Peninggalan Kerajaan di Dharmasraya, Sejarah yang Dijarah

Kendati masih berusia muda, Kabupaten Dharmasraya menyimpan sejuta pesona. Dari sana sekitar abad 11 masehi lembar sejarah Kerajaan Melayu bermula. Peninggalan-peninggalan arkeolog seperti candi, artefak, masjid, makam raja-raja dan rumah gadang menjadi saksi bisu sejarah kerajaan Hindu-Budha dan Islam di kabupaten pemekaran itu.

Sayang, kondisinya memprihatinkan, terabaikan dan tak ada yang peduli. Beberapa simpul sejarah yang bisa bercerita akan kondisi miris itu di antaranya peninggalan arkeolog kerajaan Hindu-Budha dan Islam yang tersebar di Nagari Siguntur, Padanglaweh dan Pulaupanjang. Parahnya lagi rentetan ekspedisi Pamalayu itu tidak diketahui masyarakat. Masyarakat cenderung apriori dengan sejarah di daerah tersebut, termasuk mahasiswa. "Ambo lai tahu ado situs bersejarah di Siguntur tapi alun ado ke sinan soalnyo ndak tontu apo nan dicari (saya tahu ada situs bersejarah di Siguntur, tapi belum pernah ke sana. Tidak tahu apa yang mau dicari) ," ujar Peldi, mahasiswa asal Dharmasraya.

Masyarakat sekitar pun ternyata banyak yang tak kenal dengan sejarah bahkan terkesan tidak peduli. Bayangkan saja, batu-batu situs sejarah itu pernah mereka diperjualbelikan untuk membangun rumah-rumah mereka. Baru tahun 1994, setelah mendapat izin pelestarian dan penggalian serta pelarangan untuk mengambil dan merusak, situs bersejarah dapat mulai terpelihara. "Mano kami tahu, kalau tumpukan bata itu bangunan candi. Jadi kini batu-batu bata, lah menyebar ke mano-mano, ambo turuik juo maangkek untuk dijua (Mana kami tahu kalau tumpukan batu itu candi. Sekarang batu batanya sudah menyebar ke mana-mana, saya juga ikut mengangkat batu-batu itu untuk dijual)," kata Azis, Ketua Pemuda Sungai Lansek.

Menurut Aziz, saat arca Bhairawa ditemukan sudah terdapat kerusakan. Kakinya yang satu berbeda dengan yang lain terdapat lekukan dan ukurannya lebih kecil. Sebab, sebelumnya salah satu kaki arca itu sering dijadikan batu asah sabit, pisau dan parang oleh para pengembala kerbau. Hal ini dibenarkan Kepala Jorong Sungai Lansek, Bachtiar. Penemuan arca di samping rumahnya menjadi indikasi benda-benda bersejarah tersebut berserakan. Padahal kalau dikelola dengan baik memiliki potensi parawisata yang luar biasa. Terbukti, wisatawan selalu datang bergantian mengunjunginya, terutama para peneliti sejarah baik dalam maupun luar negeri.

Sementara itu, Kepala Jorong Sungai Lansek, Bactiar (50) sangat menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengelolaan situs purbakala. Jalan setapak menuju lokasi masih tanah dan kala hujan turun akan becek sehingga susah diakses. Belum lagi di sekitar lokasi sudah banyak lahannya yang beralih fungsi menjadi ladang masyarakat. Padahal di tempat itu sudah teridentifikasi menyimpan peninggalan-peninggalan bersejarah. Masalah penerangan listrik PLN yang belum masuk, membuat lokasi yang pernah menjadi bagian dari ekspedisi Kerajaan Singosari yang berlokasi di seberang Batanghari itu agak terpinggirkan dan kian suram.

"Jika diperhatikan Pemkab tentu banyak wisatawan yang bakal berkunjung. Dari situ kami bisa mendapatkan tambahan pendapatan. Apalagi dalam sebulannya sekitar 150 wisatawan berkunjung. Bahkan tak jarang wisatawan datang rombongan dalam jumlah besar," terang Bactiar. Sementara itu, Drs. Nopriyasman, M.Hum dari Jurusan Sejarah Unand Padang melihat sikap tak peduli masyarakat terhadap situs dan sejarah sudah berlangsung dari dulu. Kondisi ini terjadi karena kurangnya informasi dan penghargaan sekaligus bentuk sikap penolakan masyarakat terhadap hal-hal yang berbau Hinduisme. "Padahal itu bagian dari sejarah yang mesti disosialisasikan kepada masyarakat sebagai bukti Sumbar pun pernah menjadi pusat kerajaan. Karena selama ini tidak hanya pemerintahan yang sentralistis dan Jawa sentris tetapi budaya Indonesia pun seakan-akan budaya Jawa saja," bebernya.

Semangat ini, tambah Nopriyasman, bukan untuk memunculkan sikap provinsialisme tetapi membangun kesadaran bersama bahwa budaya Indonesia merupakan keragaman budaya yang tersebar di Nusantara bukan Jawa semata. Hal ini sangat penting dalam menguatkan rasa kebangsaan melalui pemahaman yang utuh terhadap sejarah. Karena itu, kita meminta pemerintah harus segera memberikan perhatian penuh terhadap sejarah dan benda-benda peninggalannya sehingga tidak terjadi pengikisan secara terus menerus. Hal ini bisa dilakukan melalui kerjasama dengan balai sejarah, perguruan tinggi dan lembaga lainnya melakukan penelitian, penulisan dan pembukuan sejarahnya.

"Malahan catatan sejarah itu harus dimasukkan dalam muatan lokal sehingga generasi muda bisa mengetahui dan memahaminya. Malahan untuk benda-benda peninggalan kerajaan harus dibuatkan museum kecil agar terawat dengan baik. Dan kedepan Pemkab harus berpikir mengalokasikan anggaran untuk semua kegiatan itu," tandasnya. Kendati demikian, kata Nopriyasman, Pemerintah harus tetap hati-hati dalam melakukan pemugaran dan menghilangkan keasliannya karena daya tariknya bakal berkurang. Apalagi selain menjaga keutuhan sejarah dan benda-benda purbakala pemugaran ini penting pula untuk mendorong berkembangnya wisata sejarah. "Jadi pemerintah sebetulnya tidak perlu ragu dalam mengalokasikan anggaran untuk itu. Karena kalau sudah terawat dengan baik tentu bakal banyak wisatawan yang berkunjung. Minimal akan menjadi objek penelitian dan itu akan menjadi sumber pendapatan daerah," ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Dharmasraya, Agani mengakui, situs-situs bersejarah itu belum dapat dioptimalkan pemeliharannya dan sekaligus menjadikannya sebagai objek wisata. Namun ia menegaskan, secara bertahap akan mengelola melalui bidang parawisata. "Kita sadar bahwa situs-situs purbakala ini bisa menjadi salah satu objek wisata yang bisa mendatangkan pendapatan daerah, tapi kita butuh proses untuk melakukannya," ujarnya. (*)

Sumber: http://www.mail-archive.com

Robo-robo di Negeri Opu

Oleh: Muhlis Suhaeri

Mereka percaya, ritual ini merupakan satu cara melakukan tolak bala.

Rabu minggu terakhir bulan Safar, pada kalender Hijriah, bagi masyarakat keturunan Bugis di Kalimantan Barat merupakan hari yang selalu diperingati dengan sebuah tradisi Robo-robo. Pada hari istimewa itu saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk menikmati kegiatan memperingati kedatangan pendiri Kota Mempawah itu.

Mempawah merupakan ibu kota Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Dari Kota Pontianak, perjalanan dapat ditempuh dengan waktu sekitar satu jam. Jaraknya sekitar 40 kilometer. Meski agak bergelombang, jalan relatif mulus dan beraspal. Tanah gambut membuat jalan selalu ambles dan retak, terutama pada setiap sambungan jembatan.

Hari itu saya berkendara menuju Mempawah. Sepanjang perjalanan menuju ke sana, di beberapa daerah saya berhenti untuk melihat prosesi itu. Masyarakat Bugis yang tersebar di sepanjang garis pantai utara Kalimantan Barat, dari Mempawah, Sungai Purun, Segedong, Sungai Kakap, sampai Kubu Raya, dan lain-lain, melakukan kegiatan Robo-robo.

Di Sungai Purun, 22 kilometer dari Pontianak, saya berhenti di Sekolah Dasar 1 Sungai Purun. Pagi itu semua murid di sana, yang terdiri dari beragam etnis, berkumpul. Ada Bugis, Jawa, Tionghoa, Melayu, Dayak, Madura, dan lain-lain. Mereka membawa ketupat, lepat lao, apam, atau makanan kecil lainnya. Ketupat merupakan makanan wajib yang harus dibawa.

Saya menghampiri seorang murid. "Bawa apa itu?" "Ketupat." "Bawa berapa?" "Empat butik."

Murid itu bernama Sahrul, 9 tahun. Sambil berkata, ia memperlihatkan ketupat di kantong plastik hitam yang dibawanya. Ketupat berisi mi, sambal, dan rebon udang.

Tak hanya Sahrul yang bawa ketupat ke sekolah. Sarnela dan Edi Gunawan, murid kelas III, juga bawa. Sebagian besar siswa di sana membawa makanan. Namun, ada sebagian siswa yang tak bawa makanan.

Tak hanya siswa. Guru juga bawa ketupat. Sebagai lauk, ada opor ayam, ikan, telur, dan lain-lain. Menjelang pukul 08.00 WIB, siswa berkumpul dan berderet di depan kelas. Mereka duduk memanjang dan berderet di lantai sekolah yang terbuat dari kayu.

Pipin, 38 tahun, guru olahraga, segera membawa nampan dan mengedarkannya ke barisan siswa. Siswa meletakkan satu atau dua ketupat yang mereka bawa ke nampan. Dalam sekejap, nampan itu telah penuh. Ketupat segera dibagikan lagi kepada siswa yang tak bawa makanan.

Sebelum siswa dan guru makan bareng, guru agama membaca doa tolak bala. Doa berisi harapan supaya kehidupan yang dijalani dijauhkan dari malapetaka. Dalam kegiatan itu, soal makanan nomor dua. Yang penting kumpul bareng antara siswa dan guru.

"Apa makna Robo-robo?" tanya saya. "Robo-robo punya nilai kebersamaan dan kesatuan," jawab Pipin.

Setelah makan bareng, mereka mengikuti berbagai kegiatan. Ada pertandingan olahraga atau perlombaan, seperti lomba makan kerupuk, panjat pinang, dan tarik tambang.

Wagiyem, 57 tahun, yang sudah mengajar di SD 1 sejak 1977, mengatakan setiap tahun kegiatan itu pasti diadakan. "Biarpun kecil, kegiatan memperingati Robo-robo selalu dilakukan," ujarnya.

Sang kepala sekolah, Surip, 50 tahun, baru empat tahun mengajar di sana. Ia berasal dari Jawa. Meski bukan dari suku Bugis, ia juga merayakannya. Ini bentuk pembauran dan mengikuti perkembangan lingkungan. "Ada kebersamaan dan saling menghargai," kata Surip.

Pagi itu tak hanya murid di SD tersebut yang makan bersama. Masyarakat Bugis di sepanjang jalan dari Pontianak menuju Mempawah memperingati acara Robo-robo dengan makan bersama keluarga di luar rumah. Mereka percaya, hal itu merupakan satu cara melakukan talak balak dalam kehidupan yang mereka jalani kelak.

Selepas mengikuti kegiatan di SD itu, saya melanjutkan perjalanan ke Kota Mempawah. Mempawah merupakan kota transit. Meski terlihat bersih dan tertata, dari segi pembangunan, kota ini terlihat jalan di tempat. Tak ada sentra industri atau kegiatan ekonomi yang cukup berarti di sini.

Yang bisa menunjukkan kota ini ada, di sini terdapat berbagai bangunan dan kantor pemerintah. Itu pun, sebagian besar pekerja dan pegawainya tinggal di Kota Pontianak. Mereka pulang sore hari, setelah bekerja.

Tiba di Kuala Mempawah, suasana sudah terlihat ramai. Jalanan penuh orang. Di sudut kiri dan kanan jalan, orang mendirikan warung kecil. Ada warung makan dan minuman, pakaian, serta suvenir, yang berlangsung setahun sekali saat Robo-robo.

Kuala Mempawah merupakan pertemuan antara Sungai Mempawah dan Laut Cina Selatan. Tempat ini menjadi pusat pelaksanaan kegiatan Robo-robo. Tempat ini dibagi dua. Sisi sebelah kiri menjadi pelabuhan penangkapan ikan, dan sebelah kanan pusat armada Angkatan Laut.

Pelaksanaan kegiatan Robo-robo dipusatkan di sebelah kiri Kuala Mempawah. Sebuah tenda besar berisi kursi dan tenda berdiri di sana. Pagi itu Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat, dan beberapa pejabat teras di Kabupaten Pontianak, hadir di sana.

