Raih Rekor Muri 1001 Berdah, Personelnya Didominasi oleh Warga Mandah Inhil

Tembilahan, Riau - Baru saja Indragiri Hilir meraih rekor muri yakni 1001 Berdah pada pelaksanaan puncak Gema Muharram di lapangan Gajah Mada Tembilahan.

Siapa yang menyangka bahwa personel Berdah yang tampil diacara yang terpusat Jalan Gajah Mada tersebut merupakan dominasi masyarakat Kecamatan Mandah yang sudah terlatih dari jauh-jauh sebelumnya.

Camat Kecamatan Mandah, Umar Hamdi selaku pimpinan daerah setempat menyatakan rasa bangganya melihat masyarakatnya bisa tampil pada perolehan rekor muri tersebut.

"Dari 1001 Berdah 700 diantaranya merupakan masyarakat Mandah yang sudah terlatih dan terbina," ucapnya.

Dengan raihan rekor ini, Umar sebutkan ini sebagai bukti keterlibatan berbagai unsur saling bahu membahu yang merupakan kerja nyata masyarakat dalam upaya mewujudkan Mandah sebagai pusat budaya melayu.

Kendati itu ia juga ucapkan terima kasih kepada Bupati inhil H. M. Wardan yang telah memberikan kepercayaan kepada MAndah untuk berpartisipasi dalam Iven Wisata Religi Gema Muharram tahun ini.

"Ucapan yang sama disampaikan kepada masyarakat Mandah dengan kesungguhan dan kerja sama mengangkat khazanah seni budaya Mandah yakni BERDAH sudah berhasil menggaet rekor MURI," imbuhnya.

Sergai Gelar Karnaval Budaya 2016

Serdang Bedagai, Sumut - Semboyan "Tanah Bertuah Negeri Beradat" yang disematkan pada Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) bukan tanpa makna dan kajian yang dalam dari para pemimpin di masa lampau. Menjulukinya Tanah Bertuah bermaksud bahwa kita patut bersyukur karena Tuhan memberikan tanah yang memiliki manfaat luar biasa besar bagi masyarakat untuk dieksplorasi secara arif dan bijaksana. Kekayaan laut dan perikanan, kekayaan perkebunan dan pertanian serta kekayaan destinasi wisata serta kekayaan lainnya. Sedangkan Negeri Beradat berarti masyarakat di Kabupaten ini adalah masyarakat yang beradat (berbudi pekerti luhur).

Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya kearifan lokal (Local Wisdom) yang ada dan masih terpelihara, misalnya kegiatan upacara jamu laut/kenduri laut, upacara siraman dan kebudayaan lainnya yang berakar dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang ada. Hal ini dikemukakan oleh Wakil Bupati (Wabup) Darma Wijaya dalam sambutannya ketika membuka acara karnaval budaya Kabupaten Sergai Tahun 2016 di komplek Replika Istana Sultan Serdang Kelurahan Melati Kebun Kecamatan Pegajahan, Kamis (6/10).

Terkait hal tersebut, Wabup Darma Wijaya berharap kepada Dinas Priwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah raga (Parbudpora) untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal di setiap Kecamatan dengan karakteristik yang berbeda. Keragaman budaya lokal tersebut digelar dalam kegiatan karnaval kali ini. "Karenanya mari kita jaga bersama semua budaya yang merupakan warisan nenek moyang kita ini" sebut Wakil Bupati.

Wabup Darma Wujaya menginginkan bahwa Sergai memiliki model dan konsep yang berbeda yang lebih menonjolkan keunggulan potensi lokal setiap Kecamatan yang telah membudaya, berakar dan menjadi bagian serta memberi manfaat besar bagi masyarakat itu sendiri.

Mengakhiri sambutannya, Wabup Sergai Darma Wijaya memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Dinas Parbudpora Provsu yang telah mendukung dan bersinergi demi kelancaran kegiatan ini. Ke depan, budaya dan juga pariwisata di Sergai lebih dahsyat perkembangannya, ujar Wabup Sergai.

Hadir dalam kesempatan tersebut Wakapolres Sergai Kompol Irma Ginting, Ketua TP PKK Ny. Hj. Marliah Soekirman, Ketua GOPTKI Ny. Rosmaida Darma Wijaya, Ketua DWP Ny. Khairani Hadi Winarno, Asisten Ekbangsos Drs. Ahmad Zaki, M.AP, para Kepala SKPD, Camat se-Sergai, mewakili BNNK Sergai, rombongan Dinas Parbudpora Kabupaten Aceh Tamiang, mewakili Dinas Parbudpora Provsu, Himasdat, Paguyuban Suko Budoyo serta kelompok budaya lainnya.

Sebelumnya Ketua Panitia Karnaval Budaya Kabupaten Sergai Tahun 2016 melaporkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menggali dan membangkitkan kembali seni budaya tradisional di Kabupaten Sergai serta untuk melestarikan budaya lokal yang keberadaannya hampir punah. Diperoleh informasi bahwa peserta lomba dalam karnaval budaya ini terdiri dari 30 peserta dari 17 Kecamatan se-Sergai, pengelola objek pajak, organisasi dan BUMD. Acara tersebut dimeriahkan ragam tari-tarian dari berbagai suku budaya serta perlombaan pawai budaya dengan mengendarai becak hias dan menggunakan pakaian suku adat seperti adat Batak Toba, Batak Angkola, Batak Karo, Batak Mandailing, Melayu, Jawa, Bali, Tionghoa dan Banjar.

Berhimpun Majukan Budaya Melayu

Siak, Riau - Gemerlap cahaya lampu menambah kemeriahan pembukaan acara Festival Siak Bermadah (FSB) XIV di pelataran Gedung LAMR Siak, Senin (10/10) malam. Para duta-duta seni baik dari dalam dan luar negeri siap unjuk kebolehan di ajang bergengsi tahunan ini.

Gubernur Riau Ir Arsyadjuliandi Rachman MBA mengatakan, budaya merupakan identitas bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini nantinya jadi warisan anak cucu kita kelak.

Disadari atau tidak, kata Gubri, ia sangat memahami bahwa kuatnya intervensi budaya asing, mewarnai budaya Indonesia. Sebab itulah perlu kiranya semua pihak menjaga warisan budaya ini.

“Adanya FSB merupakan eksistensi budaya Melayu yang sampai kini masih terjaga dan dilestarikan,” kata Gubernur, di sela-sela pembukaan.

Hadir dalam pembukaan itu, Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi, Konsulat Malaysia di Pekanbaru, unsur Forkopimda, pejabat di lingkungan Pemprov Riau dan Pemkab Siak, perwakilan dari negara Singapura, Malaysia, dan Thailand, tokoh masyarakat dan pegiat seni budaya.

Diakui Gubri, FSB telah banyak diapresiasi negara tetangga dan provinsi di tanah air. Perkembangan budaya sebagai pendukung, merupakan harapan yang diwujudkan.

Ia menyebut, Riau sebagai tumpah darah Melayu, akan senantiasa menjunjung dan melestarikan budaya Melayu. Terlebih lagi di Siak, dengan Siak The Trully Malay, menjadi spirit kemajuan Melayu ke depannya. Karena itu, Gubernur tak segan-segan mengajak pemkab, dan semua elemen untuk sama-sama memajukan budaya dan seni Melayu ini. “Saya ucapkan selamat datang para peserta di Bumi Lancang Kuning,” ucap Gubernur. Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi menambahkan, walau teritorial beda, namun identitas budaya tetap menyatukan karena masih satu rumpun bangsa.

“Cita-cita ini terus kita bina, sejalan dengan spirit kesatuan dan persatuan,” ujarnya.

Provinsi Riau sebagai Home Land of Malay menjadi spirit agar senantiasa menjunjung tinggi nilai seni budaya untuk melestarikan pusat kebudayaan Melayu yang ada di Riau. Pemkab Siak sengaja menjemput Gubri, untuk menyaksikan kegiatan kebudayaan baik dalam maupun luar negeri, bertujuan merekat persatuan bangsa.

