Tampilkan postingan dengan label Pekanbaru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pekanbaru. Tampilkan semua postingan

Panggung Seni Kreatif Dispar Riau Diramaikan Kelompok Seni Meranti

Panggung Seni Kreatif ke-9 yang ditaja Dispar Riau, menampilkan Kelompok Seni Meranti. Kelompok ini tampil memukau dengan menghadirkan pembacaan syair melayu, joged sonde dan tujuh putri tasik nambus.

"Mari bersyukur kepade Allah, Tuhan kuase memberi berkah, syair melayu dijadikan madah, rahmat dan ridho harap dilimpah. Rukun dan damai kite terapkan, hasat dan dengki kite tinggalkan, budaye maju hidup terdepan, negeri selamat jadi impian."

Kalimat tersebut kutipan dari dua bait syair yang berjudul Kesyukuran, karya Abu Raditya Abdullah, yang biasa kerap disapa Pak Dul, putra daerah asli dari Kabupaten Kepulauan Meranti.

Syair tersebut dibacakan oleh Muhammad Kamarul, pada saat tampil di Panggung Seni Kreatif ke-9, yang ditaja oleh bidang ekonomi kreatif (ekraf) Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau, di kawasan Bandar Seni Raja Ali Haji (Bandar Serai), jalan Sudirman Pekanbaru, Sabtu (28/4/2018) malam lalu

Pada malam itu, Muhammad Kamarul tidak tampil sendiri. Dia bersama rekan-rekannya dari kelompok seni binaan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kepulauan Meranti, juga menyajikan berbagai tarian yang melayu, yaitu joget sonde dan tujuh putri tasik Nambus.

Selain sanggar seni binaan Disparpora Kabupaten Kepulauan Meranti, sajian kesenian yang tampil pada panggung seni kreatif malam itu, adalah Shealova band dan Adi Atonk Percusion, yang menyajikan karyanya dengan judul mobil legend, joget lanun, bridge (jembatan), dan pirates (bajak laut).

Ketua sanggar seni binaan Disparpora Kabupaten Meranti, Rudi Rizal, menuturkan kegiatan panggung seni kreatif yang digelar oleh Dispar Riau setiap malam minggu itu, merupakan wadah yang sangat positif bagi pelaku seni dan komunitas di Provinsi Riau.

"Saya sangat memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Dinas Pariwisata Provinsi Riau, karena telah mengundang kami pada acara Panggung seni kreatif ke-sembilan ini. Pagelaran seni ini sangat luar biasa, sebab dikampung kami kegiatan seperti ini masih jarang dilaksanakan," tutur Rudi Rizal.

"Semoga dengan adanya acara ini, dapat memotivasi para seniman agar lebih giat berkarya dan bisa turut tampil di Panggung seni kreatif yang akan datang," tuturnya lagi.

Panggung seni kreatif merupakan kegiatan terobosan untuk menopang aktifitas kawasan Bandar Serai. Dispar Riau melalui Bidang Ekraf serta Riau Creative Centre (RCC). Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak masyarakat yang berkunjung Bandar Serai, dan menjadi alternatif hiburan bagi pengunjungnya (fas/rls)

Sumber: http://www.riaupos.co

Lembaga Adat Melayu Terima Audiensi Mada LMP Riau

Markas Daerah Laskar Merah Putih Provinsi Riau melaksanakan kegiatan audiensi ke Lembaga Adat Melayu Riau di Jalan Diponegoro Pekanbaru, Selasa (10/4/2018) siang.

Turut hadir dalam audiensi, Ketua Mada LMP Provinsi Riau Edi Bengawan S.Sos, MSi, Sekretaris Usamah Khan ST. MT, Srikandi Mada LMP Provinsi Riau dan Jajaran Kepengurusan Markas Daerah Laskar Merah Putih Provinsi Riau. Mereka diterima Sekretaris Umum LAM Provinsi Riau Datuk Nasir Penyalai dan Kepengurusan LAM Riau.

Ketua Mada LMP Provinsi Riau Edi Bengawan S.Sos, MSi mengatakan bahwa pada hari ini usia Markas Daerah Laskar Merah Putih Provinsi Riau dalam kepemimpinannya genap 102 hari. "Jadi kita melakukan audiensi ke Lembaga Adat Melayu Riau dengan tujuan untuk bersirahturahmi," ujarnya.

Sekretaris Umum LAM Riau Datuk Nasir Penyalai menyambut baik kehadiran Pengurus Markas Daerah Laskar Merah Putih Riau dengan penuh kehangatan.

Ia juga menyebutkan LAM Riau adalah sebagai Payung Bagi Organisasi yang mengangkat adat budaya Melayu, "Saya bersyukur dan bahagia Laskar Merah Putih Riau datang ke LAM Riau bertatap muka dan mengenalkan diri seperti anak menemui orangtua," ujar Datuk Nasir Penyalai seraya menyalami rombongan tersebut.

Apalagi sambung Datuk Nasir Penyalai, kehadiran Laskar Merah Putih datang ke LAM Riau dengan mengenakan penutup kepala berciri khas Melayu atau Tanjak. "Ini artinya organisasi ini sangat mendukung budaya Melayu, sebab pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung," pungkasnya.

Pada pertemuan itu, tidak lupa Datuk Nasir Penyalai mengajak kepada Pengurus Markas Daerah Laskar Merah Putih Riau bermitra dan bersama-sama membawa kemanfaatan bagi masyarakat Riau. (Khan)

Sumber: http://www.oketimes.com

Rencana Wan Thamrin Hasyim, One Day One Melayu, Kantor dan Ruang Publik Gunakan Bahasa Melayu

PEKANBARU - Sebagai bentuk realisasi Perda muatan lokal Budaya Melayu Riau. Maka seluruh kantor dan fasilitas publik diharuskan menggunakan bahasa melayu.