Saya mengikuti sebuah perahu yang menuju ke ujung Kuala Mempawah. Di pinggir laut itu puluhan perahu telah berada di sana. Semua perahu dalam kondisi diam, dan melempar sebuah jangkar agar perahu tak terseret ombak.

Sebuah perahu warna kuning terlihat mencolok berada di antara puluhan perahu. Perahu ini bernama Lancang Kuning, yang merupakan perahu Kerajaan Amantubillah Mempawah. Di dalam perahu itu puluhan orang mengenakan seragam kebesaran kerajaan. Ada warna kuning, merah, hitam, dan lainnya. Berbagai simbol dan bendera kerajaan berkibar diterpa angin.

Pagi itu laut di pinggir kuala terasa berbeda. Kesemarakan warna-warni bendera, baju, dan berbagai perlengkapan upacara terasa kontras dengan warna langit yang mendung dan gelap.

Dari arah laut, tampak sebuah perahu berisi puluhan orang sedang mendekati kuala. Perahu itu diikuti puluhan perahu kecil. Perahu agak besar itu berisi Raja Kerajaan Amantubillah, Mempawah, Pangeran Ratu Dr Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim. Ia menggunakan perahu Bedar.

Sejenak kemudian, perahu Bedar mendekati perahu warna kuning. Pangeran Pemangku Adat, yang berada di perahu Lancang Kuning, segera melakukan ritual Buang-buang.

Perangkat Buang-buang terdiri dari telur ayam, bertih, kemenyan, dan setanggi. Telur ayam diulas atau diusap dengan minyak wangi. Telur melambangkan awal kehidupan. Bertih adalah padi dari beras kuning yang diongseng. Padi melambangkan kesuburan dan kemakmuran di seluruh penjuru angin, air, dan darat.

Setelah Pemangku Adat membacakan doa, semua perangkat Buang-buang dilempar ke laut. Selepas acara itu, Pemangku Adat mengumandangkan azan dan doa talak balak.

Buang-buang mempunyai makna ada keterikatan dan silaturahmi dengan air. Di air ada makhluk dan kehidupan. Ini sangat khas sekali dengan budaya dan tradisi masyarakat Bugis, yang tidak bisa dipisahkan dari air. Terkenal sebagai pelaut yang mengarungi berbagai lautan, Bugis selalu dekat dengan air.

Inilah makna dan inti Robo-robo. Penyambutan Opu Daeng Menambon, ketika berlayar menuju Kuala Mempawah dari Kerajaan Tayan di Kalbar. Tayan sekarang ini termasuk wilayah Kabupaten Ketapang.

Ketika itu, 1737 Masehi atau 1148 Hijriah, seluruh masyarakat di Mempawah menyambut dengan antusias kedatangan Opu Daeng Menambon. Masyarakat berdiri di sepanjang bantaran Sungai Mempawah. Saking senangnya, Opu Daeng Menambon melemparkan sisa bekalnya berupa ketupat kepada masyarakat.

Nah, sekarang ini, setiap kali acara Robo-robo, ketupat merupakan makanan yang harus selalu dihidangkan. Robo-robo merupakan napak tilas Opu Daeng Menambon dan istrinya. Opu keturunan Bugis dan Melayu. Istrinya, Ratu Kesumba, keturunan Dayak, Melayu, dan Jawa. Opu punya panglima dari berbagai suku. Patih Kumantar dan Panglima Itam dari Dayak. Panglima Amangkuru, Parewang, dan Sigentas Alam dari Melayu. Lo Tai Pak dari kelompok etnis Tionghoa. Karaeng Talibe, Matalampang, dan Bontiak dari Bugis. Panglima Daeng Siti Fatimah, anak Sultan Hasanuddin, meninggal dan dimakamkan di Tanjung Matoa, Kalbar.

Makam Opu Daeng Menambon terletak di atas bukit. Jaraknya sekitar delapan kilometer dari Mempawah. Makam itu dijaga oleh juru kunci, Gusti Amar, seorang mukti, atau orang yang ahli dalam masalah agama.

Makam terletak di atas bukit. Dari bawah menuju puncak bukit, melalui tangga semen sebanyak 256 undak. Ada mitos mengatakan, bila orang menghitungnya dari bawah, jumlahnya tidak akan sama setiap orang.

Selesai ritual Buang-buang, perahu Bedar dan Lancang Kuning segera menyusuri Sungai Mempawah, menuju tempat berlangsungnya upacara. Di panggung kegiatan, puluhan pejabat dan undangan sudah hadir. Ribuan masyarakat dengan sabar berdiri di sisi kiri dan kanan sungai. Mereka dengan antusias menunggu pelaksanaan kegiatan dan perlombaan perahu yang bakal dilaksanakan, selepas upacara selesai.

Selepas kegiatan seremonial, kegiatan para pejabat dan undangan dilanjutkan di Istana Amantubillah. Bangunan Istana Amantubillah mempunyai karakteristik khas sebagai bangunan Melayu. Seluruhnya dari kayu belian atau kayu besi. Ini jenis kayu paling kuat dan keras dari Kalimantan. Bangunan dari kayu belian sanggup bertahan hingga ratusan tahun lamanya.

Seluruh bangunan istana dicat biru muda. Di sebelah kiri bangunan utama ada ruang untuk menyimpan peralatan musik, sejenis gamelan. Ada gong, kimung, dan lain-lain. Seluruh peralatan itu persembahan dan oleh-oleh dari kerajaan di Jawa, ratusan tahun silam. Dua buah meriam tergeletak di sisi kiri dan kanan halaman istana.

Istana Amantubillah mempunyai lambang ayam jantan dan buaya. Ayam warna hitam dan putih. Ayam melambangkan kejantanan dan keberanian. Hitam melambangkan kejahatan, putih kebaikan. Artinya, kehidupan jangan terlalu memandang duniawi. Buaya melambangkan keperkasaan dan kekuatan.

Sekarang ini, mereka yang memegang tampuk dan kerabat istana merupakan generasi ke-13 dari Opu Daeng Menambon. Ada hierarki dan struktur di Istana Amantubillah. Masing-masing memiliki tugas tersendiri.

Jabatan tertinggi dipegang Pangeran Ratu, berperan dalam urusan kenegaraan. Tugas ini dipegang oleh Mardan Adijaya. Pangeran Pemangku Adat, mengurusi masalah adat, dipegang Gusti Zulkarnaen. Pangeran Laksamana, berhubungan dengan kelaskaran, prajurit, atau massa, dipegang Gusti Heri Ansari. Pangeran Bendahara, berhubungan dengan manajerial dan urusan rumah tangga Istana, dipegang oleh Utin Sri Beta Candramidi.

Penunjukan jabatan berdasarkan aura kepemimpinan, juga kecakapan pada diri orang yang menjadi anak para ahli waris istana. Penunjukan diputuskan melalui rapat Majelis Amantubillah, dilihat dari keturunan terdekat dengan keluarga sebelumnya.

Siang itu seluruh undangan dari berbagai kerajaan di Nusantara hadir. Ada utusan dari Kerajaan Sambas, Sintang, Landak, Sekadau, Tayan, Kubu, Ketapang, Solo, dan Kanoman. Tamu dijamu di Istana Amantubillah dengan saprahan.

Hidangan makanan saprahan dijaga rasa dan keasliannya. Endun, juru masak istana, mengemukakan, dalam saprahan menunya khas berupa udang sere, ikan pindang, ayam opor, osengan, dan sop.

Minumannya, air serbat, terbuat dari serai cengkih, kayu manis, dan cengkih. Minuman ini berfungsi mengembalikan kesehatan tubuh. Kue terdiri dari bingka labu kuning, kue jorong, dan tepung beras dibungkus daun pandang wangi. Makanan yang tak boleh diubah, ayam masak putih dan udang sere. Kue jorong tak boleh tertinggal. Setiap tahun harus ada.

Dengan melaksanakan ritual Robo-robo setiap tahun, para kerabat Istana Amantubillah merasa bisa menjaga dan meneruskan puak Opu Daeng Menambon serta menghormati dan menjaga tradisi warisan turun-temurun sehingga tetap eksis.

Muhlis Suhaeri, Penikmat Wisata

Sumber: http://www.korantempo.com

Peranan Museum Bagi Masyarakat Masa Kini

Oleh: Siti Khoirnafiya

Neverthless, as museum are repositories of cultural relics, educacted people and moreover have a mission to impart cultural informations to society. They need to be arranged in ways that are most coommunicative for their respective target visitor.

Pemahaman Kebudayaan Melalui Museum
Masyarakat dan kebudayaan adalah ibarat mata uang yang satu sisinya berupa ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. Interaksi alam fisik dan manusia melalui masa dan ruang membina pelbagai insitusi sosial dan budaya yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat, sedangkan pelbagai insitusi sosial dan budaya adalah respon manusia untuk menyelesaikan pelbagai masalah dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia menghadapi tantangan mendatang. Bahan-bahan dari segala macam institusi sosial tidak hanya dilihat sebagai himpunan warisan masa lampau,. Tetapi petanda dinamika dan sumber daya yang mampu beradaptasi dengan desakan, baik dalam maupun luar sistem sosial budaya itu sendiri.

Aspek kebudayaan masyarakat secara universal dapat diamati kehadirannya di setiap masyarakat. Kebudayaan adalah wujud daya cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi manusia. Dengan kebudayaan inilah manusia tampak berbeda dengan binatang. Dengan kebudayaan, manusia dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya.

Ada beberapa cara kita dapat mengetahui kebudayaan masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk mengetahui gambaran kebudayaan masyarakat setempat adalah dengan datang ke museum. Hal itu karena di museumlah mereka dapat melihat gambaran tentang sebuah peradaban budaya daerah, baik zaman purbakala maupun di zaman modern.

Perkembangan museum di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup bagus, tetapi tentu memerlukan peningkatan-peningkatan agar Indonesia sebagai bangsa yang menghargai hasil karya pendahulunya dan melestarikan warisan budaya leluhur sehingga museum sebagai fasilitator masyarakat dengan peradaban budaya dapat diwujudkan. Museum juga diharapkan mampu menjadi mediator yang tidak membedakan kebudayaan antardaerah, tetapi tercipta peradaban yang multikultural, yaitu menjadikan perbedaan budaya menjadi suatu warna yang meramaikan khasanah kebudayaan bangsa sebagai identitas bangsa. Itulah peran museum. Lalu, seberapa besarkah peran museum saat ini?

Museum diharapkan tidak hanya sekedar memantulkan perubahan-perubahan yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan perubahan sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Museum berperan dalam proses transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur intelektual dan tingkat kehidupan yang membaik. Perkembangan tersebut tentu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan budayanya masing-masing. Inilah makna yang ingin disampaikan dan di transkripsikan oleh museum lewat benda yang disajikan atau dipamerkan sebagai instrumen memahami masyarakat pendukungnya.

Museum dalam bentuk apapun, baik secara ilmiah, seni maupun sejarah tentu tidak sekedar dibicarakan dalam artian teoritis semata. Museum diharapkan berarti praktis yang dapat diimplementasikan dengan kisaran jumlah publik yang tidak sedikit. Dengan demikian, bicara mengenai museum sebagai media komunikasi massa harus mendapatkan klaim dari semua golongan masyarakat. Museum tidak hanya diklaim menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi sangat perlu didukung oleh para akademisi, peneliti, bahkan pengusaha. Jadi, peran museum diharapkan dapat mendukung pembangunan nasional, pembangunan masyarakat seluruhnya dan seutuhnya. Kita harus terus ingat bahwa pembangunan ataupuin modernisasi bukan sekedar know what, tetapi proses know how.

Berperan dalam Memerankan Peran Museum
Apa yang patut segera dilakukan agar museum berperan demikian?
Museum tidak boleh menjadi lembaga yang pasif, tetapi sebaliknya museum harus peserta aktif dalam pembangunan. Bisa diungkapkan atau menggunakan slogan museum –out-reach goal dengan bahasa bahwa apabila publik tidak datang ke museum, maka museumlah yang datang ke publik. Museum harus mampu menghadapi tantangan global di mana kontak antarbudaya tidak dapat dielakkan, termasuk berani menghadapi 'image" museum yang dianggap kuna dan antik, kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mengubah image ibarat pepatah Bagai Mengubah Tekuk, yang berarti mengubah kebiasaan tidaklah mudah, tetapi yakinlah bahwa jika itu dilakukan terus menerus dilakukan akan berhasil ibarat pepatah Belakang Parang pun Kalau Diasah Akan Tajam.

Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja.

