Pesta Kebudayaan Para Seniman

Jakarta - Tebaran karangan bunga selamat dan sukses memenuhi lobi Gedung Kesenian Jakarta, Rabu (23/3/2011) malam tadi. Tak tanggung-tanggung, tiga acara apresiasi seni budaya memeriahkan Gedung Kesenian Jakarta sekaligus. Ini pesta besar para seniman tahun 2011.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kembudpar) bersama Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) mengadakan acara apresiasi gabungan.

Berlatar belakang menyemarakkan hari musik Indonesia yang jatuh pada 9 Maret, malam apresiasi pun diadakan bagi insan budayawan dan seniman Indonesia. Acara juga dipersembahkan kepada mendiang Elfa Secioria, seniman ulung yang pada malam ini menjadi sosok apresiatif dengan tajuk "Untukmu Sahabatku Elfa Secioria".

Tema besarnya, "Musik sebagai Sarana Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa". Harapannya, sebagaimana disinggung Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PAPPRI Dharma Oratmangun, para praktisi musik dapat lebih menunjukkan dedikasi dan prestasinya.

Sumbangsih mereka berupa pemikiran dan perbuatan berperan penting bagi kemajuan, perkembangan, dan pelestarian musik Indonesia. "Lagu-lagu cinta Tanah Air kita dengarkan, kemudian merasuk dalam sanubari menjadi getaran hati. Ini pertanda musik menjadi sarana yang ampuh dalam membangun karakter bangsa," imbuh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Elfa Secioria merupakan salah satu sosok legendaris itu. Dia seniman musik yang menelurkan banyak prestasi, termasuk seniman-seniman baru yang juga berprestasi.

Kembudpar menyematkan dua apresiasi. Pertama, Anugerah Satyalancana Kebudayaan 2010, apresiasi budaya dan seni tertinggi yang diberikan negara (presiden) untuk tahun 2010.

Kedua, Anugerah Kebudayaan kategori Hadiah Seni 2011, apresiasi budaya dan seni tertinggi yang diberikan Kembudpar untuk tahun 2011.

Adapun PAPPRI menganugerahkan Nugraha Bhakti Musik Indonesia (NBMI). Penerimanya, pertama, adalah Prof Darmanto Jatman, SU, filsuf dan penyair. Kedua, Koestono (Tony) Koeswoyo (almarhum), komponis yang berkeinginan meredam budaya asing lewat musik. Ketiga, Ny Dewi (almarhumah), koreografer dan penari topeng losari.

Keempat, Hj Siti Maryam Salahuddin, penulis buku adat daerah Nusa Tenggara Barat. Kelima, Prof Jacob Sumardjo, sejarawan teater, esais, dan kritikus. Keenam, Iwan Fals, komponis dan penyanyi. Ketujuh, Emha Ainun Najib, budayawan, penyair karya puisi, esai, dan pertunjukan. Kedelapan, Prof Abdul Hadi WM, budayawan dan komponis.

Selanjutnya, penerima Anugerah Kebudayaan Hadiah Seni adalah Elfa Secioria (alm) selaku komponis, pencipta lagu, dan menerbitkan banyak musisi papan atas Indonesia. Kedua, Dr Sundari Soekotjo, penyanyi keroncong. Ketiga, I Gusti Putu Gede Wedhasmara, pencipta lagu dengan inspirasi budaya Bali.

Untuk NBMI, penerimanya, pertama, adalah Elfa Secioria (almarhum). Kedua, dr Anton Issoedibjo, seniman musik sekaligus dokter, piawai dalam menulis lagu dan menata musik. Ketiga, Dwiki Dharmawan, komposer musik, menggabungkan musik etnis Sunda dan jazz. Keempat, Guruh Sukarno Putra, seniman musik dan koreografer andal, memadukan musik pop dan etnis Bali berikut tariannya.

Kelima, Harvey Malaiholo, penyanyi profesional, banyak memiliki pengalaman konser. Keenam, grup The Rollies, grup musik yang mendapatkan piagam "Group Legendaris Sepanjang Masa" dari majalah Rolling Stone. Ketujuh, Agnes Monica, seniman muda berenergi penyabet "The Most Fashionable Woman of the Year" 2011.

Seusai penyerahan penghargaan, para hadirin di Gedung Kesenian Jakarta tersebut disuguhi beberapa penampilan. Elfa's Singer menyanyikan tiga lagu ciptaan Elfa Secioria.

Selanjutnya ada penampilan dari Netta & Herson (Geronio) yang menyanyikan lagu "Lady" dan "Song of Kalpataru", dua lagu yang merupakan besutan dr H Anton Issoedibjo.

Suguhan berikutnya, grup musik Warna menyanyikan karya Dwiki Dharmawan, "Biarlah Kusimpan dalam Hati".

The Rollies juga tampil, menyanyikan lagu secara medley, "Astuti", "Kemarau", da "Gone are the Song of Yesterday. Tak kalah ketinggalan, penyanyi keroncong istana, Sundari Soekotjo, menyanyikan tiga karya Wedhasmara, "Kau selalu di Hatiku", "Bunga Flamboyan", dan "Aku Berpisah di Teras St Carolous" secara medley.

Menjelang akhir, Harvey Malaiholo menyanyikan karya Elfa Secioria dan Wieke Gur, "Seandainya Selalu Satu". Acara pun ditutup dengan nyanyi bersama semua hadirin.

-

Arsip Blog

Recent Posts