Budaya Betawi Harus Siap Beradaptasi

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo meminta, agar Kongres Kebudayaan Betawi yang digelar tidak hanya dilihat dari aspek sejarahnya saja, namun juga dapat dilihat dari aspek masa kini dan dapat memposisikan diri dalam proyeksi masa yang akan datang, terutama untuk para generasi penerus. Menurutnya, hal itu bertujuan sebagai salah satu upaya dalam melestarikan kebudayaan Betawi, terutama pada kaum muda Betawi.

"Kongres ini hendaknya juga melihat aspek masa kini. Selain itu, budaya Betawi juga harus siap beradaptasi dengan perkembangan masa depan," ujar Fauzi Bowo, saat membuka Kongres Kebudayaan Betawi di salah satu hotel di bilangan Jakarta Pusat, Senin (5/12).

Untuk melakukan konsolidasi terkait pelestarian kebudayaan Betawi, ia menilai harus ada modal yang disiapkan, yaitu bersatunya seluruh elemen masyarakat Betawi. Dengan begitu, upaya dan tujuan melestarikan budaya masyarakat Betawi tentunya dapat tercapai.

Fauzi menambahkan, masyarakat Betawi harus bisa tampil percaya diri mempertahankan seni budaya peninggalan nenek moyangnya tersebut. Terlebih, masyarakat Betawi hidup dan tinggal di tanah kelahirannya sendiri. Oleh karena itu, ia meminta hasil kongres bisa fleksibel dan menjadi pemandu bagi generasi penerus. Tak hanya itu, ia pun mengimbau agar kongres kebudayaan Betawi bisa diadakan secara rutin dan berkala. "Dengan begitu, potensi kebudayaan Betawi tidak akan punah. Kalau bisa, kebudayaan Betawi jadi life style orang Jakarta disertai dengan intelektualitas kaum Betawi yang berkualitas," paparnya.

Ketua Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi, Nachrowi Ramli menyatakan, kongres yang digelar ini merupakan momentum tepat untuk mengkaji, menelaah dan merumuskan kebijakan kebudayaan Betawi. Menurutnya, kongres ini harus dapat memperhatikan aspek sejarah Betawi. Selain itu, ia juga mengingatkan, agar kongres yang digelar hendaknya melihat kepentingan seluruh elemen masyarakat Betawi yang ada saat ini dan generasi penerus yang akan datang. Yang tak kalah penting, sambungnya, adalah faktor sumber daya manusia (SDM) Betawi yang nantinya akan berperan dalam melestarikan kebudayaan asli Betawi.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman menambahkan, kongres tersebut rencananya akan berlangsung selama tiga hari yakni, Senin (5/12) hingga Rabu (7/12). Melalui kongres ini, ia berharap dapat menghasilkan rekomendasi usulan kebijakan pelestarian budaya Betawi dalam bentuk perda tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi. "Kongres Kebudayaan Betawi diselenggarakan berdasarkan UU No 29 Tahun 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, sebagai pendukung pembuatan Perda Pelestarian Kebudayaan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata serta Menteri Dalam Negari No 40 dan 42 tahun 2008 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan," katanya.

Berdasarkan aturan tersebut, ucapnya, Pemprov DKI Jakarta berkewajiban mengembangkan budaya lokal, yaitu budaya Betawi bersamaan dengan budaya-budaya lain yang tumbuh dan berkembang di ibu kota. Diungkapkan Arie, penyelenggaraan kongres ini juga diharapkan dapat menjaring saran dan keinginan masyarakat dalam upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayan Betawi di Jakarta. Kemudian dapat dihasilkan saran, rekomendasi dan kesepakatan yang akan menjadi cikal bakal lahirnya Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi.

“Peserta kongres sebanyak 200 orang yang terdiri dari Bamus Betawi, Lembaga Kebudayaan Betawi, unsur kampus, pemerhati budaya Betawi, dan pakar kebudayaan, serta masyarakat umum dan media. Selain itu, belum ada satu daerah pun yang memiliki Perda tentang Pelestarian Kebudayaan. Kalau kita ada, maka Jakarta menjadi pionir bagi daerah lain untuk mendukung pengembangan kebudayaan melalui bentuk perda," tandasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts