Jakarta Kota Tua Art Festival 17-18 Oktober 2009

Jakarta - Sedikitnya 42 patung dewa dari berbagai vihara di sejumlah provinsi di Indonesia diarak di kawasan Kota Tua Jakarta dalam ritual Gotong Toa Pe Khong, Minggu (18/10).

Ritual menggotong miniatur dewa, yang diprakarsai Vihara Fat Cu Kung ini merupakan salah satu bagian dari Festival Seni Kota Tua Jakarta atau Jakarta Kota Tua Art Festival, 17-18 Oktober 2009.

Sebanyak 42 patung dewa yang berasal dari vihara di Madura, Jawa, Sumatera, Bali hingga Kalimantan ini diarak dari Vihara Fat Cu Kung mulai pukul 13:30 WIB melalui Jl Kemenangan - Jl Pintu Kecil - Jl Kali Besar Barat - Jl Kali Besar Timur 3 “Museum Fatahillah - Jl Lodan - Jl Hayam Wuruk - Jl Mangga Besar sampai di perlintasan kereta memutar ke Jl Mangga Besar - Jl Gajah Mada“ Jl Pancoran - Jl Toko Tiga Seberang - kembali Jl Kemenangan.

Menurut Jacky Sutiono dari Paguyuban Kota Tua, selain ritual Gotong Toa Pe Khong, arak-arakan diramaikan oleh marching band dan berbagai kesenian seperti Ondel-ondel, Tanjidor, Reog Ponorogo, Kesenian Bali, Komunitas Bike To Work hingga Komunitas sepeda ontel/sepeda tua

Sebelumnya, berbagai jenis seni budaya termasuk Barongsai dan Liong digelar di halaman museum sejarah Jakarta atau Taman Fatahillah. Di pelataran Taman Fatahillah terdapat pula bazzar berbagai produk makanan dan cinderamata. Pada malam harinya diadakan apresiasi seni untuk menggalang dana bagi korban gempa bumi Sumatera Barat.

Diselenggarakannya Jakarta Kota Tua Art Festival disambut antusias warga Jakarta. Banyak warga Jakarta yang memanfaatkan acara penuh warna ini untuk menyalurkan hobi fotografi.

Misalnya saja Deni, pria asal Depok yang biasa berburu foto setiap akhir pekan. Menurutnya banyak obyek foto yang menarik dalam pawai budaya kemarin. Selain itu banyak juga warga yang datang menyaksikan festival di Kota Tua inibersama keluarganya.

Tradisi Gotong Toa Pe Khong yang biasanya dilakukan hari ke 15 setelah Imlek, kali ini dipadukan dengan kegiatan kesenian lainnya untuk menyemarakan Kota Tua di Jakarta Barat.

Sebelumnya, arak-arakan yang telah dilangsungkan selama dua tahun terakhir ini hanya diikuti satu etnis tertentu (Tionghoa). Tahun ini, atas instruksi dari Direktorat Jenderal Seni dan Budaya, ditampilkan pula seni dan budaya tradisional Indonesia dengan memanfaatkan Kota Tua Jakarta sebagai salah satu tempat kunjungan wisata internasional.

"Kami harap kegiatan ini bisa dijadikan acara rutin dan menjadikan event ini sebagai pelopor bagi acara sejenis di tahun-tahun mendatang," ujar Jacky. (Jui/OL-7) (Intan Juita)

-

Arsip Blog

Recent Posts