Puluhan Kelompolk Reog Ikuti Festival di Ponorogo

Ponorogo, Jatim - Sebanyak 21 kelompok seni tari reog se-Kabupaten Ponorogo bakal adu ketrampilan dalam memainkan tarian reog, bersaing dengan belasan seniman reog lain dari berbagai pelosok Tanah Air dalam Festival Reog Nasional XXII di Ponorogo, 7-13 Oktober 2015.

Kasubbag Humas dan Protokol Pemerintah Kabupaten Ponorogo Setyo Budiyono di Ponorogo, Jawa Timur, Selasa mengatakan hingga saat ini jumlah peserta FRN XXII telah mencapai 40 kelompok yang berasal dari dalam maupun luar Ponorogo.

"Terakhir kami mendapat konfirmasi jumlah peserta sekitar 40-an kelompok, dengan rincian 21 tim berasal dari 21 kecamatan se-Kabupaten Ponorogo sementara sisanya dari berbagai daerah di Indonesia," ujarnya kepada Antara.

Menurutnya, angka partisipasi peserta FRN meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 30-an kelompok.

Selain sosialisasi dan koordinasi yang intensif dengan jaringan seniman reog di berbagai daerah di Nusantara, lanjut Setyo, skala kejuaraan yang telah menjadi bagian agenda resmi dalam kalender wisata Jatim membuat kepopuleran festival reog tahunan tersebut terus meningkat.

"Seluruh seniman reog akan adu kepiawaian serta kekompakan dalam memainkan tarian reog. Festival ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi antarseniman reog dari berbagai daerah untuk saling bertukar ilmu dan pengalaman," ujarnya.

Sebagaimana pagelaran festival reog nasional beberapa tahun terakhir, FRN XXII memperebutkan Piala Presiden dengan hadiah uang pembinaan puluhan juta rupiah.

FRN sesuai jadwal dan persiapanya akan digelar di panggung/gazebo alun-alun Kota Ponorogo.

Pembukaan FRN XXI dilakukan pada Rabu (7/10) sekitar pukul 17.00 WIB. Para peserta atau kelompok seniman reog akan tampil secara bergiliran untuk mendapat penilaian dari tim juri yang berlatar belakang pakar, akademisi seni, serta seniman.

Setiap kelompok peserta tidak hanya dituntut mampu menari reog dengan baik, tetapi juga harus memiliki kekompakan serta koreografi menarik.

Kelompok reog lokal yang berjumlah 21 tim sementara ini diunggulkan untuk menjuarai FRN XXII, sebagaimana keberhasilan salah satu tim reog asal SMA 1 Ponorogo pada FRN XXI tahun lalu.

Namun menurut Setyo, sifat penjurian festival yang terbuka dan obyektif memungkinkan setiap tim untuk menjadi peraih Piala Presiden dalam FRN XXII tersebut.

"Puncak kegiatan FRN akan digelar pada Selasa, 13 Oktober mendatang, bersamaan dengan diselenggarakannya kirab pusaka dan ditutup dengan kegiatan adat larung sesaji di Telaga Ngebel pada Rabu (14/10)," ujarnya.

Indonesia Akan Jadi Kiblat Kuliner Dunia

Jakarta - Pakar kuliner William Wongso memperkirakan dalam waktu dekat kiblat kuliner dunia akan pindah ke Indonesia.

"Saat ini, pola pikir masyarakat dunia sudah berbeda. Masyarakat sudah mencoba berbagai cita rasa dan dalam waktu dekat, saya perkirakan akan pindah ke kita," ujar William dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Dia menambahkan kuliner Indonesia memiliki cita rasa unik dan kaya rempah yang dulu membuat bangsa Eropa datang dan mengkolonisasi Indonesia.

Namun, William menyesalkan sedikitnya restoran Indonesia di luar negeri.

"Tidak seagresif negara-negara baru, misalnya Vietnam. Meskipun negara baru merdeka, tapi masakannya hampir ada di setiap negara maju," kata dia.

Menurut dia, banyak masyarakat dunia menyukai masakan Indonesia, tapi tidak tahu dari mana asal masakan itu. "Ketika diberi tahu masakan tersebut dari Indonesia, mereka kaget," kata dia.

Indonesia akan mengirimkan delegasi kulinernya pada "Frankfurt Book Fair", Jerman, 13-18 Oktober mendatang.

Ini untuk pertama kalinya dalam 400 tahun sejarah Frankfurt Book Fair, ada tamu kehormatan yang mengangkat kekayaan rempah dan bumbu sebagai daya tarik programnya.

Program kuliner ini dikemas dengan slogan "Spice it Up!" atau "Bumbui", sedangkan tim kuliner Indonesia terdiri dari 25 tokoh kuliner dan juru masak ternama seperti Sisca Soewitomo, Bara Pattiradjawane dan Bondan Winarno.

Tak ketinggalan tiga siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Kudus akan menghidangkan masakan khas Indonesia. Mereka adalah Billa Aprilia Putri, Afifah Ramadani dan Yoga Bayu Sadewa.

Melestarikan Pesta Adat Tahunan Suku Ketapik

Bangka Barat, Babel - Pesta adat tahunan Suku Ketapik, Bangka Barat terus terlestarikan hingga kini. Pesta adat yang telah berlangsung sejak tahun 1946 tersebut menarik minat wisatawan karena mengedepankan nilai-nilai adat dan agama yang layak menjadi teladan.

Tokoh adat Irsadi di sela-sela pelaksanaan pesta adat Suku Ketapik di Kacung, Minggu (04/10/2015) menegaskan awalnya pesta adat tersebut merupakan ungkapan kegembiraan masyarakat, terutama orangtua para santri yang berhasil menyelesaikan salah satu tahap pelajaran agama, yaitu fasih membaca Al Quran.

"Sejak dahulu setiap kali para santri berhasil khatam Al Quran dilanjutkan dengan pesta kampung yang disambut bahagia oleh seluruh warga, bahkan kemeriahannya seperti saat perayaan Idul Fitri," jelas dia.

Ia mengatakan setiap pesta kampung seluruh rumah warga terlihat bersih, rapi dan siap menerima tamu dari mana saja dengan berbagai hidangan khas dan kue-kue.

"Kami cukup terbuka, siapapun kami ajak mampir ke rumah untuk mempererat silaturahim, persis seperti saat lebaran," ujar dia.

"Kalau dahulu setiap kali digelar pesta adat hanya berisi hiburan, seperti pertunjukan musik dambus, becampak, pertunjukan silat dan setelah masuk arus modernisasi juga ada pentas musik dan orgen tunggal. Namun, ada beberapa pergeseran kebiasaan masyarakat dalam menggelar pesta adat dari yang sebelumnya terkesan hura-hura berhasil diubah menjadi lebih religius. Permainan rebana, pembacaan ayat-ayat suci Al Quran di Masjid, pencak silat dan pertunjukan lain saat ini lebih terasa nilai-nilai Islamnya, bahkan arak-arakan dengan menggunakan kereta sador juga mengusung tema-tema keagamaan," imbuh dia.

Ia mengungkapkan seluruh santri yang berhasil fasih membaca Al Quran pada saat pesta adat dandan layaknya pengantin adat dan diarak keliling kampung menggunakan kereta sador berhias aneka warna.

"Mereka merasa bangga, senang, merasa tersanjung dan dihargai jerih payahnya belajar agama. Nilai-nilai itu ternyata berhasil memotivasi generasi di bawahnya untuk belajar Al Quran dengan harapan pada saat khatam nanti diperlakukan sama dengan pesta yang cukup meriah," terang dia.

"Melalui pesta yang dilaksanakan setiap tahun sejak Indonesia merdeka tersebut, ia dan warga Suku Ketapik berharap generasi penerus di daerah itu semakin bersemangat belajar agama dan tetap menjalankan adat dan budaya turun temurun tinggalan leluhur yang sarat akan nilai-nilai positif," kata dia menambahkan.

4.000 Orang Meriahkan Pawai Budaya Yogyakarta

Yogyakarta - Kepala Bidang Pengembangan dan Promosi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jogja Yetti Martanti mengungkapkan Pawai Budaya Hari Ulang Tahun (HUT) Jogja ke-259 berbeda dengan tahun sebelumnya, terutama dari segi jumlah peserta dan areal acara.

Ia menyebutkan sekitar 4.000 orang dari 45 kelurahan, pelaku usaha hotel, serta sister city Banjarnegara, Surabaya, dan Sawahlunto, turut berpartispasi. Menurutnya, jumlah peserta dari tiap kelurahan kali ini dibatasi tidak lebih dari 75 orang demi kenyamanan dan keamanan peserta dan penonton.

“Kalau terlalu banyak juga panitia kewalahan mengawasi,” kata Yetti dalam jumpa pers di Balaikota Jogja, Senin (5/10/2015).

Sedangkan alasan kegiatan tidak dilakukan di Malioboro, tuturnya, karena ada perbaikan di Titik Nol Kilometer.

Ia menambahkan di panggung utama Tugu Pal Putih juga akan digelar pertunjukan kolosal tentang dinamika dan sejarah Jogja.

Inhil Bakal Gelar Pargelaran Seni Melayu Selama Dua Hari Dua Malam

Tembilahan, Riau - Untuk melestarikan budaya melayu di Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, Kecamatan Mandah akan mengadakan pergelaran seni budaya melayu, yang akan dilaksanakan selama dua hari dua malam, tepatnya dimulai Sabtu (10/10/2015).

Pargelaran seni budaya melayu tersebut, disejalankan dengan pelantikan pengurus Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kecamatan Mandah.

“Ini juga ditaja dalam rangka hari jadi Kecamatan Mandah yang ke-77,’ jelas Camat Mandah, Nursal Sulaiman kepada GoRiau.com, Minggu (4/10/2015).