Termasuk di Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru dan fasilitas publik lainnya.

Hal ini disampaikan Plt Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim setelah menerima audiensi dari Lembaga Adat Melayu (LAM) membahas penerapan muatan lokal budaya melayu Riau tersebut.

Tidak hanya bandara, namun Pelabuhan, Terminal dan seluruh kantor di Provinsi Riau wajib gunakan bahasa melayu saat ada pengumuman dan rencananya akan diterapkan one Day one melayu (Sehari Bersama serba Melayu).

"Apakah nanti hari jumat atau Kamis akan ditetapkan sehari melayu, baik itu pakaiannya, kemudian bahasa juga diharuskan melayu, "ujar Wan Thamrin Hasyim.

Selain kantor juga seluruh sekolah yang ada di Provinsi Riau wajib mengikuti aturan tersebut karena sudah menjadi Perda yang sudah mulai ditetapkan sejak 2013 silam dan Pergub nya sudah diterbitkan 2015 silam.

"Sudah lama diterbitkan Pergub nya makanya harus segera kita realisasikan. Mulai Maret ini akan diterapkan, "ujar Wan Thamrin Hasyim.

Pihaknya akan segera mensosialisasikan kepada seluruh pihak di Pemprov Riau seiring dengan itu akan dibuat edaran nantinya kepada seluruh instansi untuk mematuhi Perda muatan lokal tersebut.

"Nanti pihak Angkasa Pura juga akan kita undang agar pengumuman dengan bahasa melayu diterapkan di Bandara, dan begitu juga lainnya, "jelas Wan Thamrin Hasyim.

Dengan penerapan Perda ini maka menurut Wan Thamrin Hasyim akan semakin menguatkan budaya melayu di Riau dan semua pihak yang ada di Riau juga mengikuti budaya melayu.

"Terutama untuk anak dan cucu kita kedepannya agar melestarikan budaya melayu ini, dan tetap terjaga adat yang miliki ini, "ujarnya.

Tidak itu saja, lanjut Wan Thamrin Hasyim upaya ini juga dilakukan untuk mendukung visi dan misi 2020 sebagai pusat Budaya Melayu di Asia Tenggara. Dimana tinggal dua tahun lagi mencapai visi tersebut.(*)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Lembaga Adat Melayu Riau Dukung Ketua MPR Lawan LGBT

PEKANBARU -- Masyarakat Adat Melayu mendukung sepenuhnya Ketua MPR Zulkifli Hasan melawan kelompok-kelompok yang membuat moral bangsa ini merosot, seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan Narkoba. Hal ini disampaikan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau saat melaksanakan upacara adat Tepuk Tepung Tawar mendukungan perjuangan moral dan doa untuk Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, di Riau Sabtu (27/1).

Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Datuk Sri Haji Al Azhar mengatakan, Zulhasan--sapaan akrab Zulkifli--adalah anggota keluarga besar Masyarakat Melayu. "Dengan upacara ini kami tegaskan bahwa semua tantangan dan cabaran terhadap Zulhasan adalah tantangan terhadap komunitas Melayu," kata Al Azhar.

Dikatakannya, masyarakat Melayu mendukung Zulhasan menghadapi semua persoalan bangsa ini. Termasuk soal LGBT, narkoba, dan semua hal yang membuat kemerosotan moral bangsa Indonesia."Problem-problem nasional yang marak belakangan muncul karena masyarakat meninggalkan nilai-nilai budaya," ujar Al Azhar.

Zulhasan pun menyambut baik dukungan Majelis Adat Melayu ini terhadap dirinya.Dan menanggapi kelompok-kelompok yang menentangnya karena mengungkap kelompok pendukung LGBT. Kepada wartawan Zulhasan menegaskan, sikapnya terhadap penyimpangan moral seperti LGBT tetap tegas. "Saya tetap tegas menolak LGBT. Nanti kita lihat perkembangan di DPR," kata Zulhasan.

Sumber: http://nasional.republika.co.id

Beragam Menu Melayu di Restoran Open Kitchen Pertama di Pekanbaru

Riau - Food Exchange All Day Dining bukan satu-satunya restoran berkonsep open kitchen di Indonesia. Namun, khusus di Pekanbaru , mereka yang pertama kali mengenalkan konsep itu. Di sini, menu Melayu bagai jadi primadona.

Retsoran ini berada di lantai tiga Hotel Novotel Pekanbaru, Jalan Riau Nomor 59, Kampung Baru, Senapelan, Pekanbaru, Riau. Open kitchen adalah restoran berkonsep dapur terbuka. Pengunjung bisa melihat langsung para koki mengolah menu-menu yang dipesan. Mulai persiapan bahan hingga proses memasaknya.

Umumnya, yang dihidangkan di restoran open kitchen adalah menu bergaya western. Namun, di restoran berkapasitas 200 orang ini, menu-menu yang disajikan justru khas Melayu.

Beberapa waktu lalu, Executive Assistant Manager Novotel Pekanbaru Yanto Firdo mengantarkan Tempo menjajal menu-menu tersebut.

Menu pertama adalah salty bakhlava atau martabak telur. “Menu Melayu yang diadaptasi dari Turki,” kata Yanto. Rasanya unik bagi lidah yang tak terbiasa mengecap makanan Timur Tengah. Ada sensasi gurih dan manis dari kacang walnut atau pistache yang dicincang dan diberi pemanis.

Menu kedua adalah nasi iga kacang merah. Penampakannya seperti nasi lemak khas Melayu. Bau rempahnya lekat. Nasi itu disajikan bersanding dengan iga yang sudah direbus selama 2,5 jam. Iga lalu dibakar dengan kecap hingga berwarna hitam kemilauan.

