistyo

Sejak kehadirannya di Batam tiga tahun silam, ada upaya tak kenal lelah provider Telkomsel untuk terus menyambungkan ribuan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau, bak merajut Segantang Lada.

Lapangan Engkuputri, Batam Centre, Batam adalah titik tolak layanan Telkomsel di Kepulauan Riau. Kendati berada pada urutan kesembilan, kota yang menikmati jaringan data supercepat generasi ke 4 atau 4G Long Term Evolution (LTE) tahun 2015 silam, tak perlu waktu lama bagi kota lain di Kepri untuk menyusul.

Sebelum beroperasi di Batam, 4G LTE Telkomsel sudah lebih dulu komersil di Jakarta, Bali, Bandung Medan, Surabaya, Makassar, Lombok dan terakhir Manado. Yang cukup istimewa, Batam termasuk sebagai wilayah awal operasional frekuensi 1.800 MHz. Untuk melayani kota ini, Telkomsel mengalokasikan 90 eNode B untuk BTS 4G.

Secara nasional, anak usaha Telkom ini telah membangun 1.300 eNode B dengan 1,7 juta pelanggan 4G yang menjadikannya komunitas 4G LTE terbesar di Indonesia.

Hal itu seakan mengukuhkan kaitan erat Batam dengan operator yang menjangkau 99 persen populasi Indonesia itu. Pasalnya, sebelum melayani Indonesia, Telkomsel dilahirkan dan melayani pelanggan pertamanya di Batam, tahun 1995 silam.

Selain bersejarah, secara potensi Batam sangat diperhitungkan karena berperan sebagai gerbang Indonesia di wilayah Sumatera, dengan perputaran ekonomi baik dari pariwisata maupun industri. Direktur Sales Telkomsel kala itu, Masud Khamid bahkan menyebut, arus roaming kartu di Batam terbilang tinggi, dengan kisaran 70-80 ribu roamers dari dan ke Singapura tiap tahunnya.

Masih dari data Masud, jumlah pelanggan di Batam yang dua kali lipat dibanding jumlah penduduk kota merupakan potensi bisnis besar, yang konsumsi datanya terus mengalami eskalasi. Tak heran, Telkomsel berani mengoptimalisasi jaringan pita 10 Mhz, yang kala itu dikatakan Masud mampu mencapai kecepatan hingga 75 Mbps

Pada awal diluncurkan, 90 eNode B yang ada di Batam dapat menjangkau 70% populasi di lokasi strategis seperti kawasan bisnis Nagoya, kawasan pemerintahan di Batam Centre, Bandara Hang Nadim, Pusat Bisnis Jodoh, Harbour Bay, Lucky Plaza dan di sekitar wilayah pemukiman sekitar Batam Centre.

Kini setelah tiga tahun berselang, nyaris seluruh pelosok Batam dapat menikmati layanan data cepat Telkomsel. Secara awam, bahkan para pemukim di wilayah pesisir seperti Nongsa Pantai dan Tanjungpinggir di Sekupang tidak lagi terganggu dengan roaming otomatis dari provider negara tetangga yang mengalami spillover.

Benang Tenun yang Terus Merajut
Kepulauan Riau lazim disebut Segantang Lada karena terlihat seperti butir-butir rempah dalam wadah saat diamati dalam peta. Mendiang HM Sani, mantan Gubernur Kepri bahkan kerap berseloroh, Kepri memiliki 3598 pulau dalam pidatonya, lalu meminta hadirin untuk menghitung sendiri jika tak percaya.

Guyonan HM Sani mungkin tepat, pasalnya hinggak kini belum ada angka resmi yang valid untuk jumlah pulau yang ada di Kepri. Dengan 90 persen lebih wilayah berupa perairan, transportasi dan telekomunikasi adalah urat nadi yang terus harus dijaga kesehatannya.

Nyaris tiap kunjungan ke wilayah pulau, siapapun pejabat di Kepri selalu jadi sasaran warga untuk mengadu. Hal yang paling kerap terdengar adalah, permintaan sinyal, salah satunya.

Telkomsel menjadi satu-satunya operator yang kemudian kerap diketuk oleh birokrat, anggota DPRD, akademisi, hingga LSM untuk tidak berhenti hanya di Batam. Panggilan menyeru dari masyarakat itu kemudian dijawab dengan perluasan jaringan hingga ke sejumlah kabupaten di Kepri.

Tanjungpinang, Bintan, Natuna, Karimun, Anambas, dan Lingga berturut-turut menikmati layanan data cepat Telkomsel. Seiring penyempurnaan infrastruktur dan jaringan yang makin reliabel, wilayah-wilayah di luar Batam berangsur menyejajarkan diri dengan Batam.

Perlu banyak paragraf untuk menuliskan ulang kisah Telkomsel bertungkus lumus bersama pemerintah daerah menghadirkan layanan data hingga ke pelosok Kepri. Namun semuanya dapat disingkat hanya dengan melihat potensi-potensi daerah luar Batam yang kini menyeruak dan mudah didapati di ranah maya.

Melalui media sosial, mikroblogging, blog hingga situs mandiri, pelaku UMKM dan pariwisata di sejumlah daerah mulai membanjiri dunia maya. Pun demikian dengan persaksian dari para wisatawan yang mengunggah kenangan mereka melalui berbagai media, selepas berkunjung ke Kepri. Jika ada wilayah yang urat nadinya adalah jaringan telekomunikasi, Kepri salah satunya.

Dua tahun silam, mungkin tak banyak orang luar provinsi mengenal pelosok Lingga, Karimun, Natuna atau Anambas. Kini, mesin pencari begitu rajin menghadirkan citra baru kemolekan Segantang Lada, lengkap dengan pontensi kuliner dan peluang ekonominya.

Hingga titik ini, Telkomsel adalah untaian benang tenun yang seperti tiada berhenti merajut. Segantang Lada yang dahulu seperti berderai, terpisah-pisah dan saling merasa sunyi, kini nyaring dan riuh rendah.

Kementerian Pariwisata bahkan secara berturut-turut dalam tiga tahun belakangan menempatkan Kepri di urutan atas daerah yang dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Efek ekonominya jelas, tak hanya tas, pakaian, mainan dan elektronik kwalitas bajakan, namun industri manufaktur kakap semacam Xiaomi, RIM hingga industri berbasis digital berproduksi di Batam, dan beberapa wilayah lainnya di Kepri.

Ahua, Fatimah dan Zulfahmi adalah Para Penyaksi
Moro, sebuah ibukota kecamatan di Karimun, tahun 2016 silam mungkin belum banyak dikenal. Jika ada berita tentang pulau itu terdengar hingga ke Batam yang jaraknya hanya dua jam pelayaran, biasanya hanya dibawa oleh sanak kerabat, atau awak speedboat.

Ahua mungkin tidak menyadari, dirinya adalah saksi perubahan dinamika masyarakat di Pulau Moro, yang terjadi berkat masuknya layanan data cepat Telkomsel. Sehari-hari, dia hanya fokus menekuni usaha pembuatan kerupuk ikan, dengan memanfaatkan melimpahnya hasil tangkapan nelayan setempat. Kerupuk buatannya, dia bawa sendiri ke pengecer di Karimun, atau kerabat yang ada di wilayah lain.

Fatimah adalah warga kebanyakan di Pulau Senayang, Kabupaten Lingga. Sehari-hari, dia membuat kerupuk ikan, seperti Ahua. Untuk menjual hasil buatannya pun dia memanfaatkan jalur seadanya. Menitipkan pada keponakan yang berkuliah di Tanjungpinang, mengantar ke pulau lain di wilayah kabupaten, atau membawanya sendiri ke wilayah lain.

Jarak Pulau Senayang dan Moro cukup jauh dan tidak tersambung langsung dengan pelayaran kapal cepat. Ahua dan Fatimah adalah dua orang yang kemudian mendapatkan manfaat langsung masuknya layanan data cepat ke kampungnya.

Meskipun hanya 3G dan kadang 4G, namun keduanya sudah sangat bersyukur dapat memajang kerupuk ikan buatannya di sosial media. Tak jarang, mereka menerima pesanan dari pembeli yang berada di luar wilayah, hingga luar pulau. Ahua bahkan mengaku kadang kewalahan memenuhi permintaan dari Singapura dan Malaysia, yang pesanannya mencapai bilangan ribuan kilo.

Sebelum layanan data dapat mereka nikmati, jangankan memajang produk. Untuk sekadar menelepon atau menerima Short Message Service (SMS) saja mereka harus rela menyemut berebut posisi dengan tetangga di dermaga desa. Di Kepri, lazimnya dermaga adalah lokasi di mana sinyal berada, dan jarang sekali gulita saat malam tiba.

