Karnaval Tanpa Ciri Khas

Yogyakarta - Perhelatan Jogja Java Carnival sejak 2008 dinilai belum layak menyandang status sebagai ikon pariwisata Yogyakarta. Selain kekurangan berbagai prasarana pendukung, JJC terkendala masalah pokok tema spesifik sebagai ciri khas karnaval Yogyakarta.

Hal itu dikemukakan Guru Besar Arsitektur dan Perencanaan Pariwisata Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Wiendu Nuryanti, Rabu (29/9/2010), menanggapi akan digelarnya JJC ke-3 sebagai puncak rangkaian HUT Kota Yogyakarta (16 Oktober).

Penyelenggaraan karnaval tanpa konsep jelas berbahaya karena kontraproduktif. "Harus dicari hal apa yang mau diangkat seperti Solo yang dengan batik (Solo Batik Carnival) atau Jember dengan fesyen (Jember Fashion Carnival)," kata Wiendu.

Kedua karnaval tersebut sukses mengangkat nama dan menjadi ikon kegiatan wisata. Hal sebaliknya terjadi di dua kali JCC. Karnaval tidak fokus pada tema tertentu karena hanya mencampuradukan berbagai atraksi kesenian dan kebudayaan. "JCC kurang "nyantol" di benak. Harus ada karakteristik yang membedakan dengan karnaval lain," kata peneliti Pusat Studi Pariwisata UGM, Singgih Widodo.

Untuk urusan konsep karnaval ini, Wiendu melihat, Yogyakarta "kecolongan" dari Solo yang lebih dahulu mengangkat batik sebagai tema. Ia menyarankan Yogyakarta mengangkat hal lain untuk dijadikan tema karnaval atau meniru mengangkat batik yang juga kaya ragamnya di Yogyakarta.

"Tidak masalah sama dengan Solo. Nanti tinggal bersaing dan dilihat saja mana yang lebih bagus. Kalau saat ini, JJC belum layak menjadi ikon pariwisata yang bisa mengangkat Yogyakarta," kata Wiendu.

Belum pernah ada

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta, Yulia Rustiyaningsih justru merasa tiga konsep yang diusung JJC sejak 2008 belum pernah ada di kota lain. Ketiga konsep itu ialah night carnival (karnaval malam), street performance (pertunjukan jalanan), dan mobile floating (panggung berjalan).

Ketua Tim Kreatif JJC 2010 Altianto mengakui, JJC masih dalam proses pengembangan hingga memenuhi misinya menjadi karnaval berkelas internasional seperti yang diimpikan Pemerintah Kota Yogyakarta. "Ini proyek jangka panjang," katanya.

Ia mengakui, Yogyakarta tidak memiliki tiga fondasi dasar yang bisa mendukung pergelaran karnaval, yakni tradisi karnaval, sistem karnaval, dan infrastruktur karnaval. (ENG)

-

Arsip Blog

Recent Posts