Paradigma tersebut tentu agak kontraversial dengan pemikiran terdahulu yang melihat museum sebagai tempat yang dipenuhi roh-roh leluhur yang menyeramkan. Pada hakikatnya museum dapat bersifat profan pada batas-batas tertentu tanpa harus menghilangkan nilai sakral yang berada di dalamnya jika itu memang yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Pengelola museum tak perlu merasa terbebani dengan peran museum yang meluas, tidak sekedar menjadi tempat barang-barang sejarah itu diletakkan, karena ada yang lebih penting dari itu yaitu bagaimana nilai sejarah dari benda itu dapat tersampaikan kepada masyarakat. Dengan demikan, tentu museum bukanlah komoditas privat bagi sebagian orang, tetapi milik masyarakat bersama yang ingin mengetahui dan mendapatkan kepuasan mendalam dan kenikmatan dengan datang ke museum. Museum dapat menjadi media yang efektif untuk menyajikan proses pembangunan hasil-hasilnya dapat dimengerti oleh masyarakat. Museum membantu mengintegrasikan perubahan dalam masyarakat dan menciptakan keseimbangan dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan terus melestarikan kepribadian suatu bangsa melalui nilai-nilai dan pola-pola budaya yang terkandung di dalamnya. Di sinilah peran museum yang tidak sekedar sebagai sarana hiburan, tetapi media untuk menancapkan nilai dan semangat yang mengakar umbi sebagai wadah patriotisme dan nasionalisme yang terancam dengan landaan globalisasi.
Dalam menghadapi krisis global, museum juga harus berani melangkah. Museum seharusnya tidak membatasi diri dengan pengkategorian museum sebagai kebudayaan material yang dimiliki segelintir orang yang menyukai keindahan, tetapi harus mampu mengintegrasikan multidisiplin ilmu dalam menampilkan perkembangan dan keterkaitan kebudayaan masyarakat sesuai dengan ekologi dunia, splendid isolation yang tetap terbungkus menyenangkan . Kompleksitas dalam perkembangan disiplin ilmu harus diakui dan dihadapi dengan bijak. Artinya, perlu pikiran positif untuk mengakui keterkaitan disiplin ilmu satu sama lain sehingga dapat terwujud kerjasama tim yang maksimal, termasuk dalam mengomunikasikan peran dan fungsi museum. Bahkan, tak perlu fobia untuk menerapkan kretaivitas dan menerima inovasi dalam ilmu permuseuman sehingga peran museum sebagai edukasi yang bertanggung jawab bagi suatu bangsa dapat terwujud. Sebagai contoh, pandangan masyarakat terhadap museum yang mencerminkan teknologi tradisional tidak menyangkal adanya teknologi modern dalam perkembangannya. Pengemasan museum yang disesuaikan dengan konteks waktu dan ruang yang tepat dapat membantu meningkatkan pengertian sebagai proses produksi dan pemenuhan kebutuhan dengan menyajikan teknologi baru yang tepat guna yang mendukung terpeliharanya keserasian dalam pembangunan. Di negara maju, seperti negara di kawasan Eropa ataupun Amerika, museum memegang peranan yang berhasil membangkitkan kesadaran yang kolektif dan tindakan kebijaksanaan yang baru terhadap perkembangan industralisasi tetapi tetap mencerminkan keserasian lingkungan.

Tugas museum memang seharusnya dapat membantu proses pembangunan yang tetap bertanggung jawab dengan permasalahan ekologi. Museum harus terus menjadi cermin identitas suatu bangsa dan inspirasi bagi masyarakat. Museum dapat berpera serta secara penuh untuk mengomunikasikan secara efektif pengaruh peradaban manusia bagi ekosistem. Museum harus dapat menjadi proyeksi bagi perkembangan zaman, tetapi tetap menjaga stabilitas dan produktivitas masyarakat. Museum perlu merefleksikan diri sebagai tempat yang menggambarkan pusat penelitian, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan kebudayaan masyarakat. Namun, harus diingat bahwa pelaksanaan pendidikan atau process of enculturation di museum tidak dapat dijelaskan secara efektif tanpa kerja sama yang erat dan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya. Sekali lagi, dalam pelaksanaannya memerlukan integrasi inter-disiplin, program, dan metode. Museum dapat bertindak sebagai fasilitator dan katalisator bagi riset kebudayaan masa lampau sekaligus masa kini di semua ranah, baik lokal, nasional, regional, dan global. Museum integral atau interdisiplin ini tidak untuk mengingkari nilai-nilai museum yang telah ada dan juga tidak meninggalkan prinsip-prinsip museum. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya kemunculan internet justru harus mampu mendukung pemasaran museum sebagai sumber informasi untuk memberi penerangan dalam menyadarkan identitas suatu bangsa yang menghargai hasil karyanya.

Strategi Menyegarkan Museum
Tantangan yang dihadapi untuk membuat museum yang hidup, apalagi “lincah” yang berdendang seirama dengan masyarakat lingkungannya memang tidaklah mudah, tetapi tetap harus dilakukan usaha yang maksimal. Penghayatan falsafi tentang dasar serta tujuan penyelenggaraan dan pengelolaan museum tentu harus diperhatikan dan dipahami secara komprehensif dengan implementasi sikap yang diorientasikan pada kepentingan public, pemahaman dan karakteristik sosial budaya daerah, dan terus up to date dengan seluruh hal yang aktual bagi masyarakat dan lingkungannya serta kajian yang serius dan terus menerus terhadap museum. Hal ini tentu berkait dengan pokok permuseuman, di mana pengelola dan penyelenggaran museum tak lepas dengan museum itu sendiri, museum terkait dengan koleksi, dan koleksi dinikmati oleh publik. Dengan demikian, yang tidak boleh dilupakan dan perlu segera diwujudkan adalah membentuk leadership dalam permuseuman.

Seorang pemimpin dibutuhkan sebagai figur yang mampu menatap masa depan yang mempunyai keberanian mengevaluasi diri untuk menyegarkan museum. Namun, pada hakikatnya kita semualah pemimpin yang termaksud itu, pemimpin yang berkomitmen dengan berkontribusi memasarkan kekayaan milik bangsa. Pemimpin yang sadar menyadarkan betapa penting peran museum sebagai sumber daya potensial memajukan bangsa. Akhirnya, kita semua adalah pemimpin yang harus bertanggungjawab terhadap perkembangan museum yang membutuhkan manajemen yang tepat dan profesionalisme.

Manajemen permuseuman tersebut dapat dilakukan melalui beberapa faktor dasar pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
1. Manusia
Manusia sebagai subjek pendukung sekaligus pencipta dan tujuan pemeliharaan kebebasan untuk berkreativitas. Manusia yang berbudaya adalah yang menghindari terkristalnya gaya hidup reifikasi, manipulasi, frgamentasi berlebihan, dan individualisasi berlebihan. Tidak reifikasi, artinya, manusia dalam permuseuman seharusnya tidak mengukur segala sesuatu berdasarkan material semata atau kuantitas saja, tetapi harus mampu dipersiapkan secara kualitas (qualified oriented) dan berorientasi pada tujuan dan masa depan (goal and future oriented). Tidak manipulasi artinya persepsi yang dibangun bukan sekedar peran media mengkontruksikan peranan museum, tetapi timbulnya kesadaran yang mendalam pentingnya keberadaan museum.Tidak fragmentasi berlebihan artinya tidak terjadi kesombongan jika individu mempunyai posisi jabatan, kedudukan, kekuasaan dalam menyelenggarakan dan mengelola museum, tetapi perlu diwujudkan rasa pentingnya belajar teru8s menerus dalam mengembangkan museum. Tidak individualisasi artinya tidak egois dalam membangun dan mengembangkan museum dan tidak serakah atau bertindak dalam pengelolaan museum.

2. Lingkungan
Lingkungan adalah medan mansia berjuang melalui karyanya. Dengan demikian, lingkunggn adalah pendukung keberhasilaan kegiatan pemuseuman.

3. Peralatan
Teknologi harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya agar dapat mendukung kelangsungan kegiatan yang ada di museum dalam mengembangkan museum.

4. Komunitas
Karya manusia ditampung oleh kolektivitas menjadi warisan budaya bersama. Demikian pula dengan karya manusia masa lampau sangat diperlukan suatu kolektif manusia agar karya tersebut dapat dinikmati bersama untuk genberasi sekarang bahkan mendatang. Komunitas yang mencintai museum sangat diperlukan agar warisan budaya tetap lestari.

Review:Museum Masa Kini
Museum dalam masyarakat masa kini adalah fenomena yang kompleks, yaitu museum sebagai medium yang multifungsional. Museum masa kini identik dengan sebuah perusahaan yang dilengkapi sarana dan prasarana. Ruangan koleksi dalam museum perlu dikelola seteliti mungkin dengan perlengkapan teknologi mutakhir di bidang preservasi. Museum masa kini dilengkapi laboratorium konservasi dengan metode penyajian yang masa kini pula. Museum masa kini harus memperhatikan pelbagai metode komunikasi dan pengumpulan data serta penyaluran informasi yang maksimal. Di sini orang di museum harus bicara tentang multifungsi museum dengan metode visualisasi dan interpretasi yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang dikatakan oleh ahli museum Amerika Serikat, Paereker, yang menyatakan tugas utama museum untuk menafsirkan manusia, alam, dan hasil karyanya. Hal ini berarti museum berperan dalam membentuk cermin positif kebudayaan dan peradaban manusia.

Kegiatan dalam museum masa kini memerlukan kegiatan riset yang merupakan suatu mata rantai yang tidak putus sebagai upaya untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada masyarakat. Museum masakini tidak ada lagi yang merasa dirinya dapat berdiri sendri, tetapi semua museum di seluruh dunia sudah masuk suatu sistem jaringan hubungan kerja sebagai bidang kegiatan edukasi cultural.
--------------------------------------------------------------------------------
Image atau kesan adalah gambaran yang terekam dalam ingatan seseorang tentang suatu hal yang didengar ataupun dilihat, baik langsung maupun tidak langsung.
RUJUKAN:
Hans Jk. Daeng. 2000. Manusia, Kebudayaan, Lingkungan,; Tinjauan Antropologis. Yokyakarta: Pustaka Pelajar
John P. Kotter and James L. haskett. 1992. Corporate Cuilture and Performance. New York: The Fives Press
Depdikbud. 1997/1998. Pedoman Tata Pameran di Museum. Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman. Jakarta
Direktorat Museum. 2007. Pedoman Pengelolaan Museum Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Direktorat Museum. 2008. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta: Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Sutaarga, Moh. Amir. 1997/1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Proyek Pembangunan Permuseuman Jakarta
Sumadio, Bambang. 1996/1997. Bunga Rampai Permuseuman. Jakarta:Direktorat Permuseuman
Suryadinata, Leo (ed). 2000. Nationalism and Globalization, East and West. Singapore: Insitute of Southest Asian Studies

Sumber Tulisan: http://www.museum-indonesia.net

Museum Sebagai Lembaga Pelestari Budaya Bangsa

Oleh: Tim Direktorat Museum

Museum, apakah sebenarnya museum di benak sebagian besar masyarakat Indonesia? Mengapa apresiasi masyarakat terhadap museum begitu rendah? Mengapa selama ini masyarakat membayangkan museum adalah kumpulan barang-barang antik yang membosankan? Bila kita renungkan lebih lanjut pendapat ini tidaklah benar, karena di museum tersimpan berbagai macam pengetahuan. Maka tidak salah bila mengatakan bahwa museum memiliki peran sebagai lembaga pendidikan non formal, karena aspek edukasi lebih ditonjolkan dibanding rekreasi. Museum juga merupakan sebuah lembaga pelestari kebudayaan bangsa, baik yang berupa benda (tangible) seperti artefak, fosil, dan benda-benda etnografi maupun tak benda (intangible) seperti nilai, tradisi, dan norma.

Museum memilki banyak pengertian, salah satu pengertian museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Begitu pentingnya museum bagi kehidupan kita, tetapi mengapa sedikit sekali keluarga Indonesia yang mengagendakan museum sebagai tempat tujuan belajar sambil berekreasi?

Lebih lanjut, museum terdiri dari 2 komponen yaitu penyelenggara dan pengelola mempunyai museum. Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan sedangkan pengelolaan adalah kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya dalam dunia permuseuman kita ketahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan unsur swasta yaitu dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas dan kewajibannya oleh undang-undang. Penyelenggara dan pengelola museum, baik pemerintah maupun swasta di Indonesia harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasar-dasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya dan pendidikan bagi masyarakat banyak.

Museum tidak dapat dipisahkan dari koleksinya. Koleksi merupakan jantungnya museum. Koleksi museum harus disajikan sebagai salah satu bentuk komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi museum harus memperhatikan nilai estektika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan dengan pengunjung museum dalam penyajian koleksi harus memperhatikan kebebasan bergerak bagi pengunjung, sirkulasi pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya memuat nama benda, asal ditemukan, periode dan umur, dan fungsi koleksi.

Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam 3 jenis pameran, yaitu: (1) pameran tetap, merupakan pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 3 – 5 tahun. Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya koleksi yang disajikan 25 – 40 % merupakan koleksi museum; (2) Pameran khusus atau temporer, merupakan pameran koleksi museum yang diselenggarakan (1 minggu – 3 bulan); dan (3) Pameran Keliling merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di luar lingkungan museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.

Koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum agar tetap terjaga kelestariannya perlu dilakukan perawatan (konservasi) yang sesuai dengan karakteristik dan material koleksi, dalam hal ini peneliti koleksi (kurator) bekerjasama dengan konservator. Selain konservasi, perlu tindakan pencegahan terhadap kerusakan koleksi atau pengawetan sehingga koleksi tetap terjaga kelestariannya, dalam kegiatan tersebut dituntut peran aktif konservator yang sebaiknya memiliki keahlian yang cukup tentang koleksi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak menggantungkan masalah kelestarian koleksi sepenuhnya kepada kurator. Selain itu, koleksi-koleksi yang mengalami kerusakan atau fragmentaris perlu diperbaiki atau direkonstruksi supaya dapat diperoleh bentuk seperti semula. Perlu untuk dilakukan studi perbandingan dengan koleksi lain yang masih utuh dan diperkirakan sejenis dengan koleksi tersebut, serta direkonstruksi di atas kertas terlebih dahulu, sebelum dilakukan restorasi terhadap koleksi.

Pengamanan museum sangat penting, menyangkut keamanan koleksi, bangunan dan manusia (petugas dan pengunjung) museum. Pengamanan museum tidak hanya menjadi tanggungjawab petugas Satpam, melainkan semua pegawai museum. Pengamanan museum meliputi proteksi museum beserta koleksinya dari tindakan pencurian dan vandalisme, dan penanggulangan terhadap bencana.

Museum di Indonesia didirikan dengan tujuan untuk menciptakan kelembagaan yang melakukan pelestarian warisan budaya dalam arti yang luas, artinya bukan hanya melestarikan fisik benda-benda warisan budaya, tetapi juga melestarikan makna yang terkandung di dalam benda-benda itu dalam sistem nilai dan norma. Dengan demikian warisan budaya yang diciptakan pada masa lampau tidak terlupakan, sehingga dapat memperkenalkan akar kebudayaan nasional yang digunakan dalam menyusun kebudayaan nasional. Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan. Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum harus tetap memberikan nuansa rekreatif bagi pengunjungnya. Kurator perlu melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan koleksi serta menyusun tulisan yang bersifat ilmiah dan populer. Hasil penelitian dan tulisan tersebut dipublikasikan kepada masyarakat, dalam kegiatan ini kurator bekerjasama dengan bagian publikasi. Di samping itu kurator dengan bagian publikasi dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dengan pembuatan CDROM dan homepage museum. Untuk menginformasikan koleksi yang dipamerkan di ruang pamer kepada pengunjung secara lengkap dan sistematis, dalam kegiatan ini kurator bekerjasama dengan bagian edukasi. Sebagai lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum.

Sumber: http://www.museum-indonesia.net/

Anyaman Daun Pandan Dayak Yang Memukau Dunia

Jakarta - Tangan-tangan terampil gadis-gadis dan ibu-ibu dari subetnis (anak suku) Dayak Aoheng mengayam lembar demi lembar daun pandan hutan yang sudah diolah berwarna-warni.

Beberapa saat kemudian, hasil anyaman daun pandan itu menjadi sebuah tas laptop unik dan indah dengan ukiran ornamen Dayak kaya akan warna.

Duduk di antara para wanita itu, tampak seorang ibu paruh baya (54) yang tampaknya menjadi instruktur, yakni Hangin Bong Donggo.

Siapa menduga bahwa dari hasil keterampilan tangan-tangan wanita Dayak Aoheng itu bukan saja membuat kekaguman nasional namun juga telah memukau mata dunia.

Lihat saja pada 2007, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) memberikan penghargaan saat pameran budaya di Hongkong 2007.

Kala itu, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) mengikutsertakan hasil karya milik Hangin (salah seorang perajin dari Kalimantan Timur) pada lomba barang seni dan budaya di Hongkong.

Selain keindahan dan keunikan berbagai produk kerajinan tangan wanita Dayak Aoheng itu,Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945 menilai bahwa kreatifitas memanfaatkan tanaman padan hutan perlu dilestarikan.

Kemudian pada 2009, Hangin memperoleh penghargaan Upakarti dari pemerintah untuk kategori pelopor dalam melestarikan seni dan budaya.

Harus diakui bahwa upaya pelestarian budaya itu mendapat dukungan penuh dari sebuah perusahaan migas di Kaltim, Total E & P Indonesie melalui Yayasan Bhakti Total mendirikan tempat pelatihan sekaligus pamaren hasil kerajinan wanita Dayak itu, yakni "Rumah Bhakti Lestari".

Rumah Bhakti Lestari bisa dikatakan sebagai wadah konservatori untuk pelestarian warisan budaya dan usaha kerajinan tradisional Kalimantan.

Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari didirikan oleh beberapa karyawan Total E & P Indonesie pada tanggal 24 Juli 2008 dengan dukungan penuh dari manajemen perusahaan minyak dan gas (migas) asal Prancis ini.

"Saya hanya ingin melestarikan seni dan budaya Dayak, baik itu menganyam pandan, rotan maupun manik kepada masyarakat terutama generasi muda," kata Hangin.

Barang kerajinan anyaman rotan, bambu dan manik-manik yang dihasilkan para ibu tersebut diantaranya adalah tas punggung yang biasanya orang Kalimantan menyebutnya "anjat" dengan berbagai ukuran sesuai kegunaannya ada yang untuk menggendong anak atau membawa padi.

Selain itu, ada juga tas, tempat laptop, taplak meja manik dan topi, semuanya terpajang apik di beberapa ruang pamer rumah Bhakti Lestari.

Hangin mengatakan kerajinan menganyam yang diberikan kepada masyarakat di beberapa wilayah di Kaltim, bukan sembarang menganyam barang kerajinan yang ada di pasaran.

"Saya mengajarkan seni menganyam rotan dan pandan untuk jenis-jenis motif serta gaya kuno yang dulu banyak dimiliki oleh suku Dayak yang telah banyak hilang," ujarnya.

Melestarikan seni menganyam pandan dan rotan bagi perempuan tua yang masih suka memakan daun sirih dengan mencampur buah pinang ini, telah dilakukannya dengan mengajarkan ilmu tersebut ke masyarakat sejak 2002.

"Saya sedih saat itu, melihat ada beberapa perempuan pada usia sudah 30 tahun di kampung saya daerah Long Pari tidak bisa menganyam rotan dan pandan," ujarnya.

Long Pari merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Kutai Barat wilayah utara Kaltim yang berbatasan dengan negeri "Jiran" Malaysia.

Hangin mengharapkan bila banyak masyarakat terutama perempuan bisa menganyam kerajinan rotan, pandan dan manik, maka tidak perlu bekerja di luar daerah karena produksi kerajinan tersebut dapat dijual dan menambah pendapatan.

Diakui Dunia

Seni budaya suku Dayak yang dilestarikan dan diperkenalkan ke masyarakat oleh Hangin sudah diakui keberadaannya baik di dalam negeri maupun luar negeri seperti Jerman dan Australia, melalui Dekranas karena hasil kerajinan yang diajarkannya sudah banyak diproduksi.

"Selain seni menganyam, saya juga mengajarkan tari-tarian suku Dayak di sanggar milik sendiri bernama "Doran Kori" di Samarinda," kata Hangin menambahkan.

Perempuan yang memiliki "tatong" yang artinya tato yang dibuat dengan pewarna alami pada pergelangan kaki sebelah kanannya dengan motif khas suku Dayak sangat gemar menari Enggang dan Sangkep.

"Menganyam dan menari dari suku Dayak, sudah lama saya tekuni dan merupakan warisan turun- temurun dari keluarga dan alam sekitar," katanya.

Keberadaan rumah Bhakti Lestari dalam upaya pelestarian kesenian asli suku Kutai dan Dayak, bagi Hangin sangat membantunya dalam melestarikan warisan seni dan budaya yang dimiliki.

Sementara itu, Communication Total Group, Andrew Hogg merasa bangga dengan adanya rumah Bhakti Lestari yang didirikan oleh Total E & P Indonesie.

"Rumah Bhakti Lestari yang didirikan Total merupakan pendekatan yang dilakukan secara inovatif, karena tidak semua filial yang memiliki yayasan yang spesifik seperti ini" kata Andrew.

Berdirinya rumah Bhakti Lestari diharapkan masyarakat Kaltim lebih mencintai dan menghargai kebudayaann dan terus berkarya, ujarnya.

"Saya harapkan juga masyarakat dalam melestarikan budaya lokal jangan merusak lingkungan sekitar, karena menggunakan bahan baku dari alam," kata Andrew.

Menjaga kearifan lokal

Sebagai salah satu perusahaan migas yang melakukan eksplorasi dan bermitra dengan pemerintah, Total E & P Indonesie memiliki tanggung jawab untuk menyejahterakan masyarakat sekitar wilayah kerjanya.

"Total Group memiliki komitmen berkontribusi terhadap sosial,ekonomi dan budaya setempat," kata Vice President Corporate Communication, Government Relations and Corporate Social Relations (CSR) Total E & P Indonesie, Judith J. Navarro Dipodiputro.

Wadah ini juga untuk melaksanakan promosi budaya dan kerajinan tradisional Kalimantan, seperti turut serta berpartisipasi dalam kegiatan pameran lokal maupun nasional.

"Selain itu, rumah Bhakti Lestari berfungsi sebagai tempat pelestarian kesenian wayang dari berbagai daerah di Indonesia serta penerjemahan dan penerbitan naskah-naskah kuno dan prasasti-prasasti yang tersebar di seluruh Indonesia," ujarnya.

Berbagai kegiatan proyek pelestarian budaya dan kerajinan Kalimantan yang dilakukan terdiri atas mendirikan pusat dokumentasi atau perpustakaan, dimana saat ini telah tercatat sebanyak 915 judul bukul kebudayaan dan umum, 596 salinan laporan hasil riset sosial dan budaya Kaltim serta 256 kaset lagu-lagu dan instrumentalia musik daerah Kaltim.

Kegiatan lain, misalnya mengadakan pusat pelatihan dan galeri, seperti demonstrasi anyaman pandan dan rotan, mengadakan kelas pelatihan maupun kursus kerajinan tangan suku Dayak Kaltim berupa anyaman pandan dan rotan untuk umum, murid sekolah dan dewasa.

"Rumah Bhakti Lestari juga menjadi pusat pelatihan bagi para perajin suku Dayak Kaltim dalam usaha menemukan, melestarikan dan membuat kembali kerajinan-kerajinan suku Dayak yang sudah hilang dan ruang pameran berbagai produk kerajinan anyaman," kata Judith, menambahkan.

Peran perusahaan migas dari Perancis tersebut begitu besar dalam melestarikan sekaligus memperkenalkan keanekaragaman budaya nusantara sehingga perlu ditiru oleh berbagai perusahaan lain, mengingat di Kaltim banyak perusahaan raksasa yang mengelola migas, hutan, kebun dan batu bara. (fb/FB/ant-Susylo Asmalyah)

Sumber: http://www.beritadaerah.com

Dalang Wayang Kontemporer Jepang Meriahkan PKB

Denpasar, Bali - Sejumlah dalang wayang kontemporer dari grup Sidakamoyako Tokyo, Jepang, ikut ambil bagian dalam memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 yang akan berlangsung sebulan penuh, 12 Juni-10 Juli 2010.

"Pagelaran wayang listrik yang sepenuhnya oleh seniman Matahari Terbit itu, diharapkan mampu menambah keragaman seni untuk menghibur masyarakat Pulau Dewata," kata Ketua Yayasan Arti Bali I Kadek Suardana yang memfasilitasi pementasan seniman asing tersebut di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan, penampilan wayang kontemporer yang didukung kemajuan teknologi itu diharapkan mampu meningkatkan wawasan seniman Bali dalam memanfaatkan iptek.

"Dalam pementasan wayang listrik, sepenuhnya hanya melibatkan seniman Jepang, tidak ada kolaborasi dengan seniman lokal," ujar Kadek Suardana.

Meskipun demikian, lanjut dia, pihaknya membantu kelancaran serta memfasilitasi dengan panitia PKB, bahkan

telah mendapat jadwal pentas di panggung Ayodia Taman Budaya Denpasar 27 Juni 2010.

"Masyarakat dan seniman Bali hendaknya menyempatkan waktu untuk menyaksikan pagelaran wayang listrik, mengingat Bali juga memiliki kesenian wayang," harap Kadek Suardana.

Dikatakan, dari Jepang akan ada dua grup kesenian yang akan pentas di PKB. Grup lainnya adalah sanggar "Wyarhita" yang melibatkan sekitar 20 seniwati.

Namun ke-20 wanita yang piawai tari Bali dalam penampilannya berkolaborasi dengan seniman Bali.

Pengelola Sanggar Suara Kanti Desa Singapadu Tengah, Kabupaten Gianyar I Nyoman Cerita SST MFA menambahkan, mereka akan menampilkan tari-tari lepas dan tari klasik Bali.

Sementara 40 seniman tabuh yang akan mengiringi pementasan tersebut adalah anggota sanggar Suara Kanti Desa Singapadu, daerah gudang seni Kabupaten Gianyar.

