Tampilkan postingan dengan label Tangerang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tangerang. Tampilkan semua postingan

Getar Angklung Gubrak di Tangerang Kian Sayup-Sayup

Tangerang, Banten - Getar dan gaung kesenian Angklung Gubrak di Kabupaten Tangerang sudah mulai sayup-sayup. Sudah hampir dua tahun ini, seni musik tradisional yang terbuat dari bambu tersebut, jarang terdengar lagi, baik di acara pemerintahan maupun acara-acara ritual tujuh bulanan, atau khitanan. Angklung Gubrak kian tersisih dari langgam kesenian tradisional.

Sarkani, pengurus Sanggar Angklung Gubrak Putra Kemuning di Kampung Tonjong, RT 04/02, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang mengungkapkan, biasanya Angklung Gubrak ini sering ditampilkan di acara-acara pemerintahan, seperti HUT Kabupaten Tangerang, atau acara-acara tujuh bulanan, dan khitanan. Tapi sudah dua tahun ini, kata Sarkani, tidak pernah dihubungi oleh Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata (Diporbudpar) Kabupaten Tangerang, sebagai penghubung setiap kegiatan seni budaya yang ada di Kabupaten Tangerang.

“Sudah dua tahun ini memang kita tidak pernah diajak tampil di acara pemerintahan. Biasanya, kalau ada acara apa-apa, atau ulang tahun Kabupaten Tangerang selalu diundang, tapi ini tidak lagi,” ujar Sarkani kepada merahputih.com, Jumat (28/10).

Ia juga mengungkapkan, sejauh ini, perhatian pemerintah baru sebatas memberikan seragam, serta plang tulisan Sanggar Angklung Gubrak di depan gang kawasan rumahnya.

“Sama kalau ada kegiatan seni budaya, kita ditampilkan. Tapi sudah dua tahun ini, enggak ada panggilan lagi,” katanya.

Sarkani berharap, pada acara HUT Kabupaten Tangerang bulan Desember 2016 mendatang, kesenian Angklung Gubrak miliknya bisa tampil dan menghibur masyarakat Kabupaten Tangerang. Selain itu, kata Sarkani, supaya masyarakat luas tahu, bahwa Kabupaten Tangerang memiliki kesenian yang unik, yaitu Angklung Gubrak.

Angklung Gubrak berbeda dengan kesenian angklung dari Jawa Barat atau Bandung. Karena, lahirnya kesenian angklung gubrak ini, menurut Amin, salah seorang praktisi seni Angklung Gubrak, sekaligus pawang, dan keturunan yang ke-9 dari Ko Gedoy (pencetus seni angklung gubrak-red), tidak menggunakan nada pelog atau selendro, tetapi awalnya dibuat asal bunyi.

Geliat Seni Reog Ponorogo di Tanah Urban

Tangerang, Banten - Di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi yang berdampak terhadap menurunnya nilai-nilai budaya, tidak menyurutkan semangat sekelompok remaja di wilayah Kabupaten Tangerang untuk tetap melestarikan seni dan budaya tradisional nusantara. Di wilayah Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang misalnya, anak-anak remaja putri penuh percaya diri membawakan tari jatil yang merupakan bagian dari seni reog Ponorogo.

Sesepuh sekaligus pembina seni reog Ponorogo di Tangerang Agoeng Djatmiko mengungkapkan, seni yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur ini tumbuh subur di Tangerang. Hampir di setiap kecamatan, baik di wilayah Kota Tangerang, Kota Tangsel, dan Kabupaten Tangerang ada kelompok kesenian reog Ponorogi ini.

“Bahkan se-Jabotabek-Banten ada,” ujar Agoeng yang juga sebagai pengurus di bidang hubungan antardepartemen pada Paguyuban Reog Ponorogo se-Jabotabek-Banten kepada merahputih.com, Selasa (20/9).

Pesertanya sendiri, kata Agoeng, terdiri dari berbagai profesi, mulai dari buruh pabrik, pedagang kaki lima, pejabat, bahkan anak-anak pelajar. “Untuk anak-anak pelajar ini, kita memang meregenerasi supaya seni reog Ponorogo ini tetap lestari dan estafet dari generasi ke generasi,” katanya.

Bahkan, dalam waktu dekat, grup reog Ponorogo binaannya akan dikirim ke New Zealand untuk mengikuti pagelaran budaya internasional. Dan, pada November 2016 mendatang juga akan mengikuti festival seni budaya tingkat nasional di Bali.

Ezy Aprillia Zaelani, salah seorang peserta seni reog Ponorogo di Kecamatan Solear mengatakan bangga bisa menarikan tari jatil reog Ponorogo. Ia juga mengaku tidak malu dan tidak takut dibilang oleh anak-anak seusianya sebagai remaja yang tidak kekinian. Saat ini, Ezy bergabung di Sanggar Reog Ponorogo Bimo Budoyo di Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.

“Kita harus bangga dong, ini kan seni tradisi nusantara. Jangan sampai diklaim lagi sama negara lain,” ucap Ezy yang saat ini duduk di bangku sekolah kelas III SMK Negeri 8 Kabupaten Tangerang.

Empat Negara Jadi Peserta Festival Folklore 2016, Arief: Ini Ajang Pengenalan Budaya

Tangerang, Banten - Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah resmi membuka Festival Folklore 2016 yang digelar di Pelataran Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kota Tangerang, Minggu (21/8/2016) malam.

Dalam kesempatan itu, Arief Wismansyah didampingi Wakil Walikota Tangerang Sachrudin, Kepala SKPD dan Camat se-Kota Tangerang, serta perwakilan peserta dari empat negara seperti Indonesia, India, Sri Lanka, Filipina, dan Mexico.

Pembukaan Festival Folklore 2016 ini berlangsung meriah dengan penampilan tarian khas kota Tangerang Tari Lenggang Cisadane sebagai pembuka acara, dilanjutkan dengan parade budaya dariempat negara.