Meski luarnya tampak kering, begitu dagingnya bertemu dengan pisau, serat-seratnya langsung melepaskan diri. Tatkala masuk mulut, tekstur juicy pun memudahkan gigi untuk mengunyah. Iga ini tambah sedap dinikmati dengan nasi yang dimasak dengan campuran kayu manis, pala, bawang putih, dan daun jeruk.

Menu ketiga adalah mi Bengkalis. Warga lokal menyebutnya mi asli Selat Panjang. Bahan utamanya dari sagu. Sekilas mirip dengan mi jagung. Teksturnya kenyal, warnanya transparan. Mi Bengkalis dimasak bersama teri, udang, telur, dan daun seledri. Penyajiannya ditempatkan di atas pangsit.

Rasanya manis, gurih, dan asin. Bumbunya tak terlalu kuat sehingga rasa asli mi-nya masih bisa dinikmati. Terinya pun spesial lantaran didatangkan langsung dari Bagan—daerah penghasil ikan asin nomor satu di Pekanbaru.

Menu keempat adalah laksamana mengamuk--minuman tradisional khas Riau. Disajikan cantik dalam martini glass. Bahan utamny terdiri atas kueni, santan, dan biji selasih. Dipercantik dengan hiasan daun pandan. Rasanya hampir mirip kolak, hanya lebih manis dan segar.

Beragam menu di Food Exchange All Day Dining dijual dengan harga mulai Rp 40 ribu. Restoran ini buka setiap hari mulai pukul 11.00 hingga tengah malam.

Sumber: https://travel.tempo.co

Bumi Lancang Kuning Dumai Region PSPS Lifestyle Bisnis Citizen Journalism Video Lainnya Tribun Dumai Tribun Pelalawan Tribun Inhu Tribun Rohul Tribun Tembilahan Tribun Bengkalis Tribun Siak Tribun Padang Travel Akomodasi Kuliner Destinasi Shopping Ticketing TribunTravel.com Home » Pekan Life Ada Kopi Liberica Khas Pulau Rangsang di Pekan Rantau Melayu

PEKANBARU - Perhelatan Pekan Rantau Melayu berlangsung ramai pada Jumat (8/12/2017). Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman secara langsung membuka kegiatan yang bekerjasama dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) tersebut di halaman Hotel Sri Indrayani.

Disampaikan oleh Gubri dalam sambutannya mengatakan, dirinya menyambut baik acara yang akan digelar hingga tiga hari kedepan itu.

"Dengan adanya acara ini kan lebih asyik. Duduk-duduk sambil ngopi dan makan makanan khas Riau," kata Gubri.

Dipaparkannya, kegiatan yang juga didukung oleh Exploring Riau Community (ERC) itu sangat efektif untuk memperkenalkan komunitas berbasis khazanah lokal.

Gubri mencontohkan sejumlah komunitas lokal yang berfokus di pengembangan batik dan makanan serta kebudayaan khas Melayu Riau.

"Kita Riau punya semuanya. Batik kita punya batik Bono, makanan khas kita punya sagu dan banyak lagi produk kebudayaan lainnya," ungkapnya.

Dalam acara tersebut, Direktur Community Development RAPP Marzum mengatakan, Pekan Rantau Melayu dijadikan sebagai wadah menggali potensi Riau.

"Kedepan, kita harapkan banyak hal dari Riau bisa muncul dan dikenal dari acara seperti ini. Nah, RAPP mencoba berkontribusi lebih banyak dalam memperkenalkan khazanah lokal tersebut," ucap Marzum.

Marzum menyampaikan, sedikitnya 20 tenant UMKM asal daerah-daerah di kabupaten dan kota se Riau terlibat dalam kegiatan disana.

"Mulai dari Meranti, Kuansing, Pelalawan dan banyak lagi. Mereka membawa produk budaya masing-masing. Mulai dari zapin, randai dan banyak lagi," jelasnya.

Salah satu paling menarik adalah, munculnya kopi jenis liberica khas Pulau Rangsang Kepulauan Meranti selama tiga hari kedepan.

"Kita juga ingin memperkenalkan varian kopi liberica khas Pulau Rangsang Meranti sebagai kopi khas dari Riau. Dan ini sangat berbeda dengan kopi-kopi lain," pungkasnya. (mad)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Pekan Rantau Melayu Diminati Warga Pekanbaru

PEKANBARU - Perhelatan Pekan Rantau Melayu (PRM) yang berlangsung dari 8 hingga 10 Desember 2017 ramai didatangi warga Pekanbaru. Warga antusias mencoba berbagai jenis kuliner yang tersedia pada acara PRM yang berlangsung di Hotel Sri Indrayani Pekanbaru ini.
Aulia misalnya, warga Jalan M Yamin ini mengaku sangat senang bisa datang dalam acara ini. Pasalnya, banyak kuliner khas melayu seperti
Roti Jala, mie Keling, kerupuk khas Indragiri Hilir, Roti Canai, Nasi Lemak, laksemana Mengamuk, Kopi Liberika Meranti dan masih banyak lagi. Semua makanan khas dari 12 kabupaten hadir disini.
''Harganya murah dan enak. Kita menjadi tahu Melayu punya makanan yang enak-enak dan gampang dibuat. Ditambah ada peragaan busana dan merandai khas Teluk Kuantan. Saya harap acara ini selalu ada," ujarnya.

