Jogja Fashion Week 2008 Hadirkan Fashion Etnik

Yogyakarta - Jogja Fashion Week (JFW) 2008 yang berlangsung 27-31 Agustus 2008 di Pagelaran Keraton Yogyakarta tetap menampilkan fashion etnik daerah, yakni berbagai model batik sebagai ikon budaya nasional.

"Itu yang membedakan Jogja Fashion Week dengan Jakarta Fashion Week maupun Bali Fashion Week," kata Asisten Fasilitasi dan Investasi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Suhartuti Sutopo yang mewakili Gubernur untuk membuka JFW 2008 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Rabu (27/8).

Pagelaran di Jakarta dan Bali lebih memfokuskan pada pengembangan mode fashion internasional.

Staf Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI Thamrin Bakri berharap agar penyelenggaraan event tersebut melibatkan peran serta industri pariwisata dengan memasukkan kegiatan itu ke dalam paket-paket wisata.

"Gilirannya, event ini dapat terprogram pada kalender event nasional kebudayaan dan pariwisata," kata Thamrin.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun selaku ketua panitia mengatakan beberapa acara yang didukung Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM itu akan diikuti 51 desainer dari seluruh Indonesia.

Selain itu ada karnaval yang diikuti 28 andong dengan penumpang yang mengenakan pakaian fantasi, ditambah 15 kelompok mahasiswa, pelajar, dan organisasi masyarakat serta 100 sepeda ontel yang dimulai dari alun-alun utara Keraton Yogyakarta.

"Para pelajar itu akan mengenakan batik sesuai rancangan imajinasi mereka," kata Ketua I Panitia JFW 2008, Afif Syakur.

Pada acara pembukaan juga diadakan peragaan busana batik oleh figur publik di Yogyakarta, antara lain Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Yogyakarta F Koesdarto Pramono, pemilik Toko Mirota Batik Hamzah HS, Pemimpin Redaksi Majalah Kabare Jogja Indro Kimpling Suseno, pemilik rumah makan Suharti, juga Yani Saptohoedojo. (Pito Agustin Rudiana)

Sumber: www.tempointeraktif.com (27 Agustus 2008)