Saat malam tiba, di Senayang misalnya, dermaga desa menjadi seramai pasar malam, lengkap dengan pedagang kaki limanya.

Zulfahmi adalah mahasiswa yang mencari tambahan uang saku dengan mengerjakan order foto dokumentasi dan menjadi pemandu wisata partikelir. Dengan piranti sederhana, dia menjaring relasi melalui media sosial, memamerkan foto-foto eksotika Segantang Lada.

Zul, tak jarang harus kalang kabut mengatur jadwal kuliah dan untuk melayani relasi yang akan menggunakan jasanya. Cita-citanya sederhana, mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke kampung halamannya di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Telkomsel, Zul, Ahua, dan Fatimah sepintas tidak saling terkait. Namun ada layanan data yang membuat mereka terus bergerak, menggali sebanyak yang mereka mampu. Hingga titik ini, pemeliharaan stabilitas jaringan dan perluasan jangkauan menjadi tantangan Telkomsel. Karena, meskipun kecil jumlah pelanggan yang ada di pulau-pulau itu, seperti ketiganya, Telkomsel harus optimis, untuk besar bersama di Batas Negara.

Lima Kuliner Melayu Favorit di Batam

1. Teh Tarik
Teh Tarik memang bukan minuman asli Batam. Minuman ini familiar di Asia Tenggara terutama mudah ditemukan di Malaysia dan Singapura.

Karena berdekatan dengan dua negara tetangga tersebut dan serumpun melayu,Teh Tarik pun akhirnya ikut menjamur di Kepri khususnya Batam dan menjadi salah satu minuman favorit di kedai-kedai Batam.

Sensasi rasa

Teh Tarik memiliki rasa yang hampir sama dengan teh susu. Namun bedanya teh Tarik di Batam diolah dari campuran teh tubruk yang disaring dan diseduh dengan susu kental manis yang alot. Sebagian peracik teh ini terkadang juga menambahkan rasa kayu manis.

Minuman ini rasanya manis dan rasa teh yang cukup kuat. Teh Tarik disajikan dalam olahan dingin dan panas. Yang pasti cara pengolahannya dan penyajiannya tetap sama, teh yang ditarik-tarik dan berbuih. Ditarik-tarik?

Keistimewaan

Apa istimewa teh tarik? dimulai dari cara mengolahnya. Setelah teh dicampur air, selanjutnya peracik teh akan memainkan aksi menuang teh di dua gelas aluminium berulang-ulang seperti gaya ditarik-tarik (dituang berulang-ulang). Maka disebutlah teh ini sebagai Teh Tarik.

Teh yang berbuih. Keistimewaan kedua adalah adanya buih dari teh tersebut. Hal itu dikarenakan dari proses ditarik-tarik tadi. Biasanya memang disajikan dalam gelas dengan buih sebagai penghiasnya. Jangan kaget jika Teh Tarik disajikan dengan buih melipah di gelas…!

Bahan yang berbeda. Di antara pencicip teh tarik di Batam mengatakan Teh Tarik di Batam beda karena manisnya khas. Mungkin karena pilihan susu kental manis yang digunakan ditambah sedikit sensasi kayu manis.

Lokasi

Hampir di banyak kedai di Batam menyediakan menu ini. Paling familiar di Batam mungkin bisa ke Teh Tarik Raja, Mie Tarempa dan Kedai Kopi Anambas.

2. Sup Ikan Tengiri

Sama halnya dengan Teh Tarik, Sup Ikan juga termasuk favorit di Batam. Memang makanan ini juga temukan di daerah lain seperti Palembang dan Bangka Belitung.

Beda Palembang dan Bangka Belitung, Batam tentunya punya ciri khas Sup Ikan tersendiri, sesuai namanya menggunakan Ikan Tengiri.

Sensasi Rasa

Untuk cita rasa, Sup Ikan Tengiri bercita rasa sedikit asam, asin dan bercampur aroma Ikan Tengiri. Rasa asam kuah berasal dari potongan tomat hijau yang ditambahkan. Ikan Tengiri dipotong tipis, sehingga dagingnya sangat empuk untuk digigit. Gampanglah menyantapnya!

Keistimewaan

Bumbu rempah yang sederhana. Keistimewaan hidangan ini terletak pada olahan ikannya dan bumbu rempah yang digunakan.

Sebenarnya Sup Ikan hidangan yang sederhana. Tak banyak campuran. Selain, ditambahkan potongan tomat, hidangan ini juga ditambahkan sayuran seperti selada. Olahannya pas.

Jika berminat, dapat disantap dengan nasi atau tanpa nasi. Biasanya, restoran di Batam juga menambahkan cabe rawit potong atau rawit ulek untuk menciptakan sensasi pedas.

Lokasi

Cukup mudah menemukan Sup Ikan di Batam. Kita bisa menemukan di foodcourt-foodcourt dan resto yang menawarkan menu seafood, misalnya kawasan resto seafood di Harbourbay Batam. Sedangkan di pusat kota salah satu yang familiar adalah di resto Yongkee Batam.

3. Sotong Masak Hitam

Pertama kali mendapatkan hidangan ini, kita akan kaget dengan bentuknya, hitam. Olahan sotong ini seperti dilumurin tinta hitam.

Tapi tidak perlu kuatir, jangan menilai dari tampilan makannya, sebelum kita mencoba dan mengetahui rasanya.

Memang bentuknya tampak aneh bagi orang yang pertama kali mencoba menu ini, nyatanya Sotong Masak Hitam menjadi menu khas dari Kepulauan Riau cocok di lidah pecinta kuliner Indonesia.

Sensasi Rasa

Jangan takut untuk menyantap menu ini karena warna dan bentuknya yang tampak ‘mengerikan’. Setelah kita mencoba, kita akan percaya penampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas rasa hehe..

Sotong masak hitam sangat lezat. Mungkin semula membayangkan warna hitam akan memberikan sensasi rasa yang pahit. Padahal olahan ini sangat gurih dengan cita rasa asam, asin dan rasa sotong yang meresap ke dalam lumuran tintanya.

Keistimewaan

Berwarna hitam. Dari bentuknya saja kita sudah tahu, hidangan sotong yang lumuri tinta hitam. Tinta hitam ini aman karena tinta hitam berasal dari cairan sotong itu sendiri.

Tidak terlalu amis. Untuk menghilangkan amis, ada cara khusus atau ramuan khusus dalam mengolahnya. Biasanya ditambahkan bumbu asam jawa, serai dan kunyit.

Lokasi

Tidak semua resto yang menyediakan menu ini. Paling gampang mendapatkan Sotong Masak Hitam di kedai-kedai orang Melayu, misalnya di Teh Tarik Raja Batam Center Batam.

4. Ikan Asam Pedas

Ikan Asam Pedas merupakan masakan nusantara, sehingga tak hanya ditemukan di Batam. Tapi cita rasa setiap daerah untuk olahan satu ini tentunya berbeda-beda, termasuk cita rasa Ikan Asam Pedas dari tanah Melayu ini.

Sensasi Rasa

Sesuai namanya Ikan Asam Pedas, rasanya tak jauh dari namanya, asam dan pedas. Terkadang juga sedikit manis.

Keisitimewaan

Olahan Ikan Segar. Menu Asam Pedas di Batam sangat direkomendasikan karena diolah dari ikan segar dan berukuran jumbo. Pilihan ikannya pun beragam, di antaranya ikan kakap dan ikan ungar.

Bila kita mencicip makanan ini di foodcourt, kita bisa memilih langsung jenis ikan segar yang siap untuk dimasak.

Lokasi
Sup Ikan Asam Pedas bisa ditemukan di resto seafood dan melayu di Batam.

5. Nasi Dagang atau Nasi Lemak
Nasi Dagang atau sering juga disebut Nasi Lemak adalah menu sarapan pagi di Batam. Yah, menu ini mirip nasi uduk, nasi yang diolah menggunakan santan.

Sensasi Rasa

Nasi Lemak sangat gurih. Porsinya cukup untuk sarapan pagi. Untuk nasi lemak komplit, isinya berupa ikan teri, ikan laut balado, telur dan ditambahkan taburan kacang serta cabai merah.

Keistimewaan

Yang saya suka dari nasi lemak karena nasi ini dibungkus menggunakan daun, sehingga aroma daun ikut meresap ke dalam nasi. Selain itu porsinya sangat pas untuk sarapa pagi.

