Terpikat Daya Magis Bali

Bali - Yaari Rom melukis berangkat dari pergaulannya dengan masyarakat serta alam Bali.

Seorang pria tampak khusyuk dalam sembahyangnya. Tangannya bersedekap di dada menghaturkan sembah dengan seuntai bunga di pucuknya. Seekor ular tampak melilit lehernya. Ia tengah dikelilingi aneka binatang, termasuk lumba-lumba dan seekor sapi. Di kejauhan, gunung berapi menyemburkan lava.

Lukisan berjudul Ceremony itu mewakili kedalaman kesan Yaari Rom mengenai Bali. "Bali tempat yang tidak pernah kering dan tetap menjadi sumber kreatif para seniman," kata pelukis Amerika yang lima tahun terakhir tinggal di Bali itu.

Bersama 75 karya lainnya, mantan asisten pribadi penyanyi rock Rod Stewart ini menggelar pameran di ARMA Museum, Ubud, pada 10-24 Juni. Ia mengaku seluruh ide lukisannya berasal dari pergaulannya dengan masyarakat dan alam Bali.

Sebelum ke Bali, Yaari telah mengembangkan gayanya sendiri. Pria kelahiran Los Angeles pada 1956 itu kerap mengikuti berbagai magang di bidang seni lukis, print-making, film, dan teater sejak ia berusia 10 tahun. Dalam penjelajahan ke Eropa, ia sempat menjadi seniman magang di Brahmberg Jafta Israel Studio, kemudian menjadi asisten seniman yang bekerja untuk Cannes, Prancis, Hugo Cleef Van.

Ia meraih berbagai penghargaan, seperti The Most Unique Hand Painted Applications (1975), anugerah seni grafis untuk fashion Seagraph Festival Atlanta (1979), Los Angeles Fashion Week (1998), dan juara pertama Raymond Weil (1999). Ia pernah berpameran di sejumlah tempat, seperti Israel, Cannes, Spanyol, New York, dan Melbourne.

Di Bali, ia mendirikan Yaari Toya Bali Studio untuk menciptakan masa depan seni busana dan seni terapan untuk dekorasi ruangan. Di samping itu, ia juga mengumpulkan beberapa pelukis muda dan mengorbitkannya melalui jaringan internasional yang dimilikinya. Kini dia mengerjakan Art Quest, proyek pendidikan yang salah satu misinya membantu pendidikan siswa di Bali dan magang di studio Yaari.

Pada lukisan Yaari, menurut pengamat seni Wayan Suardika, suasana Bali tersirat dalam mitologi dan kerumitan bentuk serta warna-warna yang mencolok. Uniknya, Suardi menjelaskan, warna-warni itu sudah mengalami reproduksi simbolis yang tak dikenal oleh orang Bali sendiri. (ROFIQI HASAN)

Sumber: www.korantempo.com (25 Juni 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts