Jeritan Hati Tenaga Honorer Tak Dapat THR seperti PNS

Jakarta - Kebijakan pemerintah yang memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawai negeri sipil (PNS) dinilai tidak adil. Pasalnya, tenaga honorer tidak mendapatkan THR yang bekerja untuk pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Didi Supriyadi mengatakan, jangankan untuk mendapatkan THR seperti PNS, status para tenaga hororer selama ini saja tidak jelas dan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah.

"Jangankan THR, status saja tidak diakui oleh pemerintah. Bagaimana mau mendapatkan THR? Tidak ada THR untuk honorer. Status saja tidak ada. Kalau dapat THR paling urunan (sumbangan) dari teman-teman sejawatnya. Kalau tidak, ya siapa yang mau ngasih," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Padahal menurut Didi, beban kerja yang harus dipikul oleh para tenaga kerja honorer ini sama dengan para PNS. Namun sayang, nasib yang diterimanya jauh berbeda dengan para abdi negara tersebut.

"Beban kerjanya sama, kalau tidak masuk tetap ditegur‎. Hanya (terima) gaji, itu pun kalau ada. Kadang tiga bulan belum keluar. Ini pemerintah zalim. Ini ASN kerja di luar pemerintahan dilarang, sekarang ada orang di luar ASN kerja di dalam pemerintah dibiarkan dan tidak diberikan THR, tidak diberikan gaji, tidak diberikan status," jelas dia.

Didi juga menyatakan, saat ini jumlah tenaga honorer tidak bisa dibilang sedikit. Untuk profesi guru misalnya, sekitar 1,2 juta guru di Indonesia merupakan tenaga honorer.

‎"Sekarang untuk jumlah guru di seluruh Indonesia ada 4 jutaan. Yang merupakan PNS itu 2,2 juta, berarti 1,8 juta ini non-PNS. Dari jumlah itu, 600 ribu orang guru tetap di swasta, berarti 1,2 juta yang honorer. Itu 800 ribu ada di sekolah negeri dan 600 ribu di madrasah. Belum lagi yang profesi lain, rata-rata 20 persennya itu honorer," tandas dia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam PP tersebut juga diatur mengenai pemberian THR dan gaji-13 bagi pensiunan PNS.

"PP ini menetapkan pemberian THR dan gaji ke-13 untuk para pensiunan, penerima tunjangan seluruh PNS, prajurit TNI, dan anggota Polri," kata Jokowi saat memberikan keterangan pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, ada yang baru dalam PP, yaitu mengenai pemberian THR dan gaji ke-13 bagi pensiunan PNS yang tidak pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Jokowi berharap, pemberian ini bisa menyejahterakan para pensiunan dan PNS di Hari Raya Idul Fitri.

"Kita berharap juga ada peningkatan kerja para ASN dan pelayanan publik secara keseluruhan," ucap Jokowi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan sebetulnya pemberian THR bagi PNS sudah dilakukan sebelumnya. Pembeda pada tahun ini hanya pada ketentuan besaran THR.

"Yang berbeda dari tahun ini bahwa THR dibayarkan tidak hanya dalam bentuk gaji pokok, tapi termasuk di dalamnya tunjangan keluarga, tunjangan tambahan, dan tunjangan kinerja," ujarnya.

Khusus untuk gaji ke-13, pemerintah telah menetapkan akan memberikan sebesar gaji pokok satu bulan, tunjangan umum, keluarga, jabatan, dan kinerja.

"Dan pensiun ke-13 dibayarkan sebesar pensiun pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan tambahan penghasilan.

Sumber: https://www.liputan6.com

2.000 Guru Akan Dapat Rumah Bersubsidi

Jakarta - Sebanyak 2.000 guru dan tenaga kependidikan yang belum memiliki rumah permanen akan mendapat bantuan kredit rumah bersubsidi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pembangunan rumah tipe 21/70 itu bisa dilunasi selama 20 tahun dengan cicilan sebesar Rp 900.000 per bulan. Bantuan tersebut diprioritaskan untuk guru yang bertugas di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T)

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, pembangunan rumah untuk proyek percontohan dari program tersebut sudah dilakukan di Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur. Menurut dia, selain Kemendikbud, dinas pendidikan di masing-masing daerah juga ikut menyeleksi guru yang pantas mendapat bantuan tersebut.

“Ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk memfasilitasi guru-guru, khususnya yang di daerah terpencil. Agar mereka mendapatkan ketenangan, dan tidak lagi memikirkan masalah-masalah nonteknis dalam menjalankan tugasnya,” kata Hamid setelah menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara para direktur di Direktorat GTK dan perwakilan dari Bank Rakyat Indonesia di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat 27 April 2018.

Hamid menuturkan, Ditjen GTK dan dinas pendidikan daerah akan segera turun ke lapangan untuk melakukan pemetaan di mana saja bantuan tersebut bisa disalurkan. Menurut dia, guru yang memiliki penghasilan tetap tapi belum memiliki rumah akan diprioritaskan. “Saya minta segera melakukan pendataan yang akurat siapa saja guru yang pantas mendapat manfaat dari program ini,” ujarnya.

Guru garis depan
Ia menuturkan, ke depannya, program Kredit Kepemilikan Rumah Sejahtera (KPRS) dan Kredit Kepemilikan Properti (KPP) bagi guru dan tenaga kependidikan ini bisa diterapkan untuk guru yang mengikuti program guru garis depan. “Tapi untuk sementara saat ini, bagi guru yang sudah memiliki penghasilan tetap dulu. Bisa untuk guru yang mengajar di sekolah negeri atau swasta di daerah 3T," ujar Hamid.

Sekretaris Ditjen GTK Nurzaman menambahkan, program bantuan rumah bersubsidi tersebut sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kemendikbud wajib menyejahterakan guru di seluruh Indonesia. “Pemberian dukungan-dukungan dalam bentuk penghargaan dan kesejahteraan diyakini mampu menunjang kinerja para guru untuk memenuhi indikator keberhasilan pendidikan,” katanya.

Direktur Konsumer BRI Handayani menjelaskan, bunga yang dipungut hanya 5% per tahun. Menurut dia, sebanyak 2.000 rumah tersebut merupakan kesepakatan tahap awal proyek. Jika pelaksanaannya berjalan lancar, BRI akan menambah jumlahnya tergantung permintaan dari Kemendikbud dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

“Jumlah guru yang membutuhkan rumah itu sekitar 90.000 orang. Perlu kerja sama berbagai pihak untuk menyejahterakan mereka. Spesifikasi rumah subsidi ini akan mengikuti aturan FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) dari Kementerian PUPR, kalau yang nonsubsudi terbuka, cicilannya bisa berapa pun,” ujar Handayani.***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Pemerintah akan Rekrut 100.000 Guru CPNS, PGRI Minta Honorer Diprioritaskan

Jakarta - Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PBPGRI) mendesak pemerintah untuk memprioritaskan guru honorer dalam rencana perekrutan 100.000 guru berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2018. Hal tersebut sebagai bentuk keberpihakan dan keadilan dari pemerintah kepada guru honorer yang banyak sudah mengabdi lebih dari 5 tahun.

Ketua Umum PBPGRI Unifah Rosyidi menuturkan, kompetensi guru honorer tidak kalah dari calon guru yang baru lulus dari Pendidikan Profesi Guru (PPG). Menurut dia, guru honorer bahkan memiliki pengalaman yang bisa menjadi nilai tambah. Ia berharap, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bisa merekomendasikan hal tersebut kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB).

“Kami mohon kepada pak Mendikbud, mereka para guru honorer jangan ditinggal. Tolong diperhatikan saat nanti ada pengangkatan guru CPNS. Guru honorer harus diutamakan. Inilah yang disebut dengan keadilan dan pemihakan. Setelah itu barulah mereka dilatih secara profesional supaya kemampuannya meningkat,” ujar Unifah dalam Rapat Koordinasi dan Buka Puasa Bersama Mendikbud di Gedung Guru PB PGRI, Jakarta, Rabu 23 Mei 2018.

Unifah menuturkan, pemerintah bisa menemukan formulasi efektif untuk menutupi kekurangan guru, terutama untuk mengisi kekosongan guru di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Menurut dia, saat ini ada sekitar sejuta guru honorer yang mengisi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Guru honorer kerap kurang mendapat perhatian baik dari segi kesejahteraan maupun dalam kesempatan untuk meningkakan kompetensinya.

"Jadi kami ingin pemerintah lebih terbukalah, lebih menghormati guru honorer yang benar-benar mengisi tempat-tempat kosong itu dengan mengangkatnya jadi CPNS. Saya mengapresiasi Mendikbud dan jajaran Kemendikbud karena sekarang sudah lebih terbuka. Sekarang tinggal KemenPANRB, kalau CPNS guru tiba-tiba disebutkan harus memiliki sertifikat pendidik. Mana adaa? wong sertifikat pendidik itu kan program pemerintah dengan kuota yang sangat terbatas dan diberikan kepada calon guru, bukan guru dalam jabatan. Jadi tolong dikoordinasikan,,” ujarnya.

Mendesak
Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, mengangkat guru honorer untuk menjadi CPNS harus melewati beragam aturan. Menurut dia, Kemendikbud hanya bisa memberikan masukan kepada KemenPANRB terkait kriteria guru yang diperlukan. Kemendikbud juga menyodorkan formulasi dalam proses perekrutannya. “Jadi dari rencana kuota itu apakah nanti akan dibuka lepas? atau kriteria tertentu. Ini sedang dibicarakan. Tapi KemenPANRB yang memiliki wewenang penuh,” ucap Muhadjir.

Menurut dia, sebanyak 736.000 guru honorer akan diseleksi untuk tes CPNS. Ia menegaskan, Indonesia akan kekurangan sekitar 733.000 guru jika perekrutan tak kontinyu dilakukan setiap tahun. Panambahan dan pengangkatan guru mendesak dilakukan untuk mendukung program prioritas presiden terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia. "Jumlah guru masih sangat kurang. Terutama untuk ditempatkan di daerah terluar, tertinggal dan terdepan (3T)," ucap Muhadjir di Jakarta, Jumat 16 Maret 2018.

Ia menuturkan, Kemendikbud juga mengusulkan agar Badan Kepegawaian Negara segera mengangkat 10.000 guru kontrak yang direkrut melalui skema program guru garis depan. Menurut dia, pada 2017, pemerintah sudah mengangkat 7.000 guru kontrak lulusan program guru garis depan. "Program guru garis depan untuk memenuhi kekurangan jumlah guru di daerah terpencil," katanya.***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Wan Syamsinar Mengangkat Marwah Negeri lewat Tenun Songket Riau

SYAMSINAR merintis usaha kerajinan tenun songket Melayu “Wan Syamsinar” sejak tahun 2004. Bersama almarhum suaminya, ia memulai usaha tersebut dengan enam pengrajin dan enam Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Lokasinya di sekitar Kelurahan Bagan Keladi dan Kelurahan Purnama, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.

"Sejak masih muda, saya sudah menjadi guru tenun. Bahkan, di kerajinan tenun Putri Tujuh, saya dulu juga menjadi gurunya,’’ ujar Syamsinar. Kerajinan tenun Putri Tujuh merupakan salah satu sentra kerajinan tenun di Dumai.

Sejak belia, Syamsinar sudah belajar menenun. Ibunya seorang penenun di Bengkalis. “Dengan keterampilan yang saya miliki, saya dan almarhum suami kemudian berkeinginan untuk membuka kerajinan tenun sendiri. Waktu itu, kakak saya ikut membantu modal awal usaha tersebut," kenangnya.

Sebagai putri asli kelahiran tanah Melayu, Syamsinar ingin membangkitkan dan menjaga warisan seni dan budaya zaman Kesultanan Siak tersebut. Dia ingin turut menjaga kelestarian kerajinan tenun songket Melayu. “Saya ingin berbagi keterampilan dengan masyarakat sekitar sekaligus membantu peningkatan taraf ekonomi mereka.”

