Tampilkan postingan dengan label Palu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Palu. Tampilkan semua postingan

Festival Togean Digelar Akhir Agustus

Palu, Sulteng - Wisatawan dari empat negara akan menghadiri Festival Togean di Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah, pada 27-31 Agustus 2016, untuk menikmati pesona obyek wisata unggulan Sulteng tersebut.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah, Siti Norma Mardjanu di Palu, Senin (22/8/2016) menyatakan wisatawan empat negara tersebut yaitu Korea Selatan, Italia, Perancis, Jerman, dan kemungkinan masih akan bertambah dari negara lainnya.

"Itu merupakan informasi dua hari lalu yang kami peroleh konfirmasinya. Kemungkinan akan bertambah jumlah dan negaranya dalam beberapa hari ke depan," katanya.

Menurut Siti Norma Mardjanu, kehadiran wisatawan tersebut selain untuk melihat potensi wisata di Sulawesi Tengah, juga untuk mengikuti kegiatan fun bike dan beberapa kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh panitia.

Pemerintah Sulawesi Tengah telah menyiapkan penjemputan tamu dan wisatawan dari bandar udara menuju hotel dan penginapan yang telah disediakan.

Pemprov Sulteng dan Pemkab Tojo Unauna telah siap menyelenggarakan Festival Togean sebagai bentuk promosi wisata daerah ke dalam dan luar negeri untuk mendongkrak kunjungan wisatawan yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dari sektor jasa dan kesejahteraan masyarakat.

"Pemerintah terus membangun koordinasi berbagai pihak terkait pelaksanaan kegiatan Festival Togean untuk menyediakan seluruh akamodasi dan transportasi dalam pelayanan," katanya.

Dalam pra-kegiatan Festival Togean, pemerintah telah menyelenggarakan foto bawah laut dan jelajah wisata pada Juli 2016 yang diikuti oleh 131 fotografer se-Indonesia.

Norma memaparkan, pihaknya juga melaksanakan lomba perahu, lomba tarik tambang di atas perahu, kuliner, atraksi budaya, beladiri tradisional dan fun bike yang saat ini peserta mendaftarkan diri mencapai 350 orang dari target ribuan peserta.

"Ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia dan pemerintah, mulai dari pesona budaya, tarian, olahraga, sampai dengan permainan," tambah Siti Norma Mardjanu.

Mahasiswi IAIN Tampilkan Budaya Kaili di Australia

Palu, Sulteng - Mahasiswi pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, Fadilah Muhsen Alkhatiri, akan menampilkan salah satu instrumen budaya Kaili di Australia.

Penampilan itu sekaitan dengan terpilihnya Fadilah Muhsen Alkhatiri sebagai salah satu perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah ke Australia dalam program pertukaran pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Di Australia saya akan menampilkan budaya Kaili sesuai dengan apa yang telah saya tampilkan saat seleksi oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tengah, sebagai perpanjangan tangan Kemenpora," ungkap Fadilah Muhsen Alkhatiri kepada Antara di Palu, Rabu.

Fadilah akan berangkat bersama rombongan dari Pemprov Sulteng menuju Adelaide, Australia Selatan pada September 2016.

Ia akan berada di Adelaide selama kurang lebih dua bulan. di kota tersebut. Di kota ini, ia akan memainkan alat musik Lalove yakni alat musik sejenis suling dengan nada tertentu.

"Di Australia saya akan ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan budaya Indonesia, salah satunya alat musik Lalove dan cara memainkannya," urainya.

Fadilah terpilih untuk mewakili Indonesia dan Sulawesi Tengah ke Australia setelah mengalahkan puluhan pesaingnya lewat berbagai tahapan seleksi yang dilakukan oleh Kemenpora dan Porna Caraka Muda Indonesia.

Ratusan Wisman Kunjungi Rumat Adat "Sou Raja"

Palu, Sulteng - Sebanyak 147 wisatawan mancanegara berkunjung ke rumah adat Suku Kaili Banua Oge atau "Sou Raja" di Kelurahan Lere Kota Palu, saat puncak Gerahana Matahari Total (GMT) 2016, Rabu.