“Di Negeri Siak kita berhimpun bersama majukan budaya Melayu,” katanya.

Kadisparpora Hendrisan SSos MS menambahkan, peran penting menempatkan Siak sebagai destinasi wisata Melayu. sesuai dengan tema Adat Dijunjung Budaya Disanjung,” katanya

Festival Tjimanoek, Ajang Menggaet Wisatawan

Indramayu, Jabar - Budaya dan produk unggulan Kabupaten Indramayu disajikan kepada khalayak dalam Festival Tjimanoek tahun 2016 ini. Pergelaran yang dipastikan menjadi agenda tahunan ini diyakini dapat mengungkit jumlah wisatawan ke daerah di pantai utara Jawa Barat itu.

Festival yang dilaksanakan di ”kota mangga” itu diselenggarakan terkait dengan Hari Jadi Ke-489 Kabupaten Indramayu.

Salah satu rangkaian Festival Tjimanoek yang mengangkat seni budaya daerah adalah pawai 1.000 gadis ngarot. Pawai yang identik dengan gadis berkebaya, mengenakan riasan, serta bermahkota bunga itu disambut antusias ribuan wisatawan lokal dan luar Indramayu, Minggu (9/10/2016).

Pengunjung yang kebanyakan datang bersama keluarga memadati jalan protokol Indramayu sejak pagi hingga siang hari. Mereka berebut tempat ternyaman untuk menangkap wajah ayu gadis ngarot. Tak sedikit wisatawan yang harus memanjat pagar demi memotret pawai itu. Kemacetan lalu lintas pun sempat terjadi.

”Upacara ngarot sekarang lebih meriah. Banyak orang luar Indramayu yang datang. Dulu, 1980-an, ngarot tidak seramai ini,” ujar Sri Indah (65), warga Indramayu yang datang bersama anak dan dua cucunya.

Upacara ngarot yang ditandai penaburan benih padi oleh perempuan ke sawah merupakan tradisi asal daerah Lelea, Indramayu, sejak abad ke-16 Masehi.

Namun, dua tahun terakhir dalam perayaan Hari Jadi Indramayu, tradisi yang diikuti oleh pelajar dari sejumlah desa di Indramayu tersebut disajikan di pusat kota.

”Begini cara kami memberitahu kepada wisatawan tentang potensi Indramayu dalam seni budaya,” ujar Bupati Indramayu Anna Sophanah di sela-sela pawai 1.000 gadis ngarot. Seni budaya khas Indramayu, lanjut Anna, menjadi modal menarik wisatawan.

Dibandingkan tahun lalu, menurut Anna, festival kali ini lebih meriah karena diikuti delapan kabupaten dan kota, antara lain Kota Bogor dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Daerah-daerah itu juga menampilkan seni budaya khas masing-masing.

”Mereka tertarik dengan potensi Indramayu dan ingin ikut berpartisipasi,” ujarnya.

”Pawai ngarot ini sebagai tanda untuk mengharapkan Indramayu dalam kondisi subur. Makanya, ada 1.000 gadis. Festival Tjimanoek ini bukan tanpa makna,” tambah Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Indramayu Odang Kusmayadi.

Gedong gincu

Selain arak-arakan 1.000 gadis ngarot, sekitar 3 ton mangga gedong gincu, komoditas unggulan Indramayu, juga dibagikan kepada wisatawan.

Mangga-mangga itu dipikul ratusan pemuda yang mengikuti pawai. Ini untuk memperkenalkan mangga gedong gincu sebagai produk unggulan. Tahun 2015, produksi mangga gedong gincu di Indramayu lebih dari 71 ton.

Menurut Odang, sejak pertama kali Festival Tjimanoek mulai diselenggarakan tahun 2015, jumlah wisatawan yang datang ke Indramayu semakin meningkat. Festival yang digelar dua pekan lebih itu dinilai dapat membuat wisatawan tinggal lebih lama di Indramayu.