Kelompok Tenun Songket Wan Syamsinar yang dibinanya kini memiliki 10 pengajin dan 10 ATBM. Lokasi usahanya beralamatkan di Jalan Raja Ali Haji, Purnama, Kota Dumai. Para pengrajin di kelompok tersebut berlatarbelakang ibu rumah tangga dan mahasiswi. Setiap bulan, mereka memproduksi rata-rata 30 - 40 helai kain tenun dengan pendapatan sekitar Rp16 juta.

Harga tenun songket Wan Syamsinar bervariasi, mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 600ribu perlembar. Untuk songket yang sepasang, harga dibanderol mulai Rp 900 ribu hingga Rp 1,6 juta. Sementara untuk pesanan khusus, misalnya pengantin, harga dipatok Rp 2 juta hingga Rp 4 juta. "Pelanggan yang memesan tidak hanya orang Dumai, tapi juga dari Pekanbaru, Jakarta dan Kalimantan. Promosi kami dibantu oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI, Red.),’’ papar Syamsinar, nenek dari empat cucu tersebut.

Dia mengatakan, merintis sebuah usaha tidaklah mudah. Jatuh bangun dalam menjalankan usaha kerajinan ini sudah pernah dilaluinya. Terkadang, diakehabisan bahan dan modal sehingga tidak mampu memenuhi pesanan yang masuk.

PT CPI merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama dari Pemerintah Indonesia yang mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Dalam mengoperasikan blok migas, PT CPI bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, atau disingkat SKK Migas.

Pada April 2015 lalu, Syamsinar memutuskan untuk bergabung dalam Program PRISMA, kependekan dari Promoting Sustainable Integrated Farming, Small Medium Enterprise Cluster and Microfinance Access. Program tersebut merupakan salah satu program investasi social PT CPI di bidang pengembangan ekonomi local di sekitar wilayah operasi perusahaan. PT CPI bekerjasama dengan Yayasan Sahabat Cipta (YSC) sebagai mitra pelaksana Program PRISMA tersebut. YSC merupakan sebuah yayasan nirlaba nasional yang focus pada penyusunan strategi pengembangan dan peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan pengelolaan program pemberdayaan.

"Melalui Program PRISMA, dilakukan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif kepada kami dengan pelatihan dan motivasi. Para pengrajin kami juga diikutkan pelatihan tentang desain, penentuan pewarnaan dan pembuatan songket Melayu Riau,’’ jelas Syamsinar. Selain itu, program PRISMA memberikan dana bergulir dan pendampingan langsung dalam mengidentifikasi sumber bahan baku, proses produksi, desain, pemasaran, dan perluasan jejaring.

Setelah menjalani pelatihan rencana usaha, Kelompok Tenun Songket Wan Syamsinar kemudian menjalin kerjasama pemasaran dengan Rumah Kreatif Cempaka di Rumbai, Pekanbaru, pada31 Mei 2016. Berkat pelatihan-pelatihan tersebut, lanjut Syamsinar, para anggota kelompoknya memiliki wawasan yang lebih terbuka berkait desain sesuai perkembangan dan kebutuhan pasar. “Kain tenun kita cocok untuk kemeja resmi, kemeja kantor, pakaian pesta pernikahan, kemeja sarimbit couple, pejabat, pengusaha, maupun perwira dengan harga yang terjangkau," kata Syamsinarbangga.

Dia berupaya terus menyajikan motif-motif kreasi baru. “Supaya tenunan songket benar-benar membudaya dan dicintai masyarakat luas Riau," ucapibu tiga anak itu.

Kekuatan Simbol dan Falsafah dalam Motif Songket
Syamsinar mengaku, pembuatan motif songket dengan warna-warna baru memang tidak mudah. Butuh ketelitian dan kesabaran. Kelompok Syamsinar memadukan motif-motif songket Melayu terdahulu dengan warna-warna yang lebih berani dan cerah, tanpa meninggalkan motif aslinya.

"Dengan berani berkreasi, belajar dan terus belajar, pelanggan akan datang kembali memesan. Ketika saya tanya motif dan warna yang diinginkan, pelanggan selalu menjawab terserah saja, yang penting tidak menghilangkan khas Melayu. Alhamdulillah, pelanggan puas," kata Syamsinar sembari mengemas kain tenun songket berpasangan warna biru untuk calon pengantin.

Menurut Syamsinar, seorang pengguna songket bukan hanya menjadikan songket sebagai bahan busana semata. Mereka juga ingin memahami dan menghayati simbol-simbol dan falsafah yang terkandung dalam sebuah desain songket. Kearifan itulah yang menjadikan songket terus hidup dan berkembang.

Beberapa motif yang sangat diminati antara lain motif Siku Keluang, berarti kepribadian yang memiliki sikap dan tanggung jawab yang menjadi idaman setiap orang Melayu Riau. Motif lainnya adalah motif Siku Awan, yang berkaitan dengan budi pekerti, sopan santun dan kelembutan akhlak yang menjadi asas tamadun Melayu, pengayoman terhadap masyarakat dengan budi pekerti yang luhur.

Selain itu, ada juga motif Pucuk Rebung Kaluk Pakis Bertingkat yang melambangkan kemakmuran hidup lahiriah dan batiniah. "Sifat yang penting, sesuai ungkapan tahu diri dengan perintah, tahu duduk dan tegaknya, tahu alur dan patutnya,” kata Syamsinar menjelaskan.

Kemudian motif Pucuk Rebung Bertabur Bunga yang melambangkan nilai kasih sayang, hormat-menghormati, lemah lembut dan bersih hati menjadi acuan dalam budaya Melayu Riau. Juga, motif Siku Tunggal yang mencerminkan sikap atau perilaku orang Melayu yang sangat mengutamakan persebatian iman atau perpaduan umat, baik antar sesama Melayu maupundengan pendatang. Motif yang tak kalah menarik adalah Pucuk Rebung Bertali yang melambangkan nilai budaya Melayu yang sangat dipengaruhi nilai-nilai Islam.


Program PRISMA Jangkau Ribuan Penerima Manfaat
Syamsinar mengatakan, berkat Program PRISMA, kelompoknya mendapatkan suntikan motivasi untuk terus mengembangkan kerajinan tenun songket Melayu. "Program PRISMA dari PT CPI ini membawa semangat baru bagi kami untuk terus maju mengangkat marwah negeri," ujarnya.

Program PRISMA membantu para petani, pelaku usaha mikro, serta kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang tersebar di wilayah operasi PT CPI. Sejak diluncurkan pada Januari 2015 hingga Desember 2017, Program PRISMA di Riau telah menjangkau 2.186 petani dan pelaku usaha mikro secara langsung. Para peserta program ituberasaldari 41 kelompok yang tergabung dalam 21 induk kelompok binaan.

Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan kondisi sumber daya alam dan lingkungan, dan peningkatan sumber daya manusia. Ruang lingkup sektor program meliputi pertanian/perkebunan, peternakan, wirausaha, keuangan mikro, air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat, serta pusat pelayanan usaha kecil.

Program PRISMA menerapkan strategi “Membuat pasarbekerja untuk petani dan pelaku usaha kecil”, yang menitik beratkan pada penyediaan fungsi pendukung, yaitu akses keberbagai layanan termasuk akses kepengetahuan, keterampilan, bahanbaku, pasar dan hubungan antar pasar, teknologi, dan lain-lain. Selain pengembangan ekonomi lokal, program-program investasi sosial PT CPI juga focus pada pendidikan, kesehatan, lingkungan, rehabilitasi bencana, dan budaya. (R24/Adv/Chevron)

Sumber: http://www.riau24.com

Ustadz Abdul Somad Tabligh Akbar di Balai Adat Melayu Riau

PEKANBARU - Ustad Abdul Somad berikan ceramah saat tabligh akbar di Balai Adat Melayu Riau, Selasa (15/5/2018).

Tabligh Akbar ini dilaksanakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.

Hadir dalam kegiatan ini pemerintahan provinsi Riau dimana hadir Plt gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim dan jajaran, pemerintah kota Pekanbaru, dan jajaran pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.

Selain tabligh akbar, di tempat ini diadakan dibuat bazar ramadhan.(*)

Sumber: http://pekanbaru.tribunnews.com

Pasangan Mesum Kena Razia di Hotel, Ngelesnya Kaya Bajaj

PONTIANAK - Beberapa pasangan mesum yang terjaring dalam Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) oleh Satuan Sabhara Polresta Pontianak, Kalimantan Barat, melontarkan berbagai alasan untuk mengelabui petugas.

Salah satunya adalah Melati (bukan nama sebenarnya) yang tertangkap basah berduaan dengan pria di sebuah penginapan di Jalan Tanjung Hulu, Senin (14/5) dini hari WIB.

"Saya tidak ngapa-ngapain. Dia ini abang angkat saya," kata Melati.

Sementara itu, pasangan mahasiswa dan mahasiswi yang tertangkap di hotel kawasan Jalan Diponegoro mengaku sudah bertunangan.

“Karena belum menikah, saya tidur di lantai. Biar dia (tunangan) tidur di atas. Saya tak bisa pulang rumah. Kunci ketinggalan," kata si mahasiswa.

Dia sempat tidak mau digelandang ke Mapolresta Pontianak. Bahkan, dia mengaku tidak mengetahui kesalahannya.

Namun, setelah diberi penjelasan oleh petugas, pasangan mahasiswa dan mahasiswi itu akhirnya mau dibawa ke Mampolresta Pontianak.

“Total yang kami amankan, sebanyak 13 pasangan tak resmi dan ada juga beberapa yang kedapatan menjual dan meminum minuman keras," kata Kasat Sabhara Polresta Pontianak Kompol Edi Haryanto.

Dia menambahkan, apa pun alasannya, pria dan wanita yang belum menikah dilarang berduaan di kamar.

"Untuk itu, yang terjaring ini akan kami dalami melalui pemeriksaan terlebih dahulu," kata Edi. (oxa/and)

Sumber: https://www.jpnn.com

Ancam Sebarkan Video Mesum, Pria di Ciputat Perkosa ABG 10 Kali

Aparat Kepolisian dari Polres Tangsel menangkap Andri Wibowo alias Ragil, 31, warga Komplek Bukit Serua Indah, Serua,Ciputat, Jumat (18/5/2018) atas tindakannya melakukan pencabulan terhadap anak di bawah umur berinisial CR,17 . Parahnya lagi aksi pencabulan tersebut dilakukan hingga sepuluh kali.

Kasat Reskrim Polres Tangsel AKP Alexander Yurikho mengatakan mulanya korban berkenalan dengan pelaku melalui Facebook pada Maret 2018 lalu. Pelaku pun kemudian bertemu dan mengajak jalan-jalan korban hingga akhirnya diarahkannya ke sebuah Hotel di Ciputat.

"Pelaku menyetubuhi korban di Hotel Ciputat dan merekamnya," tutur Alexander.

Tak puas hanya sekali menyetubuhi korban, pelaku pun kemudian mengancam korban akan menyebarkan video perbuatan mesumnya bersama korban ke sosial media jika korban tidak mau menuruti kemauannya untuk melampiaskan nafsunya. Tercatat 10 kali sejak Maret hingga Mei 2018 pelaku menyetubuhi korbannya di tempat-tempat yang berbeda.

"Tersangka selalu mengancam korban untuk diajak bersetubuh dan kalau menolak rekamannya akan disebarkan ke medsos," papar Alexander.

Kini akibat perbuatannya tersebut pria yang berstatus sedang mencari pekerjaan ini terpaksa diamankan di Mapolres Tangsel dan dikenakan pasal persetubuhan terhadap anak di bawah umur, sesuai Pasal 81 UU RI No 35/2014 atas perubahan UU RI No 23/2002 tentang perlindungan anak.