Pada kesempatan itu, mereka juga dipertontonkan dengan karnaval budaya yang digelar tepat di bawah Jembatan Palu IV.

Seorang turis asal Los Angeles, Jason mengaku sangat dihormati dengan tampilan budaya tersebut. Menurut dia, selain warganya yang ramah, pemandangan alam Kota Palu juga sangat indah.

"Sebenarnya saya masih ingin berlama-lama melihat daerah ini, tapi kami dibatasi oleh jadwal. Saya suka di sini panorama alamnya indah dan masyarakatnya juga baik dan ramah," katanya dengan bahasa Indonesia yang terpatah-patah.

Menurut dia, dari karnaval budaya yang ditampilkan, sekilas dapat dilihat begitu banyak corak budaya yang ada, tentunya tidak cukup dalam satu hari untuk mengenal semuanya.

Dalam rangka menyaksikan GMT, Jason mengaku datang bersama empat anggota keluarganya.

"Tapi saya akan balik lagi ke sini untuk melakukan perjalanan wisata secara pribadi," tambahnya.

Turis lainnya asal Jerman, Stefany mengatakan, Kota Palu memiliki tata letak yang indah karena dikelilingi perbukitan yang hijau dan laut yang luas.

"Ini sangat mempesona, I love here. Setelah ini saya akan datang lagi ke Palu walaupun tanpa ada momen seperti ini," ungkap wanita yang bekerja di salah satu biro perjalanan di Jerman itu.

Terkait itu, Kepala Bidang (Kabid) Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Kota Palu, Herlina mengatakan, karnaval budaya yang ditampilakan itu berasal dari berbagai komunitas yang dibawakan para Randa Kabilasa, Koko Cici, Putri Batik dan Duta Batik Remaja dengan total 100 orang.

"Para peserta kernaval ini sudah melakukan persiapan selama dua bulan sebelumnya. Kostum yang digunakan sudah dibuat setengah tahun yang lalu dan menghabiskan dana puluhan juta, namun ada juga yang menyiapkan sendiri," katanya.

Rangkaian kegiatan yang dijadwalkan Dinas Parekraf pada momen GMT tersebut dimulai pukul 14.00 Wita di Banua Oge Sou Raja dilanjutkan dengan foto bersama di jembatan Palu IV dan ditutup pada pukul 16.30 Wita.

KNPI Tolak Budaya Asing Dipertontonkan pada GMT

Palu, Sulteng - Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Sulawesi Tengah, Muhammad Nurul Haq menolak adanya budaya asing yang akan dipertontonkan di lokasi festival Gerhana Matahari Total (GMT), 9 Maret besok.

"Pada dasarnya KNPI Sulteng sangat mendukung jika kegiatan dalam rangka promosi seni budaya lokal bahkan kami menganjurkan itu dilaksanakan. Tapi kalau budaya orang luar yang dibawa masuk dan menjadi tontonan masyarakat, itu yang kami tolak," ujar Muhammad Nurul Haq di Palu, Ahad (6/3).

Ia juga menanggapi terkait protes sejumlah warga Kota Palu dan Kabupaten Sigi, terkait privatisasi lokasi pengamatan GMT di Desa Ngatabaru, yang harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mengakses ke lokasi tersebut. "Kami mensinyalir lokasi itu akan dijadikan area khusus, di mana budaya-budaya asing akan dipertontonkan kepada masyarakat sekitar," ujarnya.

Menurut Nurul Haq, saat ini wisatawanasing yang masuk ke Ngatabaru sudah hampir 3.000 orang. Informasi yang diperoleh KNPI Sulteng dari rundown kegiatannya ada pertunjukan DJ dan music party. Sehingga KNPI Sulteng meminta penyelenggaranya untuk memperjelas konten acara.

"Kalau hanya musik-musik itu kenapa harus mahal masuk. Atau mungkin itu strategi agar orang umum tidak boleh masuk. Kalau kita lihat party-party gerhana di luar negeri, kalau itu dimasukkan ke Palu itu sangat bertentangan dengan budaya kita," ujar Nurul Haq.