Nasi lemak tahan seharian dan bisa dibawa sebagai cemilan dalam perjalanan bila tak sempat sarapan pagi.

Lokasi

Di mana bisa menemukan nasi lemak di Batam? Yang paling gampang adalah ke Morning Bakeri atau Pasar Mitra Raya Batam. (eliza gusmeri)

Sumber: https://pelantar.id

Festival Pulau Penyengat Kembali Perkuat CoE Kemenpar

Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) secara resmi telah meluncurkan Calender of Event (CoE) 2019. Salah satu agendanya adalah Festival Pulau Penyengat di Provinsi Kepulauan Riau. Rencananya festival ini akan digelar 14-18 Februari.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Festival Pulau Penyengat harus dimaksimalkan untuk mengangkat potensi alam dan budaya setempat. Melalui festival ini, wisatawan bisa mendapat hiburan sekaligus wawasan tentang sejarah dan budaya melayu.

“Daerah ini punya peluang besar untuk meningkatkan sektor pariwisata. Sebab, secara geografis letaknya sudah sangat menguntungkan. Dekat dengan dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura. Kita genjot terus wisata perbatasan. Karena itu event, atraksi, dan aksesnya harus digarap lebih sirius,” ujarnya, Senin (31/12).

Ketua Pelaksana CoE 2019 Esthy Reko Astuti menyatakan, tahun lalu ada 15 kegiatan yang digelar untuk memeriahkan Festival Pulau Penyengat. Tahun ini, ia berharap ada yang lebih spesial dan berbeda. Konsepnya harus lebih menarik agar wisatawan yang datang lebih terkesan.

Namun demikian, Esthy sangat mengapresiasi jika kegiatan yang ditampilkan tetap mengangkat budaya lokal. Sebab, budaya itulah yang sesungguhnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Layaknya tanah melayu, tak salah jika panitia tetap menyelipkan lomba gurindam 12. Atau 3 kegiatan unggulan tahun lalu, yaitu Fashion Malay Penyengat Serantau, Short Film Netizen Penyengat Halal Competition, dan Tour Pattern Penyengat Halal Competition.

”Kami optimis kegiatan ini akan meningkatkan kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Terlebih, wilayah Tanjung Pinang atau Kepulauan Riau pada umumnya, tidak jauh dari Malaysia dan Singapura. Kedekatan budaya Melayu diharapkan dapat menjadi daya tarik untuk kedatangan mereka,” jelas Esthy yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar.

Jadi Kebanggaan

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Boeralimar mengaku bangga dan bersyukur karena Festival Pulau Penyengat masih diperhitungkan sehingga tetap masuk dalam CoE Kemenpar. Pulau penyengat sendiri masuk dalam wilayah Tanjung Pinang, dan menjadi kebanggaan warga setempat.

“Di sini banyak situs bersejarah peninggalan Kerajaan Riau. Sebab, dulunya Pulau Penyengat pernah menjadi pusat Kerajaan Riau-Lingga. Itulah kenapa pulau ini menjadi sangat istimewa,” ungkapnya.

Sejarah mencatat, pulau ini pernah menjadi tempat pertahanan Raja Kecil saat melawan serangan Tengku Sulaiman dari Hulu Riau di tahun 1719. Sebelumnya, sekitar tahun 1782-1784, sejumlah benteng pertahanan pun dibangun untuk menangkal pasukan Belanda. Di sini juga berdiri Masjid Sultan Riau yang dibangun pada tahun 1832. Uniknya, bangunan tersebut konon hanya direkatkan dengan putih telur.

“Tidak sulit menjangkau Pulau Penyengat. Dari Tanjung Pinang, kita cukup naik kapal dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Relatif cepat. Dan bagi pecinta wisata sejarah, Anda akan menemukan sesuatu yang menakjubkan di sini,” pungkasnya (Andika Primasiwi/CN26/SM Network)

Sumber: https://www.suaramerdeka.com

Aksara Melayu Perlahan Menghilang dari Ingatan Generasi Milenial di Batam

Batam - Transformasi bahasa Melayu menjadi Bahasa Nasional Indonesia melalui Sumpah Pemuda (28/10/1928) mengalami pergeseran.

Pakar Bahasa dan Budayawan Provinsi Riau Abdul Malik mengatakan, bagi penutur bahasa Melayu, gejala itu tidak terlalu mengkhawatirkan karena bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu baku.

"Dengan kata lain, bahasa Melayu juga bahasa Indonesia. Yang sedikit berbeda hanya dialek atau subdialeknya saja, " kata dia Kepada Liputan6.com, Jumat 26 Oktober 2018.

Ada yang mulai terlupakan dari generasi sekarang yaitu dari penulisan huruf atau aksara Melayu yang sudah jarang digunakan.

Seperti halnya di provinsi Kepri, Batam sama persis dengan Jakarta dengan Betawinya. Banyak pendatang kemudian warganya menikah antarsuku. Di mana pun di Indonesia, kalau orang tuanya menikah antar suku, anak - anak diajarkan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia itu sudah umum.

Untuk identitasnya, Bahasa Ibu di Provinsi Kepri tidak mengkhawatirkan namun hanya dari konteks tulisan (Aksara ) seolah sudah tidak terlihat dikalangan masyarakat.

Untuk itu Pemerintah Daerah harus lebih berperan dalam membuat kebijakan terkait pengenalan aksara melayu.

"Memang harus lebih diintensifkan. Jangan asal ada saja mata pelajarannya. Juga di luar atau di dalam masyarakat mesti ada media yang menggunakan Arab-Melayu," terang Dosen Bahasa Indonesia Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang itu.

Jika tidak, para pelajar tak dapat menggunakan hasil belajar mereka. Pengajaran jadi tak fungsional.

Perkembangan bahasa melayu setiap zaman mengalami perubahan. Dan perubahan tersebut didasari oleh akulturasi budaya.

"Serapan dalam Bahasa melayu merupakan entinitas Perkembangan Bahasa Indonesia menjadi pondasi berdirinya sebuah Bangsa yang besar di negeri Nusantara," ungkapnya.

Dewan Penasehat Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Batam Amsakar Achmad mengatakan, bahasa dan penulisan Melayu sudah diterapkan di Batam.

"Pembelajaran Hurup Jawi (Aksara Melayu) sudah di terapkan dalam muatan lokal. Seperti halnya saya di rumah tetap menggunakan bahasa Ibu," kata Wakil Walikota Batam itu.

Ia menjelaskan, kondisi bahasa Melayu sebagai bahasa Ibu di Kepri memiliki keragaman untuk setiap wilayah. Seperti Batam, Karimun,Lingga, dan kawasan lain di Kepulauan Riau.

Seperti halnya kata Kamu di Karimun Mike, di Pinang Batam Engkau atau Seorang

Ia mengakui dinamika perubahaan bahasa tidak bisa dipungkiri.

Sementara, khusus untuk pemerintah kota Batam bersama Lembaga Adat Melayu dan DPRD tengah menggodog Ranperda (Rancangan Peraturan Daerah) Pemajuan Budaya Melayu.

"Ranperda tersebut sedang di bahas di DPRD," kata Amsakar.

Perda ini mengatur 12 objek pemajuan kebudayaan melayu, seperti tradisi lisan, manuskrip, cagar budaya, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, seni bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional.

Lebih lanjut, kata dia, sebenarnya identitas Melayu di Batam sudah dibangun sejak dulu oleh masyarakat. Seperti Tugu tepak sirih dan Tugu gurindam 12. Namun sudah pada usang sekarang dan sebagian sudah hilang.

Sumber: https://www.liputan6.com

Sutardji Akan Terima Gelar Adat Datuk Seri Pujangga Utama

PEKANBARU - Gelar kehormatan adat Datuk Seri Pujangga Utama akan ditabalkan kepada presiden penyair Sutardji Calzoum Bachri (SCB) oleh Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), hari Rabu ini (7/11/18). Ia juga akan ditepuktepungtawari oleh pemuka adat dan masyarakat sebagai tanda dan syukur terhadap prestasi yang diraih SCB selama ini.