Untuk itu pihaknya sejak lama telah berkomunikasi dengan pemilik sanggar "Wyarhita" untuk mempersiapkan pementasan di arena PKB, dengan harapan meraih sukses.

Kolaborasi seniman Jepang-Bali diharapkan mampu menampilkan pementasan bermutu, unik dan menarik yang satu sama lain saling mengisi, harap Nyoman Cerita.

Koordinator Pementasan Kesenian Asing Panitia PKB I Ketut Arcana dalam kesempatan terpisah menambahkan, pada PKB kali ini tercatat sembilan grup dari enam negara.

Jepang, India dan Amerika Serikat masing-masing mengirim dua grup kesenian, serta Swedia, Kanada dan Prancis masing-masing satu tim kesenian.

Jadwal penemtasan kesenian asing tersebut diatur sedemikian rupa dengan tim kesenian dari sejumlah provinsi di Indonesia, maupun utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali. (T.I006/P004/P003)

Sumber: http://www.antaranews.com

Pangkak Gasing Melestarikan Permainan Rakyat

Singkawang - Matahari menyengat, pukul 14.00 kemarin. Belasan anak-anak usia SD dan SMP berkumpul di bawah rumah betang Singkawang di Jalan Baru Norio, Sijangkung, Singkawang Selatan. Mereka bersiap-siap mengikuti lomba pangkak gasing. Masing-masing di tangan anak-anak itu terkepal gasing yang dibuat dari kayu belian atau ulin. Di halaman rumah betang, seorang panitia membentangkan seutas tali. Kemudian membuat garis melingkar, sebagai arena pangkak gasing. Belum selesai, peserta tidak sabar, ingin mencoba memutar gasing mereka di dalam lingkarang tersebut. “Sini-sini, kumpul dulu. Cabut undi, tentukan lawan,” teriak panitia pangkak gasing Gawai Naik Dango 2010 Kota Singkawang, Rahimin.

Sepuluh anak yang menjadi peserta. Mereka berasal dari berbagai daerah di Kota Singkawang. Jumlah ini lebih sedikit dibanding peserta dewasa. Sehari sebelumnya, tingkat dewasa pesertanya berjumlah 18 orang. “Setiap orang ambil satu kertasnya. Kemudian sebutkan nomor dalam kertas itu,” kata Rahimin mengocok-ngocok kertas undian menggunakan topinya.Cabut undi selesai, saatnya pangkak gasing dimulai. Setiap pertandingan diikuti dua anak. Masing-masing pemenang akan bertemu pada tahapan berikutnya. Panitia tidak menentukan ukuran gasing, pun dengan bahan dan talinya. Meski berbeda ukuran, hampir semua gasing dibuat dengan kayu belian. Juga tali, semuanya menggunakan tali dari kulit pohon kepuak.

Rahimin mengatakan, pangkak gasing merupakan kegiatan utama gawai naik dango. Berbeda dengan sumpit, gasing merupakan permainan rakyat yang sudah mulai punah. “Ini sebenar puncaknya, karena gasing jarang dimainkan anak-anak sekarang. Panitia ingin melestarikannya, salah satunya mengajak anak-anak sebagai peserta,” tuturnya.Salah seorang peserta, Didit mengakui, dirinya jarang memainkan permainan ini sehari-hari. Dia senang ada lomba pangkak gasing setiap gawai naik dango. Bertemu dengan teman-teman berbeda kampung dan kecamatan. “Kalau di kampung jarang lagi anak-anak main gasing. Syukur ada pertandingannya di gawai,” ujar Didit yang meraih juara tiga pangkak gasing tingkat anak-anak tahun lalu.

Peserta lainnya dari Singkawang Timur, Abun menuturkan hal serupa. Dirinya senang dengan kegiatan seperti ini, walau sifatnya hanya parisipatif. Tapi dia menyayangkan sedikitnya anak-anak yang mau turut serta. “Pesertanya hanya sedikit, kalau ramai-ramai makin asik,” ujarnya.Untuk pemenang pangkak gasing, panitia menyediakan tropy, sertifikat serta uang pembinaan sebagai hadiah. “Bukan lihat hadiahnya, tapi nilai-nilai kebudayaan dan pelestarian permainan rakyat yang menjadi pokok kegiatan ini,” tambah Rahimin.(Hendy Erwindi)

Sumber: http://www.pontianakpost.com

Taman Satwa Kandi Tambah Seekor Buaya Senyulong

Sawahlunto - Taman Satwa Kandi Sawahlunto menambah koleksi seekor buaya langka Buaya Senyulong .

Staff Taman Satwa Yasmen mengatakan, buaya Senyulong (Tomistoma schlegilii) termasuk jenis buaya yang dilindungi karena keberadaannya hampir punah kita peroleh dari Dharmasraya. Buaya ini tiba Minggu (28/03) lalu.

"Dengan bertambahnya, seekor buaya senyulong ini maka koleksi buaya di taman ini menjadi tiga ekor," kata Yasmen kepada padangmedia.com, Jumat (9/4)

Tambahan koleksi dan adanya arena permaian air serta permainan anak diharapkan dapat menyenangkan dan menghibur pengunjung.

Sesuai data yang diperoleh padangmedia.com, diareal taman satwa sekitar 5 Ha ini, ada koleksi gajah sumatera, unta punuk satu, rusa jawa, kangguru, landak, ular sanca, kura-kura, beruang, kukang, tupai tiga warna, kelinci, tapir sumatera, kuda sumatera, siamang sumatera, simpai sumatera, rusa tutul, kancil.

Sementara sjenis burung dan unggas dengan koleksi kakatua jambul kuning, kakatua seram, burung parkit, burung ring neck, kuau emas, kuau silver, kutilang emas, ayam mutiara, ayam hutan hijau, burung gelatik silver, burung bayan, burung merak, burung beo Mentawai, ayam polandia, burung nuri sumatera, .burung green ring, dan jalak Bali (tumpak)

Sumber: http://www.padangmedia.com

Tour de Singkarak Penting untuk Promosi Pariaman

Pariaman, Sumbar - Kota Pariaman akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Tour De Singkarak pada hari kedua tepatnya tanggal 2 Juni 2010. Pusat kegiatan Tour De Singkarak di Kota Pariaman ini adalah di Lokasi Wisata pantai Gandoriah. Walaupun hanya untuk 2,5 jam, karena akan memasuki etape Pariaman – Maninjau pada siang harinya, ini sangat berarti sekali bagi Pemko dan masyarakat Pariaman dalam promosi daerah.

Ini disampaikan Gubernur Marlis Rahman saat memberikan sambutan dalam acara Sehat Bersama Askes di lokasi Wisata Pantai Gandoriah, Minggu (23/5).

Lebih lanjut Marlis Rahman menyampaikan, peserta Tour de Singkarak yang melibatkan lebih dari 25 negara akan unjuk kebolehan kemahiran dan kecepatan balap sepeda internasional tahun 2010. Hal ini merupakan sebuah upaya pemerintah bersama masyarakat Sumbar memajukan dunia olahraga sepeda dan wisata alam di taraf internasional untuk kedua kalinya.

Pemprov Sumbar juga mendukung pelaksanaan program kota Pariaman “Satu hari tanpa kenderaan di lokasi Pantai Gandoriah”. Ini memberikan ruang dan tempat bermain dengan jalan kaki di sepanjang Pantai Gandoriah di setiap hari minggu dan hari tertentu.

Selain itu Marlis Rahman juga menyerukan kepada seluruh masyarakat Sumbar terutama yang berada di Kota Pariaman agar bersikap proaktif serta mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah ditempat masing-masing.

Hal ini untuk lebih memperlihatkan hasil pemilu Kepala Daerah, tranparan, tidak ada kecurangan dan sebagainya. “Kita mesti menjaga keamanan dan ketertiban umum dalam penyelenggaraan Pilkada ini. Hendaknya kita menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak fasilitas dan ketentram umum seperti terjadi beberapa waktu di daerah-daerah lain, “harapnya.

Walikota Pariaman Muchlis Rahman dalam kesempatan tersebut menyampaikan, pelaksanaan “ satu Hari Tanpa Kendaraan “merupakan jawaban atas beberapa keluhan masyarakat untuk adanya tempat bermain yang nyaman serta jauh dari kebisingan kenderaan.

“Kita menyadari betapa padatnya kota Pariaman, sehingga ini untuk lokasi bermain dan wisata keluarga sangat amat terbatas. Melalui program ini pemko akan mengembangkan pada lokasi-lokasi tertentu, sehingga ini akan memberikan kesempatan kepada pemerintah dan masyarakat kota Pariman untuk membangun silaturrahmi bersama keluarga,” tuturnya.

Pemko Pariaman untuk lima tahun kedepan, tambah Mukhlis menfokuskan diri untuk menjadi Kota Pariaman sebagai daerah Kunjungan Wisata yang menyenangkan. Oleh karena itu berbagai program dan kegiatan akan diarahkan untuk mendukung keinginan tersebut

Kegiatan Sehat bersama Askes ini diawali dengan senam bersama dan gerak jalan sehat bersama masyarakat Kota Pariaman yang diakhiri dengan pemberian Dopres kepada perserta.

Hadir dalam kesempatan tersebut Sekdaprov Drs. Mahmuda Rivai, SH, Staf Ahli Gubernur, Kepala Wilayah Askes Sumbar serta beberapa kepala SKPD dilingkungan pemko Pariaman. (dodo/rel)

Sumber: http://www.padangmedia.com

Wisata Harus Berbasis Warga

Yogyakarta - Pengembangan pariwisata kawasan pusaka budaya Kotagede harus dilakukan berbasis masyarakat. Kawasan pusaka budaya Kotagede memiliki potensi besar sebagai tujuan wisata minat khusus, tetapi hingga kini belum dioptimalkan pengembangannya.

Laretna T Adishakti, anggota Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), mengatakan, masyarakat menjadi kunci pelestarian pusaka budaya dan pengembangannya untuk pariwisata. Tanpa melibatkan masyarakat yang menghidupi budaya setempat, pariwisata pusaka akan hancur.

"Venesia menjadi tujuan pariwisata heritage luar biasa, tetapi kini dalam kondisi mau hancur karena penduduknya mau pergi dari wilayah itu akibat pariwisata. Karena itu, pariwisata penting berbasis masyarakat," kata Laretna dalam Temu Wicara Pengelolaan Kotagede di Omah UGM, Kotagede, Sabtu (22/5/2010).

Agar tidak tergerus budaya asing yang dibawa para wisatawan, ketahanan budaya masyarakat harus kuat. Jangan sampai karena pariwisata, budaya setempat justru hancur. Masyarakat harus tegas menerapkan aturan sesuai norma-norma setempat. "Masyarakat menentukan yang boleh dan tidak, misalnya soal minuman beralkohol," ucapnya.

Kotagede merupakan kawasan peninggalan Kerajaan Mataram Islam abad ke-16 dengan luas 3,07 kilometer persegi.

Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Surya Yoga mengungkapkan, potensi Kotagede sebagai tujuan wisata pusaka budaya besar, tetapi masih perlu dikemas. Wisatawan tidak hanya disuguhi rumah-rumah tradisional, tetapi juga perlu diperkaya dengan aktivitas kebudayaan masyarakatnya. "Harus ada kajian tentang dampak, seperti perubahan nilai-nilai budaya setempat. Itu akan terjadi secara drastis akibat pengaruh gaya hidup orang asing bila di sini bakal ada homestay," ujarnya.

Ikrar menjaga

Dalam acara ini, komunitas warga pelestari pusaka budaya Kotagede menyatakan ikrar menjaga dan melestarikan pusaka Kotagede sebagai kekuatan dasar untuk mencapai ketenteraman, kedamaian, kesejahteraan, dan keselarasan hidup di masa mendatang.

Punto Wijayanto, Junior Heritage Expert Java Reconstruction Fund (JRF)—Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak), mengatakan, gempa 2006 mengakibatkan 88 rumah joglo tradisional Kotagede dari 250 joglo ambruk. Dari jumlah itu, baru enam yang mendapatkan bantuan untuk dibangun kembali. Pihak JRF-Rekompak bersama Kementerian Pekerjaan Umum melakukan perbaikan rumah tradisional yang rusak, termasuk penataan kawasan.

"Rencananya, di tiap desa ada satu rumah atau joglo untuk digunakan publik dan lima rumah untuk individu, tetapi dikelola bersama masyarakat," katanya. (RWN)

Sumber: http://travel.kompas.com

Pagelaran Multi Etnis dan Festival Batu Ballah 2010 Digelar

Singkawang - Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Singkawang Drs H Suhadi Abdullani, Kamis (20/5) malam lalu membuka Pagelaran Multi Etnis dan Festival Batu Ballah (PME/FBB) 2010.

Even ini digelar guna mendukung Tahun Kunjungan Wisata Kalbar 2010 dan meningkatkan geliat industri pariwisata di Kota Singkawang. Acara tersebut berlangsung di Pentas Seni Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Singkawang.