Selain itu, pada hari kedua juga terdapat berbagai kegiatan, diantaranya wokrshop membatik, Workshop sagu, Sarasehan Kopi, Lomba Meracik Kopi Riau, Demo Masak, Tari Rentak Bulian, Fashion Show by Saffro Three, Lomba Peragaan Busana Batik Riau, Fashion Show By Bumi, dan Randai.
Pada hari pertama pembukaan Rantau Melayu, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, dirinya menyambut baik acara yang akan digelar hingga tiga hari kedepan itu.
"Dengan adanya acara ini kan lebih asyik. Duduk-duduk sambil ngopi dan makan makanan khas Riau," kata Gubri.
Gubri mencontohkan sejumlah komunitas lokal yang berfokus di pengembangan batik dan makanan serta kebudayaan khas Melayu Riau. Ia menuturkan Riau memiliki semuanya.
"Batik kita punya batik Bono, makanan khas kita punya sagu dan banyak lagi produk kebudayaan lainnya," tutur Gubri.
Direktur Community Development RAPP Marzum mengatakan, Pekan Rantau Melayu dijadikan sebagai wadah menggali potensi Riau.
"Kedepan, kita harapkan banyak hal dari Riau bisa muncul dan dikenal dari acara seperti ini. Nah, RAPP mencoba berkontribusi lebih banyak dalam memperkenalkan khazanah lokal tersebut," ucap Marzum. (rls)

Sumber: https://www.goriau.com

Workshop Busana Melayu di Riau Street Food Fiesta, Cara Pakai Songket Orangtua, Bujang atau Janda

PEKANBARU – Satu kegiatan dalam rangkaian Riau Street Food Fiesta yang dilangsungkan pada sore ini adalah workshop busana Melayu harian.
Tampil sebagai pembicara pada workshop ini Praktisi Budaya, Tabrani. Ia menjelaskan tentang tanjak. Tanjak merupakan pakaian untuk menutup kepala bagi laki-laki.
"Tanjak dulu dibuat dari kain bidang segi empat ukuran 60x60 centimeter standar, namun ada juga yang dibuat dari kain ukuran 70x70 centimeter dan sekarang banyak ukuran 50 centimeter. Kain segi empat itu dilipat dengan berbagai motif, ada motif belah mumbang, elang menyambar angin, elang patah kepak, dendam tak sudah, pial ayam, dan lainnya," ungkap Tabrani.
Tanjak ada yang domodifikasi berbentuk mahkota, atau disebut destar atau deta atau deto.
Kain tanjak, lipatannya bisa diubah. Kalau punya kain tanjak jangan dijahit, supaya bisa diubah ketika bosan dengan model lipatannya.
Berpakaian harian untuk wanita, baju kurung tidak berkerah satu kancing. Pakaian adatnya kebaya labuh. Saat menari kebaya labuh ditambah kain samping songket.
Filosofi baju kurung itu, "Gadis melayu itu dalam menjalani hidupnya dikungkung oleh adat, dan adat itu bersandikan syarak atau agama.
"Memakai kain samping songket bagi wanita melayu ada caranya. Kalau lipatan kain di depan, itu masih gadis. Kalau lioatan di belakang, itu sudah menikah. Kalau lioatan di samping, itu sudah janda," tutur Tabrani.
Wanita melayu zaman dulu, adapula yang memakai sanggul. Pada sanggul biasanya dipakai tusuk konde. Tusuk konde ada dua gunanya, pertama menjadi hiasan dan kedua senjata pertahanan terakhir.
"Biasanya diujung tusuk konde itu diberi racun, sehingga saat sudah terdesak, wanita melayu menggunakannya untuk pertahanan terakhir," sebut Tabrani.
Kalau laki-laki, pakai hariannya baju teluk belanga atau cekak musang. Kalau acara adat ditambah dengan kain samping songket dan tanjak.
"Pemasangan kain songket untuk laki-laki, ada pula caranya, kalau kain di atas lutut masih bujang, kalau di bawah lutut sudah menikah, dan kalau semakin ke bawah semakin tua dan berwibawa," jelas Tabrani. (Nol)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Selama Ramadan, Bandara Pekanbaru Sajikan Tari dan Lagu Melayu

Pekanbaru, Riau - Pengelola Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau, memberikan pelayanan berbeda selama bulan suci Ramadan tahun ini. Selama Ramadan di Bandara Sultan Syarif Kasim II disajikan berbagai tarian khas Melayu di ruang tunggu domestik.

Tarian Melayu yang disuguhkan untuk para penumpang yang akan berangkat ke berbagai tujuan sambil menunggu waktu berbuka. Dengan berbusana khas melayu, para penari menampilkan kebolehannya kepada para penumpang.

Airport Duty Manager Bandara SSK Pekanbaru, Hasnan mengatakan, suguhan tari Melayu yang merupakan budaya khas Riau ini digelar dari pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. "Kegiatan ini digelar sebanyak 2 kali selama sepakan yakni hari Sabtu dan Minggu," ucapnya, Minggu (28/5/2017).

Selain tari Malayu, kegiatan ini juga diisi nyanyi Melayu yang diiringi oleh peralatan musik tradisional. Kegiatan ini sekaligus memperkenalkan budaya Melayu. "Ini baru yang pertama kali diadakan. Mudah mudahan tahun depan bisa berjalan seperti ini," tukasnya.

Lagi di Pekanbaru? Yuk Wisata Kuliner Khas Melayu

Lagi, destinasi wisata kuliner di Pekanbaru kembali bertambah, tepatnya di bilangan Jalan Ronggo Warsito.

Mengusung konsep budaya Melayu, Sultan Resto lakukan grand opening, Selasa (23/5/2017). Ribuan tamu undangan pun memadati bangunan tiga tingkat ini.

Bangunan yang mampu menampung hingga 270 tamu ini memiliki disain yang unik. Budaya melayu terasa kental di restoran ini.

Pasalnya, di setiap dinding bangunan ini ada gambar sejarah Kerajaan Siak. Mulai dari Sultan yang berkuasa hingga perjalanan kerajaan melayu itu.

Disamping itu, ukiran khas melayu dengan balutan warna kuning yang mendominasi semakin memperkuat budaya Melayu.

Adapun Sultan Resto menyuguhkan 100 lebih menu pilihan dengan tema yang berbeda.

