Saatnya Sumbar Memiliki Koran Berbahasa Minang

Solok, Sumbar - Praktisi media Fuadi Rosa menilai, sudah saatnya industri pers di Sumatera Barat menerbitkan surat kabar berbahasa Minang untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan bahasa lokal.

"Saat ini belum ada satu pun industri pers yang menerbitkan surat kabar berbahasa Minang, padahal media ini dibutuhkan untuk melestarikan budaya dan bahasa daerah seperti yang dilakukan Harian Pikiran Rakyat di Bandung," katanya di Solok, Minggu (4/12/2011).

Ia menyebutkan, beberapa waktu lalu Komunitas Wartawan Solok (Kuwas) melakukan studi komparatif ke Harian Pikiran Rakyat. Salah satu nilai lebih media itu adalah memiliki anak perusahaan yang menerbitkan surat kabar lokal berbahasa Sunda.

"Media lokal itu terbit sekali seminggu sebanyak 12 halaman dengan rubrikasi beragam seperti pendidikan, hiburan, sastra, dan lainnya. Semua rubrikasi ini ditampilkan dengan menggunakan bahasa Sunda," katanya.

Pengelola radio Fanesa Lima FM di Kota Solok itu berpendapat, industri pers di Sumbar patut mencontoh Harian Pikiran Rakyat, karena koran lokal berbahasa Sunda mendapat sambutan antusias dari pembaca.

Koran itu juga ikut berkonstribusi melestarikan adat, kebudayaan dan bahasa Sunda. "Memang kita telah memiliki sejumlah radio yang mengudara dalam bahasa Minang, namun segmennya terbatas karena radio hanya bersifat lokal pada satu daerah saja. Berbeda dengan koran yang dapat menjangkau seluruh kabupaten/kota di Sumbar," katanya.

Ditambahkannya, belakangan ini penggunaan bahasa Minang dalam kehidupan sehari-hari mulai meredup seiring kuatnya pengaruh bahasa gaul dan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa, remaja dan generasi muda.

Jika hal ini tidak diantisipasi secara dini, ia mengaku khawatir bahasa Minang akan semakin terkikis oleh kemajuan peradaban zaman.

"Makanya diperlukan berbagai media dan sarana untuk melestarikan bahasa Minang, salah satunya dengan cara menerbitkan koran lokal berbahasa Minang," katanya.

-

Arsip Blog

Recent Posts