Indikasi lain mengapa lokasi itu menjadi sangat privasi adalah saat sejumlah anggota DPRD Sulteng tidak dibolehkan masuk. Menurut Nurul Haq, alasannya karena di lokasi itu ada acara khusus bagi para bule.

"Kalau betul ini dilaksanakamn oleh lembaga swasta, bagaimana posisi pemerintah. Soal izinnya bagaimana. Itu kan seperti negara sendiri," katanya.

Parahnya, KNPI Sulteng mendapatkan informasi, saat ini sekira 300 orang bule dari komunitas Hippie Amerika sudah berada di Ngatabaru. Hippie adalah sebuah kultur yang muncul di Amerika Serikat sekitar tahun pertengahan 1960-an.

Mereka biasa mendengarkan musik psychedelic rock. Terkadang para hippie menggunaan narkoba dan ganja yang dapat memberikan mereka efek terbang sehingga merangsang imajinasi.

"Kami menduga komunitas Hippie itu sudah masuk kesana. Indikasi yang sudah terlihat, bule-bule masuk ke tengah masyarakat dengan menenteng botol miras," ucapnya.

KNPI Sulteng pun mendesak pemerintah mengawasi semua acara-acara yang dilaksanakan oleh pelaksana di GMT. Pemerintah diminta mengawasi seluruh acara yang berkaitan dengan GMT di Sulawesi Tengah guna menjaga masuknya paham-paham negatif dari luar dengan mendompleng momen GMT.

"Jangan sampai daerah kita terjadi bencana hanya gara-gara budaya-budaya yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat kita dipertontonkan bebas di sana," ujar Nurul Haq.

Festival Gerhana tampilkan seni budaya Sulawesi

Palu, Sulteng - Festival seni dan budaya yang akan digelar oleh Hasan Bahasuan Institute (HBI) Palu menyambut peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) pada 7-11 Maret 2016 fokus pada penyajian seni budaya dari berbagai daerah di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah.

Direktur HBI Palu Zulfikar Usman di Palu, Senin mengemukakan, pada acara pembukaan festival, 7 Maret 2016, pihaknya akan menampilkan tari kolosal Raigo Dance dari Kabupaten Sigi.

"Raigo dance ini kami tampilkan secara kolosal dengan melibatkan 40 orang penari ditambah 10-an orang pemain musiknya," ujar Zulfikar.

HBI yang merupakan mitra lokal PT. Interstellar, Pte.Ltd -- perusahaan event organizer internasional yang berpusat di Singapura -- itu juga akan menampilkan tari-tarian dari Tanah Toraja dan Bone, Sulawesi Selatan serta dari Sulawesi Barat.

"Beberapa kelompok etnis besar di Indonesia yang ada di Sulawesi Tengah seperti Batak dan Jawa juga akan mengambil bagian dalam festival ini. Namun fokus kita adalah seni budaya Sulawesi," ujarnya.

Festival ini juga akan menampilkan seni budaya dari luar negeri seperti Korea Selatan yang akan memainkan Fire Dance dan tim dari Australia akan menampilkan Australian Dance.

Festival yang akan berlangsung selama lima hari (7-11 Maret) itu akan dipusatkan di perbukitan Desa Ngatabaru, Kabupaten Sigi, yang bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat selama 20 menit dari Kota Palu atau 15 menit dari bandar Udara Mutiara Palu.

Peristiwa gerhana matahari total akan terjadi pada Rabu, 9 Maret 2016 sekitar pukul 08.35 WITA. Gerhana ini diperkirakan akan disaksikan sekitar 3.000 wisatawan asing dan 2.000 wisatawan domestik langsung dari puncak perbukitan Desa Ngatabaru.

HBI dan Interstellar sedang membangun sebuah kawasan pengamatan dan festival di atas lahan sekitar lima hektare di Desa Ngatabaru tersebut yang terdiri atas sejumlah bangunan yang seluruhnya menggunakan bambu dan atap daun sagu.