Dikatakannya, pargelaran seni budaya melayu tersebut akan menampilkan sanggar dari desa se-Kecamatan Mandah dan juga akan dimeriahkan oleh sanggar dari kecamatan lain seperti dari Tembilahan, Batang Tuaka, Gaung, Pelangiran, Kateman, Pulau Brung dan Kecamatan Teluk Belengkong.

“Disamping dari Kecamatan yang ada di inhil, pagelaran ini juga akan dimeriahkan oleh sanggar dari Provinsi tetangga, yaitu dari Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya dari Tanjung Balai Karimun yang akan membawakan kesenian melayu asli yaitu kesenian Gazal,’ sebutnya.

Sementara untuk pelantikan pengurus LAMR Kecamatan Mandah, dijelaskan Nursal, akan dilantik langsung oleh Bupati Indragiri Hilir, HM Wardan selaku pembina LAMR Kabupaten Inhil dan akan turut dihadiri oleh Pengurus LAMR Inhil dan tokoh lainnya.

“Melalui LAMR ini kita menumpangkan harapan, semoga budaya melayu yang mulai terkikis oleh zaman akan bisa digali dan dilestarikan serta diwariskan kepada generasi penerus, karena budaya tersebut merupakan sesuatu yg bisa membuat emosional persatuan dan kesatuan menjadi kokoh,’ harap Nursal.

Empat Penari Jaipong Karawang Bakal Tampil di Seoul dan Incheon

Karawang, Jabar - Empat penari jaipong terbaik asal Karawang akan pentas dalam misi Kebudayaan Indonesia di Seoul dan Incheon. Keempat penari itu terpilih dalam seleksi yang digelar di Kampung Budaya Karawang oleh seniman Karawang dan dihadiri perwakilan masyarakat Korea-Indonesia, Mr Lee Taegok, Sabtu (3/10).

Tokoh Seniman Karawang, Suwanda, mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan positif itu mampu menghidupkan kembali gairah para seniman tradisional di Karawang.

Seleksi tersebut dinilai akan memotivasi munculnya sanggar-sanggar baru yang mampu menghidupkan kembali potensi kesenian tradisional di Karawang. "Ini sangat bagus, karena digagas Panjak (seniman-Red)," katanya.

Menurutnya, saat ini Karawang membutuhkan pemimpin yang memiliki dasar kesenian. Dengan demikian dia memahami seluk-beluk permasalahan seniman, khususnya seniman tradisional.

"Seniman tradisional hidup dari sebuah pertunjukan. Ketika tidak ada pertunjukan maka mereka tidak bisa hidup dan bahkan sangat sulit untuk menghidupi keluarganya," ucap Suwanda.

Oleh karena itu, lanjut Suwanda, dirinya mengajak seluruh seniman tradisional di Karawang untuk menjadikan seorang panjak (seniman) menjadi pemimpin di Karawang.

"Lamun pamingpina panjak. Abah wani menta. Da panjak jeung panjak, lain pamimpin jeung rakyat. Jadi abah mah rek menta weh naon anu geus dijanjikeun (Jika pempimpinnya seniman, abah berani meminta apapun karena seniman dengan seniman, bukan pemimpin dengan rakyatnya. Jadi abah bakal meminta semua yang telah dijanjikannya)," kata Suwanda dalam Bahasa Sunda.

Sementara, Dosen Seni Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI), Abah Nanung mengatakan, Miing dan Mr Lee Taegok memiliki satu program selama satu tahun untuk Karawang. Akan tetapi, program tersebut bukan hanya untuk masyarakat Karawang tapi seluruh Indonesia.

Mereka berdua memiliki misi kesenian selama satu tahun tapi latihannya selama tiga tahun. Dan hal tersebut dianggapnya sebagai program yang sangat luar biasa jika orang Karawangnya meresponnya.

Pasalnya, program tersebut bukan hanya mewakili Karawang saja tapi juga mewakili Indonesia. "Ini merupakan antusiasme yang sangat luar biasa dari orang luar Karawang," kata Nanung.

Menurutnya, saat ini banyak kesenian Karawang yang ditampilkan hanya untuk mengisi acara-acara resmi. "Tetapi, tidak ada pembinaan. Akan tetapi sesungguhnya Miing dan Mr Lee ini melakukan pembinaan yang dilakukan dengan secara selektif dan ini yang sangat luar biasa yang tidak pernah dilakukan. Karena dengan adanya seleksi tersebut tidak ada kecemburuan bagi yang tidak diberangkatkan," tuturnya.

Ia beranggapan negara tanpa kultur tidak akan memiliki identitas. Dengan demikian, misi kebudayaan mulai saat ini seharusnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Karawang. Sementara apa yang dilakukan Miing dengan pihak swasta adalah motivasi bagi para seniman tradisional.

"Padahal jika mau Pemerintah Kabupaten Karawang mampu untuk memberangkatkan itu. Dan bagi pemerintah biaya untuk memberangkatkan empat orang itu kecil, terlebih di Karawang banyak perusahaan asing," katanya.

Sementara itu, Miing mengatakan, dalam seleksi tersebut ia memiliki cita-cita jika kekuasaan itu didapatkan, dia akan mengalokasikan anggaran untuk sektor kesenian.

"Anggaran tersebut dialokasikan untuk kunjungan ke luar negeri, bisa untuk workshop, bisa untuk pertunjukan, dan juga studi banding. Mereka di sana disamping mempertunjukkan kesenian tradisional kita yang sudah diakui diluar negeri, juga sekaligus untuk menimba ilmu pengetahuan di sana," papar Miing yang saat ini menjadi salah satu calon Wakil Bupati Karawang dalam ajang Pilkada di Karawang.

Selain itu, lanjut Miing, dirinya juga mempunyai mimpi ada media atau teater terbuka di Kabupaten Karawang. Bahkan, di setiap kecamatan ada panggung-panggung terbuka yang diisi oleh para seniman setiap malam Sabtu dan Minggu.

Pembangunan tersebut dilakukan untuk membangun suasana keakraban, komunikasi membangun rasa kesenian. "Itu yang harus dimiliki oleh pemimpin yang memiliki visi kebudayaan dan tahu bagaimana membangun kebudayaan," katanya.

Reog Ponorogo Bikin Takjub Orang Jepang

Ponorogo, Jatim - Mao Arata dan Ippie, dua wisatawan asal Jepang yang secara khusus mendatangi Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dibuat terpukau oleh reog Ponorogo yang memang secara khusus mereka pelajari.

"Kami penasaran. Ternyata reog itu luar biasa. Kami sampai kaget melihat langsung bagaimana penari reog bisa memainkannya meski harus mengangkat sebuah topeng dadak merak yang sebegitu berat," ujar Mao Arata saat asyik memperhatikan pembuatan perangkat seni reog dan mencobanya di pusat kesenian reog Desa Bajang, Kecamatan Balong, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu.

Bersama Ippie, Mao serius memperhatikan bagaimana perajin membuatnya, bahkan sempat tertarik mencoba membuat topeng bujang ganon, salah satu karakter dalam reog Ponorogo.

"Walaupun saya sudah beberapa kali singgah di beberapa kota di Indonesia, namun baru kali ini saya melihat reog secara langsung dan di kotanya Ponorogo," aku Mao.

Pemandu wisata, Wisnu yang mengantarkan dan mendampingi kedua turis Jepang itu menyebut reog satu dari sekian banyak budaya Indonesia yang diminati wisatawan asing.

"Sebelumnya kami ajak jalan-jalan melihat tempat-tempat wisata, lalu melihat reog dan ternyata mereka justru tertarik untuk mempelajarinya. Ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai putra daerah," ujar Wisnu.

Dekranasda Pelalawan Gelar Sayembara Lomba Desain Batik 2015

Pangkalan Kerinci, Riau - PT Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) bekerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pelalawan menyelenggarakan Sayembara Lomba Desain Batik Khas Pelalawan 2015 dengan tema ‘Eksotika Pelalawan’. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mengembangkan dan mendukung pengembangan potensi alam dan budaya Pelalawan yang merupakan salah satu kekayaan budaya lokal.

RAPP Corporate Social Responsible(CSR)-Small Medium Enterprises(SME) Program Coordinator, Tengku Kespandiar, menuturkan lomba desain batik ini merupakan ajang untuk menggali ide kreatif dari para seniman, para pemerhati batik serta pelaku usaha dan masyarakat dalam menghasilkan karya disain motif batik khas Pelalawan.

“Kami ingin meningkatkan kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap upaya pelestarian batik di Kabupaten Pelalawan dan mempromosikan batik khususnya batik bernuasa kearifan lokal yang berkarakter agar semakin luas dikenal serta membantu Pemerintah Kabupaten Pelalawan menciptakan ikon baru di bidang busana, yaitu Batik Pelalawan,” kata Kespandiar, di Pangkalan Kerinci, Minggu (4/10).

Kespandiar menuturkan lomba desain batik ini dibuka bagi masyarakat umum yang ingin menyalurkan ide kreatifnya melalui pengembangan motif dasar batik khas Pelalawan seperti bono, tanaman khas Pelalawan, dan keris serta belum pernah dipublikasian dan diikutkan lomba sebelumnya.

“Lomba diperuntukkan bagi masyarakat umum dan bersifat perorangan dan pengumpulan karya batik ini dilakukan mulai tanggal 6 Oktober 2015 sampai 31 Oktober 2015 di Kantor BPPUT CD RAPP, dan juga Kantor Dekranasda Pangkalan Kerinci,” tutur Kespandiar.

Desain batik yang sudah terkumpul, lanjut Kespandiar, akan dinilai oleh para dewan juri yang berasal dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pelalawan, Dekranasda Kabupaten Pelalawan, serta Penggagas Batik Riau (batik tabir), Amron Salmon, berdasarkan tiga kriteria diantaranya orisinalitas atau keaslian karya, keunikannya, keindahan dengan tidak meninggalkan filosofi budaya melayu dan estetika saat diaplikasikan dalam busana baju, seragam kantor, sekolah dan lainnya.