Berdasarkan data statistik daerah Indramayu, pada 2014 tingkat hunian hotel mencapai 71 persen. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2012 yang hanya 67 persen.

”Dalam catatan kami, tahun 2015 wisatawan mencapai sekitar 500.000 orang. Tiga tahun sebelumnya hanya berkisar 200.000 wisatawan,” ujar Odang.

Angka itu memang masih lebih rendah dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon yang lebih dari 600.000 orang pada tahun 2015, dan ke Kabupaten Kuningan yang mampu mencapai lebih dari 1 juta wisatawan pada tahun yang sama.

Odang menyebutkan, lokasi Indramayu tidak strategis karena sekadar dilalui pengendara. Apalagi, beroperasinya Jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) membuat pengendara tidak lagi melintasi jalur pantura.

Padahal, Indramayu yang berjarak sekitar 3 jam perjalanan menggunakan mobil dari Ibu Kota Jakarta memiliki kekayaan seni budaya seperti upacara mapag sri untuk menyambut musim panen dan nadran, upacara sedekah di laut oleh nelayan.

Selain itu, wisata alam juga tersedia, seperti Pulau Biawak, wisata mangrove Karangsong, dan Pantai Tirtamaya yang menjadi salah satu arena PON Jabar 2016.

Agenda tahunan

Odang menegaskan, Festival Tjimanoek akan menjadi agenda tahunan dan program unggulan Indramayu dalam menarik wisatawan.

”Selanjutnya, kami akan lebih gencar mempromosikan ini untuk menarik minat wisatawan mancanegara,” ujar Odang, yang mengakui minimnya wisatawan mancanegara berkunjung ke Indramayu.

Karena itu, pihaknya berupaya menambah rangkaian acara yang menjadi ciri khas Indramayu.

Selain pawai ngarot, Festival Tjimanoek juga berisi antara lain kirab dan pameran pusaka peninggalan Raden Arya Wiralodra, pendiri Indramayu, serta parade wayang dolanan. Pusaka berumur ratusan tahun itu hanya dipamerkan dan diarak setahun sekali, yakni saat ulang tahun Indramayu.

Festival Tjimanoek juga menjadi ajang untuk mendekatkan masyarakat setempat dengan Sungai Cimanuk yang membelah pusat kota Indramayu sebagai daerah hilir sungai. Di Taman Sungai Tjimanoek, misalnya, dilaksanakan festival kali bersih. Sejumlah kegiatan lain juga digelar di sekitar sungai.

Menurut Yohanto A Nugraha dari Dewan Kesenian Indramayu, seni budaya Indramayu seharusnya tidak hanya ditampilkan secara momentum, tetapi juga diajarkan kepada generasi muda Indramayu.

”Perayaan Hari Jadi Indramayu sudah dimulai tahun 1977. Namun, setiap tahun selalu sama, sajian seni budaya hanya instan,” ujarnya.

Pertahankan Keragaman Budaya Lewat Festival Keraton Nusantara 2016

Kutawaringin, Kalteng - Penyelenggaraan Festival Keraton Nusatara (FKN) X 2016 sebagai upaya mempertahankan kebhinekaan dan keragaman budaya bangsa. Nilai-nilai persatuan dan kesatuan dikalangan kerajaan dan kesultanan Nusantara menjadi sarana menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Perpecahan dan silang pendapat dikalangan para elit politik terus terjadi tiada henti mengakibatkan rakyat menjadi korban. Kondisi tersebut musti diselamatkan dan diharapkan pelaksanaan FKN tahun ini memberikan penyadaran bagi kita semua untuk tetap menjaga kebhinekaan dan keragaman budaya bangsa sebagai sarana mempersatu bangsa dan negara kita,” ujar Menteri Luar Kesultanan Kutawaringin Pangkalan Bun, Pangeran Muasdjidinsjah, selaku Ketua Pelaksana FKN X 2016, Senin (10/10/2016) petang di Istana Inderasari Keraton Lawang Kuning, Bukit Indera Kencana, Pangkalan Bun, Kutawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Perhelatan FKN yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali, menurut Muasdjidinsjah, menjadi sarana mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan dikalangan raja dan kesultanan diseluruh Indonesia maupun negara serumpun (Melayu). Melalui FKN pula, berbagai informasi tentang segala hal dalam mempertahankan budaya kerajaan dan kesultanan yang semakin tersisihkan dunia politik dapat dipertahankan.