"Saya sangat berterimakasih dan menyambut baik kedatangan kontingen-kontingen negara Mexico, India, Sri Lanka, dan Filipina," kata Arief R. Wismansyah dalam sabutannya.

Menurut Arief, Festival Folklore 2016 ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang pengenalan budaya Kota Tangerang kepada dunia dan juga memperkenalkan budaya negara sahabat kepada Indonesia.

"Saya berharap festival ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang pengenalan budaya masing-masing negara, terutama budaya Kota Tangerang,"ujarnya.

Festival Folklore 2016 ini akan digelar selama sepekan Minggu -Sabtu (21-27/8/2016). Dalam acara ini, sejumlah seniman Tangerang akan unjuk kebolehan setiap hari selama festival berlangsung.

Festival Seni Budaya dan Kuliner Pasundan Digelar Di Tangerang

Tangerang, Banten - Pemerintah Kota Tangerang bekerja sama dengan Paguyuban Pasundan menyelenggarakan Festival Seni Budaya dan Kuliner Pasundan. Kegiatan tersebut dijadwalkan digelar pada Sabtu (10/9/2016) di Pasar Lama Kota Tangerang mulai pukul 19.00 WIB.

Selain menyajikan kuliner khas Pasundan, dalam kegiatan tersebut juga akan digelar berbagai kegiatan mulai dari penampilan tari tradisional khas Tangerang dan Banten yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Pasundan seperti Rampak Bedug versi Tangerang, dan juga penampilan Rampak Gendang serta Kecapi Suling Modern dari Gandrung Gumilang Enterprise.

"Budaya Pasundan merupakan tema utama dalam acara Tangerang Culinary Night yang rutin kita selenggarakan di kawasan Pasar Lama," Terang Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disporparekraf) Tangerang Rina Hernaningsih, mengutip keterangan resminya, Jumat (9/9).

Tak hanya itu, ke depan, Rina mengungkapkan pihaknya akan melibatkan suku-suku lainnya, selain Sunda, dalam Festival Kuliner. Dalam kesempatan tersebut Rina juga ingin meluruskan isu yang berkembang di masyarakat terkait pengisi acara dan undangan yang hadir dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

"Sebelumnya saya sampaikan bahwa kami hanya akan menampilkan agenda acara sebagaimana yang tercantum dalam undangan resmi yang telah disebar panitia dari Paguyuban Pasundan," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Paguyuban Pasundan Cabang Kota Tangerang, Nana Supiana yang menjelaskan bahwa informasi di Media sosial yang menerangkan bahwa agenda Culinary Night Pasundan Kota Tangerang tidak mengundang Bupati Purwakarta, Gubernur Jabar, Wali Kota Bandung, besarta artis Ariel Noah, Sule OVJ, dan Dewi Gita. "Ini informasi dari para pihak yang tidak bertanggung jawab.”

Seniman Asing-Tradisi Kenalkan Budaya ke Sekolah

Tangerang, Banten - Seniman tari dari dalam dan luar negeri melakukan pengenalan budaya ke sejumlah sekolah dan pusat belanja di Kota Tangerang dalam rangkaian Tangerang International Folklore Festival 2016.

"Hari ini, jadwal para seniman tari Folklore Festival adalah melakukan pengenalan budaya kepada pelajar di sekolah dan masyarakat di pusat belanja. Para seniman akan mengenalkan setiap budaya di negaranya masing-masing," kata Ketua Pelaksana Tangerang International Folklore Festival 2016, Fadil di Tangerang, Selasa.

Ia mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melestarikan seni dan budaya di masyarakat terutama pelajar sebagai generasi penerus bangsa.

Khususnya, seni dan budaya tradisional Indonesia agar tak dilupakan oleh masyarakat di dalam negeri.

"Ini adalah upaya dari pemerintah untuk melestarikan seni dan budaya," ujarnya.

Pada Selasa ini, kata Fadil, lokasi yang menjadi kunjungan para seniman tari adalah SMA Negeri 2, SMA Negeri 1, SMA Negeri 7 dan Pusat Belanja Tangerang City.

Selain melakukan pengenalan budaya, para senimana tari juga menggelar workshop bagi pelajar dan masyarakat.

"Sistemnya tak hanya menampilkan tarian saja tetapi juga membuka sesi tanya jawab agar bisa memberikan ilmu pengetahuan mengenai seni dan tari," paparnya.

Perlu diketahui, angerang International Folklore Festival 2016 diselenggarakan selama enam hari mulai tanggal 21 - 26 Agustus di Kota Tangerang. Berbagai kegiatan telah disiapkan dengan pusat acara yakni di halaman pusat pemerintahan kota tangerang.

Adapun empat negara yang ikut serta dan mengirim perwakilan senimannya adalah India, Srilanka, Filiphina dan Meksiko.

Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah mengatakan, Tangerang International Folklore Festival 2016 merupakan Festival kesenian rakyat yang diadakan untuk melestarikan dan mempertunjukan tarian daerah masing - masing kepada masyarakat.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam rangka mewujudkan kota yang layak dikunjungi serta wadah internasional dalam melestarikan seni dan budaya masing-masing.

Tari Cokek Dikukuhkan Sebagai Seni Budaya Khas Tangerang

Tangerang, Banten - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan Tari Cokek sebagai warisan seni budaya asal Kota dan Kabupaten Tangerang. Tari Cokek ini dikukuhkan dalam bentuk sertifikat.

Bisa ditetapkannya Tari Cokek sebagai seni budaya asal Tangerang ini tidak lepas dari usaha Budayawan Banten Tubagus Saptani Suria. Dia mendaftarkan langsung kesenian tersebut ke Kemendikbud dengan membawa data-data yang membuktikan Tari Cokek berasal dari Tangerang.