“Para peserta tidak hanya menyerahkan karya batiknya, tetapi mereka juga wajib menyertakan judul karya, nama motif dan dasar filosofi yang ditulis di atas kertas ukuran A4 dan dan hak cipta peserta lomba menjadi milik panitia. Desain tersebut dibuat di atas kertas ukuran A4 dengan teknik manual atau teknik komputer,” jelas Kespandiar.

Disampaikan Kespandiar, seluruh karya yang masuk akan diseleksi kemudian dipilih menjadi 20 nominator yang akan diaplikasikan dalam bentuk kain batik dan akan dipilih 6 Juara yang akan diumumkan pada akhir November 2015. Seluruh karya peserta lomba akan dipamerkan dalam kegiatan Gelar Karya Lomba Batik di Gedung PLUT KUKM atau Gedung Dekranasda.

”Melalui lomba ini tentu akan mengundang dan mengakomodasi ide kreatif para desainer, para praktisi dan masyarakat UKM yang bergerak dan berminat terhadap pengembangan batik dan akan diperoleh berbagai pengembangan motif batik Pelalawan dan Riau yang muaranya akan menjadi koleksi karya yang tak ternilai harganya. Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat bisa bertanya langsung kepada Panitia di BPPUT CD RAPP Town Site II atau menghubungi saya di 085375831130, Sundari Berlian 081275605195 dan Sylsilia Trinova 082113060430,” tutup kespandiar.

Banten Ingin Angkat Makanan Kkhas ke Nasional

Jakarta - "Gebyar Kuliner Banten 2015" ingin mengangkat makanan khas dari Provinsi Banten ke kancah nasional.

"Kami ingin mengangkat makanan khas Banten yang banyak ragamnya ke kancah nasional," ujar Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Banten, Dewi Indriati Rano kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Pernyataan Dewi tersebut berkaitan dengan lomba masak pada "Gebyar Kuliner Banten 2015" yang diselenggarakan di The Royale Krakatau, Cilegon, Kamis.

Lomba masak tersebut diikuti 75 peserta dari sejumlah daerah di Tanah Air. Lomba masak tersebut melombakan masakan tradisional dari Banten.

Salah satu masakan khas dari Banten adalah Rabeg Kambing. Rabeg merupakan masakan semacam semur daging yang dimasak dengan serai dan daun jeruk di tengah citarasa rempah pala, cengkih dan kayu manis. Rasanya gurih dan lezat.

Manajer Makanan dan Minuman The Royale Krakatau, Susaedi, mengatakan masakan yang menang pada kompetisi tersebut akan dimasukkan ke dalam menu hotel tersebut.

"Melalui lomba masak ini, kami ingin mengangkat sejumlah makanan khas Banten, ke kancah nasional," kata Susaedi.

Kegiatan yang diselenggarakan bertepatan dengan HUT Provinsi Banten ke-15 tersebut diharapkan bisa menjadi ajangg tahunan.

"Kami ingin memperkenalkan makanan khas Banten. Selama ini, sangat sulit mencari apa sebenarnya makanan khas dari Banten," jelas Susaedi.

Sejauh ini pun, belum ada sentra makanan khas Banten di provinsi tersebut. Padahal provinsi tersebut merupakan salah satu tujuan wisata yang berada tak jauh dari ibu kota.

"Kami berharap dengan adanya lomba masak ini, pamor makanan khas Banten akan terangkat," harap Susaedi.

Acara tersebut dimeriahkan oleh pakar kuliner Sisca Soewitomo dan demo masakan nusantara dan kue dari Nilasari.

Festival Nasional Tari Tradisi, Tingkatkan Minat Budaya Nasional

Jakarta - Indonesia negeri yang kaya budaya. Keragaman masyarakatnya membuat Indonesia memiliki berbagai macam karya seni dan budaya.

Namun, belum banyak orang mengetahui beragam karya seni dan budaya yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Terutama dalam dunia tari. Selain berupa hiburan atau ritual, sebenarnya banyak nilai-nilai yang tertanam dalam sebuah karya tari tradisional.

Oleh karena itu, diselenggarakan Festival Nasional Tari Tradisi di Teater Bhinneka Tunggal Ika, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Festival ini diikuti oleh penampilan dari 34 provinsi di Indonesia.

"Banyaknya tarian tradisi yang kita kenal saat ini dibawakan saat upacara ritual, presentasi, estetis, atau hiburan semata. Tari tradisi ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembangun karakter bangsa melalui konsep dan nilai-nilai budayanya," ujar Direktur Jendral Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kacung Marijan.

Acara ini bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih memahami akar budaya nasional dan semakin memiliki keinginan untuk melestarikan.

"Melalui festival ini, kami ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menyaksikan tontonan yang memiliki nilai edukasi yang baik. Kami berharap agar acara ini mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif mengembangkan dan mengaplikasikan nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan," lanjut Marijan.

Dengan diselenggarakannya festival ini diharapkan menjadi wadah yang mengapresiasi para pelaku seni tradisi di berbagai daerah. Serta membantu pelaku seni dalam mengembangkan potensi, sehingga di masa mendatang tari tradisi bisa memberi kontribusi positif bagi kekayaan budaya Indonesia.

Festival ini akan berlansung dua hari, 3 dan 4 Oktober 2015. Festival ini bersifat selebrasi dan dibuka untuk umum tanpa dipungut budaya.

Agar Lebih Dikenal, Batik Asli RI Harus Punya Logo

Jakarta -"Kualitas batik perlu kita jaga bersama dan juga untuk menghadapi tantangan jangka panjang. Maka diharapkan perajin dapat menyertakan logo batikmark Batik Indonesia dengan Hak Cipta nomor 034100," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (2/10/2015).

Dia menjelaskan, citra batik Indonesia semakin meningkat setelah para perajin batik telah menerapkan produksi bersih (cleaner production) disertai dengan eko-efisiensi (eco-efficiency). Hal ini memberikan indikasi bahwa produk batik Indonesia sudah berwawasan lingkungan dan berpengaruh positif terhadap pasar.

Sebelumnya, batik di Indonesia telah dikenal kaya motif yang mempunyai filosofi, nilai seni dan warisan budaya yang sangat tinggi, desain menarik sesuai trend atau mode yang terus berkembang.

Selain itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah telah menyelesaikan SNI Batik Pengertian dan Istilah. Pada tahun 2015 ini sedang menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Kombinasi.

Peringatan Hari Batik Nasional merupakan bagian tak terpisahkan atas pengukuhan batik Indonesia oleh UNESCO menjadi warisan Budaya Tak Benda peninggalan budaya dunia, yang ditetapkan pada 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi. Setelah itu, melalui Keppres No. 33 tahun 2009 pada tanggal 17 November 2009 juga telah ditetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah mengatakan, bahwa Indonesia memiliki banyak keunggulan dalam hal pakaian nasional. Salah satunya dengan penggunaan pewarna alami yang nilai tambah batik Indonesia. Keragaman tanaman yang dimiliki Nusantara sebagai bahan baku pewarna menjadi keunggulan.

"Benefitnya, perajin leluasa untuk terus mengembangkan warna alam dan diterapkan ke batik yang diproduksi," kata dia.

Sekedar informasi, jumlah usaha pembatikan skala kecil dan menengah di Indonesia saat ini tercatat sejumlah 39.641 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 916.783 orang. Nilai produksinya sebesar US$ 39,4 juta serta total ekspor sebesar US$ 4,1 juta.

UKM Terbitkan Ensiklopedia Kejuruteraan Bahasa Melayu

Bangi, Malaysia - Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) melakar sejarah tersendiri apabila menjadi institusi pengajian tinggi awam (IPTA) pertama di negara ini yang menerbitkan ensiklopedia kejuruteraan dalam bahasa Melayu.

Buku ilmiah bertajuk Ensiklopedia Kejuruteraan Alam Melayu itu adalah hasil tulisan dan kajian yang telah dilakukan oleh 29 pakar dalam pelbagai bidang termasuk seni kreatif, agraria serta pertukangan dan seni bina.

Menurut Pro-Canselor UKM, Tun Ahmad Sarji Abdul Hamid, usa­ha sebegitu merupakan satu evolusi menarik yang boleh dikongsi kepada orang Melayu, khususnya generasi muda pada masa kini.

Beliau berkata, kebijaksanaan orang Melayu dalam pelbagai bidang tidak dapat disangkal lagi dengan adanya buku ini sebagai bukti.

“Buku ini berkaitan dengan aspek kebudayaan, contohnya olahan pada zaman Kesultanan Melayu Melaka terdahulu. Saya percaya, ini mampu meningkatkan semangat patriotik kepada semua lapisan masyarakat.

“Selain itu, jiwa dan minda orang Melayu sangat dekat dengan alam sekitar. Keakraban mereka dengan keindahan alam tidak dapat dipisahkan,” katanya kepada Utusan Malaysia selepas merasmikan pelancaran buku tersebut di sini hari ini.

Yang turut hadir Ketua Editor, Prof. Madya Dr. Mariyam Jameelah Ghazali dan Timbalan Naib Canselor Hal Ehwal Pelajar dan Jaringan Industri Masyarakat, Prof. Dr. Imran Ho Abdullah.

Menurut Ahmad Sarji, mahasiswa dan pelajar sekolah sangat memerlukan bahan bacaan seperti ini bagi meningkatkan ilmu pengetahuan.

“Oleh sebab itu, pihak sekolah dan universiti memainkan peranan penting untuk menyediakan buku tersebut di setiap perpustakaan masing-masing.

“Hal ini kerana terdapat golongan yang tidak mampu mendapatkan buku itu, sekali gus menyebabkan mereka ketinggalan dalam pendidikan dan pengetahuan,” katanya.

Indahnya Pesona Teluk Tomini di Kain Batik, Ini Penampakannya

Jakarta - Corak batik Indonesia bisa terinspirasi dari banyak hal termasuk keindahan alam. Keindahan alam yang baru-baru ini diangkat oleh 150 pembatik ke dalam kain batik yaitu pesona Teluk Tomini, Sulawesi Tengah.