"Ancaman maksimal 15 tahun," pungkas Alexander.(RAZ/RGI)

Sumber: http://tangerangnews.com

Guru yang Mesum dengan Siswinya Itu Serahkan Duit Rp 20 Juta di Dalam Mobil

SAMARINDA - Kasus yang menimpa Sukiman, oknum guru yang tersandung kasus cabul akhirnya dilaporkan kepada pihak berwajib. Meski berstatus tersangka, tidak menggugurkan hak Sukiman mendapat keadilan. Ya, Sukiman jadi korban pemerasan delapan oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Samarinda.

Pemerasan dilakukan saat dirinya kedapatan berbuat mesum bersama muridnya sendiri di dalam mobil, di salah satu ruas jalan Kota Tepian. Kini kasus delapan anggota penegak peraturan daerah (perda) itu menunggu waktu pemeriksaan polisi terkait laporan pemerasan atas korban Sukiman kemarin (18/5).

Dilimpahkannya perkara yang melibatkan delapan oknum Satpol PP itu dibenarkan Kapolsek Samarinda Kota, Kompol Chandra Hermawan. "Ini menyangkut institusi," ujarnya. Terkait laporan Sukiman, perwira melati satu itu menyebut, sesuai keterangan korban, nominal yang saat itu diserahkan sebanyak Rp 20 juta. Sukiman juga menerangkan bahwa tak mengetahui jumlah pasti berapa petugas Satpol PP yang saat itu mendekatinya. “Dari dalam mobil saya lihat mereka (oknum Satpol PP) mendekat,” ungkapnya. Namun, seingatnya, penyerahan uang itu dilakukan dalam mobil dan diterima tiga orang.

Namun, siapa ketiga orang itu, Sukiman tak mengingatnya sama sekali. “Enggak tahu, sudah lupa,” ujarnya. Oknum Satpol PP itu juga memaksa serta mengancam. Jika tak dituruti, keduanya bakal diproses. Dijelaskan Chandra, lokasi pemerasan tersebut berada di wilayah hukum Samarinda Kota. “Di dekat lokasi memancing daerah Sambutan,” ungkap pemeran utama dalam film singkat The Night Piket (film pendek polisi) tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Ops Satpol PP Samarinda Teguh Setya Wardhana menjelaskan, pihaknya sudah mengetahui perihal laporan Sukiman terhadap delapan oknum penegak perda tersebut. “Ya, sudah dilimpahkan juga ke Polresta Samarinda,” jawabnya. Dalam kasus tersebut, lanjut Teguh, pihaknya menyerahkan kepada polisi. Meski di Satpol PP Samarinda ada fungsi Provost, laiknya di kepolisian. “Itu ranahnya pidana, kewenangan polisi,” tegas Teguh.

Disinggung terkait delapan oknum tersebut, Teguh mengatakan sudah menemui salah satu orang yang ikut memeras. “Dan dia mengakui perbuatannya, saya tidak ingat semua siapa nama-namanya,” elak Teguh.

Untuk diketahui, Sukiman adalah pelaku kasus pencabulan terhadap muridnya sendiri. Dia adalah pendidik di salah satu sekolah dasar (SD) kawasan Samarinda Kota, yang sudah lebih 10 tahun mengabdi sebagai guru. Sayangnya, apa yang diperbuat sama sekali tak patut dicontoh. Sejak awal Mei, dia sudah mendekam di Polsek Samarinda Kota. (*/dra/iza/k16)

Sumber: http://kaltim.prokal.co

Polsek Serawai Gerebek Pasangan Mesum di Losmen

Sedang asyik memadu kasih di losmen Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalbar, sepasang muda-mudi, HA (23) dan AJ (28) terjaring Operasi Pekat Kapuas 2018 yang digelar Polsek Serawai, Sabtu (19/05/2018) malam.

“Sepasang muda-mudi tanpa ikatan pernikahan ini kita temukan saat menyisir penginapan di wilayah hukum Polsek Serawai,” kata Kapolsek Serawai, Ipda Sugiyono, dalam keterangan persnya, Minggu (20/05/2018).

Perempuan berinisial HA yang terjaring razia tersebut merupakan warga Desa Bedaha RT002, Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang.

Sedangkan pasangannya, AJ merupakan warga Jalan Raden Paku, Dusun Sinar Kodotu, Desa Nanga Serawai, Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang.

“Keduanya kita amankan ke Mapolres Sintang, diberikan pembinaan, teguran secara lisan dan tertulis, kemudian menandatangani Surat Pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya,” papar Sugiyono.

Apabila keduanya kedapatan mengulangi perbuatannya, berbuat mesum, sesuai dengan surat pernyataan yang mereka tandatangani, maka akan diproses sesuai hukum yang berlaku.

Terkait Operasi Pekat ini, Sugiyono menjelaskan, menyasar premanisme, kejahatan jalanan, perjudian, Minuman Keras (Miras), Senjata Tajam (Sajam), prostitusi dan penginapan, hotel, losmen dan kafe-kafe.

Sugiyono berharap, dengan Operasi Pekat Kapuas 2018 ini semakin menumbuhkan situasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) yang kondusif di lingkungan masyarakat, aman, damai serta tentram selama bulan suci Ramadan. (N3)

Sumber: http://netizen.media

Lomba Puisi Berhadiah Serbet Diprotes Seniman

Puluhan perwakilan seniman di Provinsi Banten, memprotes Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, atas lomba baca Puisi berhadiah serbet yang digelar dihari peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei di Halaman Kantor Dinas Pendidikan Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten, Curug, Kota Serang.

Seniman menganggap hadiah serbet untuk juara dua lomba baca puisi terutama dinas Pendidikan tidak lagi menghargai karya puisi pesertanya. Aksi dilakukan perwakilan seniman Banten dengan membacakan puisi, dengan diiringi penampilan di depan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Dalam aksinya, para seniman Banten ini mengenakan kain serbet. Kain serbet sebagai simbol hadiah lomba juara dua baca puisi di peringatan Hardiknas. Serbet dibungkus dengan kotak nasi yang dikemas menjadai kado hadiah pemenang lomba baca puisi. Pemenang hadiah berupa ember serbet, Nauval mengatakan hadiah serbet merupakan penistaan terhadap karya puisi.

Sekretaris Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi Banten Joko Waluyo mengatakan, hadiah serbet untuk lomba baca puisi dalam Perngatan Hardiknas adalah bentuk ketidaksengajaan, hadiah serbet itu spontanitas pihak panitia, namun dimaknai berbeda oleh pihak lain. Atas insiden tersebut, dijadikan pembelajaran penting bagi Dinas Pendidikan Provinsi Banten agar memperhatikan hal kecil termasuk berkaitan dengan karya seni.

Sumber: https://video.tempo.co

Juara II Lomba Baca Puisi Pemprov Banten, Noval Dihadiahi Serbet

Serang - Di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018, Dinas Pendidikan Banten mengadakan berbagai perlombaan. Acaranya diadakan di depan halaman kantor dinas dengan panggung lumayan megah.

Salah satu perlombaannya adalah membaca puisi. Pesertanya untuk umum setingkat mahasiswa, salah satu pesertanya Noval Fathurohman. Ia adalah mahasiswa dari Universitas Bina Bangsa, Kota Serang.

Saat perlombaan itulah Noval membacakan puisi dengan judul 'Indonesia Pada Sebuah Malam'. Puisi ini dikarang oleh seniman Banten Toto ST Radik. Di atas panggung ia pun percaya diri membacakan puisi.

Usai membaca puisi, Noval tak menyangka, ia yang awalnya hanya iseng mengikuti acara tersebut rupanya menjadi Juara 2. Ia mengaku sumringah, dan antusias membawa bungkusan hadiah tersebut ke rumahnya.

Di rumah, ia pun bergegas membuka bungkusan tersebut. Ia berharap, karena ini di Hari Pendidikan, ia akan mendapatkan buku atau alat tulis. Tapi, siapa sangka, saat dibuka, Noval kaget bukan kepalang. Dua serbet warna biru motif kotak-kotak ia dapatkan. Itu pun, dibungkus seadanya pakai kotak nasi. Ada tulisan 'Selamar Menikmati' di bungkusan nasi itu. Ia pun lemas.

"Tadinya saya nggak buka di tempat. Saya balik ke rumah, ya itu serbet dua. Yang miris juga dibungkus kotak makanan selamat datang, isinya dua serbet itu," kata Noval saat bercerita melalui sambungan telepon, Kota Serang, Banten, Rabu (2/5/2018).

Karena ini adalah momen Hardiknas dan kebetulan yang mengadakan Dinas Pendidikan, Noval mengira ia akan mendapatkan penghargaan berupa alat tulis atau misalkan buku. Siapa sangka, serbet yang biasa digunakan untuk mengelap itu yang ia dapat. Meskipun ia mengaku memang tidak mengharapkan lebih dari puisi yang ia bacakan.

"Serbet kan untuk mengelap, saya bukan mengharapkan materi, sebaiknya memang buku atau alat tulis," ujarnya.
(bri/asp)

Sumber: https://news.detik.com

Nasib Guru Honorer: Gaji Sudah Kecil, Dibayar Kadang Tak Rutin

Jakarta - Kesejahteraan guru honorer masih jauh dari sejahtera. Selain kecil, kadang gaji yang mereka terima tidak dibayarkan secara rutin per bulan sekali.

Ketua Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih menerangkan, guru honorer sendiri di antaranya terbagi menjadi honorer kategori satu (K1) dan kategori dua (K2). Bedanya, hanya dari alokasi anggaran.

Honorer K1 mendapatkan alokasi anggaran dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) atau dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Sementara, untuk K2 berasal dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) atau komite.

Dia mengatakan, rata-rata gaji guru honorer di daerah di bawah Rp 500 ribu per bulan. Ironisnya, gaji tersebut kadang tak dibayarkan rutin per bulan.

"Ini kan ada bermacam-macam alokasi, ada yang dari BOS sekolah masing-masing, dari komite. Ada dari APBD, ada yang APBN dari tunjangan fungsional, tapi itu tidak semua dapat. Rata-rata dapatnya dari sekolahan itu dari komite, dari BOS yang rata-ratanya di bawah Rp 500 ribu per bulan. Bisa diterimakan 3 bulan sekali, 6 bulan sekali," jelas dia kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Dengan kondisi tersebut, guru asal Banjarnegara ini mengatakan, tak jarang para guru honorer mencari pekerjaan sampingan. Dari jadi supir ojek sampai berdagang.

"Ya untuk mencukupi kebutuhan hidup yang mereka lakukan kerja sambilan. Ada yang ngojek, sales, bertani, beternak, dagang, dan lain-lain," ungkapnya.

Dia mengatakan, guru honorer yang memiliki nasib untung berada di kota-kota besar. Menurutnya, gaji guru honorer di kota besar biasanya sesuai upah minimum kabupaten/kota.

"Ada yang UMK tapi tidak semua, paling DKI, Surabaya, kota besarlah. Tapi kalau kebanyakan dari daerah otomatis, dari daerah yang rata-rata tidak semua mampu untuk kasih UMK," tutupnya. (zlf/zlf)

Sumber: https://finance.detik.com

Guru Honorer di Sukabumi Capai 2.226 Orang

SUKABUMI -- Jumlah guru honorer yang ada di Kota Sukabumi mencapai sebanyak 2.226 orang. Para guru tersebut mengajar di tingkatan SD dan SMP.

"Data terakhir sejak 2016 lalu jumlah guru honoer sebanyak 2.226 orang," ujar Ketua Forum Honorer Indonesia (FHI) Kota Sukabumi Heriyanto kepada wartawan Jumat (11/5). Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang diangkat menjadi tenaga harian lepas (THL) pemkot sebanyak 198 orang.

Sementara sebagian besar lainnya mengandalkan gaji dari dana BOS. Di mana penghasilan mereka masih minim berkisar Rp 200 hingga Rp 300 ribu per bulan.