"Namun, yang menjadi keunggulan kita ialah menu ragam makanan khas Melayu yang pastinya berbeda dari tempat lainnya," kata pemilik Sultan Resto, Rahmansyah.

Disamping itu, ukiran khas melayu dengan balutan warna kuning yang mendominasi semakin memperkuat budaya Melayu.

Adapun Sultan Resto menyuguhkan 100 lebih menu pilihan dengan tema yang berbeda.

"Namun, yang menjadi keunggulan kita ialah menu ragam makanan khas Melayu yang pastinya berbeda dari tempat lainnya," kata pemilik Sultan Resto, Rahmansyah.

Dendang Melayu di Bandara Pekanbaru

Pekanbaru - Pengelola Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Kota Pekanbaru, Riau, menghadirkan tarian Melayu untuk menghibur calon penumpang di ruang tunggu keberangkatan di awal bulan Ramadan ini. Juga dibagikan ratusan takjil atau makanan berbuka bagi calon penumpang yang melaksanakan rukun Islam keempat itu.

Airport Duty Manager Bandara SSK II, Ibnu Hasan menyebut kegiatan menghibur calon penumpang ini baru diadakan pada Ramadan tahun ini. Tujuannya supaya penumpang tidak suntuk selama menunggu pesawat untuk diberangkatkan.

"Tarian Melayu ini diadakan sekitar pukul 17.00 WIB setiap harinya atau menjelang berbuka puasa. Dilaksanakan di ruang tunggu keberangkatan," kata Ibnu di Pekanbaru, Minggu petang 28 Mei 2017.

Dia menyebut tarian Melayu ini berupa tarian persembahan dan tarian penyambutan. Tarian ini diiringi juga oleh musik Melayu yang dibawakan secara langsung dan dimainkan beberapa musisi Melayu.

"Musik dan tarian ini akan berhenti menjelang masuknya waktu berbuka puasa," kata pria yang pernah bertugas di Officer In Charge Bandara SSK II ini.

Selain tarian, juga diadakan nyanyian yang dibawakan biduan asal Kota Pekanbaru. Tentu saja nyanyian yang dibawakan adalah lagu Melayu. Nyanyian ini dibawakan secara bergantian oleh penyanyi laki-laki dan perempuan.

Ibnu menyebut nyanyian, musik dan tarian Melayu diakhiri dengan pembagian ratusan takjil kepada calon penumpang yang berpuasa di awal Ramadan ini. Setiap harinya ada sekitar 350 takjil yang dibagikan di ruang tunggu oleh beberapa petugas bandara.

"Mudah-mudahan kegiatan ini menjadi berkah dan membuat penumpang tidak bosan menunggu pesawat. Ini juga mempermudah umat muslim yang melaksanakan puasa," kata Ibnu.

Dosen dan Mahasiswa Antusias Lomba Lagu Melayu

Pekanbaru, Riau - Aula Pustaka Universitas Lancang Kuning (Unilak) disesaki mahasiswa dan karyawan Jumat (19/5). Tidak terdengar suara apa-apa dari luar. Namun begitu mendorong pintu kaca baru terlihat seisi ruangan penuh oleh orang-orang. Tidak ada kursi yang tersisa. Saat itu ternyata ada perhelatan Lomba Lagu Melayu yang menjadi bagian dari perayaan Milad ke-35 tahun Unilak.

Lomba tarik suara sudah digelar tahunan dan termasuk yang paling dinantikan setiap kali perayaan Ulang Tahun Kampus. Setiap tahun pada dasarnya peserta tidak banyak, termasuk pada tahun ini yang dicatat panitia hanya 28 peserta. Tapi penonton yang memenuhi begitu ramai menyemangati peserta. Banyak yang ikut bernyanyi bersorak-sorai memberikan semangat.

’’Tiap tahun memang begini, banyak yang suka melihat lombanya, ini dari pagi ramai begini, ada terus mahasiswa, karyawan dan dosen yang datang. Apalagi memang ini tiap tahun. Mereka yang juara tahun lalu juga ingin berusaha menang lagi pada tahun ini,’’ sebut Fitri Setyaningrum, Humas Unilak yang memantau lomba pada hari itu.

Diiringi musik orgen tunggal, satu persatu peserta yang ditandai dengan nomor urut peserta. Lagu-lagu melayu yang dibawakan merupakan lagu melayu yang cukup populer di tanah melayu ini. Maka tidak heran para penonton tidak segan ikut bernyayi dengan peserta lomba.

Fitri menyebutkan, Lomba Lagu Melayu merupakan salah satu lomba andalan Milad Unilak setiap tahunnya. Peserta lomba ini terbuka untuk mahasiswa, dosen dan juga karyawan. Dalam lomba ini diharapkan setiap fakultas dan program studi mengirimkan wakilnya. Begitu juga para karyawan dari berbagai bidang juga diharapkan ambil bagian. Lomba ini sendiri dari perbincangan hangat diantara penonton dan peserta lomba, terutama mereka yang baru saja selesai mengikuti lomba di ruang tertutup itu.

’’Lomba-lomba ini sengaja dirancang panitia untuk mempererat tali silaturahmi dan solidaritas antar karyawan dan dosen. Sekaligus untuk mendekatkan mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa bersama karyawan. Hari ini semua berbaur, semua berada di ruang yang sama dan duduk berdampingan. Mereka tetap semangat walaupun beberapa pimpinan seperti buk Rektor sedang berada di luar kota,’’ lanjut Fitri.

Lanjut Fitri, selain lomba lagu melayu, prosesi Milad ke-35 Unilak yang dibuka secara resmi oleh Rektor Dr Hasnati SH MH pada awal Mei terdapat banyak kegiatan. Prosesi lomba ini sendiri berlanjut minimal hingga Juni mendatang. Sebelum ini sudah digelar sejumlah terkait seni dan olahraga. Seperti lomba tari, tenis meja, badminton, tenis meja dan lainnya. Bahkan meja tenis meja masih berada di depan resepsionis gedung rektorat pada hari itu.