Beberapa pekan lalu, 150 pembatik ini beradu dalam sebuah kompetisi bergengsi yaitu Desain Batik Khas Teluk Tomini dalam rangka Sail Tomini 2015.

"Beberapa pekan lalu, Kementerian Perindustrian telah menggelar lomba desain batik khas Teluk Tomini dalam rangka Sail Tomini 2015 di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Tidak salah jika batik telah menjadi ikon yang kerap dipamerkan ke ajang internasional. Peserta lomba mencapai 150 orang pembatik tulis," ungkap Menteri Perindustrian Saleh Husin, di temui di acara Pembukaan Pameran Batik Warisan Budaya VIII di Plasa Pameran, Lantai 1 Gedung Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Dari kompetisi desain batik tersebut telah terpilih 6 orang pemenang yaitu Juara I, II, dan III serta harapan I, II, dan III. Hadiah diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Karya para pemenang dan nominasi kemudian dipamerkan dalam Pameran Batik Warisan Budaya VIII. Keindahan alam bawah laut Teluk Tomini mendominasi corak yang dibuat para pemenang.

Salah satu karya peserta asal Gorontalo bernama Isnawati menuangkan obyek sepasang pohon kelapa dan benteng pesisir pantai. Karya berikutnya yaitu buatan Wirasno asal Surabaya yang menjadi Pemenang III. Karya tersebut serupa potret bawah laut. Wirasno dengan apik melukiskan keindahan bawah laut teluk Tomini dalam selembar kain batik. Ikan—ikan cantik, terumbu karang, dan rumput laut menjadi berpadu dengan latar belakang berwarna cokelat.

Peraih juara pertama yaitu pembatik asal Pekalongan, Liem Ping Wie. Pembatik tersebut dikenal dengan karyanya batiknya yang halus dan detail. Warna pastel dipilih dengan corak yang sangat detail.

Salah seorang pengunjung sempat menanyakan apakah bisa membeli karya pemenang tersebut. Salah seorang panitia menjawab bahwa karya pemenang tidak diperjual belikan. Demikian halnya dengan jawaban dari Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah.

"Pemenang kompetisi batik Sail Tomini jadi koleksi Kementerian Perindustrian," jelas Euis Saedah kepada juru warta.

Kemeriahan Kota Solo Rayakan Hari Batik Nasional

Solo, Jateng - Hari Batik Nasional 2 Oktober kemarin diperingati warga Solo, Jawa Tengah dengan karnaval bertajuk Solo Batik Carvinal.

Karnaval ini dimeriahkan dengan penampilan masrching band dan aneka busana batik kreasi warga Solo. Dibuka dengan penampilan Drum Corps Cendrawasih Akademi Kepolisian, Karnaval Batik Solo kemarin resmi digelar di sepanjang Jalan Jendreal Sudirman, Solo.

Meski berubah dari rencana semula, yang akan digelar dari Sriwedari hingga Jalan Jenderal Sudirman, Karnaval Batik Solo tetap berjalan meriah.

Para peserta mengenakan busana karnaval yang tentu saja terbuat dari kain batik warna-warni. Kemeriahan karnaval Jumat sore menyedot perhatian segenap warga Kota Solo.

Panitia karnaval menyatakan, karnaval akan dijadikan ajang tahunan dan dibuat lebih meriah ke depannya, dengan melibatkan lebih banyak pihak.

Karnaval Batik Solo ini digelar selain untuk peringatan atas ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO 6 tahun silam, juga sebagai salah satu upaya dalam melestarikan kekayaan ragam budaya Indonesia.

Batik Undang Kekaguman Pengunjung Fashion Week Vancouver

London, Inggris - Batik Indonesia mengundang kekaguman pengunjung Vancouver Fashion Week yang menampilkan peragaan busana MIA AMICA dengan iringan lagu Indonesia pada pagelaran busana Internasional bergengsi di Vancouver.

Tidak kurang dari 250 pengunjung dari berbagai kalangan memadati gedung Chinese Cultural Centre guna menyaksikan langsung hasil karya beberapa perancang busana terkemuka, demikian Pensosbud KJRI Vancouver, Yudhono Irawan kepada Antara London, Sabtu.

Turut hadir pada kegiatan tersebut, wakil-wakil dari oraganisasi masyarakat Indonesia, pengusaha dan mahasiswa Indonesia.

Kegiatan VFW dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni pada musim semi dan musim gugur. Kegiatan tersebut merupakan ajang bagi para designer, pengamat fashion, sekolah fashion, dan rumah mode untuk mempromosikan hasil karyanya. Kegiatan VFW diisi dengan peragaan busana dan display busana dari seluruh peserta.

Pada musim gugur tahun ini, kegiatan VFW berlangsung mulai tanggal 28 September hingga 4 Oktober, diikuti kurang lebih 100 designer dari berbagai negara, termasuk Priscilla Listia dari Indonesia yang mengusung merk MIA AMICA , busana batik berbahan katun dan tenun, rancangan Priscilla Listia, menggabungkan design tradisional, kontemporer dan modern.

Keikutsertaan MIA AMICA pada kegiatan VFW tersebut, yang juga bertepatan dengan peringatan Hari Batik Sedunia, merupakan kebanggaan tersendiri bagai bangsa Indonesia, dengan hadirnya batik di arena Internasional, yang tidak kalah bersaing dengan busana dari manca negara. Hal lain yang patut mendapat penghargaan adalah berkumandangnya lagu Indonesia mengiringi penampilan MIA AMICA pada peragaan busana tersebut, yang merupakan satu-satunya lagu dari negara asing.

Hari Batik Indonesia di Tokyo Dirayakan Meriah

Tokyo, Jepang - Hari batik nasional Indonesia hari ini, Jumat (2/10/2015) dirayakan juga di Tokyo Jepang dengan meriah, terutama di tempat kediaman rumah Duta Besar Indonesia untuk Jepang di Shinagawa Tokyo pagi hingga siang hari ini.

Untuk kesekian kali, Batik Indonesia yang ditampilkan pada acara fashion show karya desainer muda Indonesia, Linda Sudarsono yang diselenggarakan di Wisma Duta Tokyo pada 2 Oktober 2015 memukau para undangan baik asing maupun Jepang.

“Batik merupakan warisan kebudayaan Indonesia yang membanggakan, dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dan hari ini bertepatan dengan peringatan hari Batik Nasional, kita gelar fashion show untuk menarik publik Jepang, ungkap istri Duta Besar RI untuk Tokyo, Dewi Lusiana Ihza Mahendra.

Melalui acara ini, diharapkan pengenalan dan promosi Batik di Jepang dapat semakin disebarluaskan tidak hanya oleh orang Indonesia namun sahabat-sahabat Indonesia di Jepang sehingga karya-karya kreatif batik Indonesia dapat menembus pasar internasional.

Desainer muda Linda Sudarsono dalam kesempatan ini juga memperkenalkan proses pembuatan batik yang sangat informatif kepada hadirin yang sebagian besar adalah kalangan istri Duta Besar negara asing di Tokyo.

Selain itu, Linda yang memulai usaha batiknya pada tahun 2010 dari ketertarikan serta keunikan proses pembuatan Batik, juga menerangkan berbagai motif Batik yang didalami selama ini.

Linda mengambil 3 motif batik yakni motif Lasem dari Jawa Timur yang memiliki pengaruh filosofi Tiongkok didalamnya, batik Cirebon dengan warna-warna yang menarik, serta batik Yogyakarta yang menampilkan unsur elegan.

Beberapa busana Batique by Linda pun turut ditampilkan yang terdiri dari Batik Lasem, motif indigo, Yogyakarta dan motif Cirebon.

Beberapa undangan yang hadir menyatakan kekagumannya terhadap keragaman Batik yang memiliki banyak motif khas dari berbagai daerah di Indonesia, serta berminat pada busana batik yang dapat digunakan pada berbagai kesempatan baik formal dan informal.

Festival Serambi Mekah Bisa Menarik Kunjungan Wisatawan

Banca Laweh, Sumbar - Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata Raseno Arya membuka secara resmi Festival Serambi Mekah (FSM) IX yang selenggarakan oleh Pemerintah Kota Padang Panjang, Sumatera Barat di Gelanggang Olah Raga Banca Laweh setempat.

"Event ini bisa menambah motivasi dalam melestarikan seni dan budaya Minang ditengah-tangah masyarakat," kata dia usai membuka FSM IX di Padang Panjang, Kamis (1/10).

Dia mengatakan, FSM IX itu akan bisa menarik kunjungan wisatawan dan menjadikan Padang Panjang tumbuh dan berkembang ke depannya.

"Perlu diangkat potensi yang ada di Padang Panjang ini. Melalui event ini akan bisa memberi tahu masyarakat luas yang akan menarik kunjungan wisatawan," katanya.

Ia juga menyarankan Pemkot Padang Panjang dalam mengadakan FSM bisa lebih meriah dan baik lagi kedepannya. "Hendaknya ada yang menarik lagi di lokasi FSM ini, supaya masyarakat ataupun pengunjung tertarik datang ke Padang Panjang," katanya.

Padang Panjang, berada di posisi strategis yang merupakan perlintasan bagi wisatawan baik itu domestik maupun manca negara. Dengan posisi itu, maka kesempatan dalam manrik kunjungan wisatawan terbuka lebar.

Wali Kota Padang Panjang Hendri Arnis mengatakan, FSM IX tersebut juga untuk memberi hiburan dan mempromosikan seni budaya ke luar daerah.

"FSM IX Ini merupakan salah satu perwujudan Padang Panjang sebagai tujuan wisata industri dan kerajinan rumah tangga ke masyarakat luas," katanya.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Padang Panjang Ampera Salim mengatakan festival itu merupakan event tahunan yang akan berlangsung 1 sampai 4 Oktober 2014 "Festival ini akan memberikan lebih banyak pilihan pada masyarakat luas untuk berapresiasi," kata dia.

