Sate Maranggi Khas Pinggir Pantai

Ancol, Jakarta - Mau di mana pun tempatnya, masakan Sunda selalu menjanjikan rasa yang khas. Seperti rasa sate maranggi yang dihasilkan rumah makan Saung Kuring di kawasan Pantai Ancol, Jakarta Utara. Menikmati suasana pantai menjadi salah satu pilihan untuk menghilangkan stres. Demi mendapatkan suasana rileks, tak ada salahnya kita juga mencicipi hidangan asal Tanah Pasundan yang bernama sate maranggi. Berbeda dengan sate yang banyak dijual di Jakarta dan berasal dari Madura, sate maranggi bisa dikatakan makanan khas Purwakarta, Jawa Barat.

Namun, beberapa orang ada pula yang berpendapat bahwa sate maranggi berasal dari Cianjur atau sekitar kawasan Cipanas. Aroma wangi dari bakaran sate maranggi tercium saat Seputar Indonesia (SI) memasuki rumah makan Sunda berlabel Saung Kuring, yang berlokasi di Pantai Indah Ancol. Rumah makan yang berdiri sejak dua tahun lalu ini, tepatnya pada Januari 2007, menurut pemiliknya, Ade Norman, memang menjadikan sate maranggi sebagai salah satu menu andalan. "Bagi para pencinta masakan Sunda, terutama sate maranggi, tidak usah jauh-jauh pergi ke Cianjur, karena di Ancol pun tersedia sate maranggi dengan rasa yang tidak kalah enak," ujarnya.

Ade menambahkan, walau umumnya sate maranggi terbuat dari daging kambing ataupun sapi, khusus di Saung Kuring, bahan baku utama yang dipakai adalah daging sapi. Perbedaan sate maranggi dengan jenis sate lainnya terletak pada bumbu yang terbuat dari kecap serta memiliki cita rasa campuran antara manis, asam, dan pedas. Perpaduan rasa tersebut sangat terasa menyentuh lidah saat SI menikmati sate maranggi. Rasa manis ditimbulkan dari kecap, asam dari cuka lahang (cuka yang terbuat dari tebu), dan pedas yang berasal dari cabai hijau. "Kalau di tempat lain menggunakan cuka, sate maranggi khas Saung Kuring menggunakan asam jawa sebagai bumbu tambahan," sebut Ade, yang membuka restorannya sejak pukul 07.00 WIB.

Jika bahan campuran bumbu berbeda, tidak demikian halnya dengan penyajian sate. Sate maranggi ala Saung Kuring, juga menggunakan kecap yang dilengkapi irisan bawang merah serta tomat segar. Daging sapi bertekstur lembut yang sudah terbakar dan menghasilkan warna gelap itu mempunyai rasa manis dan tidak memunculkan bau amis. Sedikit rasa segar akan muncul apabila sate disantap bersama irisan tomat. Satu lagi santapan khas Tanah Pasundan yang diandalkan Saung Kuring, yaitu gurame bakar. Sama dengan menu serupa yang banyak didapati di rumah makan lain. Di restoran ini, ikan gurame juga mengalami proses marinasi terlebih dahulu sebelum dibakar. Hanya, yang menambah kelezatan menu ini adalah bumbunya yang sangat terasa ketika disantap.

"Bumbunya meresap banget. Enak, gurih, pokoknya beda dengan masakan gurame khas Sunda di rumah makan lain," ujar Fani, salah seorang pengunjung Saung Kuring yang saat itu sedang berbuka puasa. Menurut Ade lagi, restorannya memang memiliki bumbu rahasia untuk menambah kelezatan gurame. Meski demikian,bahan bumbu serta cara peracikannya tetap sama dengan yang dipilih orang pada umumnya. "Ikan yang sudah dimarinasi didiamkan selama 10 menit. Itu mungkin yang bikin rasanya ngeresep," imbuh Ade.

Rumah makan berkapasitas 150 pengunjung ini juga menyediakan nasi timbel sebagai menu khas Sunda yang menjadi andalan sekaligus favorit. Menu nasi timbel di sini dibanderol dengan harga yang relatif murah, tetapi isinya komplet. Satu paket nasi timbel berisi nasi putih, ayam goreng atau bakar (bisa juga diganti empal), ikan gabus, sayur asem, serta tahu dan tempe goreng, lengkap dengan sambal dan lalapan. Menu nasi timbel per porsi dihargai Rp27.500. Sementara untuk keseluruhan menu, harga yang dipatok berkisar antara Rp5.000?"60.000. Selain menu ala carte, terdapat pula menu paket yang dapat dipesan dengan harga murah.Cukup membayar Rp200.000 untuk enam orang, hasrat bersantap pengunjung sudah bisa terpuaskan. Adapun menu lainnya, Saung Kuring menyediakan aneka sup, mi bakso, seafood,dan beragam varian sate. (nsa)

-

Arsip Blog

Recent Posts