''Sosok yang berjuluk presiden penyair itu datang ke Pekanbaru dalam rangkaian acara tersebut didampingi isteri, anak, dan sejumlah kerabatnya, hari Selasa (6/11),'' ujar Ketua Panitia Penabalan Gelar Kehormatan Adat kepada Tuan H. Sutardji Calzoum Bachri Datuk Taufik Ikram Jamil, Selasa (6/11/2018).
Ia disambut pengurus LAMR dalam suatu acara adat, termasuk disambut dengan tari persembahan. Ia juga dipasang tanjak oleh Datuk Khaidir Akmalmas.
Sebelah petangnya, SCB mengikuti gladi resik prosesi adat dimaksud. Ia diarak dari hotel ke balai adat dikawal tujuh penjawat, kompang, dan sejumlah pengurus LAMR. Penabalan itu sendiri antara lain ditandai dengan pemasangan tanjak, selempang, dan keris.
SCB sangat mengapresiasi penyambutan dan kegiatan yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, ia mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya. Dia tak menyangka diperlakukan dengan adat yang baik seperti itu.
Gelar adat kehormatan diberikan kepada SCB karena ia memberi sumbangan luar biasa bagi kemajuan sastra Indonesia dan khususnya Riau. Lahir di Rengat, 24 Juni 1941, dengan memanfaatkan tradisi Melayu Riau sejak tahun70-an, ia menjadi sastrawan utama Indonesia.
SCB memang sudah malang-melintang dalam sastra. Musim panas 1974, Sutardji mengikuti Internationl Poetry Reading di Rotterdam. Oktober 1974 sampai April 1975 mengikuti International Writing Program di Iowa City, USA. Bersama penyair KH. Mustofa Bisri, Taufiq Ismail, SCB diundang ke Pertemuan International Para Penyair di Baghdad, Irak.
Pernah pula diundang Datuk Anwar Ibrahim (ketika masih menjabat sebagai Menteri Keuangan Malaysia) membaca puisi di Departemen Keuangan Malaysia. Dia Ikut menghadiri berbagai pertemuan sastrawan ASEAN, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Pengelanaan SCB ke mancanegara itu tidak hanya mengangkat reputasi puisi SCB yang sarat dengan kultur kemelayuan, tetapi juga mengangkat reputasi kesusastraan Indonesia secara umum sebagai warga sastra dunia. Tahun 1997 misalnya, dengan sponsor Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud, SCB dipercayai mewakili Indonesia untuk memenuhi undangan membaca puisi pada Festival Puisi Internasional Medellin, Colombia.
Tahun 2004, membaca puisi pada Poetry Festival Durban, Afrika Selatan. Pada tahun yang sama juga membaca puisi di Tradewinds Literature International Ferstival, Capetown, Afrika Selatan. Ini disusul membaca puisi di Winternachten Poetry Festival di Den Haag, Belanda, 2005.
Buku O, Amuk, Kapak (Jakarta: Sinar Harapan, 1981) merupakan kumpulan puisinya dari tiga buah buku, yaitu O (1973), Amuk (1977; mendapat hadiah puisi DKJ 1976-1977), dan Kapak (1979). Di samping itu, puisi-puisinya telah termuat dalam berbagai antologi, seperti Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976), Writing from the World (USA), Westerly Review (Australia), Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kuststichting, 1975) dan Ik Wil Nog Dulzendjaar Leven, Negen Moderne Indonesische Dichter (1979).
Juga dalam Ajip Rosidi (editor), Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya, 1997), Parade Puisi Indonesia (1990), majalah Tenggara, Journal of Southeast Asian Literature 36-37 (1997), dan lain-lain. SCB juga menulis esai dan cerpen. Kumpulan cerpennya yang sudah diterbitkan adalah Hujan Menulis Ayam (Magelang: Indonesia Tera, 2001), sedangkan kumpulan esei bertajuk Isyarat, diterbitkan tahun 2007 oleh Penerbit Kompas. Ia bahkan menulis novel anak-anak berjudul Lumba-lumba Ungu (1984), kisah heorik anak-anak melawan serangan akso polisionil tentara Bakanda.
Sutardji mendapat berbagai penghargaan, antara lain ”Anugerah Seni Pemerintah RI” (1993) dan ”South East Asia Write Award (SEA Write Award)” (1999) dari Kerajaan Thailand. Sembilan belas tahun kemudian dia mendapat ”Penghargaan Sastra” Chairil Anwar. Pada tahun 2001 dia dianugerahi gelar ”Sastrawan Perdana” oleh Dewan Kesenian Riau. SCB juga mendapatkan ”Penghargaan Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) tahun 1995.
Pada tahun 2008, tepatnya 14 Agustus 2008, SCB bahkan menerima dua penghargaan dalam sehari. Satu penghargaan malahan diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupa penghargaan Bintang Budaya Parama pada siang hari, merupakan oenghargaan tinggu kebudayaan di negara ini. Sedangkan pada malam harinya, SCB memperoleh Bakrie Award.
Sampai sekarang, kepenyairan SCB yang memounyai anak bernama Mila Seraiwangi, hasil perkawinannya dengan Maryam Linda, tetap kokoh sebagai salah satu monumen perjalanan kesusastraan Indonesia. Reputasinya itulah salah satu alasan yang mengantarkan Sutardji Calzoum Bachri mendapat predikat ”Presiden Penyair Indonesia”. Sebuah julukan yang menunjukkan reputasi dan kewibawaannya sebagai penyair, sebagai maestro. (rls)

Sumber: https://www.goriau.com

Danau Raja Bukti Eksistensi Kerajaan Melayu Indragiri

NEGERI bersejarah dengan segudang cerita di setiap sudut kotanya.

Sebagai kota tua, Rengat juga pernah menjadi pusat kerajaan melayu yang bernama Kerajaan Indragiri.

Bukti sejarah membuktikan eksisnya Kerajaan Indragiri pada masa itu salah satunya adalah keberadaan Danau Raja.

Danau Raja yang berada tepat di tepi Kecamatan Rengat, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar ataupun masyarakat luar Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu).

Selain menawarkan keindahan, mitos yang tersembunyi di balik Danau Raja juga menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang ingin mengetahuinya.

Sebelum mengulas kisah Danau Raja lebih mendalam pengunjung harus tau dulu letak lokasi danau raja.

Danau Raja terletak di pinggir Kecamatan Rengat yang merupakan ibukota Kabupaten Inhu.

Dari Pekanbaru, bisa menempuh waktu tiga sampai empat jam agar bisa sampai di Kecamatan Rengat.

Setibanya di Rengat, pengunjung akan langsung disambut dengan permukaan air yang membentang dan juga pepohonan hijau yang mengelilingi Danau Raja.

Rasa lelah akan terbayar begitu pengunjung singgah untuk menikmati angin yang bertiup sepoi-sepoi, di bawah rindangnya pohon-pohon beranting besar.

Mengulas sejarah Danau Raja tidak banyak yang orang mengetahuinya.

Salah satunya yang tidak diragukan lagi perhatiannya terhadap segala bentuk kebudayaan dan sejarah yang ada di Kabupaten Inhu, Saharan.

Saharan merupakan staf Balai Besar Cagar Budaya Sumbar, Riau, Kepri.

Kesehariannya adalah mengurus serta merawat dan Komplek Makam Raja Narasinga.

Saharan juga mengetahui banyak soal sejarah Kerajaan Indragiri di Kabupaten Inhu.

Kerajaan Indragiri sendiri tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Danau Raja.

Awal penjelasannya, Saharan berkata Danau Raja tidak terlepas dari latar belakang sejarah dan legenda.

Ia mengatakan sebelumnya nama Danau Raja adalah Danau Selikuyang berarti tanjung.

“Pembentukan Danau Raja sendiri dikarenakan adanya proses evolusialam, dimana terjadinya pendangkalan Sungai Indragiri. Meski begitu tidak bisa dijelaskan waktu proses pembentukan Danau Raja sehingga menjadi sebuah danau tersebut,“ katanya.

Danau Raja sebenarnya sudah lama dimanfaatkan masyarakat untuk bersantai.

Di tepi Danau Raja pernah berdiri sebuah istana Kerajaan Indragiri, pada masa kepemimpinan Sultan Isa Mudoyat Syah ke-24 pada Abad 18.

“Kebetulan letak Danau Raja itu di belakang istana Kerajaan Indragiri, sehingga dimanfaatkan sebagai tempat pemandian putri raja,“ kata Saharan staf Balai Besar Cagar Budaya Sumbar, Riau, Kepri.

Selain menjadi tempat pemandian putri Raja, Saharan berkata, ada juga mitos yang mengatakan bahwa di dalam Danau Raja terdapat istana gaib yang dihuni oleh mahluk yang berwujud buaya kuning.

“Istana gaib di sini disebut juga istana bunian,“ kata Saharan.

Mitos ini membuat sebagai orang menganggap bahwa Danau Raja merupakan tempat yang sakral.

Mitos ini juga menjadi nyata, ketika melihat langsung fenomena-fenomena nyata yang bisa disaksikan pengunjung.