Sementara rangkaian kegiatan dari FSM itu sendiri diantaranya, pameran tanaman hias, festival kuliner, pameran ikan hias, dan malam hiburan bersama group band Family Join dan Artis Cilik Ecylia.

Pada pergelaran hari kedua, kegiatan akan diisi dengan lomba fashion show, lomba poster bagi pelajar, parade bakat, pameran reptil dan malam hiburan bersama Sanggar Titian Aka dan Band Fata Morgana.

Untuk hari ketiga, akan dimeriabhkan oleh festival Band se-Sumatera, lomba mewarnai bagi murid TK, festival kuliner dan malam hiburan bersama Ranah Rasta, sanggar kesenian taruko, Ajo Buset dan Elsa Pitaloka.

Pada penyelenggaraan hari terakhir, akan diisi kegiatan kontes motor modifikasi, pameran UMKM, festival kuliner, pameran batu akik, pameran reptile dan malam hiburan bersama Mayoret Band, Sanggar Aguang dan Band Utopia dari Jakarta.

Lomba Makan Saprahan Adat Melayu di Pontianak

Pontianak, Kalbar - Melestarikan budaya Melayu, Pontianak menggelar lomba dan Festival Saprahan menyambut Hari Jadi Kota Pontianak ke-244, 23 Oktober 2015 di Gedung Pontianak Convention Centre. Festival saprahan itu wadah melestarikan budaya Melayu, karena mengandung nilai-nilai filosofi, yakni kebersamaan dan rasa kekeluargaan.

Walikota Pontianak Sutarmidji di Pontianak, Kamis (01/10/2015) mmenjelaskan penyajian makanan dengan cara saprahan juga salah satu pendidikan etika.

"Sehingga anak-anak sejak dini bisa belajar sopan santun yang ada pada saprahan," ujar Sutarmadji.

Filosofi yang terkandung dalam makan bersaprah ini dinilainya bagus bagi semua orang, karena dengan makan saprahan ini tergambar nilai kegotong-royongan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, sajian yang dihidangkan juga terdiri dari berbagai jenis kuliner khas Melayu.

Ia berharap kreasi atau inovasi dari pengembangan kuliner tradisional maupun budaya-budaya yang terikat dengan kuliner ini bisa terus dipertahankan dan dikembangkan sehingga menarik untuk dijadikan salah satu obyek pariwisata di Kota Pontianak. "Mudah-mudahan festival saprahan ini bisa digelar untuk tingkat Kalbar sehingga ke depannya daerah-daerah lain boleh mengikuti kegiatan ini," kata dia.

Sementara itu Ketua TP-PKK Kota Pontianak, Lismaryani Sutarmidji mengatakan, banyak keistimewaan makna yang terkandung dalam makan bersaprah. "Melalui makan bersaprah ini terlihat sebuah kesederhanaan yang tercipta dengan duduk secara bersama-sama di lantai dengan lauk dan pauk yang menarik. Setiap orang dengan berbagai macam latar belakang, dengan makanan yang sama, tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya dalam adat makan saprahan," ungkap dia.

"Makan dengan cara bersaprah ini juga bisa menjalin kebersamaan dan kekeluargaan yang merupakan modal penting untuk menjaga tetap saling mengenal satu dengan lainnya. Silaturahim akan semakin baik, sehingga akan membangun rasa persatuan dan kesatuan," imbuh dia.

Ketua Panitia Penyelenggara Yanieta Arbiastutie Kamtono menjelaskan festival saprahan ini kedua kalinya digelar TP-PKK bekerja sama dengan Pemkot Pontianak. Ia berharap kegiatan ini rutin digelar dan dengan unsur masyarakat yang lebih banyak lagi.

"Peserta festival Saprahan tahun ini berjumlah 18 kelompok mewakili enam kecamatan se-Kota Pontianak," kata dia.

Adapun kriteria penilaiannya, yakni tata cara menata kain saprahan dan kelengkapannya, kebersihan dan keamanan hidangan yang disajikan, menu makanan yang disajikan, wadah yang digunakan untuk hidangan dan kreatifitas masing-masing peserta dalam penyajian menu hidangan.

Tarian Gandrang Bulo di Parepare Disukai Wisman

Parepare, Sulsel - Festival Salo Karajae yang digelar di Kelurahan Sumpang Minangae, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Sulawesi Selatan, menampilkan tarian Gandrang Bulo. Tarian tersebut dipertandingkan yang diikuti 30 Sekolah Dasar Se Kota Parepare.

"Tarian Gandrang Bulo diikuti oleh 30 peserta. Tarian ini juga sempat menarik perhatian ratusan warga Parepare," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kota Parepare, Ramadhan Umasangaji, Senin (28/9/2015).

Menurut Ramadhan, Festival Salo Karajae ini sudah menjadi agenda tahunan di Kota Parepare, tujuannya untuk mengangkat sektor pariwisata di Kota Bandar Madani ini. “Selain bisa menarik wisatawan domestik juga bisa menarik wisatawan mancanegara. Hari ini kita kedatangan sejumlah turis dari Perancis," kata Ramadhan.

Benar saja, ternyata puluhan wisatawan dari Perancis ini sangat menikmati tarian Gandrang Bulo. Bahkan usai pergelaran, sejumlah turis berfoto dengan penari Ganrdrang Bulo. Tarian Gandrang Bulo ini sangat menarik, terlebih saat atraksi mirip sirkus," ujar Cadeiux, wisatawan asal Perancis.

Bakal Meriah, Pelalawan Expo 2015

Pelalawan, Riau - Menengok dari jadwal yang disiapkan Panitia Pelaksana Pelalawan Expo 2015, tak beragak meriah lagi de helat yang dah masuk ke tahun ketujuh ni. Berbagai acara akan dibuat dalam helat bersempena Hari Jadi Kabupaten Pelalawan ke 16 ini.

Bila tak ada aral, helat ini akan dimulakan dari 6 hinggakan 12 Oktober 2015 di Ruang Publik Kreatif, depan Kantor Bupati Pelalawan, Pangkalan Kerinci. Pelalawan Expo 2015 merupakan kegiatan tahunan dengan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Pelalawan leading sector pelaksanaan kegiatan dan didukung oleh SKPD terkait lainnya.

Dari perbincangan dengan Plh. Kepala BPMPPT Kabupaten Pelalawan yang juta Ketua Pelalawan Expo 2015 Feri Zulkarnain, dicakapkan, banyak pihak yang ingin membabitkan diri dalam helat Pelalawan Expo 2015 yang ditaja sempena Hari Jadi ke-16 Kabupaten Pelalawan ini. Namun, tak semua keinginan dari masyarakat tersebut dapat dipenuhi.

“Namun, karena keterbatasn waktu, tak semua keinginan berbagai pihak itu dapat kita akomodir. Kami dari panitia merasa berbesar hati karena tingginya animo masyarakat terhadap acara ini. Mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat Kabupaten Pelalawan dan sekitarnya,’’ ucapnya.

Dari bual-bual tersebut, Zulkarnain memaparkan kegiatan-kegiatan yang bakal ditaja sempena helat Pelalawan Expo 2015 ini. Dijadwalkan, helat ini akan dimulakan dengan pembukaan oleh Bupati Pelalawan H. M. Harris, pada Selasa, 6 Oktober 2015, pukul 19.300 WIB.

Pada hari pembukaan ini, akan diisi dengan penyerahan empat unit gazebo yang merupakaan program kemitraan dengan Bank Riau Kepri (BRK). Secara simbolis, gazebo ini akan diserahkan secara simbolis oleh Dirut BRK kepada Bupati Pelalawan. Kemudian, pada malam pembukaan ini akan diisi dengan penampilan seni dari Forum Anak Pelalawan dengan iringan seni musik dari Sanggar Panglima Pelalawan.

Usai seremoni pembukaan, Bupati Harris dijadwalkan akan berkeliling meninjau stand-stand yang ikut tampil dalam Pelalawan Expo 2015. Sementara itu, di panggung akan terus diisi dengan berbagai dengan penampilan seni dari Sanggar Panglima Pelalawan.

Untuk hari kedua, Rabu, 7 Oktober 2015 dimula pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, Pelalawan Expo 2015 akan diisi dengan fashion show yang akan diikuti perwakilan kecamatan se-Kabupaten Pelalawan. Selain itu, di sebelah malamnya pula yang dimula pukul 19.00 WIB, bakal disajikan pertunjukkan seni etnik yang ditampilkan sejumlah pagayuban mayarakat yang di kabupten ini. Kegiatan ini di bawah koordinasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga kabupaten Pelalawan.

Sementara itu, Kamis, 8 Oktober 2015 atau di hari ketiga, dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, Pelalawan Expo 2015 akan diisi dengan Forum “Buyer Meet Seller”. Forum ini merupakan forum pertemuan antara “penjual dengan calon pembeli” yang dilaksanakan dalam rangka mencari investasi dari potensi dan peluang yang ada dikabupaten Pelalawan. Forum ini pertama kalinya dilaksanakan sebagai langkah nyata pemerintah kabupaten Pelalawan dalam mencari investasi di bawak koordinasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pelalawan.

Masih di hari ketiga, dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, juga bakal ada festival seni budaya yang akan membabitkan sekolah dari SD, SMP, dan SMA se-Kabupaten Pelalawan. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pelalawan. Sebelah malamnya pula, dimula pukul 19.00 WIB, kembali ditampilkan pertunjukkan seni etnik dari berbagai pegayuban.

Memasuki hari keempat, Jumat, 9 Oktober 2015, dari pukul 10.00 WIB bawa ke malam atau hinggakan pukul 22.00 WIB, akan diisi dengan festival tari. Kegiatan lomba ini membabitkan sanggar-sanggar yang ada di Kabupaten Pelalawan denga penanggung jawab Dewan Kesenian Kabupaten Pelalawan.