“Prosesnya sejak tahun 2015. Selain Tari Cokek, saya mendaftarkan empat kesenian lainnya seperti Sate Bandeng dari Serang, Rampak Bedug dari Pandeglang, Seba Baduy dan Angklung Buhun dari Leba pada 14 Juni 2015,” katanya, Senin (15/8/2016).

Setelah didaftarkan, kemudian Kemendikbud melakukan sidang pada 22 September. Tapi dari lima seni budaya yang didaftarkan, hanya empat yang dikukuhkan pada 20 Oktober 2015. “Kesenian Angklung Buhun tidak dikukuhkan karena kurangnya data primer,” jelas Saptani yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Pemerhati Masyarakat Tangerang ini.

Dia menambahkan, dalam proses sidang, Tari Cokek sempat diklaim oleh DKI Jakarta. Tapi akhirnya data yang kita berikan lebih kuat faktanya jika tarian khas tersebut berasal dari Kota dan Kabupaten Tangerang. Sertifikat dari Kemendikbud itu lalu diberikan ke Pemrov Banten yang kemudian dia terima pada 12 Agustus 2016.

“Selanjutnya, sertifikat Tari Cokek ini akan kita berikan kepada masyarakat Kota Tangerang melalui Wali Kota Arief R Wismansyah dan saat Upacara HUT RI ke 71 nanti,” paparnya.

Dia berharap, dengan dikukuhkannya Tari Cokek ini bisa mendorong Pemda Kota dan Kabupaten Tangerang untuk mengaungkan kembali tarian khas Betawi yang sudah berkembang di Tangerang sejak abad ke 19 ini. Pasalnya Tari Cokek saat ini sudah mulai dilupakan lantaran minimnya dorongan dari masyarakat dan juga Pemerintah Tangerang sendiri.

“Saat ini sanggar Tari Cokek yang masih ada di Tangerang cuma empat buah. Ini perlu dikembangkan kembali dengan mensosialisasikannya ke masyarakat melalui sekolah-sekolah serta pihak Kecamatan dan Kelurahan,” pungkasnya.

Pimpinan DPRD Kota Tangerang Dilaporkan ke Kejaksaan

Tangerang–Haris Pandela, Imron Khamami dan Muslih Muhamad Amin, Selasa (6/7), melaporkan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang: Gian Sugiharsono, Jhoni Suherlan, Krisna Gunata dan Burhan, Ketua Panitia Anggaran, TB. Busro, Sekretaris Dewan, Daryanto dan Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Dewan, Dian Ferdian.dilaporkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang. Para petinggi DPRD Tangerang itu dilaporkan, terkait dengan dugaan penyalah-gunaan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada pos anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD Kota Tangerang tahun anggaran 2003 dan 2004.

Dalam laporan itu dikatakan, banyak dana pada APBD 2003 tidak jelas posnya, tapi justru berdasarkan rekomendasi pimpinan DPRD. Lihat saja anggaran pos yang tidak diketahui namanya, tercantum Rp. 970 juta per tahun misalnya. Dalam realisasi, dana itu sudah dikeluarkan untuk dibagikan kepada pimpinan dan anggotanya senilai Rp. 1.78 milyar. Artinya, ada kelebihan pemakaian sebesar Rp. 737,5 juta. "Ada kenaikan sebesar 92,52 persen dari APBD yang ditetapkan. Pos anggaran itu juga tidak diatur dalam PP 110/2000 tentang kedudukan keuangan DPRD," kata Imron Khamami.

Selain itu, kecurigaan juga diberikan kepada pengeluaran untuk angggaran biaya operasional yang terhitung lebih dibandingkan dana yang ditetapkan yaitu Rp. 500 juta per tahun. Kelebihan pemakaian uang yang tidak jelas itu mencapai Rp. 622,5 juta, terhitung dari nilai uang yang sudah dicairkan, yaitu Rp. 1,122 milyar.

Tidak hanya APBD 2003, dana APBD 2004 juga sudah mulai digerogoti. Bahkan, kata Imron, disinyalir habis dipakai. Padahal, 2004 baru masuk triwulan kedua, dan seharusnya dana masih ada untuk operasioanl DPRD. "Anggaran biaya pembelian pakaian dinas kerja sebesar Rp. 450 juta sudah habis terpakai," kata Imron.

Menurut Kepala Intelejen Kejari Tangerang, Hassanudin, pihaknya akan menindak-lanjuti laporan dugaan korupsi itu dengan melakukan penyelidikan. Sementara itu, Sekretaris Dewan, Daryanto yang mengaku belum tahu dirinya dilaporkan ke Kejari, menyatakan siap diperiksa.

Sumber : TempoInteraktif.com  06 Juli 2004

Tangerang akan Masukkan Silat Beksi ke Kurikulum Sekolah

Tangerang, Banten - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang, Banten, berencana memasukan seni bela diri Silat Beksi ke kurikulum muatan lokal sekolah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Nurul Huda pada Senin mengatakan saat ini Silat Beksi sudah mulai dikenalkan kepada murid-murid Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lewat kegiatan ekstrakurikuler.

Pengenalan seni bela diri itu di tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan, menurut dia, masih dipersiapkan.

"Masih banyak pelajar yang belum mengetahui Silat Beksi. Padahal ini adalah warisan budaya Tangerang. Maka itu, kita akan upayakan untuk bisa dijadikan dalam muatan lokal di sekolah sehingga bisa terus dilestarikan," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kata Beksi berasal dari Bahasa China yang artinya empat pertahanan. Seni beladiri yang merupakan hasil perpaduan budaya China dan Betawi itu dikembangkan oleh Lie Cheng Oek, warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Tangerang.

Selain Silat Beksi, Nurul melanjutkan, Tari Lenggang Cisadane juga sudah diperkenalkan di sekolah dan ditampilkan saat sekolah menyambut tamu.

"Ini adalah bagian dari pengenalan kepada masyarakat lainnya," kata dia.