Menurut Heriyanto, para guru honorer ini berharap agar ada kebijakan pengangkatan menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS). Informasi yang diperolehnya ada kebijakan pengangkatan CPNS untuk Sukabumi sebanyak 100.

Namun kata Heriyanto, pengangkatan CPNS pun belum jelas karena masih menunggu keputusan pemerintah pusat. Selain itu para guru honorer juga belum mendapatkan kepastian berapa persen kuota PNS untuk para guru.

Heriyanto berharap pengangkatan CPNS dari kalangan guru dapat diprioritaskan. Pasalnya saat ini banyak sekolah yang membutuhkan guru dan saat ini mengandalkan guru honorer dengan gaji minim.

Sebelumnya, Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz di sela-sela peringatan hari pendidikan nasional beberapa waktu lalu mengatakan, Kota Sukabumi kekurangan banyak guru PNS. Bicara mau menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan, maka guru PNS yang pensiun harus segera diganti oleh pemerintah pusat, ujar dia.

Menurut dia, guru PNS yang pensiun di Sukabumi rata-rata sebanyak 80 hingga 100 orang per tahun dan belum tergantikan sejak 13 tahun lalu. Sehingga guru PNS yang memasuki masa pensiun selama 13 tahun sebanyak 1.040 orang atau bahkan lebih.

Kekurangan guru PNS ini kata Muraz disikapi kepala sekolah dengan mengangkat guru honorer. Di mana saat ini hampir setiap sekolah mengandalkan guru honorer yang hanya digaji sebesar Rp 200 hingga Rp 300 ribu per bulan.

Sumber: http://www.republika.co.id

Jelang Panen Tahunan, Masyarakat Leworahang Gelar "Pare Nuba." Mau Tahu Makna Upacara Ini?

LARANTUKA - Siklus dunia pertanian, tanam dan panen di Flores Timur (Flotim) selalu diwarnai dengan berbagai ritus adat.

Seperti masyarakat petani Leworahang Desa Ilepadung di Pantai Utara Flores Timur, Jumat (20/4/2018). Mereka menggelar upacara Pare Nuba di halaman Korke, rumah adat Leworahang.

Upacara adat tahunan sebelum panen padi, jagung dan berbagai tanaman lainnya ini dihadiri oleh tetua adat masyarakat Leworahang.

Tetua adat Leworahang, Yohanes Ama Koten (90), kepada POS-KUPANG.COM di tempat seremoni adat, Jumat (20/4/2018), mengatakan, Pare Nuba digelar tiap tahun sebelum panen.

Pare Nuba memberi makan nenek moyang digelar sebagai tanda penghormatan dan syukur anak suku atas panenan tahunan yang melimpah.

Syukuran dilakukan dengan memotong hewan kurban sebagai silih atas segala dosa dan kelalaian yang dilakukan oleh anak suku.

Jelas Ama Koten, Pare Nuba wajib dilakukan. Jika tidak digelar seremoni adat maka hasil panenan yang seharusnya melimpah akan berkurang.

Setelah hewan persembahan dipotong, dimasak di sekitar korke. Setelah matang, dicincang untuk dimakan tetua suku yang ikut upacara itu.

Namun sebelum anak suku menyantap daging persembahan terlebih dahulu daging persembahan disertai nasi diberikan kepada nenek moyang suku.

Silvester Bisu Koten (40) menambahkan, setelah upacara di korke, menjelang panen di kebun warga juga akan digelar upacara adat.

"Kita wajib lakukan upacara ini. Kalau tidak panenan akan hilang. Kalau sudah upacara ini, biar banyak orang pergi panen, tidak akan habis-habisnya," kata Bisu Koten. (*)

Sumber: http://kupang.tribunnews.com

Melestarikan Ritual Adat Seba Badui yang Bersahaja Kaya Makna

TAK tergurat keletihan pada wajah Ayah Karmain. Lelaki suku Badui Dalam itu sedang duduk di Gedung Olahraga (GOR) Maulana Yusuf, Serang, Banten, Sabtu (21/4).

Sesekali dia mengipas-ngipaskan tangan untuk mengusir gerah di gedung yang terasa panas itu. Dua kotak berisi nasi dan snack di sampingnya siap untuk santap siang. "Baru sampai jam 10.30 tadi. Setengah jam lalu," kata pria yang tinggal di kampung Cibeo, Badui Dalam.

Dia bersama 46 warga suku Badui Dalam baru saja berjalan kaki dari Pendapa Kabupaten Lebak menuju GOR di alun-alun sebelah timur Serang, Banten, itu. Jaraknya sekitar 33,7 kilometer.

Bila ditempuh jalan kaki tanpa berhenti, perjalanan makan waktu sekitar 7 jam. Di dalam dan luar GOR itu ribuan masyarakat Badui Luar juga sudah tiba. Bedanya, mereka naik kendaraan.

"Berhentinya tidak bisa lama-lama. Karena harus menyesuaikan rangkaian Seba Badui. Beda kalau pergi sendiri," kata pria yang punya nama lahir Sarta itu.

Bersama kelompok tersebut juga ada anak-anak muda yang berumur belasan. Wajah mereka tak memperlihatkan lelah. Tidak ada yang mengeluh capek atau pegal-pegal. Mereka cenderung diam. "Biasa. Tidak capek. Lumayan panas kaki," ujar Haja, 11, yang baru pertama ikut Seba Badui. Dia terlihat malu-malu menjawab pertanyaan Jawa Pos.

Ritual Seba Badui merupakan acara tahunan yang wajib digelar setelah masyarakat yang mendiami kaki Pegunungan Kendeng di Desa Kanekes itu melakukan tradisi Kawalu dan Ngalaksa. Salah satu ritual Kawalu selama tiga bulan itu adalah berpuasa serta berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara.

Sedangkan Ngalaksa adalah membuat laksa, sejenis makanan olahan berbentuk seperti mi dari tepung beras. Laksa itu pula yang menjadi salah satu oleh-oleh yang diberikan kepada kepala daerah yang mereka sebut Bapa Gede saat Seba.

Seba yang secara mudah diartikan sebagai silaturahmi atau bertamu sebenarnya bukan hanya bertemu kepala daerah. Tapi, termasuk camat Leuwidamar dan anggota musyawarah pimpinan kecamatan dari unsur TNI dan Polri juga ditemui.

Ketua Pelaksana Seba Badui Ari Kuncoro yang juga menjabat kepala urusan umum Desa Kanekes menuturkan, yang mendatangi camat Leuwidamar memang hanya perwakilan tokoh masyarakat. Mulai Jaro Pamarintah Saija hingga Baris Kolot (tetua adat). "Yang dibawa mulai beras, pisang, gula aren, dan laksa. Kalau durian tidak termasuk karena tidak selalu musim," ujar pria yang berasal dari Gunung Kidul tapi menikah dengan perempuan Badui pada 2008 itu.

Sebagian besar warga Badui yang turut dalam ritual Seba berangkat langsung ke Lebak. Warga Badui Luar memang tidak punya keharusan berjalan kaki menuju kota. Mereka diberangkatkan dengan 80 kendaraan, mulai truk, bus, minibus, pikap, hingga mobil pribadi. Jumlah peserta Seba Badui mencapai 1.388 orang dari 12 ribu total warga Kanekes. Semuanya lelaki. Sebab, perempuan tidak diperkenankan untuk turut dalam ritual adat itu.

"Kami berangkat setelah jumatan supaya tidak mengganggu warga muslim. Untuk saling menghormati," ujar Ari. Pertimbangannya, jumlah kendaraan yang cukup banyak.

Sedangkan warga Badui Dalam yang berjumlah 47 orang memang berangkat Kamis sore untuk bermalam terlebih dahulu di rumah kepala desa. Jumat pagi mereka melanjutkan perjalanan menembus hutan dan kebun menuju Lebak. Merekalah yang membawa laksa. Karena sesuai adat, laksa harus dibawa dengan berjalan kaki. Tidak boleh dinaikkan ke kendaraan. Meski, yang membuat laksa itu adalah orang Badui Luar. "Laksa itu harus dibawa jalan kaki. Amanah leluhurnya begitu," ujar Ayah Karmain.

Jumat malam (20/4) mereka sudah di Pendapa Kabupaten Lebak. Acara itu juga dihadiri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah dari Lebak, Sabtu malam (21/4) ada Seba di Museum Negeri Banten bersama Gubernur Banten Wahidin Halim yang dihadiri pejabat musyawarah pimpinan daerah. Pagi kemarin (22/4) ada pula Seba dengan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.

Ritual utama Seba sebenarnya cukup singkat. Tak sampai sejam. Warga Badui Dalam yang mengenakan baju putih lengan panjang dan lomar (ikat kepala) putih duduk di barisan depan, kecuali Jaro Saija dan Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra yang menjadi perwakilan untuk bicara. Ribuan orang Badui Luar duduk di barisan berikutnya. Orang-orang Badui itu duduk berhadap-hadapan dengan Bapa Gede beserta perangkat daerah lainnya.

Ritual Seba dimulai dengan pembukaan yang disampaikan Jaro Tanggungan 12 Saidi Putra. Dia mengucapkan sambutan dalam bahasa Sunda lama. Isinya adalah ucapan rasa syukur atas hasil panen yang baik. Selain itu, disampaikan harapan-harapan agar pemerintah ikut menjaga alam. Selanjutnya, ucapan penerimaan dari kepala daerah yang bisa diucapkan dalam bahasa Indonesia. Serta ungkapan komitmen untuk turut menjaga alam dan menjaga tanah ulayat suku Badui.

Ritual berikutnya adalah penyerahan laksa oleh Jaro Tanggungan 12 kepada kepala daerah. Barang bawaan lain seperti pisang, gula aren, bambu muda, dan beras tidak diserahkan secara simbolis. Sebagai imbal balik, kepala daerah memberikan kadeudeuh (semacam bingkisan) bagi masyarakat Badui.

Acara itu belum sepenuhnya selesai. Jaro Pamarintah atau yang dikenal pula sebagai Kepala Desa Kanekes Saija lantas memberikan sambutan berbahasa Indonesia bercampur Sunda. Sambutan itu diperlukan untuk memperjelas maksud dan tujuan warga Badui melakukan Seba itu. Saat bertemu Gubernur Banten Wahidin Halim itu, dia menyampaikan Desa Kanekes punya tanah di Perda Hak Ulayat Tanah Adat seluas 5.368 hektare. Tiga ribu hektare di antaranya adalah tanah pelindung alam yang harus dijaga dan dilestarikan.

"Gunung tidak boleh dilebur, Lebak tidak boleh dirusak, sesaka (pusaka) tak boleh diubah," kata Jaro Saija. Bila tiga hal itu dilanggar, dikhawatirkan bisa memicu terjadi bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, topan, dan tsunami. Masyarakat Badui juga sudah melakukan upacara ritual di Gunung Sanghiyang Siaran di Ujung Kulon, Gunung Honje, Gunung Kembang, Gunung Madur, Gunung Gang Panjang, dan Gunung Wongkok. Sedangkan untuk merawat sesaka, mereka sudah memeriksa kondisi pusaka yang tersimpan tak jauh dari Masjid Lama Banten. Itu juga bagian dari ritual Seba.

"Kami ada peringatan dari leluhur dan karuhun pada 2018 itu kekhawatiran ada tsunami di selatan. Keduanya di Anyer. Kami mudah-mudahan, berdoa, supaya jangan sampai terjadi," kata dia. Selama sambutan itu, seluruh warga Badui terlihat duduk diam menyimak. Hampir tak ada kata-kata atau obrolan meski ada yang duduk di bagian belakang.

Wahidin Halim memberikan apresiasinya terhadap ritual Seba Badui sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan. Dia berjanji tidak akan mengubah kawasan tempat tinggal warga Badui. "Cara Bapak dalam hidup, membangun ekonomi, beradat istiadat, dan mempertahankan tradisi itu suatu yang sangat dihargai oleh pemerintah," ungkap dia. Ritual itu diakhiri dengan doa dan penyerahan gunungan wayang. Malam itu ada hiburan wayang golek semalam suntuk.