Sementara Sekjen Forum Komunikasi Informasi Keraton se-Nusantara (FKIKN), GR Kanjeng Ratu Wandansari, mengatakan FKN X 2016 yang dipusatkan di Istana Kuning dan Lapangan Sampuraga, Pangkalan Bun, Kutawaringin Barat, Kalimantan Tengah diikuti 43 kerajaan dan kesultanan dari seluruh Indonesia, juga kesultanan negara serumpun dari Singapura dan Malaysia.

“Pelaksanaan FKN ke 10 tahun (2016) ini dianggap sebagai ajang membangkitkan semangat kebinekaan atau keberagaman budaya bangsa, karena dalam perhelatan ini terdapat beragam budaya dari masing-masing kerajaan atau kesultanan yang dibingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tengah didera berbagai permasalahan perpolitikan,”: ujar Wandasari.

Pelaksanaan FKN X 2016 tanpa dihadiri pihak dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ataupun badan dan lembaga yang mewakili. Bahkan Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran yang sedianya membuka diwakili Asissten I, Ketut Widi Wirawan.

Perhelatan FKN X 2016 dimulai dengan Kirab Pasukan Kerajaan dari 43 peserta pada pukul 15.00 WIB yang dilepas langsung Sultan Kutaringin XV Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah, dari Lapangan Sampuraga. Dari Lapangan Sampuraga Kirab Pasukan Kerajaan menyusuri Jalan Sutan Syahrir, Hasanuddin dan Jalan Pangeran Antasari, untuk kemudianberakhir di Lapangan Tugu Taman Istana Kuning.

Pada FKN X 2016 Jawa Barat dipimpin Ketua Delegasi Wahyu Iskandar, membawa perwakilan dari Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan dan Keprabonan. “Tahun ini kita melihat dan mempelajari apa-apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan (FKN), karena tahun depan (2017) Jawa Barat yang akan menjadi tuan rumah,” ujar Wahyu Iskandar yang juga menjabat Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat.

Pelajari Budaya Yogyakarta, Turis Jepang Kelilingi Candi Borobudur dan Keraton

Yogyakarta - Wisatawan Jepang menjadi salah satu target terbesar bagi pariwisata Indonesia. Oleh karenanya, beragam pemahaman tentang destinasi dan budaya Indonesia mulai diperkenalkan.

Setelah menghabiskan empat hari di Bali, 17 travel agent yang diundang Kementerian Pariwisata Indonesia dibawa menjelajahi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika di Bali mereka pergi ke Ubud, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Gianyar dan Jimbaran. Di Yogyakarta mereka diajak mengunjungi Candi Borobudur yang ada di Magelang.

Meski candi Buddha tersebut berada di Magelang, namun pintu masuk wisatawan lebih sering dari Yogyakarta. Sebab, jarak dari Yogyakarta ke Candi Borobudur hanya sekira satu jam saja.

"Memang melelahkan menaiki tangga ke Candi Borobudur. Tapi pemandangannya luar biasa indah," ungkap Oogata Toshiyuki, peserta asal Sapporo, Jepang, belum lama ini.

Setelah puas mengunjungi Candi Borobudur, para peserta sempat merasakan makan malam di restoran yang terletak di kawasan Keraton Yogyakarta. Perjalanan di Kota Pelajar ini pun kembali dilanjutkan dengan mengunjungi Keraton pada keesokan harinya.