Benteng Art Festival Gelar Aneka Budaya Tangerang

Tangerang, Banten - Menampilkan seni budaya tradisional, Benteng Art Festival 2 digelar di Kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Aneka kesenian budaya lokal di kota Akhlakul Karimah itu dipertontonkan.

Perhelatan akbar tahunan yang akan berakhir pada Sabtu (21/11/2015) itu dibuka oleh ‎Walikota Tangerang, Arief Wismansyah, kemarin. Benteng Art Festival yang rencananya akan diadakan setiap tahun ini bertujuan untuk memupuk kebersamaan dan kekompakan diantara warga Kota Tangerang.

‎”Kami berharap setiap tahunnya ada peningkatan, untuk tahun ini kami kedatangan temen – temen dari luar Tangerang. Kedepan kami berharap dapat melibatkan budayawan lain yang ada di indonesia, sehingga membuktikan meskipun berbeda kebudayaan tapi tetap dapat memperkuat persatuan dan kesatuan indonesia.” kata Walikota saat meresmikan Benteng Art Festival.

Selain itu juga melalui kegiatan kali ini pihaknya berharap dapat semakin memupuk kebersamaan dan juga kekompakan antar warga, mengingat kebhinekaan budaya merupakan kekuatan tersendiri yang membedakan Kota Tangerang dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia.

Arief Wismansyah berharap masyarakat dan DPRD mendorong festival tahunan ini sebagai potensi wisata hingga akhirnya Kota Tangerang menjadi kota yang layak dikunjungi.

“Saya minta dukungan masyarakat dan juga DPRD untuk menjadikan festival ini menjadi salah satu festival wisata. Sebelumnya juga kita sudah sampaikan di rapat evaluasi untuk mendorong kampung wisata yang ada di wilayah, agar semakin memperkaya potensi wisata kita,” kata Arief.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, M. Luthfi menyampaikan bahwa selain gelaran budaya lokal, seperti Lenong dan Gambang kromong, pada gelaran kali ini juga akan diadakan lomba – lomba kesenian yang melibatkan masyarakat dan juga anak sekolah.

“Akan ada banyak lomba yang kami gelar, salah satunya ada lomba tari yang akan melibatkan siswa-siswa yang ada si Kota Tangerang.”

Terkait keterlibatan pelajar, Luthfi menegaskan ini merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Tangerang untuk melestarikan kebudayaan lokal yang ada di Kota, sehingga kedepannya dapat meraih prestasi baik di tingkat nasional bahkan hingga internasional.

Tangerang Gelar Event Seni Budaya Betawi

Tangerang, Banten - Pemkot Tangerang menggelar Festival Seni Budaya Betawi 2015 di di Kantor Kelurahan Peninggilan, Ciledug, Kota Tangerang, kemarin. Event unggulan tersebut menggelar beberapa pameran kebudayaan Betawi dan bazar.

Ratusan warga Ciledug dan sekitarnya yang memang mayoritas Betawi terlihat sangat antusias menghadiri festival yang baru pertama kalinya digelar di Kantor Kelurahan Peninggilan, Kecamatan Ciledug, tersebut. Sebagian juga terlihat asik melahap berbagai macam kuliner yang disediakan pada festival tersebut.

Di antaranya, soto Betawi, bakso, asinan, sosis bakar dan berbagai macam aneka kuliner lainnya. Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah yang datang sambil bersepeda juga menikmati kuliner Betawi mulai dari dodol, akar kelapa, lemang dan kerak telor.

Tak ketinggalan Wali Kota juga ikutan mengaduk dodol Betawi bersama warga lainnya."Ayo bu, yang semangat ngaduknya," ujar Arief, Jumat 16 Oktober 2015.

Menurut Arief, Festival Seni Budaya Betawi 2015 ini digelar sebagai bentuk upaya untuk melestarikan budaya yang menyangkut kesenian Betawi. "Kita ingin memperkenalkan budaya Betawi di kalangan masyarakat terutama remaja dan anak-anak," ungkap Arief.

100 Perahu Nusantara Meriahkan Festival Cisadane Tangerang

Tangerang, Banten - Sebanyak 100 perahu nusantara akan melakukan atraksi di Sungai Cisadane dalam rangka Festival Cisadane yang digelar Pemerintah Kota Tangerang, Banten.

Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah di Tangerang, Jumat, mengatakan, kegiatan tahunan yang menggambarkan heterogenitas budaya di Kota Seribu Industri tersebut akan digelar selama delapan hari berturut - turut di bantaran Sungai Cisadane tanggal 23 - 30 Mei 2015.

Dalam ajang ini, masyarakat akan disuguhkan berbagai hiburan rakyat, mulai dari pagelaran budaya, pameran UKM Kota Tangerang dan lainnya.

"Selain itu masyarakat juga bisa menikmati berbagai jenis makanan karena juga akan hadir festival food truck di Festival Cisadane," ujar Arief saat memantau persiapan kegiatan itu.

Kegiatan Festival Cisadane tahun ini akan dilaksanakan di dua lokasi yakni di Jalan Benteng Jaya atau belakang pusat belanja Robinson serta di Jalan Berhias, Pasar Baru. Nantinya juga akan dibuat tiga panggung yang akan menyajikan berbagai hiburan rakyat.

Parade 100 perahu akan menampilkan berbagai pernak-pernik budaya khas nusantara sebagai representasi keragaman budaya Kota Tangerang yang juga menjadi gerbang utama Negara Indonesia.

Wali Kota juga mengharapkan gaung Festival Cisadane bisa mendunia selayaknya kemashuran Festival Cisadane di masa lalu yang tergambar dari lagu "Nonton Pehcun di Kali Tangerang" yang sangat terkenal pada era 1970-an.

Masih dalam rangkaian Festival Cisadane 2015, masyarakat Kota Tangerang dan sekitarnya juga akan disuguhkan kreativitas perancang busana dan keunikan busana para model dalam Cisadane Fashion Festival.