Sebelum festival itu, HBI dan Interstellar sejak setahun terakhir telah aktif menggelar sejumlah kegiatan sosial bagi masyarakat di Desa Ngatabaru dan sekitarnya seperti kursus bahasa Inggris secara gratis, pelayanan kesehatan dan pengobatan massal, ceramah psikologi dan sosialisasi masa gerhana matahari.

"Kami juga akan menanam 1.000 pohon di kawasan ini dengan bibit tanaman endemik setempat sebagai monumen hidup bahwa di Ngatabaru pernah ada kegiatan besar digelar, terkait gerhana matahari total," ujarnya.

Sail Tomini 2015 akan Diluncurkan di Jakarta

Palu, Sulteng - Perhelatan bahari berskala internasional, Sail Tomini 2015 dan Festival Boalemo, akan diluncurkan secara resmi di mal Epiwalk Hotel Epicentrum, Kuningan, Jakarta oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani pada Selasa, 5 Mei 2015.

"Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai tuan rumah Sail Tomini 2015 itu sudah siap menggelar dan menyukseskan acara peluncuran tersebut," kata Wakil Gubernur Sulteng H. Soedarto saat memimpin rapat koordinasi persiapan penyelenggaraan acara peluncuran tersebut di ruang kerjanya di Palu, Rabu petang.

Puncak acara Sail Tomini sendiri akan dilaksanakan di Pantai Pangi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada 19 September 2015, sedangkan Festival Boalemo digelar di Gorontalo sebagai kegiatan awal Sail Tomini.

Ia memerintahkan seluruh panitia Sail Tomini 2015 yang terkait dengan peluncuran itu mempersiapkan semua acara secara matang, dan meminta jajaran Pemprov Sulteng dan Pemkab Parigi Moutong memberikan dukungan dan fasilitas untuk suksesnya acara tersebut.

Dalam acara yang akan dimulai pukul 09.00 WIB tersebut, duta-duta seni dari Provinsi Sulawesi tengah akan menyajikan tari-tarian khas daerah untuk menyambut dan menghibur para tamu dan pengunjung.

Duta seni Sulteng akan menampilkan tari Pontanu untuk menyambut tamu-tamu, sedangkan pada acara hiburan, mereka akan menyajikan tari tradisional Yele Fula dan Vose Sakaya sementara duta seni Gorontalo menampilkan tari Saronde.

Acara peluncuran ini juga akan ditandai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) perangko Sail Tomini 2015 antara Bupati Parigi Moutong Syamsurizal Tombolotutu dengan Dirut PT Pos.

Pemerintah daerah juga akan memutar film profil daerah Sulawesi Tengah dan Gorontalo serta peragaan busana khas daerah serta pameran potensi daerah.

Peluncuran Sail Tomini 2015 dan Festival Boalemo itu akan ditandai dengan pemukulan alat musik tradisional Gimba dari Sulteng dan Polopalo dari Gorontalo oleh Menko PMK Puan Maharani bersama para menteri dan gubernur.

Karnaval Budaya Sulteng 2015 Jadi Ajang Pelestarian Budaya

Palu, Sulteng - Karnaval Budaya Sulawesi Tengah (KBS) 2015, sebagai rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Tengah ke-51 berlangsung meriah di Palu, Jumat (10/4/2015). Ribuan warga yang menyaksikan menyemut di lokasi kegiatan. Adanya kegiatan ini pun menjadi hiburan akhir pekan tersendiri bagi seluruh warga Palu yang menyaksikan.

KBS yang merupakan agenda tahunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulteng itu, diikuti oleh perwakilan 12 kabupaten dan 1 kota di Sulteng.

Selain itu, turut serta juga pelbagai komunitas. Seperti komunitas Jawa dan Bali. Bahkan, komunitas warga Tiong Hoa dan India tampak pula dalam KBS yang dipusatkan di Jalan Samratulangi, Kelurahan Besusu Tengah, Kecamatan Palu Timur tersebut.

Seluruh peserta yang ikut dari 12 kabupaten dan 1 kota menampilkan beragam busana modern, tarian kontenporer, tarian daerah, marching band, dan pelbagai tampilan lainnya.