PME/FBB sengaja digelar bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, tujuannya untuk mempererat tali silaturahmi antar etnis, agar lebih mengenal dan saling menghargai. Lima paguyuban dari etnis yang ada di Kota Singkawang ikut serta mengisi PME, sedangkan FBB sudah 20 peserta dari tujuh kabupaten yang mendaftar.

“Kota Singkawang sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, sudah sepantasnya mengajak kabupaten/ kota yang ada di Kalbar untuk bersama-sama mendukung tahun kunjungan wisata Kalbar 2010, dengan mengisi berbagai kegiatan seni budaya dalam bentuk pagelaran maupun lomba,” ucap Suhadi ketika membacakan sambutan Walikota Singkawang.
Pagelaran ini diharapkan menjadi wadah untuk mempromosikan seni budaya, kuliner dan lagu-lagu daerah Kalbar, sekaligus memfasilitasi keinginan masyarakat untuk berkarya dan melestarikan nilai-nilai seni budaya daerah.

Melalui pagelaran ini, upaya mewujudkan Kota Singkawang sebagai destinasi pariwisata dapat tercapai, karena membutuhkan dukungan proaktif dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, yang dituangkan dalam bentuk pagelaran seni budaya dan lomba seperti ini. PME Kota Singkawang ungkapnya, tahun lalu meraih penghargaan sebagai pembina seni budaya dan pariwisata dari Badan Kerjasama Kesenian Indonesia-Yogyakarta. “Kesuksesan yang telah dicapai tersebut merupakan hasil kerjasama seluruh etnis dengan segenap lapisan masyarakat Kota Singkawang,” paparnya.

Festival seperti ini kata Suhadi, perlu selalu diselenggarakan. Hal ini sesuai dengan visi Kota Singkawang yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, dengan merangkul kekayaan multi etnis Kota Singkawang. “Setiap tahun, festival ini menampilkan sejumlah jajanan tradisional rakyat dalam pameran kuliner multi etnis,” pungkasnya. (oVa/Humas)

Sumber: http://www.equator-news.com

MABM Pererat Rasa Persatuan dan Kesatuan Antarsuku

Sukadana - Kepala Bagian Risalah dan Persidangan Sekretariat DPRD Kayong Utara, Tengku Riduan AMd mengatakan salah satu tujuan terbentuknya Majelis Adat Budaya Melayu (MABM), untuk mempererat rasa persatuan dan kesatuan sesama etnis dalam satu wadah tanpa rasa beda dalam perbedaan.

Kurang lebihnya sama sebagaimana yang disampaikan H Hendri Siswanto SSos, Sekda Kayong Utara, acara Pengukuhan Pengurus MABM Kayong Utara di Hotel Mahkota Kayong Sukadana beberapa waktu yang lalu.

Tengku Riduan yang juga merangkap sebagai Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Inkom) MABM Kabupaten Kayong Utara (KKU) menyebutkan, pengukuhan ditandai dengan dilantiknya pengurus MABM Kayong Utara masa khidmat 2010-2015 yang dilakukan secara langsung Ketua Umum DPP MABM Kalbar.

“Kepengurusan MABM KKU sebanyak 118 orang terdiri dari Dewan Penasihat 20 orang, Dewan Perangkat Adat 23 orang, Dewan Pengurus Harian 16 orang, dan pengurus bidang-bidang sebanyak 59 orang,” kata Ridwan saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (20/5).

H Hendri Siswanto SSos sendiri sebagai Ketua Dewan Pengurus Harian MABM KKU. “Suku Melayu dapat menjaga keseimbangan dan jati dirinya sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan etnis lain dan dengan alam sekitarnya, selalu memupuk rasa persaudaraan, kesatuan dan persatuan bangsa. Kemudian berpegang teguh pada falsafah “Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung”.

Bupati Kayong Utara Hildi Hamid yang dalam kepengurusan MABM ini menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat, juga menyampaikan sambutannya mengatakan terbentuknya kepengurusan MABM ini, sebuah kebahagiaan dan kebanggaan. Padahal KKU sebagai kabupaten yang usianya baru hampir menginjak usia tiga tahun ini sudah terbentuk MABM. (tas/hms/lud)

Sumber: http://www.equator-news.com

Festival Budaya Serumpun Diikuti Tujuh Negara

Makassar, Sulsel - Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo membuka secara resmi Festival Budaya Serumpun yang diikuti tujuh negara di pelataran Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat Kota Makassar pagi ini. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gendang oleh Gubernur Syahrul Yasin Limpo, lalu diiringi musik Paqkanjara'.

"Festival budaya ini sebagai pelestarian kebudayaan untuk menjadi bangsa yang kuat dan memiliki jati diri," katanya.

Disamping mengikutkan budaya tujuh negara yaitu Indonesia, Brunai Darussalam, Australia, Cina, Jepang, Korea, dan Malaysia, juga diikuti 23 kabupaten se Indonesia. Event ini mengusung dengan tema "Merajut Budaya untuk Menemukenali Kearifan Lokal".

Rangkaian acara pembukaan festival budaya serumpun diantaranya pembacaan puisi oleh budayawan Sulawesi Selatan Udin Palisuri serta diiringi nyanyian oleh Abdi Basir. Kemudian dilanjutkan persembahan pertunjukan barongsai dari Panguyuban Tionghoa Makassar.

Ketua panitia fesival yang juga Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sulawesi Selatan menyampaikan keinginannya untuk lebih menyatukan budaya sesama negara di Asia yang memiliki kemiripan. "Kami ingin lebih mempererat silaturahmi antara negara serumpun, provinsi dan kabupaten," katanya.

Festival ini akan digelar beberapa hari, dirangkaikan dengan berbagai kegiatan seperti dialog budaya, lomba gasing, engrang dan pantun. (KAMILIA)

Sumber: http://www.tempointeraktif.com

Setelah Italia, Rusia Bergema dengan 'Rhythm of Indonesia'

Moskow, Rusia - Music Director "The Colours of Indonesia", Dwiki Dharmawan mengemukakan kolaborasi berbagai alat musik nusantara menjadi salah satu kekuatan seni musik Indonesia.

Hal itu disampaikan Dwiki Dharmawan kepada koresponden ANTARA London, Selasa malam usai mengisi acara Festival Budaya Indonesia dalam rangkaian memperingati perayaan 60 tahun hubungan Indonesia dan Rusia digelar Concert Hall MIR, Moskow, Selasa malam.

Dwiki Dharmawan yang baru kembali dari Italia mengatakan "Rhythm of Indonesia selain mengiringi tari tarian yang ditampilkan dalam festival budaya Indonesia di Rusia yang bertema "The Colour of Indonesia" juga mengisi musik dalam peragaan busana karya disainer Indonesia .

Menurut pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 19 Agustus 1966, "Rhythm of Indonesia" memadukan musik yang intronya dari Kalimantan dan disambut vokal dari gaya Minang dan masuk Melayu dan diikuti musik dari Papua dan disusul musik dari Banyuwangi dan juga dari daerah Sumatera Utara.

Kelompok Musik "Indonesia Ethnic Ansamble" menjadi pertunjukan yang menarik karena memadukan kekayaan dan keragaman musik Indonesia menggunakan instrumen Rebana (terbang), Gendang Melayu, Kendang Sunda, Talempong, Kecrek, Bedug Dol Tabuik dan lain lain dalam irama yang enerjik mendapat sambutan penonton.

"Musik dan tari merupakan hal yang tidak terpisahkan.Seni tradisi di Indonesia pada awalnya berfungsi religius, karena bertolak dari sistem kepercayaan mereka yang berbeda-beda untuk tiap daerah, kemudian musik berkembang menjadi hiburan," kata Dwiki.

Anggota kelompok musik "Indonesia Ethnic Ansamble" juga beragam di antaranya kreografer Anter dari Jogjakarta dan Ayoub Zikra dari Jakarta bersama Yos serta co musik director yang terdiri dari Djoko Suko Sudono dan Prasadja Budidharma dari Jogjakarta serta Armen dari Jakarta.

Dwiki mengatakan alat musik yang dimainkan juga dari berbagai daerah seperti alat musik kendang, talempong, tifa, gong, boning, saron, demung, rebana, beduk, gendang Makasar, melodian dan accordion.

Festival Budaya Indonesia digelar di tiga kota di Rusia yaitu di Moskow. Tver dan St Petersburg dari tanggal 24 hingga 31 Mei merupakan balasan dari kegiatan yang sama yang dilakukan Rusia di Indonesia tahun lalu. (U-ZG/A038)

Sumber: http://www.antara.co.id

STIHPADA Gelar Festival Lagu Melayu 2010

Palembang, Sumsel - Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda (Stihpada) kembali menggelar Festival Lagu Melayu 2010 di graha Stihpada. Kegiatan yang memperebutkan trofi Prof H Abu Daud Busroh SH, Sabtu (22/5) ini, diikuti 14 peserta dari kalangan mahasiswa dan umum. Sebagai penghormatan, festival dimulai dengan menyanyikan lagu Bengawan Solo dari almarhum Gesang.

Dewan juri yang terdiri dari Anton Narasoma (Sumatera Ekspres), Nuzul Qurniawan (Dinas Pariwisata) dan Anggi (seniman Palembang) memberikan juara pertama kepada Ahmad Yopi Eka Maulana. Juara II Desi Diana, juara III Salamun Prayoga, dan favorit Juniartika Sari.

Ahmad Yopi berhasil menjadi juara untuk kali ketiga secara berturut-turut. Peserta dari kalangan umum ini pun berhak mendapatkan piala tetap dari STIHPADA, uang pembinaan Rp700 ribu serta sertifikat. Juara kedua Rp600 ribu, juara ketiga Rp500 ribu dan favorit Rp200 ribu.

Prof H Abu Daud Busroh SH, ketua STIHPADA mengatakan pihaknya bakal merekam lagu yang telah dinyanyikan para pemenang festival ini dalam bentuk CD sebagai memori dan dokumen. “Kita berharap ini jadi batu loncatan bagi para pemenang untuk ajang yang lebih tinggi lagi, seperti kontes nyanyi di TV sehingga bisa mendatangkan rezeki dari performa dan suara mereka,”ujar Abu.

Ketua pelaksana, Hendi Siska mengatakan festival ini diselenggarakan setiap tahun. Tujuannya untuk melestarikan kesenian asli Indonesia, termasuk lagu-lagu melayu khas Indonesia. “Supaya tidak tergeser dengan lagu-lagu band dengan corak budaya barat yang tidak sesuai dengan jiwa bangsa, sehingga bisa mengembalikan jati diri budaya bangsa,”beber mahasiswa semester 4 ini.

Selain itu, Stihpada telah melakukan pelantikan pengurus Dewan Mahasiswa (Dema) Stihpada periode 2010-2012. Terpilih sebagai ketua baru Dema, Heru Andeska dan wakil ketua Yulianti.(mg 41)

Sumber: http://sumeks.co.id

Nasib Perempuan yang Terpinggirkan

Oleh Sunaryono Basuki Ks

Sejak terbitnya novel tebal Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta ( 1999) maka sedikit-demi sedikit muncul buku-buku lain baik novel atau laporan dari orag-orang yang merasa terpinggirkan (subaltern), yang sering disebut sisa-sisa G30 S seperti buku Aku Eks Tapol tulisan Hersi Setiawan. Mereka menanggung stigma eks PKI atau eks Tapol dan dianggap berbahaya sebab dikira bisa meracuni generasi muda dengan pikiran-pikirannya.

Putu Oka Sukanta kelahiran Banjar Tegal, Singaraja adalah salah seorang tokoh Lekra yang pernah dijebloskan ke dalam bui untuk beberapa tahun lamanya tak tahu apa salahnya. Di bui itulah dia belajar ilmu akupunktur dari seorang tahanan beretnis Tionghoa, dengan tujuan menjaga kesehatan sesama tahanan. Karena itulah sekeluar dari penjara dia menjadi ahli akupunktur dan obat-obatan.

Berbeda dengan Oka Sukanta, Nusya Kuswantin bukanlah aktivis, dia adalah pewarta dan kolomnis dan mengumpulkan data mengenai novelnya Lasmi dari lapangan, yakni kenyataan mengenai kekerasan dan kaum terpinggirkan.

Anehnya, Lasmi adalah akronim dari Lama Sekali Mimpinya, sebagaimana dia tulis dalam bukunya, sebab novel ini sudah digagas selama lima tahun baru selesai. Sebetulnya, hal ini biasa terjadi di antara para penulis, yang bisa memendam konsep novelnya sampai sepuluh tahun lebih.

Tentu bukan dia satu-satunya pewarta yang menulis novel. Noorca M.Massardi malah menulis dua novel yakni September dan d.i.a dan Presiden. Setting cerita di sebuah desa dipinggir kota Malang, walau pun nama- nama empat sama sekali tidak disebut. Kita bisa menduganya dengan penyebutan foto studio di Kayutangan (nama jalan, sekarang Jl. Basuki Rachmat) serta Restaurat Oen yang saat itu restoran paling menonjol di Malang dan sekarang menjadi restoran klasik tempat orang-orang tempo doeloe bernostalgia.