"Maka dari itu, kita minta warga Kota Tangerang ikut berbaur bersama menikmati sungguhan acara yang disediakan. Bahkan, kami pun mengundang warga diluar Tangerang," katanya.

Dugaan Korupsi DPRD Kota Tangerang Diserahkan ke KPK

Tangerang–Penanganan dugaan korupsi dana APBD 2003-2004 DPRD Kota Tangerang dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta. Sikap yang ditempuh tiga pelapor, Haris Pandela, Imron Hamami dan Muslih Muhamad Amin itu karena Kejaksaan Negeri Tangerang dianggap mandul.

"Sudah hampir satu hulan kita melaporkan ke kejaksaan, tetapi kasus itu jalan di tempat. "Kita selalu tanyakan, tetapi ada kabar tak cukup bukti sehingga kasus tak bisa diteruskan," kata Imron saat ditemui Minggu (22/8) malam di Komunitas Sastra Kebon Nanas.

Untuk itulah kasus itu dilaporkan ke KPK. KPK sendiri melalui suratnya yang ditandatangani Wakil Ketua Erry Riyana Hardjapamekas menegaskan telah menyurati Jaksa Agung agar melakukan pemeriksaan atas kasus tersebut sesuai surat KPK bernomor R.390/KPK/VII/2004 tertanggal 22 Juli lalu.

Atas penanganan kasus dugaan korupsi yang tidak jelas itulah maka berbagai upaya dilakukan untuk menekan Kejaksaan Negeri Tangerang. Termasuk menggelar diskusi pada Minggu (22/8) malam dengan tema kita masih dijajah koruptor.

Seperti yang diberitakan Tempo News Room, berkaitan dengan kasus dugaan korupsi itu, lima orang pimpinan DPRD Kota Tangerang, ketua Panitia Anggaran dan dua orang kesekretariatan Dewan dilaporkan ke Kejaksaan.

Mereka yang dilaporkan adalah Ketua Gian Sugiharsono dan tiga wakilnya, masing-masing Jhoni Suherlan, Krisna Gunata dan Burhan, Ketua Panitia Anggaran Tb. Busro serta Sekretaris Dewan Daryanto, Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Dewan Dian Ferdian.

Dalam berkas laporan itu disebutkan bahwa sesuai APBD tahun 2003 banyak anggaran yang tidak jelas posnya. Dana yang nilainya ratusan juta itu bisa cair hanya berdasar rekomendasi pimpinan DPRD.

Misalnya, anggaran pos yang tidak diketahui namanya tercantum Rp 970 juta per tahun. Tetapi dalam realisasinya, dana itu sudah dikeluarkan untuk dibagikan kepada pimpinan dan anggotanya senilai Rp 1,78 milyar. Itu berarti ada kelebihan pemakaian sebesar Rp 737,5 juta.

"Itu berarti ada kenaikan sebesar 92,52 persen dari APBD yang ditetapkan. Lebih-lebih pos anggaran itu tidak diatur dalam PP 110 tahun 2000 tentang kedudukan keuangan DPRD," kata Imron.

Dana lain yang dicurigai adalah pengeluaran untuk angggaran biaya operasional terhitung lebih dari dana yang ditetapkan yakni Rp 500 juta per tahun. Adapun kelebihan pemakaian uang yang tidak jelas itu sebesar Rp 622,5 juta. Itu dihitung dari nilai uang yang sudah dicairkan sebanyak Rp 1,122 milyar.

Tidak hanya APBD 2003 saja, APBD 2004 pun dananya sudah mulai digerogoti. Bahkan, kata Imron, disinyalir habis dipakai. Padahal kata dia, tahun 2004 baru masuk triwulan kedua terhitung sampai Juni 2004, mestinya dana itu masih ada sisa untuk dipergunakan operasioanl DPRD baru yang masih menunggu pelantikan.

Ia mencontohkan anggaran biaya pembelian pakaian dinas kerja sebesar Rp 450 juta sudah habis terpakai anggota Dewan lama.

Dengan begitu, menurut Imron, Haris dan Amin, pimpinan dan anggota DPRD Kota Tangerang masa bakti 1999-2004, sangat kuat terindikasi melakukan tindak korupsi.

Sumber : TempoInteraktif.com 23 Agustus 2004

Pimpinan DPRD Kota Tangerang Dilaporkan ke Kejaksaan

Tangerang–Haris Pandela, Imron Khamami dan Muslih Muhamad Amin, Selasa (6/7), melaporkan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang: Gian Sugiharsono, Jhoni Suherlan, Krisna Gunata dan Burhan, Ketua Panitia Anggaran, TB. Busro, Sekretaris Dewan, Daryanto dan Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Dewan, Dian Ferdian.dilaporkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Tangerang. Para petinggi DPRD Tangerang itu dilaporkan, terkait dengan dugaan penyalah-gunaan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) pada pos anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD Kota Tangerang tahun anggaran 2003 dan 2004.

Dalam laporan itu dikatakan, banyak dana pada APBD 2003 tidak jelas posnya, tapi justru berdasarkan rekomendasi pimpinan DPRD. Lihat saja anggaran pos yang tidak diketahui namanya, tercantum Rp. 970 juta per tahun misalnya. Dalam realisasi, dana itu sudah dikeluarkan untuk dibagikan kepada pimpinan dan anggotanya senilai Rp. 1.78 milyar. Artinya, ada kelebihan pemakaian sebesar Rp. 737,5 juta. "Ada kenaikan sebesar 92,52 persen dari APBD yang ditetapkan. Pos anggaran itu juga tidak diatur dalam PP 110/2000 tentang kedudukan keuangan DPRD," kata Imron Khamami.

Selain itu, kecurigaan juga diberikan kepada pengeluaran untuk angggaran biaya operasional yang terhitung lebih dibandingkan dana yang ditetapkan yaitu Rp. 500 juta per tahun. Kelebihan pemakaian uang yang tidak jelas itu mencapai Rp. 622,5 juta, terhitung dari nilai uang yang sudah dicairkan, yaitu Rp. 1,122 milyar.