Sedangkan komunitas Jawa menampilkan Reog Ponorogo, Bali menampilkan Tarian Kecak, Tiong Hoa menampilkan Barongsai, dan India menampilkan Tarian Dewa Kerisna.

Adanya penampilan seruh seluruh peserta KBS tersebut, membuat warga yang menyaksikan terkesima dan memanfaatkan momen meriah tersebut untuk berfoto-foto dan berselfie riah bersama keluarga dan rekan-rekannya.

"KBS kali ini sangat menarik, itung-itung jadi tontonan akhir pekan bersama keluarga. Sekaligus juga sebagai tempat foto-foto bersama," kata salah satu warga Nurainun saat ditemui di lokasi KBS.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah, Ardiansyah Lamasitudju mengatakan, KBS digelar sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang beragam di Indonesia, khsusnya di Sulteng.

"Dengan melestarikan kebudayaan, maka kita turut pula menjaga keutuhan bangsa dan NKRI," kata Ardiansyah.

126 Dokar Meriahkan Pembukaan Festival Teluk Palu

Palu, Sulteng - Sebanyak 126 dokar hias dan berbagai pawai kesenian lainnya memeriahkan pembukaan Festival Teluk Palu 2014 di Pantai Talise, Kota Palu, Sabtu.

Parade dokar hias yang mewakili seluruh kelurahan, kecamatan, dan sejumlah instansi itu semula berpawai di pinggiran Teluk Palu hingga akhirnya sampai ke lokasi pembukaan.

Pada kesempatan itu, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto, Wali Kota Palu Rusdy Mastura, dan Wakil Wali Kota Palu Mulhanan Tombolotutu menjadi penumpang dokar yang ditarik kuda itu.

Para pejabat itu kemudian turun dan menyaksikan berbagai atraksi kesenian lainnya, seperti reog, kuda lumping, marching band, dan peragaan busana.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Palu, Rosdiana Lalusu, mengatakan Festival Teluk Palu itu berlangsung selama tiga hari mulai 27 September 2014.

Di ajang tersebut ditampilkan berbagai kegiatan antara lain lomba tari kreasi baru, lomba dan pameran foto, pemilihan putra-putri Teluk Palu, lomba perahu tradisional, lomba rebana di atas dokar serta lomba renang di Teluk Palu.

Selain itu, setiap perwakilan kelurahan di Kota Palu atau peserta lainnya juga akan menampilkan kuliner dan jajanan khas daerah agar dapat diperkenalkan kepada pengunjung Festival Teluk Palu.

Selain diikuti peserta dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, ajang wisata itu juga dimeriahkan oleh tamu undangan dari provinsi tetangga.

Generasi Penenun Sarung Donggala semakin Langka

Palu, Sulteng - Generasi baru penenun sarung tenun Donggala, Sulawesi Tengah, semakin langka sehingga Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tengah kesulitan mencari tenaga untuk dibekali keterampilan warisan budaya tersebut.

"Kalau instruktur sudah ada beberapa orang yang siap. Hanya saja kita terkendala peserta untuk diberikan keterampilan," kata Nur Ali, seorang instruktur di pusat pelatihan tenun rumah pintar di Palu, Jumat.

Saat ini rumah pintar yang diresmikan Wakil Presiden Boediono pada Desember 2013 tersebut baru memiliki dua orang peserta yang setiap hari diberikan penguatan keterampilan menenun.

Keduanya adalah Lesnur dan Ani, dua ibu rumah tangga dari Desa Watusampu, salah satu desa yang dulunya menjadi pusat tenun Sarung Donggala.

Nur Ali mengatakan Rumah Pintar masih terus mencari generasi baru yang siap untuk diberikan keterampilan menenun karena belakangan ini penenun umumnya dilakoni generasi tua.

"Harapan kami semakin banyak yang bisa menenun maka semakin baik pula kemajuan sarung tenun Donggala ini," katanya.

Dia mengatakan upaya Dekranasda dalam melestarikan dan mengembangkan sarung tenun Donggala merupakan kesempatan bagi generasi baru yang ingin belajar tenun.