Siang harinya, warga Badui yang disambut kedatangannya juga sudah diberi hiburan di Alun-Alun Serang. Mereka disuguhi penampilan dari daerah lain di Banten, mulai Cisadane, Banten Lama, Anyer-Carita, Tanjung Lesung, Sawarna, hingga Taman Nasional Ujung Kulon.

Menjelang petang, orang Badui yang baru pertama mengikuti Seba harus mandi di Sungai Cibanten di belakang Museum Negeri Banten. Minimal mereka harus meneteskan air sungai itu ke pelupuk mata dan membasuh kaki. Anak-anak muda berusia belasan tahun, termasuk Haja, juga mengikuti ritual tersebut. Sungai di selatan museum itu dipisahkan tembok berpintu kecil yang khusus untuk mengakses sungai tersebut.

Ayah Karmain mengungkapkan, selama Seba itu, orang Badui Dalam tetap harus mengikuti aturan-aturan tradisi. Misalnya, tidak boleh naik kendaraan. Menggunakan toilet yang disediakan di sekitar GOR pun dihindari. Selain itu, yang paling penting untuk menjaga tradisi adalah pelibatan anak-anak muda Badui dalam Seba. "Kami utamakan walaupun antara kuat dan tidak kuat. Cuma kami utamakan itu untuk generasi nanti secara ritual Seba itu ada kelangsungan dijaga," ujar Ayah Karmain. (*/c10/oki)

Sumber: https://www.jawapos.com

Pertahankan Tradisi Adat Bakudung Batiung

TANJUNG REDEB - Tradisi adat yang dikenal dengan upacara adat di Kabupaten Berau cukup banyak, hampir semua kampung memiliki tradisi dan upacara adat sendiri, salah satunya adalah pesta budaya Bakudung dan Batiung.

Adat Panen Raya Bakudung dan Batiung adalah tradisi yang dimiliki oleh Dayak Gaai. Tradisi ini terus dilestarikan secara turun temurun. Tradisi ini juga diminta agar tetap dipertahankan sehingga tidak hilang di tengah kemajuan zaman modernisasi.

Pesan ini disampaikan Asisten I Sekretariat Kabupaten (Setkab) Berau, Anwar mewakili Bupati Berau Muharram, membuka pesta budaya Bakudung dan Batiung, di Kampung Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung, Senin (7/5).

Bakudung adalah terjemahan dari bahasa Gaai (Nae Plie Ngatam) yang artinya adalah pesta syukuran setelah panen, untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas perolehan kesehatan, keselamatan dalam bekerja, dan secara khusus perlindungan terhadap tanaman padi masyarakat. Mulai saat menabur benih sampai panen yang disertai dengan ritual-ritual adat.

Sedangkan Batiung adalah terjemahan dari kata Lamko, artinya pendewasaan anak laki-laki. Pada zaman dahulu, kegiatan ini dibuat terpisah, tetapi sekarang digabung menjadi satu perayaan, sehingga muncul bahasa Bakudung dan Batiung.

Anwar mengatakan bahwa Kabupaten Berau bukan hanya kaya wisata bahari, namun adat istiadat masing-masing suku yang ada di pedalaman Kalimantan Timur ini juga masih selalu terjaga.

Tidak hanya itu, Anwar juga mengungkapkan acara adat yang masih dipegang masing-masing kampung juga bertujuan untuk mempererat kebersamaan dan membangun serta memperkenalkan budaya kepada generasi muda penerus mereka.

“Saya berharap acara adat seperti Bakudung Batiung ini selalu dipertahankan, karena itu juga termasuk kekayaan Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” pintanya.

Menurutnya, budaya merupakan pilar bangsa yang harus dipertahankan terus ke depan. Di tengah kemajuan zaman saat ini, tentu banyak bermunculan budaya baru yang tidak sesuai bahkan sebagian besar budaya asli mulai luntur seperti gotong royong.

“Jangan sampai kita lupa dengan budaya yang diturunkan nenek moyang kepada kita. Harus dipertahankan terus dan menjadi identitas kita sebagai bangsa Indonesia,” pungkas Anwar.(hms5/asa)

Sumber: http://berau.prokal.co

Perempuan di Pusaran Mitologi Upacara Adat Indramayu

PEREMPUAN ternyata memiliki korelasi keagungan tersendiri dalam mitologi yang tercipta di Indramayu. Mitologi tersebut seakan-akan menjadi sumber adanya ritual adat istiadat di wilayah tersebut selama beratus-ratus tahun. Upacara adat mapag sri, sedekah bumi, nadran, dan ngarot memiliki keterkaitan dengan mitologi tersebut.

Perempuan menjadi ikon yang melegenda akan adanya upacara adat mapag sri, sedekah bumi, dan nadran. Mapag sri dan sedekah bumi merupakan upacara adat para petani di Indramayu yang berkaitan dengan lahan pertanian, tanaman padi, dan ungkapan rasa syukur. Nadran merupakan upacara adat para nelayan di Indramayu yang berkorelasi dalam lingkup pesisir, lautan, ikan, dan ungkapan mulang trima (ungkapan bakti) kepada Sang Pencipta.

Sedekah bumi senantiasa digelar seusai musim panen padi di desa-desa. Bentuk acara adat tersebut adalah warga desa melakukan apresiasi pergelaran wayang kulit purwa di lebu (balaidesa) siang-malam. Di balai desa itu pulalah warga berduyun-duyun membawa nasi tumpeng, lengkap dengan bakakak ayam dan kue-kue tradisional lainnya. Setelah doa bersama, nasi-nasi tumpeng itu dimakan bersama para pengunjung, dan sebagian lainnya dibagikan ke rumah aparat desa dan tokoh masyarakat.

Upacara adat sedekah bumi memiliki narasi tentang cerita wayang ”Bumi Loka”. Oleh karenanya, sering kali pula ada yang menyebut sedekah bumi sebagai upacara adat Bumi Loka. Nama tersebut berkaitan dengan cerita adanya Prabu Natakawaca, ayah Bumi Loka, seorang raja di suatu kerajaan yang terkenal sakti mandraguna.

Pada suatu bagian cerita, Prabu Natakawaca jatuh cinta kepada bidadari di Suralaya bernama Dewi Supraba. Natakawaca naik ke Suralaya untuk melamar Supraba kepada Betara Guru. Sayang, lamarannya ditolak. Akibat penolakan tersebut, Sang Prabu murka besar. Dia mengamuk di Suralaya tersebut. Tak ada satu pun Dewa yang sanggup meladeninya. Akhirnya Betara Guru segera mengutus Betara Narada untuk turun ke bumi menemui Arjuna. Tujuannya satu, minta bantuan Arjuna untuk menghentikan amukan Natakawaca. Arjuna menyanggupi. Benar saja, di Suralaya tersebut Arjuna mampu menghentikan dan menewaskan Natakawaca.

Agaknya cerita tidak berhenti sampai di sini, sebab putra Natakawaca bernama Bumi Loka menuntut balas kematian ayahnya. Di bumi ia menyerang Kerajaan Amarta, negara yang juga didiami Arjuna. Kesaktian Bumi Loka seperti dipertaruhkan dalam melampiaskan dendam pada Arjuna. Kerajaan Amarta dibuat kering kerontang, warga sangat kesulitan mencari air. Kemarau berkepanjangan. Arjuna segera turun tangan. Bumi Loka dikejarnya. Adu tanding terjadi. Akhirnya Bumi Loka dapat ditewaskan Arjuna. Seiring dengan kematian Bumi Loka, hujan pun turun di bumi. Warga bisa mengolah kembali sawah ladangnya.

”Mapag sri”
Secara etimologi basa Dermayu (bahasa Jawa dialek Indramayu), mapag sri berarti menyongsong padi. Songsongan ini dihubungkan dengan musim panen padi yang segera tiba dalam dua atau tiga hari lagi. Masyarakat pun menyambutnya dengan menggelar wayang kulit purwa di balaidesa. Lakonnya adalah tentang Dewi Sri, dewinya padi.

Menurut cerita, Betara Guru memiliki dua putra, yakni Angkarasa dan Angkasari. Suatu hari, Betara Guru memanggil kedua putranya tersebut. Angkasari yang rumahnya dekat diperintahkan agar segera menyampaikan kepada kakaknya, Angkarasa, yang rumahnya memang agak jauh. Ketika Angkasari tiba di rumah kakaknya, ternyata sang kakak sedang sakit panas. Dorongan hawa panasnya bahkan membuat Angkasari jatuh terpelanting.

Hal inilah yang membuat Angkasari merasa sakit hati atas kejadian tersebut. Ia kemudian berbohong ketika melaporkan kepada ayahandanya. Ia mengaku bahwa kakaknya menolak menghadap ayahnya, bahkan menantang adu kesaktian. Atas laporan tersebut, tanpa menyelidiki hal sebenarnya, Betara Guru murka. Kutukan pun terlontar, yakni agar Angkarasa berubah menjadi ular.
Betara Guru kemudian mengutus Betara Narada agar ke tempat Angkarasa. Benarlah, Angkarasa sudah berubah menjadi ular, yang kemudian diberi nama Sang Hyang Antaboga. Akan tetapi, tubuh ular tersebut tetap panas. Betara Narada merasa kasihan memperhatikan hal ini. Ia berusaha mencari pangkal penyakit panas ini. Dengan menggunakan lidi, Narada mengulik-ulik telinga ular tersebut. Tanpa dinyana, dari telinga tersebut keluarlah sebuah telur yang sangat panas.

Ketika telur tersebut dipegang Narada, terasa sangat panas sekali. Ia tak sanggung menyentuh dan memegangnya. Inilah yang membuat telur itu terjatuh. Akan tetapi, jatuhnya telur itu melesat cukup jauh, yakni di Sapta Loka, lapisan bumi ketujuh. Telur panas itu kemudian diketemukan Dewi Pertiwi. Beberapa hari kemudian, telur itu dierami. Setelah cukup waktu, menetaslah telur tersebut. Dari kulitnya menjadi emban dunya, dari cairan putihnya menjadi sejana, dan dari cairan kuningnya menjadi sosok Dewi Sri yang cantik.

Betara Guru yang kemudian mengetahui hal itu, berupaya menjodohkan Dewi Sri dengan Budug Basu, putranya. Namun, Dewi Sri menolaknya. Agaknya Betara Guru merasa sakit hati, sehingga ia mengancam Dewi Sri dengan senjata ani-ani atau ketam pemotong padi. Apa yang dilakukan Dewi Sri ternyata tragis. Ia menerjang alat tersebut, sehingga ia pun tewas. Kematian Dewi Sri itulah yang kemudian menjadi momentum para petani, sebab dari kuburan Dewi Sri tumbuh sebatang tanaman baru yang bernama tanaman padi.

Cerita Dewi Sri dan Budug Basu itu ternyata juga menjadi latar upacara adat para nelayan, yakni Nadran. Seperti halnya sedekah bumi ataupun mapag sri, acara nadran juga menggelar wayang kulit purwa. Ceritanya mengetengahkan Budug Basu sebagai putra dewa yang berkaitan dengan penguasa laut, Dewa Baruna. Ungkapan cinta Budug Basu yang ditolak Dewi Sri membuatnya sakit hati. Rupa Budug Basu memang buruk. Badannya penuh koreng, badannya juga berbau anyir. Ia akhirnya menderita dan meninggal dunia.

Kematian Budug Basu ternyata juga belum selesai. Sebab, tak ada seorang pun yang mau menguburkan jasad tersebut. Hal itu karena baunya sangat menyengat tak sedap. Akhirnya pada dewa memerintahkan dua bersaudara bernama Cukeng dan Wrengkeng untuk melemparkan mayat tersebut ke tengah lautan. Konon, di tengah lautan itu tubuh Budug Basu berubah menjadi ikan-ikan yang banyak.