Tidak hanya APBD 2003, dana APBD 2004 juga sudah mulai digerogoti. Bahkan, kata Imron, disinyalir habis dipakai. Padahal, 2004 baru masuk triwulan kedua, dan seharusnya dana masih ada untuk operasioanl DPRD. "Anggaran biaya pembelian pakaian dinas kerja sebesar Rp. 450 juta sudah habis terpakai," kata Imron.

Menurut Kepala Intelejen Kejari Tangerang, Hassanudin, pihaknya akan menindak-lanjuti laporan dugaan korupsi itu dengan melakukan penyelidikan. Sementara itu, Sekretaris Dewan, Daryanto yang mengaku belum tahu dirinya dilaporkan ke Kejari, menyatakan siap diperiksa.

Sumber : TempoInteraktif.com 06 Juli 2004

Lomba Marawis, Menari Ala Banci Dilarang Tampil

Tangerang, Banten - Karena proses seleksi yang ketat, dari 100-an pendaftar lomba Marawis di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Khair Curug Kabupaten Tangerang, Banten, hanya 49 tim yang bisa tampil. Pada Festival seni Islami ke-3 yang diikuti siswa tingkat SMA dan SMP sederajat dari Jabodetabek dan Banten pada Sabtu dan Minggu 15-16 November 2014 ini, panitia melarang penodaan marawis dengan gaya serampangan seperti, menari-nari ala banci.

Ketua Dewan juri, Hasani Ibnu Thabrani, saat akan mengumumkan pemenang mengungkapkan, untuk seleksi agar acara berjalan sesuai harapan, pihaknya sebelumnya melakukan technical meeting dan memverifikasi seluruh peserta lomba.

Selain harus memperoleh rekomendasi dari sekolah, tim lomba juga tidak dibolehkan membuat koreografer serampangan, kecuali menampilkan Tari Zapin atau Saman.

“Marawis dalam manifestasi bershalawat harus syahdu, dan tidak boleh dijatuhkan wibawanya dengan menari-nari seperti banci. Gerakannya tidak boleh neko-neko, kalo mau nari sebaiknya dengan Zapin yang gagah seperti yang kita saksikan tadi.

Tari Zapin dan Saman dari dulu sampai kini menjadi tari melayu yang sejak dulu dipertahankan karena sesuai syariah,” ujar Hasani saat akan mengumumkan nama-nama tim pemenang lomba pada Minggu malam 16 November 2014.

Juri marawis profesional itu menambahkan, koreografi sendiri dalam lomba marawis sangat kecil nilainya daripada penilaian vokal dan aransemen dan penampilan lainnya. Sayangnya, fenomena marawis yang tidak mengikuti kaidah atau keluar dari pakem, lanjut Hasani, sering terjadi pada festival-festival di Jakarta dan Banten.

“Di Banjarmasin Kalimantan, jika pemain marawis tampil semaunya bisa mendapat teguran atau tamparan oleh kiai setempat. Untuk itu kami selaku penggiat marawis dari waktu ke waktu tak akan membiarkan seni ini berkembang dengan salah,” tambahnya.

Lebih lanjut Hasani menyampaikan, dalam setiap perlombaan yang selalu dinilai adalah makhorijul huruf (ketepatan pengucapan huruf/vocal), kekompakan koor, penghayatan dan penguasaan lagu. Untuk aransemen perkusi, ada penilaian teknik, harmonisasi, dinamika, tempo dan crescendo. Dalam penampilan, yang dinilai seperti penguasaan pentas, blocking atau formasi, adab, kostum dan koreografi.

Sementara itu, Ustadz Hafiz Gunawan selaku pimpinan Ponpes Miftahul Khaer di tempat terpisah mengatakan, “Ini tahun ke-3 kami melaksanakan festival marawis. Kalau hingga kini baru dilaksanakan lomba di tingkat SMA dan SMP sederajat, Insya Allah tahun depan bisa diikuti siswa-siswi SD,” ucapnya.

Lomba marawis di pesantren Miftahul Khair, tidak hanya untuk pembagian hadiah semata tapi juga sebagai ibadah dan untuk menghasilkan juara-juara berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan.

Mengenal Batik Khas Kabupaten Tangerang

Tangerang, Banten - Ragam batik di Indonesia begitu kaya. Kalau dilihat kembali, Provinsi Banten juga memiliki karya batik nan indah. Kalau selama ini yang baru dikenal hanya batik asal Baduy atau pun Tangerang Selatan, maka tak ada salahnya berkenalan dengan batik dari Kabupaten Tangerang, salah satu kabupaten yang juga terdapat di Provinsi Banten.

"Saat ini kami (perajin batik) baru mengeksplorasi dua motif batik yaitu wareng dan kacang," ujar Ketua UMKM Kabupaten Tangerang, Sri Maryanti saat ditemui di Gebyar Wisata Banten 2014, Minggu (26/10/2014).

Sri lantas memperlihatkan beberapa kain batik dengan dua motif yang disebutkannya. Kedua motif batik tersebut memiliki warna dengan nuansa gelap dan motif diagonal.

"Dua batik ini memiliki filosofi yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat yang menetap di Kabupaten Tangerang," tambahnya.

Menurut Sri, kacang merupakan tanaman yang kerap kali ditemui pada tiap halaman rumah di Kabupaten Tangerang yang kebetulan memiliki jenis tanah yang gembur. Sedangkan wareng berarti galak. Biasa disematkan pada ayam jantan. "Ayam wareng atau ayam galak juga menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang yang dulunya suka mengadu ayam," terangnya kembali.

Sayang, menurut Sri, motif-motif yang dihasilkan oleh perajin batik Kabupaten Tangerang belum terlalu beragam. "Saat ini mungkin hanya dua motif, mungkin ke depannya bisa bertambah dan juga mungkin dapat berubah karena memang belum dipatenkan," ungkapnya.