’’Setiap lomba mendapat sambutan antusias oleh mahasiswa, karena memang digelar menjelang akhir seperti pada tahun ini. Nanti Puncak acara digelar sekitar Juni. Nanti pada bulan Ramadan juga akan ada lomba spesial, lomba MTQ yang juga nanti diikuti dosen, mahasiswa dan karyawan,’’ tutup Fitri.

Gubri Raih Gelar Datuk Seri Setia Amanah

Pekanbaru, Riau - Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman diberi gelar Datuk Seri Setia Amanah oleh Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).

Gelar tersebut disematkan kepada Andi Rachman karena dianggap banyak berkomitmen dalam pelestarian kebudayaan Melayu di Bumi Lancang Kuning ini.

Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Harian LAMR, Al Azhar di Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru, Selasa (14/3/2017).

"Melalui beberapa kebijakannya, pak Gubernur telah menunjukkan komitmennya dalam melestarikan kebudayaan Melayu. Ini yang menjadi pertimbangan Majelis Kerapatan Adat," kata Al Azhar ketika ditemui di sela-sela kesibukannya dalam sidang verifikasi Pantun menuju warisan budaya tak benda, Selasa siang.

Beberapa komitmen Gubri yang disebut Al Azhar itu, diantaranya dengan lahirnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Kebudayaan yang berdiri sendiri dan memiliki kewenangan yang besar.

Kemudian, pencanangan program pariwisata berbasis budaya dinilai sangat tepat karena dapat dijadikan pembatas pengembangan pariwisata agar tidak menyimpang dari adat kesopanan Melayu.

Selain itu, Andi Rachman juga menelurkan Peraturan Gubernur (Pergub) muatan lokal budaya Melayu untuk dipelajari di sekolah-sekolah sebagai wujud melestarikan kebudayaan.

"Beliau juga mengeluarkan kebijakan Riau sebagai Tanah Tumpah Darah Melayu. Sebenarnya gelar Datuk Sri Setia Amanah itu merupakan gelar harapan, bukan diukur dari apa yang dilakukannya, tapi bagaimana yang akan diperbuat Gubri kedepannya," urainya.

Ditegaskan Al Azhar, penabalan gelar itu pun telah disepakati oleh MKA sesuai dengan Anggaran Dasar dan Aturan Rumah Tangga (AD-ART) LAMR. ‎"Sesuai AD-ART, Gubri sebagai payung panji LAMR harus diberi gelar Datuk Seri," pungkasnya.

Tokoh Melayu Ini Prihatin dengan Penggunaan Bahasa Keseharian Warga Pekanbaru

Pekanbaru, Riau - Panglima Laskar Melayu Riau (LMR), Umar Said prihatin terhadap penggunaan

bahasa keseharian warga Pekanbaru. Menurutnya, warga Pekanbaru lebih banyak menggunakan bahasa daerah lain ketimbang bahasa Melayu.

"Setiap saya datang ke kantor atau instansi di Pekanbaru, banyak pegawai atau tamu disana memakai bahasa daerah lain, bukan bahasa Melayu. Kadang saya tak mengerti bahasa mereka. Padahal Pekanbaru ini negeri Melayu. Seharusnya penduduknya juga berbahasa Melayu," ujarnya.

Ia mengatakan, di Riau ini memiliki banyak logat Melayu. Untuk itu, menurutnya, perlu diambil satu logat acuan sebagai bahasa Melayu persatuan di Pekanbaru.

"Logat Melayu itu kan banyak. Ada Melayu logat Bengkalis, Selatpanjang, Kampar ataupun Rohil. Namun yang cocok untuk Pekanbaru itu Melayu logat Siak," katanya.

Umar menjelaskan, Melayu logat Siak karena berdasarkan sejarahnya, Pekanbaru sangat dekat dengan Kerajaan Siak. Maka wajar jika Melayu logat Siak diterapkan sebagai bahasa sehari-hari masyarakat Pekanbaru.

Ultah Kelima, Sanggar Titah Negeri Djaya Gelar Beragam Kesenian Riau

Pekanbaru, Riau - Sanggar Titah Negeri Djaya, rayakan ulang tahun kelima dengan beragam kegiatan seni Daerah Riau.

Acara yang dihadiri oleh lebih 500 orang pencinta seni tradisional dan masyarakat umum ini diadakan di Auditorium Sutan Belia FISIP Unri, Selasa (28/2/2017) malam kemarin.

Ditemui Tribunpekanbaru.com, Rabu (1/3/2017), Ketua Sanggar Titah Negeri Djaya, Akbar menerangkan, mulai dari penampilan seni tari tradisional Riau, teater monolog, lantunan lagu Malayu dan beragam kesenian lainnya, menjadi rangkaian pada kegiatan tersebut.

Dari seluruh rangkain acara yang ditaja oleh kelompok seni Melayu ini, bertujuan untuk mengeksplorasi segala hal terkait seni Melayu agar lebih dekat dengan para penonton kegiatan.

"Kita tampilkan kesenian ini sebagai bentuk memperlihatkan, bahwa dimana Bumi dipijak, disitu langit dijunjung," ujar Akbar.

Masuknya umur kelima tahun Sanggar ini Akbar mengharapkan, efisiensi seni kembali meningkat seperti dahulu kala.

Mengingat para anak muda lebih banyak tergiur pada budaya atau kesenian modern yang membuat mereka meninggalkan kesenian daerah yang seharusnya tetap dilestarikan.

"Selama ini kalau ada teater seni daerah khususnya Riau, jarang sekali kaum muda yang tonton. Yang paling penting sekali, Sanggar kita bisa bertahan dan berlanjut pada tahun berikutnya," harap dia.