Upacara adat ngarot memang tidak spesifik memiliki latar cerita. Akan tetapi, di situ tercetus interpretasi akan adanya makna kesuburan, yang tentu saja berkorelasi pula dengan perempuan. Pada upacara adat yang ada di Desa Lelea dan sekitarnya itu, barisan jejaka desa membawa alat-alat pertanian, sedangkan para gadis desa membawa bibit padi. Mereka berkumpul di halaman balai desa dengan pakaian khas, jejaka berbusana komboran dan iket di kepala, sedangkan gadis berbusana kebaya dengan hiasan aneka bunga di kepala.

Mereka kemudian berpawai mengelilingi desa. Ketika kembali lagi ke halaman balai desa, para jejaka dihibur kesenian tari ronggeng ketuk yang dimainkan perempuan. Para gadis dihibur kesenian topeng, yang ditarikan laki-laki. Di situ seperti ada persilangan, yakni jejaka dipertemukan penari perempuan, gadis dipertemukan penari laki-laki. Persilangan itu seperti menandai dimulainya makna kesuburan. (Supali Kasim, aktivis Lembaga Kebudayaan Indramayu)***

Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Pak Guru Tertangkap Basah Ngamar Bareng Mantan Siswi

BREBES - Seorang guru asal Jawa Barat digerebek Satpol PP Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, saat ngamar bersama mantan siswinya di sebuah hotel, Senin (7/5).

“Yang bersangkutan didapati tengah berdua di dalam kamar hotel. Kami data dan lakukan pembinaan,” kata Kabid Penegakan Perda dan Ketertiban Umum Arif Jutawan sebagaimana dilansir Radar Tegal, Jumat (11/5).

Selain Pak Guru dan siswi itu, ada lima pasangan mesum lainnya yang ikut terjaring.

Arif menambahkan, pihaknya meminta para pasangan mesum itu tidak mengulangi perbuatannya.

Petugas juga menyasar tiga lokasi prostitusi yang sudah ditutup sejak 2 Mei lalu.

Ketiga lokasi itu berada di wilayah Kecamatan Jatibarang, Tonjong, dan Losari.

Petugas menemukan PSK yang sedang menunggu tamu di Jatibarang.

Namun, petugas tidak mendapatkan PSK di Tonjong. Petugas baru panen di Losari.

Di sana, petugas menemukan sepuluh PSK yang masih mangkal.

Para PSK itu dibina dan diminta tidak menjajakan diri lagi.

"Penutupan tempat prostitusi itu dilakukan karena masih ada aktivitas prostitusi di kawasan tersebut,” tegas Arif. (ded/ism/zul/radar tegal/jpnn)

Sumber: https://www.jpnn.com

Sepasang Oknum PNS Terciduk Berbuat Mesum di Kafe

MEDAN - Aparat kepolisian menciduk sepasang oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) lantaran berbuat mesum di salah satu kafe kawasan Jalan Menteng Raya, Rabu (9/5) malam.

Tak hanya pasangan tersebut, tiga pasangan lainnya yang juga berbuat mesum di kafe-kafe yang ada di kawasan itu ikut dijaring.

Infomasi dihimpun Kamis (10/5), para pasangan mesum tersebut masing-masing berinisial HPH, 52, PNS Dinas Pertamanan dan JD, 54, PNS BPBD.

Keduanya warga Jalan Jati 3 Yang Senggol, Kecamatan Medan Area dan warga Jalan Letda Sujono Gang Pisang Kecamatan Medan Tembung.

AH, 37, warga Jalan Pertiwi, Kecamatan Medan tembung dan Ro, 42, warga Jalan Bersama Gang Ikhlas, Kecamatan Medan Tembung.

Selanjutnya HS, 25, warga Jalan Puyuh 10 Perumnas Mandala, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deliserdang dan IF, 22, warga Jalan Garu 1, Medan Amplas. MF, 20, serta Sr, 20, keduanya warga Jalan Bromo Gang Panjang, Medan Denai.

Kanit Reskrim Polsek Medan Area Iptu P Hutagaol dikonfirmasi di lokasi mengatakan, untuk razia kali ini menurunkan puluhan personil yang dipimpin langsung Wakapolsek.

“Razia yang kita lakukan ini berkaitan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan, sekaligus menekan berbagai penyakit masyarakat dengan tujuan supaya dalam pelaksanaan ibadah puasa, umat Muslim tidak terganggu,” ujarnya.

Empat pasangan yang terjaring razia tersebut sambungnya langsung diamankan ke Polsek Medan Area untuk pendataan.

“Pasangan mesum kita bawa ke Mako untuk dilakukan pemeriksaan dan pembinaan,” pungkasnya.(fir)

Sumber: https://www.jpnn.com

Kabar Buruk, Tak Ada Lagi Pengangkatan Honorer Jadi PNS

JAKARTA - Kabar duka dan kabar buruk bagi tenaga honorer Pemerintah Indonesia. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) Asman Abnur memastikan tidak ada lagi pengangkatan langsung tenaga honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Menpan Asman menegaskan, tenaga honorer harus ikut tes seleksi calon PNS (CPNS) sesuai dengan amanat Undang-undang.

Hal itu dikatakan Asman kepada wartawan usai membuka Koordinasi Kebijakan Standarisasi Jabatan dan Pengembangan Karier SDM Kemenpan RB di Hotel Clarion Makassar, Kamis (3/5/2018).

“Yang jelas ada penerimaan CPNS tahun ini dan semua harus melalui melalui tes. Hasil seleksi semua diumumkan secara transparan dan tidak ada lagi sistem titipan pejabat dan lainnya," kata dia.

"Jadi kalau ada pegawai yang sudah bekerja lima tahun, dua tahun atau tiga tahun, silakan ikut tes jika ingin jadi PNS."

Menpan Asman menjamin transparansi dalam rekrutmen CPNS, dimana yang lulus seleksi dipastikan betul-betul berdasarkan kompetensi.

Dimana saat ini, era keterbukaan membuat tidak ada lagi orang yang lulus seleksi berdasarkan rekomendasi pejabat tertentu.

"Bupati, gubernur, termasuk menteri sekali pun tidak bisa bantu jadi CPNS. Yang bisa membantunya adalah kemampuan individunya sendiri. Ada tesnya, ada soal-soalnya," tegas Asman.

Sumber: http://www.tribunnews.com

Upah Guru dan Pegawai Honorer di Bandung Naik

Bandung - Pemerintah Kota Bandung membuat kebijakan baru dengan menaikan upah bagi tenaga pendidik serta pegawai administrasi di sekolah non-Aparatur Sipil Negara (ASN) atau honorer. Kenaikan upah itu mulai berlaku tahun ini secara bertahap. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung Mia Rumiasari mengatakan kebijakan itu dilaksanakan menyusul disahkannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Penyelenggara Pendidikan di Kota Bandung. "Dalam perda ini kami memperhatikan tenaga pendidik dan tenaga administrasi non ASN," kata Mia di sela kegiatan Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Kamis (3/5/2018). Sebelumnya, guru honorer di Kota Bandung hanya mendapatkan honorarium tambahan sekira Rp 300.000 per bulan dengan sumber anggaran berasal dari alokasi dana hibah. Pembayaran pun dilakukan setahun sekali. Bahkan Pemkot Bandung tak menyediakan anggaran khusus bagi petugas administrasi sekolah.

Mia mengatakan, setelah Perda berlaku besaran upah untuk guru honorer naik mulai dari Rp 500.000 hingga di atas Rp 1 juta. Sementara petugas administrasi, paling kecil dibayar Rp 500.000 per bulan. Proses pembayaran akan dilakukan tiga bulan sekali. Sedangkan total anggaran yang dialokasikan sekira Rp 99 miliar. "Paling tinggi itu untuk tenaga pendidik di jenjang SMP, kurang lebih di angka Rp 1.020.000 per bulan," kata Mia. Mia mengakui jika nominal yang ada memang masih jauh dari upah minimum kota Bandung. Namun, sambung Mia, kebijakan itu merupakan upaya Pemkot Bandung untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer dan tenaga administrasi non-ASN. "Memang kami melihat masih dibawah UMK. Tapi, secara bertahap, sesuai amanat Perda, kita akan mendekatkan bahkan hampir sama dengan UMK (secara bertahap)," jelasnya.

Sumber: https://regional.kompas.com

Tiap Tahun 300 Guru ASN di Bandung Pensiun, Bagaimana Nasib Honorer?

Bandung - Tercatat sejak 2016, Dinas Pendidikan Kota Bandung, Jawa Barat, mendata guru yang berstatus Aparatur Sipil Negera (ASN) di kota tersebut memasuki masa pensiun. Maka, diprediksi tahun 2022, ada sekitar 1.000 sampai 1.500 guru memasuki masa inpres.

"Guru tersebut diangkat dalam masa inpres, tentunya dampaknya sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan, kata Sekretaris Dinas (Sekdis) Pendidikan, Mia Rumiasari, Rabu, 9 Mei 2018.

Tapi, tentunya karena kebijakan pengangkatan ASN ada di pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPan RB). Alhasil, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung hanya bisa menyimpulkan untuk kekosongan guru-guru berstatus PNS atau ASN melalui Badan Kepegawaian Pemerintah Kota Bandung.

Dengan kehilangan ribuan guru, maka akan berdampak pada kualitas pendidikan dan proses pembelajaran di sekolah akan kurang maksimal. Maka, Disdik mengantisipasi dampak itu dengan mendatangkan guru honorer untuk mengisi kekosongan.

Perihal mengisi kekosongan posisi guru di Kota Badung, kata dia, merupakan kewenangan pihak sekolah. Dengan merekrut menggunakan surat penugasan kepada guru honorer tersebut.

"Tetapi, tentunya, penugasan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi, tidak hanya asal menugaskan (guru honorer)," ungkapnya.

Jika adanya permintaan dari pihak guru honorer terkait pengangkatan jabatan menjadi ASN, Disdik tidak memiliki kewenangan. Hal tersebut dikembalikan kepada pemerintah pusat. Namun, kata dia, kalau merasa sesuai dengan persyaratan menjadi ASN dipersilakan untuk mencalonkan diri sebagai calon ASN.

Pada tahun ini (2018) Kota Bandung pun telah menerima data guru yang memasuki masa pensiun sebanyak 300 orang. Bahkan, di antaranya sudah pensiun. Tingkatan sekolah yang paling banyak guru memasuki masa pensiun adalah sekolah dasar.

"Untuk tingkat SMA bukan wewenang kami, karena Disdik Kota Bandung hanya sampai jenjang SMP dalam pengelolaan SDM. Jadi sejauh ini SD paling banyak (guru pensiun)," pungkasnya.

Sumber: https://www.liputan6.com

Sama-sama Mengabdi ke Negara, Ini Bedanya Nasib Tenaga Honorer dan PNS di 2018, Bak Bumi dan Langit!

Pemerintah mulai merekrut Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun ini. Bulan Mei ini, formasi tenaga yang dibutuhkan akan diumumkan.

Namun, ada kabar buruk bagi tenaga honorer.

Mulai tahun ini, tidak ada lagi pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil secara langsung.

Honorer harus mengikuti jalur seleksi seperti halnya pelamar umum.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Mempan RB) Asman Abnur menegaskan, tidak ada lagi pengangkatan tenaga honorer di pemerintahan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) secara langsung.

Alasan menteri, Undang-undang mengharuskan demikian.

"Untuk tahun ini ada pengangkatan atau penerimaan PNS melalui tes. Undang-Undang sekarang tidak lagi membenarkan merekrut PNS tanpa tes," kata Asman di Kota Makassar, Kamis (3/5/2018).