Belum adanya hak paten memang menjadi kendala yang membatasi Kabupaten Tangerang untuk mengeksplorasi lebih dalam lagi batik sebagai identitas. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Seksi Pariwisata Disporabudpar, Murtasiah.

"Untuk urusan ekonomi kreatif, kami memang masih dalam tahap membangun. Batik pun belum dipatenkan karena motif Kabupaten Tangerang masih dinilai mirip dengan batik mataram, walaupun kalau dilihat lebih seksama tentu sangat berbeda. Perlu sinergi beberapa pihak untuk dapat hak paten," ungkapnya.

Walaupun begitu, perajin batik di sana tetap menggali identitasnya dengan tetap mengeksplorasi ciri khas Kabupaten Tangerang yang dapat dijadikan motif batik.

"Sebenarnya tak hanya batik yang kami angkat, dari dulu Kabupaten Tangerang juga dikenal dengan kerajinan tas berbahan dasar reptil. Ini akan terus kami lestarikan. Kalau batik juga kami akan gali terus hingga nanti dapat kami patenkan motif yang tepat," tutup Sri.

Kota Tangerang Akan Gelar "Benteng Art Festival"

Tangerang, Banten - Pemerintah Kota Tangerang, Banten, akan gelar pawai budaya bertajuk 'Benteng Art Festival' pada 17-19 Oktober 2014 di Taman Plaza Puspem.

Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah mengatakan di Tangerang, Senin (6/10/2014), 'Benteng Art Festival' akan menghadirkan beragam sajian seni di antaranya wayang kulit, lenong betawi, gambang kromong, campur sari, reog ponorogo, barong bali, barongsai dan liong, debus, batik Kota Tangerang.

Lalu ada kegiatan Indonesia mendongeng bersama Kak Seto, stand seni budaya, tari kolosal, band, komunitas Ebiet G. Ade, dan aneka perlombaan seni budaya lainnya.

"Kami ingin memberikan suguhan yang menghibur, memberikan edukasi serta dapat dinikmati oleh masyarakat. Inilah salah satunya, Benteng Art Festival," katanya.

Kegiatan ini sebagai wujud kepedulian pemkot terhadap keberadaan dan perkembangan seni dan budaya yang ada di Kota Tangerang.

Ia mengharapkan pergelaran tersebut berjalan dengan baik dan dapat menyuguhkan sajian menarik tak hanya bagi masyarakat Kota Tangerang akan tetapi dari luar daerah. Pada akhirnya turut meningkatkan potensi pariwisata serta peningkatan ekonomi bagi masyarakat Kota Tangerang.

"Acara bagus dan menarik, potensi ekonomi, pariwisata pun akan tumbuh karena banyaknya para pengunjung yang datang," papar Arief.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, Irman Pujahendra mengatakan pihaknya terus menjalin kerja sama dengan berbagai budayawan dan Dewan Kesenian Kota Tangerang.

Berbagai kesiapan terus dilakukan agar seluruh budaya di Kota Tangerang dapat di tampilkan secara maksimal. Meski dihuni berbagai warga dari berbeda budaya tetapi Kota Tangerang memiliki khas sendiri.

"Banyak warga yang belum kenal. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengenalkan budaya Kota Tangerang," ujarnya.

Janjikan Gedung Kebudayaan, Bupati Tangerang Puji Penyair Aceh LK Ara

Tangerang, Banten - Pemerintah Kabupaten Tangerang sedang membangun gedung kebudayaan yang diharapkan rampung dalam dua tahun ke depan. Gedung ini nantinya akan diperuntukan untuk seniman sebagai wujud tempat berkarya dan mengapresiasi karya baik sastra, seni rupa, tari, teater dan tradisi.

"Dua tahun mendatang kami akan undang Anda untuk kembali ke Tangerang dan mengisi gedung kebudayaan," kata Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, kepada 80 penyair yang menjadi peserta Temu Sastrawan Nusantara, Minggu, 22 Desember 2013.

Zaki mengatakan, kebudayaan menjadi bagian dari perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang selain soal pendidikan dan kesehatan. Dia mengapresiasi Temu Sastra Nusantara yang digagas Dewan Kesenian Kabupaten Tangerang. Zaki juga memberikan penghargaan kepada dua penyair atas kiprahnya bagi pengembangan sastra di Indonesia, yakni LK Ara atas dedikasinya menggiatkan sastra di Aceh dan Suryati Syam atas prakarsanya mendirikan komunitas puisi di Bekasi.

Bupati Tangerang juga mendorong tema sastra masuk kurikulum sekolah yang dibahas dalam temu sastrawan selama tiga hari sejak Sabtu itu direkomendasikan kepada Kementerian pendidikan nasional. Hasil diskusi bisa sebagai rujukan pemerintah dalam bidang pengembangan sastra budaya.

Seni `Barzanji` Dihidupkan MTS Al-Husna Curug

Tangerang, Banten - Arus kesenian modern menggerus seni syair yang pernah berkembang di kalangan umat Islam di Tangerang, Banten. Salah satunya adalah pelantunan syair Shalawat Barzanji atau Marhamah. Meski masih eksis di kalangan masyarakat, namun lantunan pujian pada Nabi Muhammad ini sangat jarang terdengar kecuali saat ritual keagamaan.

Untuk mencegah kepunahan Syair Barjanji, Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Husna Curug, HM Furqon, menghidupkannya kembali di kalangan generasi muda. Marhamah menjadi mata pelajaran tambahan atau ekstrakurikuler (ekskul) pelajar di sekolahnya, seperti halnya Pencak Silat, Pramuka, PMR, dan Paskibra yang banyak diminati siswa.

"Mulai tahun ini kami menyelenggarakan ekskul Marhamah sebagai upaya melestarikan kebudayaan Islam. Sama halnya dengan pengadaan ekskul Silat dalam rangka membumikan budaya nasional di kalangan pelajar," ujar HM Furqon, Kepala Madrasah Tsanawiyah, Sabtu 20 Juli kemarin.

