Warga Singkil Padati Lokasi Wisata Ikut Acara Tolak Bala

Singkil - Setelah malam sebelumnya melakukan zikir dan doa di surau dan masjid di kota Singkil dan sekitarnya, ribuan warga memadati sejumlah lokasi wisata di kabupaten itu untuk melakukan rangkaian ritual tolak bala.

Kawasan wisata pantai Gosong Telaga, pantai Pulo Sarok dipenuhi ribuan warga yang datang bersama keluarga. Dengan membawa makanan dan minuman warga terlihat ceria bersama anak-anak dan remaja mandi di kawasan pantai laut Singkil.

Salmah, ibu rumah tangga warga Kilangan, Kecamatan Singkil datang bersama anak dan keluarga besarnya menyebutkan, kebiasaan tolak bala ini dilakukan sebagai hari kumpul bersama kelurga.
Makan dan santai bersama bahkan terkesan sebagai hari santai kabupaten karena hampir seluruh keluarga terutama yang berada di kawasan pesisir pantai melakukan hal yang sama. Seperti di Kecamatan Kuala Baru, Singkil, Singkil Utara, Pulau Banyak.

Pantauan Analisa, perkantoran pemerintah walaupun tidak diliburkan namun sepertinya sudah menjadi kebiasaan, PNS dan pejabat setempat masuk kantor kemudian pulang cepat untuk bergabung bersama keluarga mengikuti acara itu.

“Tidak ada larangan tegas untuk pulang cepat”, kata salah seorang PNS. Bahkan sekolah pun memberikan waktu kepada siswa-siswi untuk pulang lebih cepat dari biasanya.

Menurut warga Singkil, Samsudin Z, kegiatan tolak bala sekarang sudah terjadi pergeseran nilai dari acara ritual yang sakral menjadi acara santai dan makan-makan bersama keluarga di kawasan lokasi wisata.

Padahal sebenarnya kata Samsudin, tolak bala yang dilaksanakan pada Rabu terakhir bulan Syafar setiap tahunnya adalah acara zikir dan doa bersama yang sifatnya sakral kemudian diakhiri dengan makan bersama keluarga.

Acara yang seharusnya berjalan dengan sakral tetapi saat ini berubah menjadi acara yang sifatnya “hura- hura” karena telah dibumbui dengan hiburan organ tunggal. Pengunjung bernyanyi ria dan berjoget tanpa lagi memperhatikan kaedah-kaedah agama, katanya.

Dia berharap hal itu harus dirubah sehingga pelaksanaan tolak bala yang sakral tetap dipertahankan tanpa dibumbui dengan acara yang sifatnya hura -hura.

Alumni pesantren ini meminta agar Pemda Aceh Singkil mengagendakan acara ini yang dikemas menjadi kegiatan rutin kabupaten. Acara doa bersama dilakukan dengan khusuk untuk memohon dijauhkan dari berbagai bala bencana.

Acara ini dapat dikemas menjadi kegiatan wisata ritual tolak bala di Aceh Singkil yang dapat menarik turis mancanegara berkunjung ke daerah ini, katanya.

Sumber: Harian Analisa (10 Maret 2008)
-

Arsip Blog

Recent Posts