Bicara mengenai aktivitas atau penampilan kesenian yang telah diikuti Sanggar Titah Negeri Djaya, mereka pernah mengikuti dan melaksanakan ragam ajang bergengsi.

Mulai dari kegiatan kesenian dengan mengundang sanggar seni yang terdapat di luar daerah Pekanbaru hingga kelompok seni di luar wilayah Riau.

"Yang pasti kita ambil hal positif, dimana mereka juga menjadikan kita sebagai pihak yang support mereka dalam kegiatan. Intinya kita setiap sanggar ini bersaudara, saling berbagi dan support," sebutnya.

Sanggar Titah Negeri Djaya juga pernah mengikuti ajang teater yang patut diapresiasi. Yakni teater nasional di Kota Medan Sumatera Utara dan Parade Tari di daerah Karimun, Kepulauan Riau.

"Kita juga pernah ikut pada festival tari Nasional. Kita berhasil menjadi pemenang Penari Pria terbaik di ajang tersebut," tandasnya.

Gubernur Riau Komit Lanjutkan Cita-cita Tenas Effendy

Pekanbaru, Riau - Budayawan Melayu, almarhum H Tenas Effendy dianggap sebagai tokoh yang tidak saja tunak di Provinsi Riau tetapi juga dikenal luas di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

Demikian diungkapkan oleh Gubernur Riau, H Arsyadjuliandi Rachman saat menghadiri haul tahlil mengenang dua tahun meninggalnya H Tenas Effendy di kediaman almarhum Tenas Effendy, Jalan Pasir Putih, Seberang SPBU Siak Hulu, Kampar, Riau, Selasa (28/2/2017).

"Kita mengenang almarhum sebagai tokoh teladan, Budayawan Melayu yang dikenal di tingkat regional," kata Andi Rachman.

Orang nomor satu di Riau ini menyatakan komitmennya melalui Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau untuk melanjutkan dan mewujudkan cita-cita besar Tenas dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Melayu.

Kata Andi Rachman, berbagai nasehat dan tulisan mendiang Tenas akan tetap menjadi tunjuk ajar bagi masyarakat Riau.

"Visi Riau 2020 khususnya bidang kebudayaan adalah bagian dari cita-cita almarhum, bagaimana agar Riau menjadi pusat kebudayaan di Asia Tenggara," ujarnya.

Andi juga mengatakan bahwa dengan adanya OPD baru, yakni Dinas Kebudayaan tentu akan semakin dapat mendukung pengembangan Budaya Melayu.

"Dinas Kebudayaan terbentuk untuk melestarikan kebudayaan Melayu di Riau," pungkasnya.

Festival Perang Air, Penduduk Riau Siapkan Amunisi

Pekanbaru, Riau - Festival Perang Air (FPA) akan diselenggarakan di Kota Sagu Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Riau pada 28 Januari 2017 mendatang.

Wisatawan bisa hadir dan ikut serta dalam perang air bersama masyarakat setempat.

”Perang Air atau lebih dikenal dengan sebutan Cian Cui itu dalam rangka menyambut Imlek di Kota Selatpanjang. Agenda ini telah masuk sebagai salah satu event yang tercatat di dalam Calendar of Event Riau 2017,” ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kepulauan Meranti, Ismail Arsyad seperti dikutip dari siaran pers yang diterima KompasTravel, Jumat (13/1/2017).

Dalam FPA, Ismail mengungkapkan bahwa wisatawan dapat bermain air dengan menggunakan tembak air sambil berkeliling kota menggunakan becak motor.

Mereka melawan peserta yang ada di becak motor lain dan juga melawan peserta yang menunggu di pinggir jalan.

Acara ini dirayakan dengan pesta dan perang air dan penduduk kota akan saling menyiramkan air ke satu sama lain di sepanjang jalan.

Semua orang tua dan muda, mempersenjatai diri dengan bom air dalam kantung plastik, ember, gayung dan aneka jenis pistol air.

"Kita akan menarik para pelancong baik dari lokal maupun mancanegara melalui event perang air ini. Perang air ini merupakan bagian pariwisata yang sangat baru dan harus dikembangkan," kata Ismail.

Kabupaten Kepulauan Meranti, 40 persen penduduknya adalah etnis Tionghoa.

Festival Perang Air sendiri menjadi tradisi Imlek yang seru dan menarik. Etnis Tionghoa dan Melayu berbaur dalam suasana yang akrab.

Kebanyakan warga Melayu tidak naik becak motor tetapi menyerang dari pinggir jalan, atau menjual amunisi kantong berisi air yang sudah dibungkus plastik.

Perang air ini merupakan sebuah tradisi masyarakat Tionghoa yang sudah lama dikembangkan.

Selain populer di Selatpanjang juga dilaksanakan oleh negara Asia Tenggara lainnya, yakni Thailand.

Rencananya, perhelatan tersebut akan dibuka langsung oleh Gubernur Riau, Asryadjuliandi Rachman dan dihadiri perwakilan Kementerian Pariwisata.

Peran Melayu Riau Akan Lantik Pengurus Baru Akhir Januari Ini

Pekanbaru, Riau - Perkumpulan Anak Negeri (Peran) Melayu Riau, akan menggelar pelantikan pengurus baru masa bakti 2017-2022 dalam waktu dekat ini.

"Kita sudah membahas bersama Ketua Pengurus Wilayah Kota Pekanbaru H. Yusfar. SH. MH kemarin. Kebetulan pada pelantikan pengurus Peran Melayu Riau, nantinya juga akan dilakukan pembenukan pengurus Peran Melayu Riau untuk daerah Pekanbaru," kata Ketua Pengurus Pusat Peran Melayu Riau, Emrizal Pakis SE, MM, Kamis (12/1/2017).