Syair shalawat (puji-pujian pada Nabi Muhammad) yang ditulis Sekh Barjanji, katanya, sejak dulu dimainkan para orang tua pada peringatan maulid nabi, ritual mencukur rambut bayi, dan mengiringi prosesi sunatan anak yang menjelang akil baliq (remaja).

"Sekarang marhamah hanya dilakukan pada waktu mencukur bayi berumur 40 hari. Masa dulu bengkong atau tukang sunat saat mengkhitan anak dikelilingi orang tua sambil melantunkan Marhamah. Sekarang hal itu sudah jarang terdengar," jelasnya.

Syair Marhamah, tambahnya, menceritakan riwayat dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW yang patut ditiru terkait pengembangan pendidikan yang berbasis karakter (budi pekerti). Kesenian Islam ini awalnya dilakukan saat warga Madinah menyambut Nabi hijrah ke Kota Mekkah.

"Di Indonesia, Marhamah dikembangkan para ulama yang menyiarkan agama Islam. Pada abad ke-16 di Banten, Sultan Maulana Hasanuddin memadukannya dengan kesenian debus agar masyarakat tertarik memeluk agama Islam. Sekarang adakalanya Marhamah dilantunkan dengan iringan rebana," pungkasnya.

Eksistensi Batik Tangerang di Festival Muslimah

Tangerang, Banten - Batik khas Tangerang diperkenalkan kembali, melalui Tangerang Women Muslim Festival 2013. Ajang fashion show hijab ini berlangsung di Tangcity Mall, 5-6 Juli 2013. Para finalis Nong Kota Tangerang, rencananya akan memerlihatkan secara khusus busana khas Tangerang ini.

“Batik yang dikreasikan dengan nuansa hijab islami akan dipamerkan 6 Juli 2013,” kata Ramdan Sudrajat selaku Ketua Panitia Penyelenggara Tangerang Women Muslim Festival 2013. Beberapa motif batik yang akan dipamerkan antara lain: Motif Sabakingking, Mandalikan, Srimanganti, Pasepen, Pejantren, Pasulaman, Kapurban, Kawangsan, Pamaranggen, Surosowan, Pancaniti dan Datu Laya.

Batik Benteng merupakan pengembangan dari budaya asli benteng Kota Tangerang, juga akan ikut dipamerkan. Motif Batik Benteng lebih kental menggambarkan paduan akullturasi antara budaya Banten dan Tionghoa. Koleksi Batik Benteng ini adalah hasil desain pengembangan Nelty, salah satu budayawan batik yang kerap ikut melestarikan batik di Banten.

Aktivis Pelestari Batik Tangerang H Machdiar mengatakan, batik salah satu budaya peninggalan Banten. Pendapat tersebut, dibuktikan dari beberapa arkeolog studi peninggalan Keraton Surosowan Kesultanan Banten. Dalam sejarahnya batik Tangerang memang sempat tenggelam selama berabad-abad. Padahal ada beberapa motif batik yang sangat unik khas guratan tradisi asli Banten.

Festival Cisadane Dimulai Hari ini

Tangerang, Banten - Kota Tangerang akan menggelar perhelatan tahunan Festival Cisadane 2013 yang diselenggarakan pada 12 hingga 16 Juni 2013. Festival tersebut diadakan sebagai wujud adanya alkutarasi budaya di Kota Tangerang salah satunya bersamaan dengan perayaan Peh Cun 2013.

Dalam festival ini juga digelar perlombaan, pentas seni dan budaya, dan pameran dari ratusan stand yang disediakan, Selasa (11/6). Festival Cisadane akan digelar di pinggir sungai Jalan Benteng Jaya – Kelurahan Sukarasa Kota Tangerang dan Jalan Berhias Kelurahan Pasar Baru Kota Tangerang.

Terlihat persiapan terus dilakukan seperti beberapa stand pameran sudah disiapkan. Terlihat puluhan lampion sudah terpasang dipinggir pagar Sungai Cisadane. Dua buah replika naga raksasa berwarna merah dan hijau berukuran sekitar 35 meter dipasang diatas jembatan yang membelah sungai tersebut.

Wali Kota Tangerang, Wahidin Halim menuturkan Festival Cisadane merupakan festival kebanggaan seluruh warga Kota Tangerang. Sebab dalam festival tersebut tercermin nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan.

"Festival ini mencerminkan adanya alkuturasi budaya di Kota Tangerang. Semua harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain," katanya kepada Republika di Kantor Pusat Pemerintahan Kota Tangerang.

Selain itu, festival tersebut diharapkan dapat mendongkrak pariwisata Kota Tangerang. Menurut dia, menghargai adanya keberagaman budaya salah satu bentuk membangun dan melestarikan budaya.

Wahidin mengatakan Kota Tangerang sebagai Kota Ahlaqul Karimah harus mengedepankan adanya toleransi dari setiap warganya. Karena masyarakat Kota Tangerang terlahir dari berbagai macam etnis, agama dan budaya.

Sehingga melalui Festival Cisadane akan menunjukkan Kota Tangerang memiliki keanekaragaman budaya yang didalamnya terdapat kerukunan satu dengan yang lainnya.

Rencananya pembukaan Festival Cisadane akan diselenggarakan Rabu, 12 Juni 2013 pukul 19.00 WIB dimeriahkan pesta kembang api, laser dan lampion. Dalam pembukaan akan dipimpin langsung olehnya sebagai Wali Kota Tangerang.

Selain itu, dalam festival selama empat hari tersebut Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang akan dimeriahkan lomba dayung perahu naga dan karet. Adapula festival seni budaya daerah melalui perlombaan tari tradisional, pameran stand. Serta perayaan Peh Cun yang memuat beberapa tradisi didalamnya dari warga keturunan Tionghoa.

-

Arsip Blog

Recent Posts