Di hari ke lima, Sabtu, 10 Oktober 2015, dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, Pelalawan Expo kembali melanjutkan festival seni budaya antar sekolah semua tingkatan. Sebelah malamnya pula, pukul 19.00 hingga 22.00 WIB, akan diadakan tabligh akbar dengan penceramah K.H. Lukman Sayadi atau yang dikenal dengan panggilan Ustadz Joker dari Jakarta. Helat ini di bawah koordinasi Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten. Pelalawan

Ahad, 11 Oktober 2015 atau memasuki hari keenam Pelalawan Expo 2015, sedari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, diisi dengan Festival Nasyid dan Rebana (Fenara II) yang akan membabitkan kumpulan nasyid dan rebana se-Kabupaten Pelalawan. Kegiatan ini dipercayakan kepada Asosiasi Seni Musik Islam Pelalawan sebagai koordinator.

Di hari penamat atau penghujung kegiatan Pelalawan Expo 2015, Senin, 12 Oktober 2015 dari pukul 10.00 hingga 16.00 WIB, diisi dengan kegiatan lanjutan Festival Seni Budaya antar sekolah semua tingkatan. Sebelah malamnya, diperkirakan dimulakan pukul 19.30 hingga 20.00 WIB, seremoni penutupan.

Setelah itu, atau sekitar pukul 20.00 hingga 22.00 WIB, warga Pelalawan akan disuguhkan dengan penampilan artis dangdut yang bakal menampilkan artis yang sedang naik daun, Siti Badriyah. Diyakini, penampilan artis ini merupakan bagian yang paling ditunggu-tunggu oleh pengunjung Pelalawan Expo 2015.

Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan di Yogyakarta

Yogyakarta - Ratusan orang berbaris dan menunjukan kebolehannya dalam sebuah karnaval, di hadapan masyarakat Yogyakarta.

Mereka merupakan masyarakat suku dayak yang berada di perantauan, baik untuk melanjut jenjang pendidikan, bekerja dan lainnya.

Untuk obati rindu terhadap kampung halaman, mereka berkumpul dan membuat sebuah acara yang dinamakan "Pesta Seni dan Budaya Se-Kalimantan XIII", yang diselenggarakan pada 1 hingga 3 Oktober 2015 di Taman Budaya Yogyakarta.

Sebelum acara tersebut resmi dibuka, pada Kamis (1/10/2015) pagi, ratusan orang berpakaian khas dayak yang terbagi menjadi 13 kelompok kontingen, berjalan beriringan melewati sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta.

Di sana, selain memperlihatkan baju khas dayak, mereka pun memperlihatkan beberapa tarian dan nyanyian khas dayak.

Para suku dayak yang terlibat dalam pesta seni dan budaya merupakan para perantau yang datang dari beberapa daerah, di antaranya dari Solo, Semarang, Salatiga dan lainnya.

"Kami berusaha untuk memperkenalkan budaya kami kepada masyarakat Yogyakarta," ujar Andreas Paulus, Ketua Panitia Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan XIII.

Ia mengatakan, hal tersebut pun dilakukan dalam rangka lebih meramaikan Yogyakarta untuk menarik minta para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Selain itu, pihaknya pun ingin menunjukan bahwa Yogyakarta merupakan sebuah wilayah yang memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi, yang mana setiap pemeluk agama, ras dan lainnya dapat berdampingan dengan damai di sini.

Andreas melanjutkan, pesta tersebut diikuti oleh beberapa sub suku dayak yang tersebut di seluruh daerah di Kalimantan.

Ia mengatakan, hal ini pun dapat menjadi sesuatu penyadaran bagi masyarakat yang sudah mulai melupakan budayanya sendiri akibat modernisasi.

"Kebudayaan kami tidak tergerus, namun banyak anak muda yang sudah mulai tidak mengenal. Dari sini kami ingin kembali mengajak dan memperkenalkan lagi budaya yang merupakan budaya asli Indonesia ini," tambah Andreas.

Selain mengadakan karnaval, acara yang berlangsung selama tiga hari di Taman Budaya Yogyakarta ini pun menyelenggarakan beberapa agenda kegiatan.

Agenda tersebut di antaranya ada lomba gasing, lomba memasak makanan khas dayak, dan lomba sumpit.

Hari Batik, Jangan Salah Pakai Batik

Jakarta - Jelang Hari Batik Nasional yang akan diperingati esok (2 Oktober), pakar batik Era Soekamto mengingatkan agar masyarakat Indonesia tak salah pakai batik mengingat setiap motif batik memiliki maknanya masing-masing.

"Hari Batik jangan cuma dijadikan euforia saja, pakai batik supaya eksis, tapi seharusnya dimaknai lebih mendalam," kata Era Sukamto, Creative Director Iwan Tirta Private Collection di Jakarta pada Kamis.

Dia menjelaskan, motif batik punya makna dan cara pemakaian sendiri-sendiri, misalnya motif parang yang seharusnya dikenakan secara vertikal alih-alih horizontal karena motif parang sebenarnya melambangkan kesakralan.

"Tanjakan-tanjakan pada motif batik parang merupakan lambang spiritual di mana semakin besar tanjakan semakin besar status sosial seseorang yang memakainya," katanya.

Pada zaman dahulu, batik parang hanya dikenakan oleh panembahan senopati karena menurut Era, motif parang menunjukkan cara mengasah kejiwaan secafa perlahan.

"Seperti air yang mengikis karang secara halus, ini konsepnya seperti soft power. Para bendoro dan panembahan dilatih mengolah rasanya secara halus," katanya.

Motif batik lain, Gurdo misalnya, juga tak kalah sakralnya. Era mengatakan, Gurdo melambangkan kesakralan tauhid.

Sejak ditetapkannya batik ke dalam daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia oleh UNESCO 2009 silam, batik makin mendunia.

Beberapa selebriti dunia pun mengenakan motif cantik batik asal Indonesia seperti Jessica Alba yang sempat terlihat mengenakan gaun bermotif parang gringsing yang dipercaya sebagai penolak sakit.

Selain itu juga deretan artis seperti Dakota Fanning, Reese Witherspoon, Heidi Klum, dan Rachel Bilson juga pernah tertangkap kamera mengenakan kain motif batik.

Festival Tari 3 Etnis Jawa-Melayu-Karo di Langkat

Langkat, Sumut - Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Pemerintah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara menggelar festival tari tradisional tiga etnis. Jawa, Melayu dan Karo hadir sepanggung sebagai upaya mengembangkan nilai-nilai budaya setempat.

Sekretaris Daerah Pemkab Langkat Indra Salahuddin yang hadir mewakili Bupati Ngogesa Sitepu dalam kegiatan itu di Stabat, Rabu (30/09/2015) mengatakan festival tersebut sebagai upaya pemkab memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya tradisional.

"Kita rasakan bersama kini derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi tak dapat kita pungkiri telah banyak membawa pengaruh negatif terhadap sendi-sendi nilai budaya bangsa," jelas Indra.

Pemkab Langkat memberikan apresiasi atas penyelenggaraan festival tersebut karena menjadi benteng yang kukuh untuk menahan derasnya pengaruh negatif budaya asing yang bisa merusak budaya bangsa. "Kita semua tahu dan dapat melihat di zaman sekarang ini generasi muda sudah tidak banyak yang mau mempelajari tari tradisional," ujar dia.

Melalui festival tari tradisional itu, pemkab setempat berusaha melestarikan dan mengembangkan terus-menerus nilai-nilai kebudayaan agar dapat menjadi pusaka yang tidak akan pupus tertelan zaman. Ia mengharapkan generasi muda mencintai dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa, sebagai identitas dan jati diri anak bangsa, agar mereka kelak menjadi penerus bangsa yang maju, cerdas dan bermartabat.

"Melalui festival tari tradisional ini dapat menghasilkan para pelaku seni yang andal dan bisa ikut dalam perlombaan tingkat provinsi maupun nasional, untuk membawa nama baik Kabupaten Langkat," ungkap dia.

Ketua panitia kegiatan itu juga Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Pemkab Langkat Edy Syahputra mengatakan kegiatan tersebut ssalah satu program pelestarian kesenian dan kebudayaan tradisional, serta ajang promosi wisata budaya. "Ini salah satu ajang promosi budaya Langkat agar diketahui secara luas oleh para wisatawan mancanegara," kata dia

Tercatat, festival tersebut melombakan tari tradisional Melayu, Karo, dan Jawa yang melibatkan puluhan sanggar tari. Kegiatan berlangsung di Gedung MABMI Langkat, Gedung Pujakesuma, dan Gedung Merga Silima Karo.

Hari Batik Nasional, Masyarakat Bisa Lebih Mencintai Budaya Indonesia

Solo, Jateng - Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober bakal diperingati secara meriah di Solo, Jawa Tengah (Jateng), melalui atraksi marching band dari Akademi Kepolisian berkolaborasi dengan Solo Batik Carnival.

"Saya mohon kepada masyarakat kota ini yang menyaksikan atraksi marching band yang berkolaborasi dengan SBC, bisa mengenakan baju batik. Silakan pakai batik apa bebas yang penting batik," kata petugas panitia acara tersebut, Sumartono, di Solo, Rabu (30/9/2015).

Menurutnya, atraksi marching band dari Akademi Kepolisian yang berkolaborasi dengan SBC itu dipersembahkan oleh Batik Keris Solo. Dia juga mengharapkan melalui peringatan tersebut, masyarakat bisa lebih mencintai budaya Indonesia pada umumnya dan mencintai batik sebagai warisan budaya pada khususnya.

"Batik sebagai warisan budaya dunia telah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia," ujarnya.

Dia menuturkan visi dan misi Batik Keris untuk melestarikan budaya bangsa dengan menggali berbagai seni desain, pakaian, seni kriya, seni tari, dan seni suara dengan melestarikan sesuai zaman.

"Modifikasi, evolusi sangatlah penting agar budaya tersebut dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat," sambungnya.

