Tampilkan postingan dengan label Padangpariaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Padangpariaman. Tampilkan semua postingan

Parit Malintang Gelar Alek Nagari

Padang Pariaman, Sumbar - Sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional dan kearifan lokal, pemerintahan nagari dan masyarkat Parit Malintang, Kecamatan Enam Lingkung,Padang Pariaman menggelar Alek Nagari dan Pentas Seni Tradisional Minangkabau.

Alek Nagari ini dihelat 20 Agustus sampai 11 September mendatang sekaligus peresmian Laga-laga yang pembangunannya diawali dengan peletakan batu pertama langsung oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis 8 Oktober 2015. "Kami bangga, ini mukin satu-satunya pembangunan infrastruktur dengan Dana Desa yang batu pertamanya diletakan oleh Pak Jokowi, " kata Walinagari Parik Malintang H Syamsuardi.

Walinagari mengatakan, pembangunan laga-laga ini ini memanfaatkan Dana Desa Rp40 juta. "Bangunan yang cukup megah dan representatif ini nilainya kini mencapai Rp150 juta lebih. Ini membuktikan betapa besarnya swadaya masyarakat dalam membangun nagari," ujarnya.

Sebelumnya, Walinagari dan Ketua KAN Parit Malintang menegaskan, mendukung sepenuhnya Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 13 Tahun 2016 tentang penertiban hiburan orgen tunggal. Penertiban ini penting untuk melindungi generasi muda kita dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan adat dan budaya masyarkat Minang."Dengan menggelar Pentas Seni ini diharapkan tumbuh kecintaan generasi muda dan masyarkat terhadap kesenian tradisional," jelasnya.

Sementara itu Koordinator Pokja Desa Membangun Indonesia, Indra Sakti Gunawan Lubis menyatakan, sangat mengapresiasi pembangunan Laga-laga Parik Malintang dan acara Alek Nagari pentas seni tradisional itu."Apa yang dilakukan di Parit Malintang adalah bukti bahwa Nagari atau Desa itu mampu membangun dan melakukan pemberdayaan bagi masyarakat," jelasnya.

Menurutnya, penguatan kapasitas masyarakat seperti di Parit Malintang ini pantas jadi rujukan.

Ia menyatakan, tiga pilar utama pembangunan dan pemberdayaan masyarakat meliputi Jaring Komunitas Wirausaha Desa (Jamu Desa), dimana peningkatan kapasitas masyarakat menjadi yang utama. Kemudian penguatan lumbung ekonomi desa atau nagari. “Bung Hatta, pernah menyatakan, tidak akan terang republik ini jika hanya dengan menghidupkan satu lilin di Jakarta, tetapi negeri ini akan terang benderang atau berjaya bila jutaan lilin hidup di pelosok negeri. Artinya, pembangunan dan penguatan ekonomi rakyat perlu dilakukan di seluruh negeri,” jelasnya.

Dan yang ketiga adalah Lingkar Budaya Desa/Nagari. "Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal perlu dilestarikan, karena akan menjadi sumber kekuatan dan inspirasi dalam membangun Desa atau Nagari," harapnya.

"Pohon Uang" Ramaikan Maulid Nabi di Padangpariaman

Padangpariaman, Sumbar - Pohon uang atau "Bungo Lado" meramaikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat.

"Bungo Lado di sini sudah menjadi tradisi setiap memperingati Maulid Nabi sekaligus wadah warga untuk menyumbang," kata Wakil Ketua DPRD Padangpariaman, Desril Yani Pasha di Padangpariaman, Jumat.

Desril yang juga Ketua Panitia peringatan Maulid Nabi di Nagari Parit Malintang itu menjelaskan, Bungo Lado berupa ranting-ranting pohon yang ditempelkan uang kertas.

Nominalnya beragam, ada yang hanya Rp1000 sampai Rp100 ribu ditempel di ranting-ranting yang juga dipercantik dengan kertas hias itu.

Pada Sabtu (26/1), masyarakat dari beberapa korong (desa) membawa "bunga lado" atau pohon uang, yang nantinya uang akan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah.

Tahun lalu, kata Desril, uang dari "bungo lado" tersebut bisa terkumpul sebanyak RP40 juta.

Peringatan Maulid Nabi yang dikenal dengan "Mauluik" tersebut akan digelar bergantian di beberapa kecamatan selama beberapa bulan ke depan.

Tokoh masyarakat Sungai Sariak, Zahirman mengatakan, selain tradisi "Bungo Lado", Maulid Nabi juga diwarnai dengan tradisi "Malamang".

"Di setiap rumah warga membuat lemang untuk disumbangkan saat kegiatan Maulid dipusatkan di surau-surau," katanya.

Zahirman menjelaskan, masing-masing keluarga sedikitnya mengeluarkan biaya Rp500 ribu menyambut Maulid Nabi dengan "Malamang" yang dilakukan penuh keikhlasan tanpa paksaan.

Lemang itu sendiri terbuat dari beras ketan putih yang dimasukkan dalam batang bambu kemudian dibakar.

Lemang akan dibawa para ibu-ibu ke surau atau masjid tempat warga melakukan zikir dan berdoa.

"Malamang merupakan tradisi penghormatan bagi keluarga yang meninggal, selain itu juga dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, tradisi ini akan terus kita lestarikan," tambahnya.

Selain "Malamang", Maulid Nabi yang biasa diperingati sampai tiga bulan di Padangpariaman itu, juga digelar acara berzikir di sejumlah surau suku sekaligus mengumpulkan sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah sekaligus menjalin silaturahmi.

-

Arsip Blog

Recent Posts