Juga disebut kota yang sejuk dengan sejumlah bukit yang indah (yang pasti kota Lawang) dengan Rumah Sakit Jiwa. Nama kota itu pun tak disebut. Juga bukit yang disebut Gumuk, yang kira-kira di Gunung Arjuno. Di dalam salah satu episode awal kisah ini diceritakan Sut dan Lasmi naik oplet ke kota dan ada pengemis ikut yang dibayari oleh Lasmi pada tahun 1957. Mungkin saat itu masih beroperasi kendaran roda tiga yang disebut demo (bukan bemo yang mulai beroperasi tahun 1962 setelah Asian Games di Jakarta). Demo dengan setir lengkung yang digerakkan ke kanan kiri tetapi bukan diputar sepertui setang bemo sekarang ( yang juga sudah tak beroperasi).

Kita tentu tak perlu menduga-duga lebih jauh mengenai desa tempat Pak Kerto, Bu Kerto dan Lasmi hidup, sebuah desa yang tak terlalu jauh dari Lawang karena dari situ Bu Kerto dapat datang ke Gumuk. Desa yang terpencil itu menjadi setting kisah mengharukan ini: ketulusan Sutikno, guru Sekolah Rakyat di desa yang jujur, menghargai pendapat orang, tenang, semua kebaikan Sut ini pada bagian akhir novel diungkapkan di dalam surat panjang yang ditulis Lasmi di Gumuk 27 Desember 1965 sebelum Lasmi menyerahkan diri kepada aparat keamanan. Dalam realitas agak aneh di sebuah gubuk di bukit Lasmi mampu menulis surat sepanjang 17 halaman buku novel ini.

Namun kita dapat memahaminya, surat tersebut dipakai untuk mengungkapkan perasaan dan pendirian Lasmi mengenai Sutikno yang berperan sebagi narrator kisah ini, tentang anak mereka Bagong yang meninggal, tentang sikap Lasmi di dalam mempertanggung-jawabkan tindakannya di masa lalu sehingga dia melapor dan kalau akan dibunuh, harus disaksikan oleh banyak orang.

Deskripsi yang Teliti

Watak Lasmi kita pahami melalui deskripsi yang sangat teliti, yang seolah-oleh dilakukan oleh Sutikno, sang narrator yang kemudian menjadi suami Lasmi. Dimulai dengan pertemuan keduanya saat Pemilihan Majelis Daerah 29 Juli 1957. Lasmi sebagai petugas nampak sederhana tanpa mengenakan pehiasan secuil pun bahkan anting pun tidak. Kesan pertama ialah Lasmi berani melawan arus!

Di bagian ini juga dilukiskan mengenai kebiasaan wanita Jawa dalam memelihara tubuhnya sampai sangat mendetail, mungkin gara-gara pengarangnya adalah seorang kolumnis dan penulis tetap rubrik rumah dari sudut pandang perempuan, padahal deskripsi itu dilakukan oleh Sutikno!

Di dalam novel ini disebutkan Lasmi mengikuti training ke kota saat dia dalam proses digaet oleh Gerwani unuk mengganti nama TK Tunas dengan TK Melati, yang saat itu memang tersebar di mana-mana dan dikenal sebagai TK yang berafiliasi dengan PKI. Istilah training belum dipakai saat itu, dan yang lebih dikenal di kalangan ormas PKI adalah istilah kursus kader. Memang demikianlah nasib Lasmi yang buta politik. Dengan tujuan mulia mendidik anak-anak bahkan membuka kursus buta huruf bagi orang tua di rumahnya, dia tidak tahu bahwa bantuan guru menjahit untuk anak-anak perempuan putus sekolah dimanfaatkan oleh Gerwani untuk bergabung dengan mereka. Namun, kesalahan kecil itu tidak membuat novel ini menjadi buruk. Mungkin pengarangnya tak mengalami masa itu dan mencobha memindahkan istilah masa kini ke masa lalu. Selamat membaca tentang wajah Jawa Timur tahun enam puluhan. ***

* Sunaryono Basuki Ks, Novelis kelahiran Malang, berdomisili di Singaraja, Bali.

Sumber: http://www.suarakarya-online.com

Kemenbudpar Gelar Pameran Peninggalan Sriwijaya

Jakarta - Sebuah pameran yang menggelar sejumlah warisan budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya akan dipamerkan di Jakarta sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan pariwisata Sumatera Selatan.

Pameran yang bertajuk The Ancient Heritage of Sriwijaya diselenggarakan pada 10-11 Juni di hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan. "Sumatera Selatan memiliki potensi pariwisata yang besar, pameran ini adalah salah satu upaya mempromosikan budaya setempat yang kita harapkan akan makin mengundang lebih banyak wisatawan datang," kata Direktur Jenderal Pemasaran Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar, di kementerian Budpar di Jakarta, kemarin.

Berbagai koleksi seperti kain tenun songket, seni arsitektur, kerajinan tangan, kuliner, perhiasan, tari-tarian dan tata adat pernikahan akan dipertunjukkan dalam pameran dua hari tersebut.

Menurut Sapta, berbagai potensi Sumel tersebut harus terus digali untuk kepentingan wisata. "Saya berharap, pameran ini akan menambah kebanggaan terhadap budaya Nusantara yang juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke Indonesia," kata Sapta Nirwandar.

Sementara itu Farida Siregar, dari Yayasan Az-Zahra (penyelenggara) mengatakan, salah satu andalan dalam pameran itu adalah kain songket yang merupakan salah satu warisan budaya Kerajaan Sriwijaya yang terus berkembang dan menjadi ciri khas Sumatera Selatan yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan.

"Salah satu koleksi kain songket yang akan dipamerkan adalah kain songket langka yang berusia lebih dari 100 tahun, yang menggunakan benang emas murni 14 karat," kata Farida Siregar.

Dalam pameran itu juga akan diluncurkan sebuah buku yang mengupas tentang kain songket Palembang, perhiasan dan upacara perkawinan adat Sumatera Selatan. (Sadono)

Sumber: http://www.suarakarya-online.com

Ma'badong dan Pa'piong dalam Celebes Culture Night

Makassar, Sulsel - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di Sulawesi Selatan mencanangkan wisata budaya dengan cara menyajikan pekan hiburan di hotel-hotel. Pengelola hotel diiminta menampilkan berbagai atraksi untuk memberi daya tarik tamu.

Seperti yang dilakukan Manajemen Hotel Sahid Jaya Makassar, yang menghadirkan tarian adat Sulawesi Selatan dari Toraja, yakni Ma'badong tadi malam. Suguhan seni buadaya ini guna menghibur tamu maupun pengunjung Kafe Tanjung Bira Hotel Sahid.

"Acara ini kami beri tajuk Celebes Culture Night," kata Fina Arfina Public Relation kepada Tempo. Menurut dia, budaya lokal yang ditampilkan selama sepekan tak hanya tarian asal Toraja. Tarian adat daerah lain juga disuguhkan selama sepekan acara tersebut. "Pada Minggu, kami menampilkan tarian khas Makassar," Fani menjelaskan.

Penari didatangkan dari sanggar di sekitar Makassar. Seperti tarian Toraja dibawakan oleh Sanggar Tari Sejati Makassar. Sambil menikmati tarian, pengunjung disajikan aneka masakah khas seperti sop ayam daun kedondong, ketam hitam, ayam pa'piong Toraja, dan gulai pakis mengkendek. (ABD AZIS)

Sumber: http://www.tempointeraktif.com

20 Negara Diundang ke Festival Keraton Sedunia di Solo

Solo, Jateng - Sekitar 20 negara kerajaan dan bekas kerajaan di seluruh dunia akan diundang menjadi peserta Festival Keraton sedunia yang akan diselenggarakan di Solo pada tanggal 26-28 September 2010.

Peserta festival tersebut diantaranya dari Malaysia, Thailand, Kamboja, Korea, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, India, serta negara-negara Benua Eropa seperti Inggris dan Belanda. Sementara jumlah peserta festival dari kerajaan-kerajaan di Tanah Air sekitar 50 kerajaan.

“Setidaknya itu peserta dari luar negeri, masih memungkinkan untuk bertambah. Kami sudah melakukan check list calon peserta yang akan kami undang," kata Ketua Panitia Festival Keraton-Keraton seluruh dunia, KGPH Dipokusumo, seperti dikutip siaran pers ksi Pelayanan Informasi Monumen Pers Nasional (MPN) Solo, Rabu (26/5).

Dipokusumo menjelaskan, launching festival keraton akan dilakukan di Jakarta dengan mengundang duta-duta besar negara peserta.

Pengenalan dan peluncuran acara akan dilakukan oleh tokoh perempuan Indonesia, Mooryati Soedibyo yang juga penasihat festival.

Sementara mengenai undangan kepada para calon peserta festival dari luar negeri, akan dilayangkan Juni 2010 mendatang. Saat ini sedang disusun format acara oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo.

Menurut Dipokusumo, rangkaian acara nantinya meliputi pameran benda bersejarah, pertunjukkan budaya, kirab budaya, serta sarasehan yang akan dilangsungkan pada Senin (27/9).

Lokasi pameran benda peninggalan sejarah kemungkinan akan dilakukan di Pura Mangkunegaran atau di Keraton Kasunanan Surakarta, sedangkan pertunjukkan budaya oleh peserta festival ditetapkan di Pamedan Mangkunegaran.

“Untuk saat ini yang belum dapat dipastikan adalah jalur kirab budaya,” katanya menambahkan. (toeb/id)

Sumber: http://www.bipnewsroom.info

Anand Krishna Gelorakan Semangat Kebangsaan Harkitnas

Denpasar, Bali - Anand Krishna Centre di Jalan Mertasari, Sunset Road, Kuta, Bali, menggelar sejumlah kegiatan yang bertujuan menggelorakan semangat kebangsaan bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Kamis malam.

Kegiatan tersebut melibatkan puluhan anak-anak dengan menjadikan peringatan Harkitnas sebagai media dalam memupuk kebersamaan serta menggelorakan semangat kebangsaan, guna mendukung upaya mempertahankan keutuhan NKRI.

Dalam upaya membangkitkan kesadaran menjaga negara kesatuan Republik Indonesia itu, digelar drama dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, yang diselingi dengan pidato tokoh masyarakat dan pejabat.

"Kami selenggarakan peringatan Harkitnas sekaligus ulang tahun Graha Indonesia Jaya ke-4, dengan tema menjadikan dunia baru satu bumi, satu langit dan satu kemanusiaan," kata Adi Susanto, salah seorang pengurus Anand Krisha Centre.

Dengan kemasan acara ringan dan santai, anak anak berinteraksi satu sama lain dalam diskusi seputar pemahaman bermasyarakat dan bernegara. Bagaimana seorang pemuda digambarkan pesimistis dan selalu menuntut lebih dari negara, sementara dia tidak berbuat apa pun.

"Kamu terus mengeluh dan bertanya, apa yang telah diberikan negara padamu. Kamu sudah berbuat apa untuk negara?" demikian salah satu cuplikan percakapan dalam drama tersebut.

Sementara gedung berusia empat tahun yang dibangun Anand Krishna itu, dilaporkan selama ini digunakan sebagai tempat bersama dalam mengupayakan kejayaan dan kedamaian di bumi pertiwi.

"Kami akan terus menyuarakan kedamaian hidup di muka bumi dari tempat ini, Graha Indonesia Jaya. Ini sebagai miniatur laboratorium untuk menggapai kejayaan Indonesia. Semua bisa berkumpul di sini tanpa memandang perbedaan latar belakang status sosial, agama, pekerjaan dan suku," ujar Adi.

Ia juga menegaskan jika kegiatan yang digelar di tempat tersebut, sama sekali tidak terkait kepentingan politik praktis, semata ingin mengajak masyarakat mengembangkan budaya toleransi dan keberagamaan dalam semangat pluralisme.

Direktur Eksekutif Anand Krishna Centre, Dr Wayan Sayoga, mengatakan, pihaknya akan terus menggelorakan semangat kebangsaan yang diwariskan para pendahulu.

"Saat ini ancaman disintegrasi muncul dari dalam dan luar, karena itu kekuatan yang bisa mencegahnya adalah nasionalisme sebagai bangsa yang satu dalam wadah NKRI," katanya.

Ia juga menyitir empat warisan para pendiri bangsa yang harus dipegang sebagai bekal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keempat pilar penting itu adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI dan kebhinekatunggalikaan.

Acara tersebut mendapat animo tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah setempat. Tampak hadir Gus Indra Udayana dan tokoh spiritual dari India, Swammi Anubhavanda serta Supriyanto dari Bandan Kesbanglinmas Provinsi Bali. (T007/K004)

Sumber: http://www.antara.co.id

120 Peserta dari 20 Negara Berlomba di Sail Indonesia

Kupang, NTT - Sedikitnya 120 tim dari 20 negara sudah mendaftar mengikuti lomba perahu layar "Sail Indonesia" yang dimulai dari Darwin, Australia Utara 24 Juli mendatang.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Rihi di Kupang Rabu mengatakan, diperkirakan peserta Sail Indonesia tiba di Kupang sebagai pintu masuk pertama di Indonesia pada 27-28 Juli, sebelum melanjutkan pelayaran ke berbagai persinggahan di provinsi kepulauan itu.