Salah satunya adalah air di dalam danau tidak akan meluap atau kebanjiran ketika hujan deras melanda serta tidak akan kekeringan meski kemarau panjang menerpa.

Mitos ini juga sudah menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat Inhu, terkhususnya warga yang tinggal di Kecamatan Rengat.

Seiring berlalunya zaman kerajaan, dan tahun-tahun terus berganti, keberadaan Danau Raja kini

Saharan melanjutkan, pembenahan Danau Raja dimulai semenjak masa kepemimpinan Bupati Inhu, Asep Ruchiyat.

Di mana pada masa itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Inhu memanfaatkan Danau Raja sebagai pusat balai benih perikanan oleh Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan Inhu pada masa itu.

Sehingga tidak heran apabila Danau Raja kaya akan spesies ikan.

DONGKRAK EKONOMI MASYARAKAT

Semakin berkembang zaman, sektor pariwisata menjadi bisnis jasa yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.

Oleh karena itu, pengembangan terhadap areal lokasi Danau Raja terus dilakukan.

"Apakah itu melalui masyarakat yang peduli ataupun pihak pengusaha swasta. Pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator,“ ujarnya.

Memang semenjak beberapa tahun belakangan banyak anggaran yang dikucurkan untuk pembangunan di Danau Raja. Bahkan Danau Raja sendiri saat ini memiliki bangunan replika istana dan juga balai.

Saharan berkata, replika istana itu dibangun meniru istana Kerajaan Indragiri yang sudah roboh terkena dampak abrasi air Sungai Indragiri.

Robohnya istana itu diperkirakan terjadi sekira abad ke 19. Saat ini juga terdapat balai yang bisa digunakan untuk melakukan pertemuan.

Untuk pengelolaan aset itu, dirinya berharap hendaknya dikelola bersama-sama antara Disporapar Inhu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Inhu juga melibatkan bagian aset.

Danau Raja saat ini juga kerap menjadi lokasi pelaksanaan iven kabupaten, provinsi hingga nasional.

Setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri, Disporapar Inhu selalu menggelar festival beduk di Danau Raja. Suasana malam lebaran di Danau Raja semakin meriah dengan adanya festival beduk tersebut.

Bahkan, Pemkab Inhu sengaja menghiasai Danau Raja dengan ribuan obor yang dipancangkan mengelilingi danau, sehingga semakin memperindah Danau Raja.

Baru-baru ini, Pemprov Riau juga menggelar festival kuliner khas daerah di Danau Raja.

Bahkan Danau Raja pernah menjadi persinggahan iven tingkat nasional, yakni kirab pemuda tingkat nasional.

Itulah sejumlah fakta menarik yang tentunya bisa menjadikan Danau Raja sebagai objek wisata yang penting dikunjungi. (adv)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Bolu Kemojo Banyak Dicari Wisatawan, Makanan Khas Melayu

BOLU Kemojo adalah salah satu makanan khas dari bumi Melayu Provinsi Riau.

Tak hanya dikonsumsi, bolu kemojo juga kerap menjadi buah tangan yang dibawa setelah berkunjung dari daerah Riau.

Dulu Bolu Kemojo hanya dikenal sebagai makanan Khas Melayu yang dihidangkan pada acara adat melayu, pernikahan, kenduri dan lebaran.

Tapi kini bolu kemojo bisa kita dapatkan setiap hari. Banyak gerai atau toko yang memproduksi bolu kemojo.

Satu diantaranya bisa menjadi pilihan adalah Bolu Kemojo yang disediakan oleh Outlet Mega Rasa Jalan Sudirman, Pekanbaru.

Silvi, staf Mega Rasa saat ditemui mengatakan bolu Kemojo hingga saat ini menjadi favorit bagi konsumen di Pekanbaru.

Selain itu juga kerap menjadi oleh-oleh pelancong yang hendak pulang dari Pekanbaru.Bolu Kemojo pada umumnya adalah rasa pandan.

Walaupun demikian, tersedia juga aneka rasa lain untuk memberikan pilihan bagi masyarakat.

“Kita punya tiga rasa, ada pandan, durian danjagung,“ ungkap Silvi.

Walaupun demikian rasa pandan menjadi pilihan utama konsumen.

Namun secara umum bolu kemojo terbuat dari bahan tepung terigu, susu kental manis, pandan yang diadon serta diakhiri dengan proses pemanggangan.

Silvi mengatakan untuk Bolu Kemojo yang mereka produksi bisa tahan hingga 3 hari di suhu ruangan.

SELAIN bolu kemojo best seller lainnya yang ada di Mega Rasa Jalan Sudirman, Pekanbaru adalah Pancake Durian.

Pancake durian menjadi kuliner yang khas sebagai cara baru untuk menikmati durian.

Silvi, staf Mega Rasa mengatakan bahwa pancake durian memang bukan satu-satunya kuliner dari Riau, namun respon masyarakat Riau akan makanan ini sangat luar biasa.

Pancake ini, disimpannya di dalam lemari pendingin. Sehingga penyajiannya bisa langsung dalam keadaan dingin.

Pancake durian ini dilapisi adonan tepung di luarnya, lalu ada white cream dan daging durian yang sudah diolah sedemikian rupa.

Hal tersebut yang kemudian membuat sensasi memakan pancake durian ini menjadi istimewa.

Pancake durian ini dikatakan Silvi hanya bisa bertahan selama 12 jam di suhu ruangan.

Mega Rasa juga menyediakan kemasan khusus berupa kotak styrofoam tahan dingin dan kardusnya.

Bila belum dikonsumsi selama itu ada baiknya dimasukkan kembali ke dalam freezer agar lebih tahan lama.

Bila di dalam freezer ketahanan pancake durian ini mencapai sebulan.

Harga per satuannya untuk pancake durian ini adalah Rp 10.000 dan satu paket berisi 10 buah seharga Rp 100.000. (adv)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Batam, Pulau Melayu dan Hal yang Membuatnya Istimewa

Oleh Dwi ereline Amelia

Sudah bukan rahasia lagi jika kota Batam menjadi lokasi strategis karena berada di jalur pelayaran internasional. Pulau yang pertama kali dihuni oleh orang Melayu ini juga memiliki 5 buah pelabuhan internasional yang membuatnya menjadi kawasan aktif perdagangan.

Tidak hanya itu, terpisah oleh Selat Singapura yang lebarnya sekitar 16 kilometer, dengan mata telanjang saja kamu sudah bisa melihat gedung-gedung tinggi di Singapura dari Batam. Jadi, jangan heran jika warga Batam sering liburan ke Singapura atau Malaysia saat akhir pekan dan sebaliknya.

Lokasi strategis ini adalah salah satu yang membuat kota Melayu ini menjadi istimewa. Selain lokasi strategis, Batam juga menawarkan pilihan wisata yang tak kalah fantastis dari tetangga terdekatnya, Singapura dan Malaysia.

Berikut adalah pilihan wisata yang membuat kota ini memiliki keistimewaan dibanding kota lainnya di Indonesia.

Melintasi Jembatan Barelang

Ini adalah wisata asli Batam yang menjadi hal wajib bagi para traveler. Kenapa? Karena jembatan ini adalah ikon dari kota Batam. Barelang merupakan singkatan dari tiga tempat, yakni Batam, Rempang, dan Galang. Warga setempat menyebut jembatan ini dengan julukan “Jembatan Habibie”. Dijuluki nama itu karena Habibie adalah orang yang memulai pengembangan jembatan panjang untuk memfasilitasi tiga pulau yang sengaja dirancang untuk dikembangkan dan digunakan sebagai kawasan industri yang berada di Kepulauan Riau.

Mega Wisata di Lahan Seluas 40 Hektar

Kota Batam memiliki mega wisata Ocarina. Tempat ini merupakan wisata pantai yang terletak di dalam Kota Batam. Tempat wisata ini berdiri di atas lahan seluas 40 hektare dan terletak di tepi pantai dan kompleks perumahan mewah Costarina. Selain menikmati indahnya pemandangan ke lepas pantai langsung, di Ocarina, kamu juga bisa merasakan naik kincir angin raksasa atau menantang adrenalin dengan sky runner. Nah, buat kamu penggemar bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), wisata ini tentu menjadi keistimewaan tersendiri buat kamu karena ternyata Kawasan ini diresmikan langsung oleh Presiden SBY pada Januari 2009 lalu.

Mengunjungi Eks Kamp Pengungsi Vietnam

Tempat ini tentu memiliki nilai sejarah yang cukup menarik untuk dipelajari. Meski tidak memiliki nama tempat yang pasti, tempat ini dikenal sebagai bekas kamp perlindungan para pengungsi dari Vietnam pada 1979-1996, atau lebih sering dikenal sebagai Manusia Perahu. Kamp ini berlokasi di Pulau Galang, sebelah selatan Batam yang mempunyai luas sekitar 7 km2. Pada saat itu, badan pengungsi PBB, UNHCR, mengumpulkan para pengungsi Vietnam yang tersebar di beberapa bagian pulau seperti di pulau Natuna, pulau Anambas, Terempa, dan sekitarnya berkumpul menjadi satu di Pulau Galang.

Bandara dengan Runway Terpanjang di Indonesia

Batam juga memiliki Hang Nadim International Airport yang memiliki landas pacu (Runway) terpanjang se-Indonesia dan kedua di Asia Tenggara setelah Bandara KLIA, Kuala Lumpur, Malaysia. Panjangnya 4.025 meter. Dengan panjang segitu pesawat berbadan besar jenis Boeing 747, 767, 777 maupun Airbus A380 bisa ditampung semua.

Bicara soal pesawat, kamu juga bisa mendapatkan pengalaman memesan tiket pesawat ke Batam dengan mudah melalui aplikasi Pegipegi. Di aplikasi Pegipegi, kamu bisa langsung merencanakan liburan dengan mudah plus promo menarik yang sayang jika terlewatkan.

Sumber: https://www.viva.co.id

Tim Ekspedisi APPSI Gali Kekayaan Budaya Melayu di Kepri

Tanjung Pinang - Tim Ekspedisi 34 Gubernur dari Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) tiba di Provinsi ke 4 dari rute ekspedisi yakni Kepulauan Riau. Di provinsi tersebut, APPSI mengeksplorasi kekayaan budaya melayu di provinsi tersebut.

Tim ekspedisi yang diutus oleh Ketua APPSI Soekarwo ini, melakukan kunjungan ke Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Di Pulau tersebut berdiri salah satu kesultanan terbesar Melayu yakni kesultanan Riau Lingga. Di antara warisan budaya Melayu yang monumental berasal dari Pulau Penyengat adalah Gurindam Dua Belas yang dikarang oleh Raja Ali Haji yang merupakan pujangga Kesultanan Riau Lingga.

Di Pulau Penyengat pula disemayamkan sastrawan Melayu Raja Ali Haji, yang karyanya melegenda di tanah Melayu dari Indonesia hingga Malaysia. Selain itu di pulau tersebut juga terdapat Makam Raja Haji Fisabilillah yang gugur dalam pertempuran laut melawan Belanda di Selat Malaka. Peninggalan lain dari Kesultanan Riau Lingga seperti istana dan masjid kesultanan juga masih berdiri megah hingga hari ini.

Sejarawan dari Pulau Penyengat Aswandi Syahri mengungkapkan bahwa Kesultanan Riau Lingga berkuasa tak hanya di wilayah Riau tapi juga hingga ke Malaysia.

"Kesultanan Johor dan Kesultanan Selangor, pendirinya merupakan adik dari Sultan Riau Lingga. Maka dari itu tak heran, tiap tahun rutin dari Kesultanan di Malaysia rutin berziarah ke Pulau penyengat, untuk menziarahi nenek moyang mereka," jelas Aswandi kepada Tim Ekspedisi, Minggu (16/9/2018).

Selepas dari Pulau Penyengat, Tim Ekspedisi APPSI berlanjut menikmati Kopi Sekanak khas Melayu yang dahulu menjadi hidangan para Raja. Kopi Sekanak merupakan kopi olahan dari biji robusta terbaik yang direbus bersama 9 varian rempah-rempah.

Di Kedai Kopi yang didirikan oleh Sastrawan melayu Kontemporer Teja Alhabd ini, tim ekspedisi disajikan tiga varian dari kopi Sekanak yakni kopi O, kopi dengan susu kambing, juga kopi dengan madu dan kayu manis. Cara penyajian kopi Sekanak cukup rumit dan mengandung filosofi dari tiap tradisi penyajiannya, hampir sama seperti upacara minum teh kekaisaran di Jepang.

Setiap tahap penyajian kopinya menjelaskan ragam prinsip orang-orang Melayu, misalkan ketika pertama mengaduk harus perlahan seperti mengetuk pintu menandakan adab dalam bertamu.

Dalam tahap-tahap penyajian berikutnya menjadi lebih luwes, menandakan setelah dipersilahkan masuk ke dalam rumah masyarakat Melayu maka barulah dipersilahkan untuk mengetahui isi dalam rumah yang ditandai dengan mengaduk kopi sebagaimana biasanya.

Selain Kopi Sekanak, dihidangkan pula air rebusan kayu sepang yang disebut air Sri Delima. Menurut Teja Alhabd, konon air Sri Delima memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.

"Kalau untuk bagian luar dapat menyembuhkan luka, sementara di bagian dalam dapat menetralisir racun-racun penyebab penyakit," ungkap Teja.

Sebelum mengeksplorasi Kepulauan Riau, Tim Ekspedisi APPSI disambut oleh Gubernur Kepri Nurdin Basirun. Kepri adalah Provinsi ke-4 dari Ekspedisi 34 Gubernur, dan ekspedisi masih akan berlanjut dalam beberapa bulan kedepan hingga ke Papua dan finis di Kantor Gubernur Jawa Timur. (Suci Rizky Lestari)

Sumber: https://news.detik.com

Rencana Bangun Rumah Adat Rumpun Melayu di Lingga Terhambat Lahan

Lingga - Pembangunan rumah adat rumpun Melayu di Kompleks Istana Damnah, Daik Lingga, Kepulauan Riau, yang diwacanakan dibangun sejak beberapa tahun belakangan, sepertinya belum bisa terealisasi.
Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Lingga, Muhammad Ishak mengatakan, penyebab utama dari belum terealisasinya hal itu karena lahan yang ada masih belum dilakukan pembebasan.
"Kami ingin jadikan kompleks ini sebagai pusat rumah rumpun Melayu, makanya kemarin kami siapkan lahan, untuk bangunan rumah adat Malaka, adat Johor, Bengkalis serta lainnya disini. Tapi lahan yang ada masih lahan warga. Belum dilalukan pembebasan," kata dia kepada Batamnews.co.id, Kamis (16/8/2018).
Ia menjelaskan, belum dilakukannya pembebasan lahan itu karena APBD Lingga masih tergolong kecil. Sehingga, untuk melakukan pembebasan lahan di kompleks tersebut, pihaknya melakukan secara bertahap.
"Sekarang ini, kami baru membebaskan lahan balai adat saja" ucapnya.
Ishak menilai, jika rumah adat rumpun Melayu itu dapat terbangun di Kompleks Istana Damnah, akan menjadi daya tarik tersendiri, terutama dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
"Nah suatu saat kalau mereka dari Johor, Malaka, atau daerah lainnya ada kegiatan di Lingga, mereka bisa nginap di rumah itu, kalau hari lain wisatawan lah yang duduk disitu, baik peneliti atau semacamnya. Respon mereka sebenarnya cukup baik," ujarnya.
Diketahui, Kompleks Istana Damnah atau juga dikenal sebagai perkampungan warisan budaya Melayu Lingga itu juga sudah ditetapkan sebagai Kota Pusaka seluas 56 hektare (ha).

Sumber: https://kumparan.com

Pengukuhan Pengurus Dewan Adat Dayak Kepri

KEPULAUAN RIAU - Syamsuddin Uti Ketua Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kepri juga wakil Bupati Indragiri Hilir hadiri pengukuhan Pengurus Dewan Adat Dayak (DA) Provinsi Kepulauan Riau.

Pengukuhan tersebut bertempat di Aula Asrama Haji Tanjung Pinang, Hajjah Susilawati, S. Ag, MEd dipercaya menjadi Ketua Umum Dewan Adat Dayak Provinsi Kepulauan Riau Periode 2018-2023, Minggu (29/07).

Saat Menyampaikan Sambutan Hj Susilawati S mengaku terharu karena di percaya sebagai ketua Umum Dewan Adat Dayak Provinsi Kepulauan Riau Periode 2018-2023

"Mudah-Mudahan organisasi ini akan membawa hal-hal yang baru dan kontribusi kepada daerah kepri dibidang sosial budaya dan terimakasih kepada H. Syamsuddin Uti Ketua Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kepri dan Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN)"

Hj Susilawati mengaku organisasi ini sudah mendunia nantinya di Kepri. kepada Daerah pun diminta berkomitmen akan memberikan masukan-masukan kepada daerah kepri dalam soal pembangunan

"Dengan warga disini kita bersama saja membangun dewan adat Dayak Bersama dengan Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kepri dan Mudah-Mudahan semuanya bersama dan menjaga marwah adat dayak dan Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kepri" Ujar nya

Ia pun berharap Kepada pemerintah daerah Dengan kehadirian Dewan Adat Dayak ini dapat diperhatikan agar pengurus Dewan Adat Dayak provinsi kepulauan ini pun akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menjembatani masyarakat Dayak.

"Mudah-Mudahan dengan kehadiran Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kepulauan Riau & Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Riau semuanya bersatu untuk bersama-sama membangun daerah kepri."Harapnya

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelia Adat Dayak Nasional (MADN) Yakobus Kumis berharap Kepada Hj. Susilawati, S. Ag, MEd Ketua Umum Dewan Adat Dayak yang baru terpilih kiranya mampu menjadi ujung tombak dalam rangka mempersatukan kekuatan masyarakat yang ada di daerah Kepri

"Harus bisa menjadi juru damai dan memdamaikan kalau ada persoalan-persoalan komplik, diharapkan mampu ujung tombak membantu pemerintah dalam proses percepatan pembangunan daerah dan diharapkan mampu juga mengatasi kalau ada persoalan-persoalan khususnya penyakit masyarakat dengan Narkoba" ujarnya

Untuk itu Yakobus mengatakan Dewan Adat Dayak (DAD) bukan organisasi eklusif tapi organisasi harus merakyat , sosialisasi dan Silahturahmi dengan semua kekuatan organisasi yang lain baik di antaranya Lembaga Adat Melayu, Tionghoa, Budaya Jawa, Bugis, Batak dan lain lain

"Harapan kita organisasi kita ini harus mampu menggerakkan dan kedepan bisa Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kepulauan Riau, melarih diri menjadi pemimpin masa depan di Kepri" Harapnya

H. Syamsuddin Uti Ketua Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB) Provinsi Kepri saat menghadiri Pengukuhan tersebut mengatakan melihat perkembangan Kerukunan Lewat ada Dayak Di Kepri dan Harus ada contoh buat indragiri hilir tentang kebersamaan kita yang ada di inhil

"Apa lagi saya menjadi seorang di percaya kabupaten Inhil kerukunan ini perlu sekali dan Tembilahan terdiri beberapa suku persatuan inilah kita harus jaga"Ucarnya

Samsudin Uti pun merasa bangga melihat jalinan komunikasi cukup tinggi sekali oleh masarakat dayak yang ada di Kepulauan Riau Ini

"Harapannya saya kedepan insa allah kedepan kita akan buat juga karena tembilahan itu bersuku-suku maka kita harus buat di inhil seperti ini"ujarnya

Samsudin Uti pun berharap dengan adanya adat Adat Dayak (DA) Provinsi Kepulauan Riau akan berkembang baik dan akan berkembang lagi semuanya karena banyak ragam dan perlu ada kesatuan dan persatuan.(ADV)

Sumber: http://gagasanriau.com

Festival Padang Melang di Riau Tampilkan Budaya Melayu Pesisir

Jakarta - Festival Padang Melang 2018 yang mempertunjukkan beragam kesenian Melayu pesisir akan dihelat pada 26-27 Agustus mendatang. Festival ini akan digelar di Padang Melang, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau.

Padang Melang yang menjadi lokasi festival adalah pantai pasir putih sepanjang sembilan kilometer di Pulau Jemaja, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. "Kami mengangkat salah satu tradisi budaya lokal, yakni tolak bale untuk memohon keselamatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas, dan Indonesia pada umumnya," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Anambas Masykur, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu, 26/7.

Selain itu perhelatan juga akan mempertontonkan pentas Mendu, Gobang, Zapin, Layang-layang, Dendang Melayu, Explore Anambas Under Water, Bazar dan kuliner lokal. Tak lupa bakal ada pertunjukan musik dengan tajuk Song on The Sea.

Festival itu diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata dari Desa Batu Berapit, Desa Mampok, dan Desa Landak, Kecamatan Jemaja. Juga bekerja sama dengan Kelompok Sadar Wisata Desa Belibak, Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas.

Kusen Alipah Hadi, dari Yayasan Umar Kayam Yogyakarta yang telah melakukan pendampingan literasi kebudayaan pada beberapa desa wisata di Kepulauan Anambas, menyatakan perhelatan itu sebenarnya alat untuk pengembangan masyarakat di pulau terluar Indonesia.

"Selama hampir satu tahun sejak tahun 2017, atas dukungan Medco E&P Natuna Ltd kami berproses bersama Desa Mampok dan Desa Belibak untuk bersama-sama mengembangkan potensi kebudayaan, tradisi, dan sumber daya alam berupa kecantikan Kepulauan Anambas," ujar dia.

Perhelatan yang digelar untuk ketiga kalinya ini, akan dihadiri sejumlah wisawatan asing dari Australia dan Eropa. Mereka datang dengan menggunakan enam kapal pesiar. Juga akan hadir pengunjung dari kota-kota lain di Indonesia.

Desa-desa wisata sekitar Pantai Padang Melang telah siap untuk menerima dan menjamu para wisatawan, baik asing maupun lokal, yang hadir dalam festival itu

Kementerian Pariwisata berharap festival ini memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. "Kementerian mendukung berbagai inisatif penyelenggaraan festival, seperti Festival Padang Melang ini yang juga berfungsi sebagai sarana promosi wisata potensi wisata yang dimiliki Kepulauan Anambas," kata Asisten Deputi Pemasaran I Regional 1 yang membawahi wilayah Sumatera, Singapura, Thailand, dan Indocina, Masruroh.

Sumber: https://travel.tempo.co

Siak Siapkan Seni Melayu Saat Kedatangan Kirab Obor Asian Games

Siak - Pemerintah Kabupaten Siak menyiapkan penampilan kesenian Melayu saat kirab obor Asian Games mampir ke kota itu pada 1 Agustus mendatang. Keriaan akan digelar di lapangan Siak Bermadah di depan Istana Siak.

Beragam kesenian yang dipertunjukkan kepada rombongan kirab obor Asian Games itu antara lain tarian Melayu dan pemberian tanjak (ikat kepala khas Melayu).

Lalu, menjelang tengah malam, sekitar pukul 22.00, obor Asian Games akan dibawa berlari oleh atlet, Bupati Siak, Kapolres, dan unsur Forkopimda dari depan Istana Siak sampai Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah. Dua tempat itu adalah ikon pariwisata Kabupaten Siak.

Riau merupakan jalur ke-27 yang dilewati api obor Asian Games setelah start pada 15 Juli 2018 dari Delhi, India. “Pada jalur ke-18, obor sudah masuk ke Indonesia,” kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau Doni Apriyaldi di Pekanbaru, Rabu, 11 Juli 2018.

Menurut dia, sebelum ke Pekanbaru, api bertolak dari Sumatera Utara pukul 14.00 pada 1 Agustus dan mendarat di Lapangan Udara Roesman Nurdjadin. Di sana, obor langsung disambut Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachmatim serta Forkopimda dan tarian persembahan.

Dari Siak, obor Asian Games 2018 akan menuju Kota Pekanbaru dan menginap semalam di Gedung Daerah. Esoknya, obor akan diarak keliling kota.

Sebanyak 24 atlet asal Riau dari berbagai cabang olahraga ikut tampil membela nama Indonesia dalam Asian Games kali ini. Mereka bertanding di enam cabang olahraga, yakni taekwondo, senam, dayung, sepak takraw, anggar, dan renang.

Sumber: https://travel.tempo.co

Siswa Wajib Belajar dan Bertingkah Laku Melayu

Untuk dapat menjadikan Riau pusat budaya Melayu, pemerintah tampaknya harus menggerakkan melalui jalur-jalur pendidikan. Mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah pertama wajib belajar dan berperilaku sesuai budaya Melayu Riau (BMR).

Untuk mencapai Provinsi Riau menjadi pusat budaya Melayu Riau, Pemprov Riau harus menggerakkan kegiatan BMR melalui jalur-jalur pendidikan mulai tingkat desa hingga provinsi.

Hal ini disampaikan oleh pengusaha, penerbit buku pendidikan Mustajab Hadi, Selasa (10/7) di Pekanbaru. Menurutnya, pemerintah Provinsi Riau saat ini sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup dalam rangka proses belajar-mengajar BMR di sekolah.

"Sejak dicanangkan visi Riau 2020, muatan lokal yang semula Arab Melayu diubah menjadi BMR. Hal ini karena para pakar pendidikan menilai kalau tulisan Arab Melayu itu hanya bagian kecil dari BMR, makanya pada 2010 Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau sudah menyusun kurikulum BMR, beserta silabusnya dari tingkat SD hingga SMA," paparnya.