Usai membuka Rapat Koordinasi Kebijakan Standarisasi Jabatan dan Pengembangan Karier SDM Kemenpan RB di Hotel Grand Clarion, Jl AP Pettarani, Makassar, Asman menjelaskan, semua tenaga honorer berkesempatan ikut proses seleksi.

"Jadi kalau ada pegawai (honorer) sudah bekerja lima tahun atau dua tahun atau satu tahun, silakan ikut tes seleksi. Ngga apa-apa. Jadi ada persyaratannya," tambah Asman

Dengan melalui proses seleksi, kata Asman, transparansi rekrutmen tenaga honorer menjadi PNS betul-betul transparan sesuai kompetensi calon.

"Saya berharap orang-orang yang mau menjadi PNS adalah mereka yang betul-betul mau belajar, mau bekerja secara profesional, dan punya kompotensi yang pas," kata Asman.

Asman menambahkan, pemerintah berkeinginan agar PNS yang punya kedudukan sebagai kepala dinas punya kemauan kerja yang tinggi, profesional, dan punya kompetensi di bidangnya.

"Jadi PNS itu adalah jabatan yang betul-betul nanti berdasarkan kompotensinya. Jadi lulusnya berdasarkan tes. Tes-nya sekarang keterbukaan, transparansi dan tidak ada lagi misalnya rekomendasi pejabat, bupati, gubernur. Termasuk menteri sekalipun," ucap Asman.

Lalu bagaimana dengan tenaga honorer yang usianya di atas 35 tahun ambang batas ikut seleksi CPNS Pak Menteri?

Belum ada tanggapan.

Terkait rencana pemerintah akan memberikan THR kepada pensiunan, sedangkan banyak tenaga honorer mengeluh karena ingin statusnya diangkat menjadi PNS. Asman tak banyak komentar.

"Datanya ada tidak? harus jelas dulu. Lagi di godok! Jadi sekarang ini tunggu aja pengumumannya dari pemerintah secara resmi," ungkap Asman.

Mei Ini Formulasi Kelar

Bagi kamu yang ingin mengabdi menjadi aparat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), bersiaplah.

Pemerintah sedang menyusun formasi untuk penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk tahun 2018.


Kepala Badan Kepegawaian Negara, Bima Haria Wibisana pada Kamis (3/5/2018) mengatakan, formasi akan ditetapkan pada bulan ini.

Lalu, penerimaan akan dibuka usai pelaksanaan Pilkada Serentak, 27 Juni 2018.

Kendati demikian, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur sudah memberi bocoran bahwa CPNS yang akan direkrut untuk penerimaan tahun ini berkisar di bawah 200 ribu orang.

"Pusat dan daerah, yang pensiun jumlahnya 200 ribuan. Jadi kita terima di bawah itu," ujar Asman di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (24/4/2018).

Asman juga mengungkapkan bahwa lowongan yang paling banyak dibutuhkan tahun ini adalah guru dan tenaga kesehatan.

Saat ini, Kemenpan-RB masih terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk melakukan pendataan berapa banyak jumlah PNS baru yang dibutuhkan tiap instansinya.

"Saya tidak hapal presentasenya, tapi yang diprioritaskan guru dan tenaga kesehatan," kata dia.

Adapun untuk waktu pendaftaran, menurut Asman, hal tersebut belum diputuskan. Kendati demikian, ia memastikan proses dari pendaftaran, ujian hingga pengumuman kelulusan akan selesai pada tahun 2018 ini.

Dokumen Wajib Disiapkan

Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pendaftaran CPNS, terutama berkas-berkas yang harus dipersiapkan saat pendaftaran dibuka.

Oh iya, berkas untuk pelamar tamatan SMA sederajat dengan sarjana berbeda.

Berikut rincian berkas yang harus disiapkan:

Untuk tenaga profesional persyaratan atau dokumen yang harus dipersiapkan sebagai berikut:

1. Fotokopi KTP

2. Fotokopi Ijazah dan Transkip Nilai yang telah dilegalisir

3. Surat keterangan akreditasi dari BAN PT.

4. Pas foto terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 4 lembar - latar belakang merah.

Dokumen tambahan bagi lulusan D III dan SMA/sederajat antara lain:

1. Materai Rp 6.000

2. Fotokopi KTP

3. Fotokopi ijazah/STTB

4. Fotokopi ijazah SD

5. Fotokopi ijazah SLTP

6. Fotokopi ijazah SLTA.

Dirangkum Tribun-Timur.com dari penerimaan CPNS gelombang I dan II pada tahun 2017, berikut informasi yang wajib diketahui pelamar:

1. Persyaratan Umum Pendaftaran

Ada beberapa persyaratan umum pendaftar.

a. Warga Negara Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, setia dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta sehat jasmani dan rohani.

b. Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan.Pada tahun 2017 pemerintah sempat membuka rekrutmen CPNS tapi hanya untuk beberapa pos kementerian.

Gelombang pertama rekrutmen untuk mengisi pos di Kementerian Hukum dan HAM.

Kemudian gelombang kedua untuk beberapa kementerian dan lembaga yang jadi rekrutmen terakhir.

Nah tahun 2018, pemerintah bakal kembali membuka rekrutmen CPNS untuk pemerintah daerah.

Lowongan yang dibukan pun lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Kabar baik, pendaftar CPNS yang gagal pada 2017 masih mengikuti rekrutmen di tahun ini.

c. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat tidak atas permintaan sendiri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS/Anggota TNI/Polri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta.

d. Tidak berkedudukan sebagai CPNS /PNS/Calon Anggota TNI/Polri serta Anggota TNI/Polri dan tidak sedang terikat perjanjian/kontrak kerja dengan pihak manapun.

e. Tidak menjadi pengurus dan/atau anggota partai politik.

2. Dokumen Penting yang Harus Dipersiapkan

Dokumen antara pendaftar SMA dengan sarjana berbeda.

Untuk tenaga profesional persyaratan atau dokumen yang harus dipersiapkan sebagai berikut:

a. Fotokopi KTP

b. Fotokopi Ijazah dan Transkip Nilai yang telah dilegalisir

c. Surat keterangan akreditasi dari BAN PT.

d. Pas foto terbaru ukuran 4x6 cm sebanyak 4 lembar - latar belakang merah.

Dokumen tambahan bagi lulusan D III dan SMA/sederajat antara lain:

a. Materai Rp 6.000

b. Fotokopi KTP

c. Fotokopi ijazah/STTB

d. Fotokopi ijazah SD

e. Fotokopi ijazah SLTP

f. Fotokopi ijazah SLTA.

3. Alur Pendaftaran

Pertama, pendaftar dilakukan portal masing-masing kementrian/CPNS daerah.

Kedua, isi formulir dan jangan lupa ditandatangani

Ketiga, Anda akan mendapat nomor bukti registrasi

Keempat, unggah/kirimkan dokumen yang dibutuhkan, jangan lupa sertakan pas foto sesuai ketentuan.

Kelima, kirimkan berkas-berkas seperti formulir pendaftaran.

Gaji PNS 2018

Sesuai amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, rumusan upah yang diterima bagi PNS alias take home pay hanya akan terdiri dari tiga komponen, yakni gaji pokok, tunjangan kinerja, dan tunjangan kemahalan.

Untuk gaji pokok, akan ada peningkatan rasio atau perbandingan antara besaran gaji terendah PNS dan gaji tertinggi PNS.

Gaji pokok tidak lagi berdasarkan masa kerja, tetapi didasarkan pada beban kerja, tanggung jawab, dan risikonya.

Saat ini, rasio gaji pokok yang berlaku mencapai 1:3,7.

Contohnya, jika gaji pokok terendah PNS sekitar Rp 1,2 juta, gaji pokok tertinggi sebesar Rp 4,44 juta.

Pada tahun 2018 ini, rasionya naik menjadi 1:11,9 sehingga gaji pokok tertinggi bisa melonjak Rp 14,3 juta.

Penerapan sistem gaji baru akan dilakukan pada 2018 lantaran pemerintah membutuhkan persiapan untuk sosialiasi ke seluruh daerah sekaligus persiapan anggarannya di daerah.

Setiawan menjamin sistem baru ini tidak akan menaikkan porsi belanja pegawai yang jumlahnya kini sudah mencapai sekitar Rp 270 triliun per tahun.

Terkait pemberian manfaat bagi para pensiunan PNS, "calon beleid" ini belum memiliki ketentuan yang jelas agar tidak merugikan PNS dan negara.

Seperti diketahui gaji pokok PNS belum mengalami kenaikan selama tiga tahun teakhir.

Gaji pokok pada tahun 2017 lalu masih sama dengan 2015 lalu.

Jika ada kenaikan itu hanya untuk tunjangan saja.

Gaji pokok PNS 2017 lalu mengacu pada PP Nomor 30 Tahun 2015.

Besarannya tergantung golongan dan Masa Kerja Golongan (MKG).

Tiap instansi pemerintah memberikan tunjangan berbeda-beda.

Sumber: http://makassar.tribunnews.com

Duh, Janda Nurhayati Mesum Bawa Anaknya

Sejak ditinggal cerai suaminya, Nurhayati kerap merasa sendirian. Warga Jalan Gambir, Pasar 8 Dusun VII, Desa Tembung, Kecamatan Percut Seituan ini galau mengurus anak seorang diri. Lantaran tak ada tempat mencurahkan isi hati (curhat), perempuan 27 tahun ini kemudian menjalin hubungan dengan pria lajang bernama Prima Dalimunthe (26).

Keduanya kemudian membangun komunikasi lewat selular. Setelah sekian lama SMS-an dan saling bertelfon, keduanya sepakat untuk bertemu. Pada Minggu (6/5) kemarin, Nurhayati pamit keluar rumah dengan alasan ingin menemui temannya. Ia keluar rumah pamit pada keluarga membawa anak hasil pernikahannya dengan mantan suami.

"Pasangan bukan suami isteri ini bertemu di Jalan Letda Sudjono. Kemudian, mereka menuju semak- semak," kata Kapolsek Percut Seituan, Kompol Faidil Zikri, Selasa (8/5). Di lokasi yang sepi itu, keduanya lepas kendali. Nurhayati yang telah lama tidak diperhatikan sang suami nekat mencumbu Prima.

Tak hanya sekadar beradu bibir, keduanya saling raba. Suara desahan Nurhayati kemudian didengar warga. Penasaran, sejumlah pemuda dan orangtua mencari suara desahan yang muncul di semak- semak tersebut. Ketika dicek, ternyata Prima dan Nurhayati tengah dimabuk kasih melakukan perbuatan asusila.

"Yang laki-laki sempat dihajar warga. Setelah menerima laporan itu, anggota turun ke lokasi menjemput keduanya," kata Faidil. Setelah kejadian, keluarga kedua belah pihak dipanggil. Akhirnya, pihak keluarga sepakat menikahkan Nurhayati dan Prima.(cr3/cr14)

Sumber: http://medan.tribunnews.com

Karyawan BUMN di Palembang digerebek istri sedang mesum bersama selingkuhan

Seorang karyawan BUMN di Palembang berinisial BA (28) digerebek istrinya, saat sedang berbuat mesum di indekos dengan wanita simpanannya berinisial SP (22). Kedua pelaku akhirnya digiring ke kantor polisi.

Perbuatan kedua pelaku terungkap saat istri pelaku, MW (28), datang dari Ogan Komering Ilir ke Palembang untuk mencari keberadaan suaminya karena anaknya sedang sakit. MW pun mendapat informasi bahwa suaminya sedang berada di indekos di Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang.

Dengan penuh penasaran, MW mendatangi indekos itu untuk memastikannya, Minggu (6/5) malam. Benar saja, MW mendapati kedua pelaku sedang dalam keadaan bugil.

Kepada petugas, MW mengaku sudah lama curiga dengan ulah suaminya yang jarang pulang tanpa alasan. Apalagi, dia pernah memergoki suaminya berselingkuh tetapi tak berubah meski sudah diperingatkan.