Berbagai pihak terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTT dan Kota Kupang, biro perjalanan yang mengemas paket wisata, pengelola hotel, restaurant, aparat keamanan, bea cukai, petugas pelabuhan, karantina dan imigrasi sudah bersiap menyambut mereka.

Dia mengatakan, para peserta Sail Indonesia, akan berada di Kupang selama empat hari mulai 28 Juli, lalu ke Rote Ndao, Alor, Lembata, Maumere, Ende dan Labuan Bajo.

Selama di Kupang, sejumlah paket wisata telah disiapkan seperti NTT Expo di Pantai Taman Kota Subasuka,lomba duta wisata, jamuan makan oleh Gubernur Frans Lebu Raya, pagelaran budaya dan hiburan umum, kunjungan ke sejumlah obyek wisata seperti museum, gua peninggalan Jepang dan ke kampung tradisional Boti di Timor Tengah Selatan (TTS) dan sejumlah agenda lain.

Sail Indonesia merupakan reli perahu layar tahunan yang mengambil start di Darwin, Australia Utara. Jika sebelumnya, peserta reli menjadikan Bunaken sebagai persinggahan terakhir, pada tahun 2010 ini peserta akan menjadikan Banda sebagai persinggahan terakhir.

Selain menikmati sejumlah paket wisata di Kupang, para peserta reli perahu layar itu juga akan ke sejumlah daerah persinggahan di mana pemerintah daerah setempat, tengah mempersiapkan acara dan paket wisata.

Di Rote misalnya, selain menikmati surfing atau berselancar di Pantai Nembrala,juga menyaksikan pameran budaya termasuk pagelaran kolosal musik tradisional Sasando, di Alor menikmati taman laut di perairan sekitar Pulau Kepa.

Rombongan lalu bertolak ke Lembata untuk menyaksikan penangkapan ikau paus secara tradisional di Lamalera, menyelam di Taman Laut Maumere dan berkunjung ke puncak Gunung Kelimutu untuk menyaksikan danau tiga warnah Kelimutu.

Kemudian ke Labuan Bajo di Manggarai Barat menikmati Taman Nasional Komodo, di mana terdapat biawak raksasa yang tengah diusulkan sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia. (ANT/S026)

Sumber: http://www.antara.co.id

Arkeolog Mesir Temukan 45 Kuburan Kuno

Kaior, Mesir - Satu tim arkeolog Mesir, Ahad, mengumumkan ditemukannya 45 kuburan kuno di Gubernuran Fayoum, sebelah selatan Kairo, pekan lalu.

Dr. Abdel Rahman El-Aydi, pemimpin misi arkeologi tersebut, mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa 45 kuburan ditemukan di empat pemakaman di satu tempat yang bernama "Lahoun".

Pemakaman pertama berasal dari dinasti pertama dan kedua Mesir (3.050-2.687 SM), dan yang kedua berasal dari Kerajaan Menengah (2.134-2.061 SM), pemakaman ketiga adalah milik Kerajaan Modern (1.569-1.081 SM) sedangkan yang keempat berasal dari Periode Belakangan (724-333 SM).

Kompleks pemakaman pertama dan kedua meliputi 14 kuburan. Satu kuburan nyaris lengkap, termasuk semua peralatan pemakaman dan satu peti kayu dengan mumi yang dibungkus linen.

Kedua pemakaman lain berisi 31 kuburan, kebanyakan yang berasal dari dinasti ke-11 dan ke-12 (2.030-1.840 SM), kata El-Aydi.

Masing-masing kuburan berisi peti kayu dengan tulisan tangan dengan mumi yang masih lengkap di dalamnya, demikian antara lain isi pernyataan dari Dewan Benda Antik Mesir (SCA).

Pemimpin SCA Dr. Zahi Hawass mengatakan salah satu kuburan yang digali selama misi tersebut berisi 12 peti yang diletakkan berjejer.

Menurut pernyataan itu, mumi yang ditemukan masih utuh karena semua mumi tersebut tertutup "cartonnage" --lapisan linen dan gypsum-- yang dihiasai dengan tulis keagamaan dari Buku Kematian dan tempat yang menggambarkan para dewa kuno Mesir.

Tahun lalu, misi tersebut menemukan 53 sarkofagus yang berasal dari dinasti Fir’aun Jaman Pertengahan dan Modern serta Romawi di tempat yang sama.(ANTARA/Xinhua-OANA)

Sumber: http://oase.kompas.com

Tulang Manusia Zaman Mataram Ditemukan

Temanggung, Jateng - Penambang pasir menemukan beberapa potong tulang manusia dan binatang yang diduga dari jaman Kerajaan Mataram kuno di kompleks situs Liangan di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah.

Penemuan itu melengkapi penemuan sebelumnya berupa kerangka rumah di lokasi yang diduga bekas pemukiman atau perdusunan zaman Mataram kuno.

Tambah, seorang warga Liangan ditemui Senin mengatakan, tiga potong tulang itu ditemukan di tempat terpisah. Sebuah potongan berukuran agak besar yang diduga tulang binatang ditemukan satu lokasi dengan kerangka rumah I.

Selanjutnya, dua potong tulang berukuran kecil yang diduga tulang manusia kondisinya agak rapuh, ditemukan satu lokasi dengan temuan kerangka rumah II. Di lokasi ini juga ditemukan pecahan keramik.

Benda-benda tersebut sudah dibawa petugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan Balai Arkeologi Yogyakarta untuk diteliti.

Ia mengatakan, pada Sabtu (22/5) petugas dari Balai Arkeologi juga menemukan potongan kayu yang sudah menjadi arang diduga sebuang tiang bangunan di rumah II.

Situs Liangan ditemukan pertama tahun 2008 di kawasan penambangan pasir Dusun Liangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Kabupaten Temanggung, Subekti Prijono, mengatakan bahwa hasil penelitian tim Balai Arkeologi Yogyakarta memperkirakan situs tersebut merupakan sebuah perdusunan Mataram Kuno.

Dugaan bahwa situs tersebut sebuah perdusunan karena ditemukan sisa-sisa rumah berbahan kayu dan bambu.

Bekti menyebutkan, penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya berupa sebuah kaki bangunan candi yang di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya karena yoni ini memiliki tiga lubang.

Temuan lain yang spektakuler, katanya, berupa rumah panggung dari kayu yang hangus terbakar dan masih tampak berdiri tegak.

"Kalau di lokasi tersebut ditemukan beberapa potongan tulang mungkin akan memperkuat hasil penelitian tim Balai Arkeologi bahwa di daerah tersebut semula merupakan kompleks permukiman," katanya. (JY)

Sumber: http://oase.kompas.com

Kesenian Gambuh Berumur Lima Abad

Denpasar, Bali - Kesenian Gambuh yang menjadi dasar seni tari yang diwarisi secara turun-temurun di Bali, hingga kini diperkirakan telah berumur lima abad dan bahkan tetap lestari di Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

"Jenis kesenian klasik itu diperkirakan sudah ada tahun 1528 masehi, sehingga sudah mencapai umur lima abad," kata I Wayan Sucipta, mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukkan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Selasa.

Ia melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kesenian Gambuh di Desa Kedisan sebagai persyaratan meraih gelar S-1 dan mempertanggungjawabkan di hadapan tim dosen penguji lembaga pendidikan tinggi seni tersebut.

Kesenian Gambuh di Desa Kedisan itu diperkirakan ada sejak tahun 1528 masehi dan merupakan kesenian paling tua di antara jenis tabuh dan tari yang berkembang di Pulau Dewata.

Dalam hasil kajian yang berjudul "Eksistensi Seni Pertunjukan Gambuh di Desa Kedisan", Wayan Sucipta menjelaskan, kesenian Gambuh Kaga Wana Giri di Desa Kedisan sejalan terbentuknya desa tersebut yang diperkirakan kini telah berumur 482 tahun.

Hal itu berawal datangnya I Gusti Kacang Dawa yang disertai putranya Ki Pasek Gelgel Aan yang berbekal hiasan kepala "Gelungan Panji" sebagai tanda kesaktian yang hingga kini masih tersimpan dan disakralkan masyarakat setempat.

Kesenian gambuh tersebut lebih banyak mengalami perubahan dibanding perkembangannya. Meskipun jenis kesenian klasik itu hingga sekarang tetap lestari, namun anggotanya hanya 25 orang, termasuk penabuh dan penari.

Instrumen terdiri atas empat buah suling, sepasang kendang krumpungan, satu buah rebab, satu buah kajar, sebuah ceng-ceng ricik, sebuah klenang dan sebuah kenyur.

Kesenian tersebut hanya dipentaskan untuk kelengkapan ritual Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Pitra Yadnya dan Bhuta Yadnya, yang secara tidak langsung juga menjadi hiburan masyarakat maupun wisatawan dalam menikmati liburan di Pulau Dewata, ujar Wayan Sucipta. (JY)

Sumber: http://oase.kompas.com

Goyang Hippies The Rollies

Jakarta - Bagaikan ketika mereka masih muda pada era 1970-an dan 1980-an, grup The Rollies masih bertenaga untuk manggung selama tiga jam nonstop di Airman Planet, Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (22/5/2010) malam. Pertunjukan mereka diawali dengan teriakan, "The Rollies is Back," dari para penonton di segala penjuru ruangan.

Meskipun para personelnya sudah berumur, nyatanya The Rollies tetap mengajak bergoyang hippies ratusan penyuka musiknya, yang kebanyakan juga kaum muda pada masa The Rollies mereguk kenikmatan popularitas, 1970-an dan 1980-an.

Band yang dihuni oleh Benny Likumahua (trombon, saksofon), T.Z Iskandar (saksofon, vokal), Oetje F Tekol (bas), Jimmie Manoppo (drum), Abadi Soesman (keyboard), Masri (gitar), Hendro (terompet), Guswin (vokal, pengganti almarhum Gito Rollies), dan Alfred (vokal, pengganti almarhum Delly) ini langsung menyuguhkan musik brass mereka dengan lagu Huma di Atas Bukit dan Kemarau, yang menjadi andalan mereka. Setelahnya langsung meluncur Saturday in The Park dan Falling in Love with You, milik grup legendaris AS Chicago yang pernah sering dibawakan oleh The Rollies. Kemudian, menyusul, Burung Kecil dan Padang Tandus.

The Rollies juga menyuguhkan lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh vokalis legendaris AS James Brown, yang sudah akrab bagi telinga penyuka musik di Indonesia, seperti Sex Machine. Para penonton pun bergoyang hippies di tengah lantai dansa. "Nani Sakrie (mantan model) semangat bener," kata Iskandar. "Oke, lagu berikutnya... Aduh sebentar kita tarik napas dulu," sambungnya dalam canda sebelum Papa's Got a Brand New Bag diluncurkan.

Berikutnya, The Rollies menjajal lagu milik grup lama Blood Sweat and Tears yang berjudul I Love You More than You'll Ever Know. Usai lagu tersebut, The Rollies, yang kebanjiran permintaan lagu, pun mulai meladeni permintaan itu. Di antara para penonton Miranda Gultom, Arifin C Panigoro, dan Triawan Munaf, mantan personel band lama Giant Steps yang juga ayah dari vokalis Sherina Munaf. (FAN)

Sumber: http://entertainment.kompas.com

Inul Kena Cekal, Jupe Kesal

Jakarta - Pedangdut Julia Perez alias Jupe mengaku sedih ketika mendengar kabar adanya pencekalan terhadap Inul Daratista di Malaysia, lantaran dicap tukang umbar sensualitas dengan goyang ngebor-nya.

"Menurutku, goyang Inul udah enggak hot lagi, enggak vulgar," ungkap Jupe saat ditemui di Sudirman City Walk, Jakarta Pusat, Selasa (25/5/2010).

Bagi Jupe, istri Adam Suseno itu memiliki aksi panggung yang cukup meninggalkan kesan tanpa hal yang negatif. "Dia itu fenomenal dan goyangannya bagus, setiap aksi panggungnya selalu berkesan," bela Jupe.

Menurutnya, kebebasan berkreasi anak bangsa saat ini sedang dikebiri pihak tertentu. "Disuruh goyang ke depan enggak boleh, ke belakang enggak boleh juga, ke kanan dan ke kiri juga enggak boleh. Masa disuruh goyang pocong," selorohnya.

Karena itu, Jupe berharap tidak ada lagi pembatasan untuk berkreasi bagi seniman Indonesia. "Namanya juga entertainer, maju mundur kena cekal. Harus ada sisi baik entertain-nya, tolong jangan batasi kreativitas anak Indonesia," tutupnya. (FAN)

Sumber: http://entertainment.kompas.com
-

Arsip Blog

Recent Posts