Keputusan tersebut sudah disetujui seluruh pengurus. Ia berharap dengan dilantiknya pengurus baru dapat memberi warna baru bagi payuguban tersebut.

Sebagai Ketua Pengurus Pusat, Ia pun berharap dengan Peran Malayu Riau dapat memberikan perhatian terhadap seluruh masyarakat terkhusus bagi para pemuda di Riau.

“Kita sangat mendukung penuh pelantikan Pengurus Wilayah Peran Melayu Riau ini. Ke depan kita ingin, agar Peran Melayu Riau ini dapat memperhatikan anak-anak Negeri melayu kita. Bagaimana agar putera-putri terbaik Riau ini memiliki peran untuk membangun negeri," harapnya.

Seni Berikan Nilai Tambah pada Penulisan Arab Melayu

Pekanbaru, Riau - Sentuhan seni dalam cara penulisan huruf Arab Melayu, bisa memberikan nilai tambah, sehingga ketika diajarkan sebagai muatan lokal tidak mentok sebatas kaidah penulisan. Hal tersebut disampaikan oleh Drs Achmad Ghozali Syafii, M.Si. pada diskusi Seni Kaligrafi yang ditaja oleh Gerakan Perupa Melayu (GPM) dan Yayasan Sagang, bekerjasama dengan Sanggar LaBudda, Rabu (28/12) di ruang pameran lantai 1 Graha Pena Riau.

"Alangkah menariknya bila guru-guru yang mengajarkan Arab Melayu di sekolah, juga dibekali seni kaligrafi. Sehingga tulisan yang dibuat juga bernilai karya seni, tak sebatas menulis dengan huruf Arab Melayu saja," papar dosen fakultas Ilmu Komunikasi UIN SUSKA ini. Lebih lanjut Ghozali mengatakan, di dunia kaligrafi Islam sendiri, pembahasan lebih banyak pada kaidah penulisan. "Jarang yang membahas pewarnaan. Padahal warna bisa diibaratkan permainan nada dalam musik, atau kreasi gerak dalam tari," kata penulis buku Pewarnaan Kaligrafi Islam: Murni, Kontemporer dan Kolase ini.

Sedangkan pemateri dua, Khalil Zuhdy lebih banyak membahas tentang kaligrafi kontemporer. "Kontemporer itu lebih kepada kemasannya. Konsep karyanya bisa saja dari tradisi, tetapi dikreasi dengan kekinian sehingga menghasilkan bentuk-bentuk baru. Jika dilekatkan pada kaligrafi, saya rasa eksplorasinya lebih berpeluang pada penulisan Arab Melayu. Jadi tak harus membuat ayat Al-Qur’an atau hadis," papar khattat (kaligrafer) Riau ini.

Kegiatan ditutup dengan pelatihan menulis kaligrafi yang diikuti anggota sanggar LaBudda dan peminat dari kalangan umum. Diskusi dan pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan pameran Kaligrafi Kontemporer Populasi Aksara di ruang pamer lantai 1 Graha pena Riau.

Presiden Heran, Kasus Korupsi di Riau Tanpa Koruptor

Pekanbaru (SIB), Kasus pelaporan korupsi di Provinsi Riau ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangat banyak namun tidak ada koruptor yang terjerat, kata seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Prof Dr Subur Budi Susanto.

Saat berdialog dengan puluhan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Pekanbaru, Sabtu malam, ia mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga heran dengan kondisi tersebut.

Itu sebabnya, dalam kesempatan kunjungan Presiden ke Riau tanggal 11-12 Agustus 2007 ini, pihaknya sengaja berdialog dengan pengiat LSM untuk mencari masukan perihal berbagai kasus korupsi di Riau yang tidak juga tertangani.

Banyak korupsi tapi tidak ada koruptor. Telah kami tanya ke KPK sebab pemberantasan korupsi merupakan salah satu program Presiden,kata Subur.
Ia mengakui Riau merupakan kampung halamannyayang kedua karena pernah bertugas di daerah ini saat di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bahkan melakukan pembinaan terhadap masyarakat asli Sakai di Riau.

Ia mengatakan, sangat peduli dengan Riau karena negeri ini tidak asing baginya, sehingga selaku salah seorang penasehat Presiden merasa heran dengan kondisi Riau akhir-akhir ini.
Bahkan, lanjut dia, saat awal pemerintahan SBY berbagai kasus di Riau telah masuk kepadanya.

Menurut dia, selaku orang dekat Presiden selalu didatangi para tersangka koruptor. Kadang penegak hukum yang datang padanya minta tolong untuk menaikkan suatu kasus namun kadang ada pula tersangka yang merengek-rengek perihal kasusnya jangan disampaikan pada Presiden.

Presiden setuju memberantas korupsi terutama di Riau. Tapi untuk sementara diseleksi, tunggulah ada gilirannya siapa saja,ungkap Subur.

Seleksi pemberantasan korupsi yang dimaksudnya yakni melihat besaran uang yang diambil tersangka koruptor.

Kemudian, dampak nyata dari korupsi tersebut apakah betul menimbulkan bencana ekonomi, urgensinya kasus tersebut agar tersangka tidak melarikan diri dan dampaknya terhadap masyarakat.

Kita sangat mengharapkan KPK apa pun perkara yang masuk tidak lepas, diperiksa. Laporan masyarakat segera direspon,katanya.

Ia yakin kasus-kasus korupsi di Riau yang saat ini tanpa tersangka koruptor dapat segera dientaskan dengan pengusutan KPK.

Mudah-mudahan waktu itu akan sampai juga, berdoa sajalah dan bakal ada yang masuk,katanya perihal pemeriksan beberapa pejabat di Riau yang diduga melakukan penyimpangan. (Ant/l)

Sumber :hariansib.com : 13 Agustus 2007
-

Arsip Blog

Recent Posts