Atraksi marching band dari Akademi Kepoisian yang berkekuatan 400 orang akan mulai dari Stadion Sriwedari menuju Jalan Slamet Riyadi. Sampai di perempatan Nonongan Kota Solo, mereka bergabung dengan SBC untuk kemudian menuju Balaikota Surakarta.

Oktober Ini, Festival Jogja Kota Batik Dunia Digelar

Yogyakarta - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah akan menggelar Festival Jogja Kota Batik Dunia pada 2 hingga 6 Oktober 2015.

Pelaksana Harian Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Disperindagkop UMKM) DIY Kadarmanta Baskara Aji dalam jumpa pers di Yogyakarta, Senin (28/9/2015), mengatakan festival itu merupakan upaya untuk menandai penobatan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada 2014.

"Setiap tahun akan kita selenggarakan yang dimulai pada tahun 2015," kata dia.

Pembukaan festival itu, menurut dia, akan berlangsung di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, berupa pameran beragam motif batik Yogyakarta yang akan dibagi dalam 50 stan. Sepuluh stan di antaranya akan memamerkan kain batik yang pernah dipamerkan di Dongyang, Tiongkok pada 2014.

"Pameran akan diselingi "fashion Show" yang seluruhnya mengutamakan busana batik," kata dia

Selanjutnya, untuk puncak Festival pada 5 Oktober akan diisi dengan kegiatan selebrasi terpilihnya Yogyakarta sebagai kota batik dunia dan diakhiri dengan acara lelang batik.

"Untuk tahun-tahun berikutnya, akan diselenggarakan dalam bentuk acara "Biennale" selama dua tahun sekali," kata dia.

Yogyakarta sebelumnya telah dinobatkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC), pada peringatan 50 tahun organisasi tersebut di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, pada 18-23 Oktober 2014.

"Setelah sekian puluh tahun kita menggeluti industri batik, tampaknya karya kita tidak sia-sia. Akhirnya dunia sadar bahwa Yogyakarta memang perlu diberikan predikat khusus," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY, Syahbenol Hasibuan.


Syahbenol mengatakan, pascapenobatan itu Yogyakarta harus terus mengoptimalkan upaya pelestarian batik karena selama empat tahun ke depan pascapenobatan, WCC akan terus mengevaluasi kelayakan Yogyakarta untuk dipertahankan sebagai kota batik dunia.

Tudung Manto dan Bangsawan Lingga Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Indonesia

Lingga, Kepri - Bunda Tanah Melayu, patut berbangga hati. Pasalnya, di akhir bulan September tahun 2015, dua prodak warisan kebudayaan yakni kerajinan Tudung Manto dan Teater Bangsawan Orang Daik, menjadi dua dari tiga usulan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), yang masuk sebagai warisan Budaya Indonesia.

Kerja keras pelaku dan penggiat seni di Lingga, yang menghidupkan tradisi, di tengah arus globalisasi dan modern, menjadikan Tudung Manto dan Teater Bangsawan dari Bunda Tanah Melayu semakin terangkat. Muncul sebagai salah satu seni warisan kebudayaan tak benda bersama kesenian Joget Dangkong, Moro, yang juga diusulkan Pemprov Kepri.

Selain memberikan pengakuan tentang keberadaan budaya tersebut, ditetapkannya sebagai warisan budaya Indonsesia, seni dan budaya ini tentu memberikan angin segar dan harapan bagi pelaku dan penggiat seni. Terlebih lagi di Lingga, Bunda Tanah Melayu, yang perlahan seiring dibangun menuju sebuah kota budaya melayu, yang kaya akan histori dan kebudayaanya.

Kamarulzaman, Ketua Sanggar Bangsawan Seni Sri Mahkota Lingga, Daik, menyambut baik hal ini. Ia mengatakan, dengan telah diakuinya kebudayaan orang melayu di Daik, atmosfer seni Lingga akan semakin hidup. Hal tersebut tentu dengan kerjasama pelaku, penggiat, seniman, sanggar dan kelompok seni serta perhatian pemerintah daerah.

“Penetapan ini, semoga memberikan roh dan atomsfer seni yang baik untuk pengembangan konsep-konsep kebudayaan di Lingga. Tidak hanya pelestarian, namun menjadi pendidikan dasar kepada generasi muda,” ungkap Kamarul.

Ia mengatakan, pemerintah daerah ke depan perlu memberikan perhatian lebih kepada kelompok seni, sanggar serta pelaku dan tokoh seni. Tidak hanya kepada teater Bangsawan dan pengrajin tekat (sulam) Tudung Manto, namun kepada seluruh seni dan kebudayaan yang masih dilestarikan oleh masyarakat Lingga. Terlebih lagi, kepada peserta didik di bangku sekolah yang harus memiliki program kebudayaan.

“Untuk menjadi Bunda Tanah Melayu yang sebenarnya, hidupkan tradisi dan pelakunya,” tutur Kamarul.

Sementara itu, Zulkifli Harto dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjungpinang, yang dihubungi Batam Pos, mengatakan, masih banyak lagi, kebudayaan lainnya di Lingga yang perlu di angkat. Seperti Tari Inai, Dzikir Saman, Batik Lingga dan kebudayaan-kebudayaan lainnya yang masih dapat dijumpai. Namun, hal itu perlu mendapat kajian lebih lanjut, sehingga data yang dipaparkan tidak dimentahkan oleh pemerintah pusat.

“Masih banyak lagi budaya yang belum terangkat. Yang masih banyak membutuhkan kajian dan penelitian. Harapan kita, tradisi dan budaya yang belum tercover keseluruhannya, dapat juga ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia,” ungkap Zulkifli.

Ia mengatakan, untuk itu yang sangat diperlukan adalah perhatian pemerintah daerah sebagai pemegang kebijakan. Untuk menumbuhkembangkan kebudayaan ini dan pemberdayaan para pelaku dan penggiat kebudayaan.

“Perhatian pemerintah daerah sangat perlu terhadap pelaku dan penggiat seni dan kebudayaan ini. Tahun depan, kita akan usulkan lagi kebudayaan yang lain yang masih banyak belum diteliti,” tutupnya.

Nujuh Jerami Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Bangka, Babel - Warga Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka patut berbangga lantaran salah satu tradis budaya, yaitu Tradisi Nujuh Jerami warga Pejem Desa Gunung Pelawan ditetapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sebagai warisan budaya tak benda.

Penetapan warisan budaya tak benda ini, dalam laman Kemdikbud.co.id disebutkan ditetapkan pada tanggal 20-23 September lalu dalam sidang penetapan warisan budaya tak benda di Jakarta.

Dalam sidang itu ‎diputuskan 121 karya budaya dari seluruh Indonesia yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda.

121 karya budaya ini disaring dari 339 usulan karya budaya dayng diterima Direktorat warisan dan diplomasi budaya Kemdikbud‎.

Beberapa karya budaya yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2015 ini diantaranya Pinto Aceh, kemahiran dan kerajinan tradisional Aceh, Pacu jalur, ‎tradisi dan ekpresi lisan dari Riau, upacara adat Nujuh Jerami, sebuah adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan dari Babel dan rampak Beduk Pandeglang.

"Alhamduliilah, ini sebuah kebanggan bagi masyarakat Belinyu," ungkap Camat Belinyu Asli, Rabu (30/9).

Tradisi Arak-arakan Trusmi Cirebon Sambut Datangnya Musim Hujan

Cirebon, Jabar - Ribuan warga memadati satu ruas jalan Pantura arah Cirebon, masuk wilayah Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. Mereka datang untuk menyaksikan ider-ideran atau arak-arakan dalam rangka “Memayu Ki Buyut Trusmi”, Minggu (27/9).

Terlihat berbagai jenis kreativitas ditunjukkan warga setempat pada kegiatan adat tersebut. Mulai dari atraksi pacuan kuda, iring-iringan badut, pencak silat, drumband, kuda lumping, gunungan hasil bumi, hingga berbagai bentuk boneka raksasa yang ditandu puluhan orang. Ider-ideran berlangsung sejak pukul 6.00 Wib hingga 9.30 Wib, karena banyaknya peserta yang tampil.

Puluhan peserta ider-ideran berjalan perlahan dari mulai Jalan Trusmi menuju jalan pantura Plered hingga berhenti dikawasan mendekai kedawung. Akibat dipakainya arak-arakan tersebut terpaksa lajur jalan Pantura di sana hanya satu jalur, kendaraan dari arah Palimanan pun terpaksa dialihkan ke lajur arah sebaliknya. Tak heran, kemacetan kendaraan pun terjadi seiring berlangsungnya acara.

Terlihat berbagai macam kreasi warga ditampilkan dalam kegiatan "Ider-ideran Memayu Ki Buyut Trusmi" di sepanjang Jalan Plered Kabupaten Cirebon, Minggu (27/9).

Dalam Ider-ideran itu dibuka penampilannya atraktif para penunggang kuda. Atraksi kuda yang cukup berbahaya membuat para penonton di pinggir jalan histeris ketakutan. Histeria warga juga terjadi saat puluhan orang yang mencat tubuhnya dengan cairan berwarna hitam berlarian ke arah mereka. Orang-orang tersebut berusaha membuka jalur konvoi para peserta dengan memeerkan cairan hitam di tubuhnya pada penonton yang berada terlalu tengah.

Aksi ugal-ugalan diperagakan para penanggung boneka-bonekaan berukuran raksasa. Boneka berbentuk banteng, naga, monster-monsteran, tokoh legenda orang ayu hingga tokoh kartun spongebob, bahkan terkadang diarak secara seloyongan melipir ke arah penonton di pinggir jalan, hingga membuat ketakutan para penonton.

Meski arak-arakan terkadang membahayakan, para penonton seakan tak jera menyaksikannya dari jarak dekat. Mereka pun terkadang tertimpa oleh iring-iringan orang yang berjalan mengenakan tongkat tinggi atau egrang yang tak kuasa menahan keseimbangannya.