Saat ini, kurikulum muatan lokal BMR yang disusun oleh Dinas Pendidikan Pemprov Riau tahun 2010 masih relevan dengan kondisi saat ini. "Kurikulum itu wajib diikuti, karena untuk menyusunnya itu tidak bisa dalam waktu satu atau dua bulan, bahkan tahunan. Untuk itu, kurikulum yang ada saat ini masih relevan dengan kondisi sekarang, tidak perlu cari alasan lain," katanya.

Hal ini juga berkaitan dengan Visi Misi Provinsi Riau 2020 sebagai pusat kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan Asia Tenggara. Salah satu unsur BMR itu sendiri sudah terdapat pada kurikulum muatan lokal BMR, seperti pada pelajaran kelas I SD yang memperkenalkan beberapa lagu daerah Riau dan menyanyikan lagu daerah Riau yang sederhana.

"Misalnya pada lagu ‘Injit-injit Semut’. Sedangkan yang untuk kelas III, murid diajarkan tentang adab terhadap lingkungan dalam BMR, permainan rakyat Melayu Riau. Inilah yang membedakan pelajaran BMR dengan pelajaran muatan lokal Arab Melayu," katanya lagi.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa buku yang digunakan sebagai proses belajar mengajar BMR yang sudah terbit di Provinsi Riau saat ini sudah baik. Terkait pernyajian materinya dan penggunaan bahasa dalam buku yang berbelit-belit atau ilustrasinya yang menarik atau tidak, hal itu dikatakannya bahwa masyarakat bisa menilainya sendiri.

"Saya berharap banyak penerbit dan penulis buku teks maupun nonteks di provinsi ini untuk bersatu padu menjadi penulis atau pemikir yang karyanya dapat diterbitkan. Sebab jika banyak pemikir yang karyanya berhasil diterbitkan maka itu pertanda bahwa proses pendidikan di Provinsi Riau berhasil.

Dikatakannya lagi, adanya kegiatan serimonial pencanangan muatan lokal BMR saat ini terkesan sudah terlambat. Hal itu seharusnya sudah segera dicanangkan sejak diterbitkannya Peraturan Gubernur Nomor 72/2015 tentang Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal BMR.

"Tahun 2020 kan tinggal 2 tahun lagi. Mari kita lihat apa yang beliau-beliau lakukan untuk mencapai visi misi Riau 2020 nanti. Seharusnya sejak diterbitkannya pergub itu langsung bergerak dan diaplikasikan ke seluruh dinas terkait," jelasnya.

Untuk mencapai itu, ia mengatakan perlu adanya gebrakan yang spektakuler seperti gerakan masif dan terstruktur yang dilakukan oleh Pemprov Riau.(cr9/ifr)

Sumber: http://www.riaupos.co

Isyana Sarasvati Masuk Nominasi Anugerah Musik Melayu

Anugerah Planet Muzik (APM) kembali diadakan untuk yang ke-17 kalinya. Dalam penyelenggaraanya tahun ini, APM akan kembali menghadirkan nominasi penyanyi dari empat negara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Daftar nominasi yang diumumkan dalam acara yang berlangsung di TVRI tersebut, terlihat ada beberapa penyanyi yang mendominasi. Penyanyi yang mendominasi tersebut adalah Alif Abdullah, Aisyah Aziz, dan Sufi Rashid dari Singapura, Isyana Sarasvati dari Indonesia, dan penyanyi pendatang baru As’ad Motawh dari Malaysia.

“Sebagai satu-satunya penghargaan musik regional Melayu, Anugerah Planet Muzik selalu menciptakan peluang dan kolaborasi yang berarti antara artis dan musisi untuk meningkatkan profil mereka di wilayah tersebut. Kami bangga bahwa nominasi APM 2018 adalah para pencipta tren yang mendorong batas kreativitas musik mereka,” ujar Zakiah Halim selaku Ketua Komunitas Melayu Mediacorp, dalam rilis yang diterima VIVA, Jumat, 3 Agustus 2018.

Para penggemar di empat negara itu juga bisa berpartisipasi untuk memberikan dukungan dengan cara memberikan vote kepada penyanyi favoritnya. Voting sudah bisa dilakukan mulai dari hari ini sampai dengan tanggal 25 September 2018, dengan cara membuka website toggle.sg/apm.

Malam puncak APM 2018 sendiri akan digelar Jumat, 28 September 2018, tepat pukul 21.00 di Teater MES Mediacorp, Singapura. Dalam penyelenggaraan malam puncaknya nanti, banyak artis yang akan terlibat sebagai pengisi acara, di antaranya adalah Rossa, Judika, Siti Nurhaliza, Farhan Shah, Khai Bahar, GAC, serta masih banyak yang lainnya.

Bagi Anda yang tertarik untuk datang menyaksikan langsung, Anda dapat mengakses www.sistic.com.ag untuk informasi pembelian tiket.

Sumber: https://www.viva.co.id

Nasi Lemak Malaysia

Nasi lemak adalah jenis sajian khas suku melayu yang biasanya ditemukan di Negeri Jiran Malaysia di mana hidangan ini dianggap sebagai salah satu hidangan nasionalnya biasanya hidangan ini di sajikan untuk sarapan pagi, dan Indonesia (khususnya di Riau dan Kepulauan Riau). Hidangan ini pun dapat ditemukan di Singapura dan Brunei Darussalam, nasi lemak ini biasanya dihidangkan dengan berbagai lauk pauk seperti telur, ikan, sambal dan lainnya.
Bahan yang diperlukan :
1/2 liter beras
4 lembar daun pandan
3 cm ruas jahe, geprek
500 ml santan
1/2 sdm garam
Ayam goreng, secukupnya
Langkah :
Cuci bersih, rendam dalam air selama 1 jam, tiriskan. Siapkan panci, taruh beras, santan, garam, jahe, dan daun pandan.
Masak di atas api kecil selama 10 menit sampai air habis terserap atau diaron. Angkat kemudian kukus beras aron dalam dandang panas sampai matang kurang lebih selama 30 menit, angkat
Nasi lemak siap disajikan dengan ayam goreng.

Sumber: https://kumparan.com

Roti Jala Menu Lebaran Masyarakat Melayu Sumut

MASING-MASING daerah memiliki beragam makanan khas Lebaran. Makanan Lebaran umumnya kue-kue kering supaya lebih tahan lama berhari-hari setelah hari Lebaran. Namun, ada juga makanan atau penganan basah yang disajikan atau disantap langsung saat kumpul bareng.

Penganan Lebaran merupakan menu wajib di rumah. Saat keluarga atau kerabat berkunjung, kue Lebaran bisa disajikan sebagai penghangat suasana. Sajian untuk tamu tentu lebih berkesan dari hasil olahan tangan sendiri dibanding kue-kue hasil beli. Kumpul keluarga akan terasa lebih berkesan dan menyenangkan.

Salah satu kue Lebaran yang mungkin bisa jadi inspirasi resep di rumah yaitu roti jala. Roti jala merupakan penganan khas Melayu Sumatera Utara. Kalau kamu bersilaturahmi ke sana, kamu akan disuguhi dengan roti jala.

Roti jala berwarna kuning dengan bentuk seperti jala atau kue tipis dengan irisan-irisan yang unik. Dari bentuknya ini diambil nama roti jala. Roti ini merupakan makanan Melayu yang diadaptasi dari makanan India. Selain di Sumatera Utara, roti jala juga dapat ditemukan di Kepulauan Riau dengan nama "roti kirai".

Roti jala biasa disajikan dengan kuah kari Melayu. Rasa roti jala manis. Selain dipadu dengan kari, roti jala juga bisa disajikan dengan topping kekinian seperti cokelat atau keju. Penyajian roti jala seperti roti canai yang dipadukan menu pendamping sesuai selera. Menu pendampig ini bisa manis atau gurih.

Roti jala menjadi makanan khas Lebaran masyarakat Melayu di Sumatera Utara. Di Deli, roti jala disajikan dengan kari kambing atau acar nanas. Selain jadi menu Lebaran, roti jala disajikan sebagai sebagi menu berbuka puasa.

Roti jala yang punya penampilan menggugah selera ini, memang sudah terkenal keluar masyarakat Melayu. Kalau kamu bersilaturahmi ke Sumatera Utara atau Kepulauan Riau, makanan satu ini wajib dicoba dan kamu pasti akan ketagihan. (*)

Sumber: https://merahputih.com
-

Arsip Blog

Recent Posts