"Waktu anak saya umur satu tahun sudah ada isu-isu itu, saya selidiki terus. Sekarang umur anak saya sudah 3,5 tahun, belum sadar-sadar juga," ungkap MW saat melapor ke SPKT Polresta Palembang, Senin (7/5).

Dalam penggerebekan itu, kata MW, dia sempat dikibuli suaminya. Sebab, saat pintu kamar indekos diketuk, pelaku tak kunjung membuka.

"Tidak tahu kenapa alasannya apa mau menyembunyikan selingkuhannya atau apa. Pas kami dobrak mereka masih telanjang," ujarnya.

Perselingkuhan itu ternyata dibenarkan pelaku SP. Dia mengaku sudah tiga tahun menjalin hubungan asmara dengan suami MW ketika sama-sama bekerja di perusahaan milik pemerintah. Hanya saja, SP berdalih menjadi pelakor karena tidak mengetahui pasangannya sudah memiliki istri dan anak.

"Kami kenalan sudah tiga tahun ini. Dulu bilang tidak punya istri, saya mau-mau saja," kata SP.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Yon Edi Winara mengatakan, kedua pelaku diserahkan istrinya setelah digerebek diduga sedang berbuat mesum. Kasus ini tengah diproses Unit Perlindungan Anak dan Perempuan.

"Benar, dua pelaku diduga berselingkuh sudah diamankan, masih kita proses," kata dia. [cob]

Sumber: https://www.merdeka.com

Nyadran di Makam Sewu Bantul, Tradisi Budaya yang Didasari Tuntunan Agama

BANTUL - Selain masyarakat yang tumpah memadati area sekitar Makam Sewu, Wijirejo, Pandak, pada Senin (7/5/2018) sore, turut hadir pula dalam tradisi nyadran ini sejumlah pejabat dari Pemerintah Kabupaten Bantul.

Terlihat hadir di Pendopo Makam Sewu, Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. Ia mengenakan kopiah hitam dan pakaian hijau linmas, Kepala Dinas Kebudayaan, Sunarto dan Camat Pandak, Sri Kayatun.

Dalam sambutan atas nama pemerintah Kabupaten Bantul, Abdul Halim mengutarakan rasa bangga terhadap masyarakat Wijirejo dan sekitarnya yang telah melestarikan kebudayaan yang baik.

Menurutnya, tradisi Nyadran Makam Sewu merupakan kebudayaan yang mengajarkan nilai-nilai agama untuk berbakti kepada orang tua dan para leluhur.

"Para leluhur dan orang tua itu telah banyak memberi kebaikan dan kemanfaatan kepada kita semua dan para anak cucunya. Oleh sebab itu, kebudayaan nyadran Makam Sewu ini baik dan harus tetap dilestarikan," tuturnya dalam bahasa Jawa.

Ia mengungkapkan, Pemerintah Kabupaten Bantul memiliki cita-cita dan arah tujuan yang mulia membawa masyarakat Bantul menjadi masyarakat yang harmonis.

Guyup rukun dan memiliki kebudayaan adiluhung yang istimewa.

Satu di antara kebudayaan adiluhung, adalah tradisi Nyadran Makam Sewu yang dinilainya merupakan tradisi yang mulia.

Tradisi yang berpegang pada tuntutan agama.


"Pemerintah Kabupaten Bantul syukur dan bangga masyarakat Wijirejo dan sekitarnya terus melestarikan budaya religius nyadran Makam Sewu. Kebudayaan yang didasari oleh tuntutan agama itu tradisi yang baik," ungkapnya.

Diceritakan sebelumnya, Tradisi nyadran makam sewu ini diawali dengan membaca ayat-ayat suci Alquran dan tahlil di Makam Sewu.

Puncak acara tradisi nyadran ini dengan kirab jodhang (berisi uborampe kenduri) yang diarak dari Balai Desa Wijirejo menuju Pendopo Makam Sewu yang dilakukan oleh bregada berpakaian prajurit.

Dalam kirab ini diarak pula enam gunungan yang berisi hasil bumi. Di belakang kirab gunungan, aneka kesenian ditampilkan.

Setiap jalan yang dilalui kirab tampak penuh sesak dipadati oleh masyarakat.

Jodhang yang dikirab oleh prajurit berbentuk kotak dan dipikul oleh empat orang. Di dalam Jodhang ini berisi aneka macam makanan. Ada nasi gurih, lauk pauk, apem, gedang rejo dan ingkung.

Sampai di Pendopo Makam Sewu, Jodhang beserta keenam gunungan itu langsung diserahkan kepada tokoh agama untuk didoakan.

Ketua Panitia Nyadran makam sewu, Hariyadi menjelaskan, tradisi nyadran Makam Sewu merupakan tradisi masyarakat Wijirejo dan sekitarnya sebagai bagian birrul walidain, tanda bakti kepada orang tua dan leluhur.

"Tradisi ini diadakan setiap tahun. Bulannya bulan Ruwah, tanggalnya 20 keatas dan dilakukan setiap hari Senin. Tradisi ini sebagai tanda bakti kepada orang tua (birrul walidain) dan kepada leluhur," tuturnya. (tribunjogja)

Sumber: http://www.tribunnews.com

Sekilas Menyimak Tradisi Tetaken Gunung Limo Pacitan

Bukan hanya larung sesajen ritual tradisi yang biasa digelar masyarakat Pacitan saat memperingati pergantian tahun Islam. Namun ada satu budaya cukup sakral yang mungkin belum begitu dikenal masyarakat, yaitu Tetaken.
Sebagaiman diketahui, Kabupaten Pacitan terletak 524 Km sebelah timur dari Ibu Kota Jakarta dan 209 Km arah barat daya dari kota Surabaya. Kabupaten yang terkenal dengan Gunung Limo ini mempunyai tradisi yang cukup unik. Karena menganut penanggalan Jawa, yaitu tepat pada 1 Syuro, diadakan beberapa kegiatan untuk memperingati bulan baru Hijriyah.
Beberapa di antaranya adalah pengajian, melekan, tirakatan, perajahan, larung sesaji dan napak tilas sejarah. Sedangkan di Gunung Limo sendiri, beberapa orang melakukan teteki atau bertapa di bulan itu. Selanjutnya para pertapa tersebut disambut oleh masyarakat dalam bentuk perayaan Tetaken yang diadakan setiap tanggal 15 bulan Syuro.
Salah seorang pemerhati sejarah di Pacitan Ki Ageng (KA) Jolothundo mengatakan, Tetaken berasal dari kata tetekian. Teteki mendapat imbuhan “an” (tetekian) yang berarti pertapa-an. Yaitu bermakna tempat pertapaan. Karena karakter bahasa setempat untuk mempermudah penyebutan, maka kata tetekian berubah pengucapannya menjadi tetaken tanpa mengurangi makna sesungguhnya.
"Tradisi tersebut diadakan untuk mengingat kembali proses datangnya Eyang Tunggul Wulung dan Mbah Brayut ke Gunung Limo dan menetap di lereng Gunung Limo," ujarnya, Selasa (8/5).
Digambarkan dalam ritual ini, sang juru kunci Gunung Limo turun gunung bersama para cantriknya yang sekaligus murid-muridnya. Mereka baru selesai menjalani tapa di puncak gunung dan akan kembali ke tengah masyarakat. Bersamaan turunnya para pertapa dari puncak gunung, iring-iringan warga muncul menyambut para pertapa memasuki area upacara.
"Masyarakat mengenakan pakaian adat Jawa. Barisan paling depan adalah pembawa panji dan pusaka Tunggul Wulung (Panji Tunggul Wulung, Keris Hanacaraka, Tombak Kyai Slamet, dan Kotang Ontokusumo/Jubah Hitam pertapa)," cerita Jolothundo.
Di Pacitan, lanjut dia, terdapat lokasi pendadaran (pelatihan kanuragan dan kebatinan) yang berpusat di Gunung Limo. Pendadaran prajurit kemudian lazim disebut sebagai wisudan Tunggul Wulung (wisuda yang dilakukan oleh Tunggul Wulung). Prajurit Mataram melakukan pendadaran olah kanuragan dan kebatinan kepada pemuda-pemuda di desa-desa dengan tujuan memperkuat pertahanan kerajaan apabila sewaktu-waktu ada peperangan.
Pembekalan yang dilakukan oleh prajurit Mataram di bawah Panji Tunggul Wulung tidak hanya olah fisik saja kepada generasi muda. Melainkan mengajarkan ilmu kasepuhan kepada masyarakat. Memantabkan ajaran Islam secara esketik dikombinasi dengan penanaman prinsip-prinsip pengabdian kepada negara.
"Mendekatkan hubungan kerajaan dengan masyarakat sekaligus mempereratnya. Kegiatan penanaman mental bela negara, olah kaprajuritan, kepatuhan kepada raja dan kerajaan, nilai nilai-nilai moral, spiritual lahir dan batin oleh prajurit Mataram Tunggul Wulung ini di kemudian hari menjadi sebuah tradisi dari generasi ke generasi yang disebut dengan Tetaken," pungkasnya. (yun/rev)

Sumber: https://kumparan.com

Ngandang Rowot, Ajang Tradisi Budaya di Lombok

MATARAM -- Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki kekhasan adat istiadat dan budaya yang sangat kuat. Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok dikenal sangat kuat dalam menjalankan tradisi dan kearifan lokal.

Salah satu yang masih kuat dalam memegang tradisi terdapat di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

Bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika pasti akan menemui Dusun Ende yang berada di kanan jalan dari arah Bandara Internasional Lombok. Dusun ini kini menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang ada di Lombok.

Pada Jumat (11/5) mendatang, warga Ende akan menggelar sebuah prosesi budaya tentang peringatan tahun baru masyarakat Sasak, yang dikenal dengan Ngandang Rowot.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ende, Tantowi Surahman, mengatakan Ngandang Rowot merupakan tradisi yang sudah berjalan sejak lama. Beragam atraksi ritual dan budaya akan tersaji di sini.

"Nanti ada arak-arakan budaya sekitar 200 meter dari masjid menuju lokasi acar," ujarnya di Mataram, NTB, Selasa (8/5).

Warga Ende juga menyiapkan 2 ribu Cerorot sebagai welcome snack bagi para wisatawan dan masyarakat sekitar yang datang. Cerorot sendiri merupakan salah satu kue tradisional suku Sasak dengan bentuk seperti terompet mini.

Cerorot merupakan jajanan tradisional dengan bahan baku seperti tepung beras, gula merah, dan santan kelapa. Keunikan jajanan satu ini terletak pada cara memakannya dengan memelintir dan Cerorot akan menyembul secara perlahan kepermukaan, sedangkan kulitnya akan mengerucut ke bawah, sehingga tak berceceran.

Tantowi menyampaikan, meski Ngandang Rowot merupakan ajang tradisi, namun warga Ende mempersilakan para wisatawan datang melihat kegiatan ini. Kata dia, kunjungan wisatawan ke Ende terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"Kalau hari-hari biasa kunjungan bisa empat sampai lima bus, kalau weekend bisa sampai 2.500 pengunjung," kata Tantowi.

Asal negara wisatawan yang datang pun bervariasi, dengan Belanda, Malaysia, Cina, Korea, dan AS menjadi yang terbanyak dalam kunjungan ke Ende.

Ketua DPD Asita NTB Dewantoro Umbu Joka berujar, ajang-ajang berbau tradisi seperti ini sangat disukai para wisatawan, terutama turis-turis asing. Banyak dari mereka, kata Umbu, yang ingin menyaksikan secara langsung aktivitas adat dan budaya dari Suku Sasak di Lombok ini.

"Kegiatan tradisi ini sangat potensial dalam menarik minat wisatawan, tinggal bagaimana kita mengemasnya dengan baik agar wisatawan tertarik," ungkapnya.

Sumber: http://www.republika.co.id
-

Arsip Blog

Recent Posts