Nur Ali sendiri merupakan keluarga yang dibesarkan dari lingkungan penenun sarung Donggala. Ayahnya Hamidan sudah menjadi penenun sejak tahun 1950-an di Jalan Jambu, Kota Palu.

"Sarung tenun Donggala ini selalu pasang surut. Tahun 1980-an sarung Donggala bangkit karena ada dua pengusaha. Tahun 1990-an mulai redup. Sekarang baru mulai bangkit lagi," katanya.

Ketua Dekranasda Sulawesi Tengah Zalzulmida Djanggola mengatakan dirinya berharap sarung tenun Donggala yang selama ini dikenal sebagai warisan kebudayaan masyarakat terus eksis dan berkembang.

Zalzulmida mengatakan Dekranasda berharap sarung Donggala menjadi sebuah industri yang pesat di tengah hebatnya industri tekstil saat ini.

"Sarung Donggala begitu dikenal, tetapi sayangnya belum dilirik sebagai industri yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Dia mengatakan untuk membantu para pengrajin, Dekranasda menyediakan benang khusus yang didatangkan dari pulau Jawa sehingga semakin mempercepat proses pembuatan sarung Donggala karena bahan baku selalu tersedia.

Kebudayaan Sulteng Bisa untuk Diplomasi Internasional

Palu, Sulteng - Seorang budayawan dari Palu mengatakan kebudayaan di Sulawesi Tengah semestinya bisa digunakan oleh pemerintah daerah setempat sebagai sarana diplomasi internasional untuk menyambut pasar bebas kawasan ASEAN pada 2015.

Pegiat budaya dari Universitas Tadulako, Hapri Ika Poigi mengatakan dalam usia Sulawesi Tengah 50 tahun pada 13 April 2014, pemerintah daerah setempat sudah harus meletakkan khasanah kebudayaan di daerah itu sebagai jembatan diplomasi internasional.

"Masalahnya saya belum melihat strategi pemerintah daerah dalam penguatan kebudayaan sebagai sebuah potensi besar dalam bidang industri kreatif," katanya di Palu, Selasa (1/4).

Hapri mengatakan kebudayaan dalam perspektif ekonomi kreatif tidak ada matinya, bahkan diprediksi akan menjadi sumber ekonomi yang paling bertahan di tengah lajunya perkembangan industri lainnya di dunia.

"Ketika nanti semua sumber daya alam kita habis, maka industri kreatiflah yang bisa bertahan termasuk di dalamnya kebudayaan," katanya.

Menurut dia, selain sebagai potensi dalam industri kreatif, kebudayaan juga merupakan sarana diplomasi strategis di era perdagangan bebas.

Sayangnya, kata Hapri, pemerintah daerah belum melihat kebudayaan sebagai sarana yang menguntungkan dalam diplomasi global.

Melihat kondisi itulah, katanya, Yayasan Tadulakota sebagai organisasi yang selama ini berkonsentrasi di bidang kebudayaan dan seni bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Kantor Berita Indonesia ANTARA Biro Sulawesi Tengah menggelar seminar dan dialog publik potensi kearifan lokal dan diplomasi kebudayaan di era perdagangan bebas.

"Tema besar kita adalah negara dan kebijakan kebudayaan," katanya.

Dia mengatakan seminar nasional yang berlangsung 14-15 April tersebut akan menghadirkan pembicara nasional baik dari kementerian pendidikan dan kebudayaan, pariwisata dan industri kreatif, koalisi seni Indonesia, interprenurship sosial dan seni pertunjukan, Universitas Tadulako dan pelaku usaha kecil dan menengah.

"Lewat seminar bertepatan ulang tahun Sulawesi Tengah ke 50 tahun ini kita berharap potensi lokal kita bisa mengglobal menuju pasar bebas." katanya.

Hapri mengatakan melalui kegiatan itu juga diharapkan bisa melahirkan rekomendasi yang diajukan ke pemerintah daerah sebagai acuan penetapan program strategis di bidang kebudayaan.