Salah seorang warga, Edi Supriyadi (35) mengaku antusias menyaksikan jalannya ider-ideran tersebut. “Ya memang sudah biasanya seperti ini. Desak-desakan. Tapi saya suka ider-iderannya soalnya unik-unik. Lumayan buat hiburan sama teman-teman,” katanya saat ditemui saat menonton ider-ideran.

Menurut penuturan para warga di tempat lokasi, kegiatan ider-ideran tersebut merupakan pembuka kegiatan “Memayu Ki Buyut Trusmi”. Merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan warga Desa Panembahan dan sekitarnya, serta merupakan tradisi adat menyambut musim hujan yang ditandai dengan prosesi penggantian atap bangunan atau welit di kawasan makam Ki Buyut Trusmi.

Terlihat berbagai macam kreasi warga ditampilkan dalam kegiatan "Ider-ideran Memayu Ki Buyut Trusmi" di sepanjang Jalan Plered Kabupaten Cirebon, Minggu (27/9).

Terlepas dari keramaian dan upaya pelestarian budaya warga setempat. Kegiatan ider-ideran diakui warga kerap menyisakan kesan negatif. Jalannya ider-ideran menurut salah seorang tokoh pemuda sekaligus Ketua Ikatan Pemuda Nahdatul Ulama Kabupaten Cirebon, Ahmad Imam Baehaqi menjadi kurang khidmat akibat ketidak tertiban penonton serta ugal-ugalannya para peserta karnaval.

Imam juga mengkritisi konten yang disajikan para peserta ider-ideran yang terkadang tidak mencerminkan nilai kesopanan, keramahan dan kearifan lokal. “Padahal seharusnya kita tetap harus menjunjung nilai-nilai luhur tradisi ini. Jadinya lama-lama terkesan sekedar seremonial saja. Dan terkesan untuk hiburan saja,” katanya.

Usai ider-ideran sangat disayangkan, ruas jalan yang dilalui para peserta dipenuhi sampah plastik dan kertas akibat perilaku membuang sampah sembarangan para penonton. Selain itu, sebagian pagar di antara dua lajur ruas jalan Trusmi menjadi rusak bahkan rubuh ke badan jalan. Ironisnya, kondisi itu diakui warga memang selalu terjadi seusai acara ider-ideran setiap tahunnya.

Gelar Tari Betawi, Melestarikan Budaya Lokal untuk Generasi Muda

Jakarta - Untuk menumbuhkan kecintaan kawula muda terhadap budaya tari betawi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta melalui Bidang Sumber Daya Kebudayaan sukses menggelar Lomba Cipta Karya Tari Betawi di Pusat Budaya Betawi, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pekan lalu. Lomba yang diikuti 30 sanggar dari seluruh wilayah Jakarta itu berhasil memilih tiga pemenang di antaranya Sanggar Cipta Budaya menjadi pemenang pertama, pemenang kedua dan ketiga adalah Sanggar Setu Babakan dan SBK. Nantinya pemenang utama akan diikutsertakan di tingkat nasional mewakili DKI Jakarta pada 3-5 Oktober 2015, yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kabid Sumber Daya Kebudayaan, Asiantoro menjelaskan Lomba Cipta Karya Tari Betawi merupakan rangkaian kegiatan rutin Disparbud DKI dalam upaya melestarikan dan pengembangan budaya betawi sebagai budaya lokal.

“Lomba Cipta Karya Tari Betawi ini mengemas banyak kreasi koreografi yang diciptakan untuk membuat tari Betawi menjadi semakin bervariasi. Dengan adanya Perda pelestarian budaya Betawi yang sebentar lagi akan diketok palu, bisa membuat banyak manfaat ke depannya, di antaranya membuka peluang kerja bagi para seniman budaya,” kata Asiantoro.

Pemprov DKI telah memiliki sejumlah program pelestarian budaya lokal yang diharapkan budaya betawi semakin dicintai masyarakatnya, terutama anak muda. “Untuk lomba ini, sebelumnya para peserta yang terdiri dari banyak sanggar menjalani workshop terlebih dahulu, lalu mempersiapkan tarian untuk ikut lomba ini,” ujarnya.

Asiantoro menambahkan, pelombaan tarian lokal menjadi aset karya murni dalam upaya perlindungan, pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Kawula muda Jakarta harus mencintai budayanya sendiri. Menurutnya, tarian merupakan salah satu budaya yang bisa dicintai para anak muda zaman sekarang, apalagi jika dikolaborasikan dengan berbagai koreografi yang membuat tarian menjadi berkembang indah.

Jangan Rendah Diri dengan Berbahasa Indonesia

Malang, Jawa Timur - Berada di Indonesia tapi banyak sekali istilah, nama, dan ungkapan di sana-sini diutarakan dan ditulis dalam bahasa asing. Tengoklah nama-nama lokasi atau nama kegiatan (semisal Car Free Day alias Hari Tanpa Kendaraan) yang seolah keren dan menginternasional, dan lain-lain.

Karena itulah Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Kacung Marijan, mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak perlu rendah diri dengan bahasa yang dimilikinya, yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diatur dan disebut dalam UUD 1945.

"Masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu rendah diri dengan bahasa Indonesia, bahkan untuk mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, perlu melakukan upaya diplomasi dan tetap digunakan seperti bahasa internasional lainnya. Tidak perlu rendah diri," kata Marijan, di Malang, Senin.

Dia katakan itu dalam seminar internasional bertajuk "Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional melalui Diplomasi Bahasa, Sastra, dan Budaya", di Universitas Islam Malang.

Bahkan nama-nama program kerja resmi pemerintah juga tidak sedikit dibahasaasingkan, belum lagi nama jabatan dalam banyak BUMN dan perusahaan lain. Di Jepang, kartu nama sering dicetak bolak-balik, satu sisi dalam aksara dan bahasa Jepang, dan sisi sebaliknya dalam bahasa Inggris.

Padahal bahasa Indonesia harus dilindungi dan diperjuangkan selalu dipakai karena diamanatkan tegas dalam UUD 1945.

Diperlukan kampanye besar-besaran dan panjang untuk membudayakan kembali bahasa Indonesia di dalam negeri tanpa anti bahasa asing. Bahasa Indonesia telah lama dikenal dunia internasional, yakni sejak abad ke-15.

Bukan hanya sepagai bahasa lingual, tetapi sebagai bahasa etnik, nasional dan sudah menjadi bahasa internasional. Sebagian negara-negara di dunia, sudah memakai bahasa Indonesia sebagai bentuk pembelajaran, sebagaimana di China, Jepang, Amerika, Belanda, dan Australia.

Banyak sekali negara-negara sahabat yang mensyaratkan para diplomatnya lulus pendidikan bahasa Indonesia sebelum ditempatkan di Indonesia. Mereka fasih berbahasa Indonesia.

Bahkan, lanjutnya, di Austalia sejak 1960 sudah ada pendidikan bahasa Indonesia dan masuk dalam pembelajaran. Dan, untuk menduniakan Bahasa Indonesia dan mengenalkannya pada dunia secara luas, bahasa Indonesia harus digunakan sebagai diplomasi dalam segala bentuk komunikasi dengan masyarakat manca negara.

Menurut dia, penggunaan bahasa bisa digunakan melalui kosa kata sederhana, sebagaimana kosa kata nama makanan. Contohnya, nasi goreng, sup ayam atau rawon dan hendaknya tetap diperkenalkan dalam bahasa Indonesia, bukan diterjemahkan dalam bahasa Inggris atau lainnya.

Selain itu, juga perlu dilakukan upaya dengan membuka pameran makanan di luar negeri. Kosa kata dalam penyajian makanan, seperti cara membuatnya, tetap memakai bahasa Inggris, namun penyebutan nama makanannya tetap dalam bahasa Indonesia, sehingga bisa jadi kosa kata dunia.

Bakso sebagai misal, sering dituliskan sebagai meat ball dalam daftar sajian di rumah-rumah makan di Indonesia.

"Pakai saja bahasa Indonesia, biar mereka cari sendiri maknanya agar masyarakat internasional bisa lebih mengenal bahasa Indonesia. Tarian juga begitu, jangan diterjemahkan menjadi mask dance, tetap saja gunakan tari topeng," ujarnya.

Maridjan mengakui dari makanan saja sudah banyak kosa kata yang bisa digunakan, apalagi berbagai budaya dan jenis makanan lainnya yang ada di Indonesia.

Jadi, Indonesia bisa menunjang banyak kosa kata dunia, bahkan film Indonesia saja juga masuk festival dunia. Dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam film itu, tentunya akan memperluas jangkauan bahasa Indonesia.

"Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia, tidak perlu rendah diri, kita harus percaya diri dan bangga dengan bahasa kita dalam hal apapun," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof Dr Mahsun, mengemukakan selama ini telah ada 97 tempat pembelajaan bahasa Indonesia di dalam negeri dan 45 tempat di negara lain.

Dari 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia, 14 negara diantaranya merupakan inisiatif Kedutaan Besar Indonesia setempat, sedangkan sisanya merupakan inisiatif negara itu sendiri.

"Kami masih menyusun kurikulum dan bahan ajar untuk 45 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia ini dan tahun ini kami akan mengirimkan 20 orang tenaga pengajar (staf ahli) kami untuk 13 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia, di antaranta di Prancis dan Jepang," katanya.

Intinya, kata Mahsun, bangsa Indonesia sendiri harus percaya diri dalam menggunakan bahasanya, seperti dalam menyusun jurnal internasioal yang menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris.

"Gunakanlah bahasa Indonesia, tapi penyebaran dilakukan secara internasional, namun jurnal itu harus memiliki kajian yang layak, meskipun berbahasa Indonesia, tapi kajian itu banyak diburu pembaca," ucapnya.

Jadi --misalnya-- katakanlah "meminta" ketimbang memakai kata request kepada pelayan makanan di gerai sajian di satu pusat perbelanjaan, untuk memesan porsi makanan dan minuman.

-

Arsip Blog

Recent Posts