Festival Teluk Palu Resmi Dimulai

Palu, Sulteng - Festival Teluk Palu 2012 resmi dibuka oleh Wali Kota Palu Rusdy Mastura di Anjungan Teluk Palu, Sulteng, Kamis sore.

Pembukaan festival itu dilakukan oleh Rusdy Mastura dengan cara memukul drum di atas panggung dan diakhiri dengan memukul simbal.

Ratusan penonton yang memadati Anjungan Teluk Palu segera memberikan tepuk tangan meriah usai alat musik itu digebuk oleh Wali Kota Palu.

Sebenarnya acara pembukaan itu ditandai dengan pemukulan gong, namun alat musik pukul tersebut tidak ada di atas panggung sehingga Rusdy Mastura mengambil inisiatif dengan menggebuk drum.

Setelah pembukaan tersebut, sejumlah pawai budaya yang diwakili oleh sejumlah tokoh adat memasuki bagian tengah anjungan Teluk Palu yang memang sengaja dikosongkan.

Selain itu terdapat sejumlah kelompok pemain alat musik tiup bambu yang dipimpin oleh empat orang wanita berpakaian unik.

Keunikan pakaian tersebut berupa sanggul yang tingginya mencapai satu meter, pakaian yang dililit daun dan melingkari tubuh, serta aksesoris beraneka ragam.

Sebelumnya juga terdapat seratusan pawai dokar hias yang dinaiki perwakilan dari satuan kerja perangkat daerah dan sekolah yang berpartisipasi dalam Festival Teluk Palu 2012.

Festival Teluk Palu sendiri berlangsung 27--29 September 2012.

Kegiatan yang meramaikan acara itu adalah pawai budaya nusantara, pameran UMKM, ekonomi perdagangan dan industri kreatif, serta pemilihan putra-putri Teluk Palu.

Kemudian lomba rebana di atas dokar hias, kompetisi perahu tradisional, festival musik, penampilan seni kontemporer, serta pameran foto wisata, bedah pariwisata, voli pantai, festival film Palu, dan sepeda santai mengitari Teluk Palu.

Rusdy Mastura berharap Festival Teluk Palu bisa meningkatkan jumlah wisatawan di Ibu Kota Sulawesi Tengah ini.

Kegiatan itu diharapkan juga bisa melestarikan tradisi lokal masyarakat yang berada di sekitar Teluk Palu.

Festival Danau Lindu Dibatalkan

Palu, Sulteng - Festival Danau Lindu ke-3 yang dijadwalkan berlangsung September 2012 ini dipastikan batal dilaksanakan.

"Kegiatan itu terpaksa kami batalkan akibat bencana alam gempa bumi yang terjadi pada 18 Agustus 2012," kata Wakil Bupati Sigi Livingstone Sango di Palu, Senin.

Ia mengatakan Pemkab Sigi telah memutuskan untuk tidak melaksanakan karena banyak rumah dan fasilitas lainnya di Kecamatan Lindu rusak total dan harus dibangun kembali.

Untuk membangun kembali rumah penduduk dan sejumlah fasilitas umum yang rusak akibat gempa berkekuatan 6,2 skala Richter di tiga kecamatan di Kabupaten Sigi tentu membutuhkan dana cukup besar.

Sementara untuk pelaksanaan Festival Danau Lindu juga membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya.

Pemkab Sigi akhirnya memutuskan untuk tahun ini tidak menggelar kegiatan dimaksud dan baru akan dilaksanakan pada 2013.

Dengan demikian, kata Wabup Livingstone dalam dua tahun terakhir ini (2011-2012) Festival Danau Lindu tidak dilaksanakan.

Pada Desember 2011 bertepatan dengan akan dilaksanakannya festival, tiba-tiba terjadi bencana alam banjir bandang di Kecamatan Kulawi, terpaksa festival dibatalkan.

Pemkab Sigi saat ini sedang memprioritaskan untuk perbaikan rumah-rumah warga, sarana ibadah, sekolah dan jalan yang rusak akibat gempa bumi di tiga kecamatan yaitu Lindu, Gumbasa dan Kulawi.

-

Arsip Blog

Recent Posts