Tanpa sungkan, mereka mengajukan berbagai pertanyaan seputar Keraton Yogyakarta. Mulai dari pertanyaan tentang kediaman Sri Sultan Hamengkubuwono X hingga perkakas kasultanan yang digunakan sejak ratusan tahun lalu.

Staf Ahli Wali Kota Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota Yogyakarta, Bejo Suwarno mengatakan, kedatangan famtrip (familiarization trip) ini dapat memperkuat Yogyakarta sebagai kota pariwisata berbasis budaya.

"Saya berharap peserta memahami budaya Yogyakarta, terutama di kawasan wisata keraton sehingga bisa merasakan langsung atmosfer Yogyakarta dan terkenang akan kenyamanan kota ini," ujar Bejo kepada Okezone di Yogyakarta baru-baru ini.

Bejo melanjutkan, acara wisata pengenalan ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan Jepang ke Yogyakarta. Meski kunjunga wisatawan Jepang ke Yogyakarta tak sebanyak wisatawan dari negara-negara Eropa, namun Bejo yakin wisatawan Jepang sangat potensial untuk kota ini.

Pasalnya, baik Jepang secara keseluruhan maupun Yogyakarta memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menjunjung tinggi budaya.

Banyaknya budaya yang ditawarkan Yogyakarta kepada wisatawan, mulai dari belajar membatik, melihat budaya keraton, hingga bermain permainan tradisional seperti egrang dan bakiak, dianggap sebagai cara untuk memperkenalkan budaya Indonesia.

Belajar membatik pun dilakukan di Batik Raradjonggrang. Para peserta dengan semangat yang tinggi mencoba menggerakkan canting mengikuti pola yang sudah tergambar di atas kain. Dengan dua pola yang disediakan, yakni kupu-kupu dan gajah mereka dapat menyelesaikannya dengan cepat.

Usai membatik, para wisatawan yang berasal dari Sapporo, Osaka dan Tokyo ini juga diperkenalkan pada wisata holtikultura Omah Kecebong yang terletak di Sleman. Di sini, mereka disugui berbagai macam kuliner khas Jawa seperti gudeg, singkong goreng, es dawet ireng, hingga jamu beras kencur. Para peserta pun sempat diajak berjalan-jalan menggunakan gerobak yang ditarik dua ekor sapi.

Sekadar diketahui, kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia yang terus meningkat membuat pemerintah gencar melakukan promosi melalui acara famtrip. Tahun ini, sebanyak 550 ribu wisatawan Jepang diharapkan berkunjung ke Indonesia.

Eksistensi Kerajaan & Kesultanan di Nusantara Harus Dijaga

Kutawaringin Barat - Perhelatan tahunan Festival Keraton Nusatara (FKN) X 2016 bukan hanya mempertunjukan eksistensi setiap kerajaan dan kesultanan yang masih ada. Nilai-nilai dan spirit kerajaan dan kesultanan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus lebih diutamakan.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Wahyu Iskandar mengungkapkan, masih eksisnya kerajaan dan kesultanan di tanah air menunjukan bahwa nilai-nilai kekeluargaan dan kekerabatran dalam kerajaan atau kesultanan masih terjaga.

“Hal ini pula yang harus ditunjukan pada masyarakat luas, bahwa meski sudah berusia ratusan tahun pihak keluarga dan masyarakat pendukungnya masih menjaga keberadaan kerajaan dan kesultanan berikut pemimpinya, raja dan sultan,” ujar Wahyu, yang juga menjadi Ketua Delegasi Jawa Barat pada FKN X 2016 yang berlangsung di Istana Inderasari Keraton Lawang Kuning, Bukit Indera Kencana, Pangkalan Bun, Kutawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin 10 Oktober 2016.

Ia menuturkan, nilai-nilai luhur yang hingga kini masih dijaga dan dirawat oleh pihak kerajaan atau kesultanan tak hanya berupa warisan harta kerajaan dan kesultanan, tapi berupa kebiasaan dan budaya. “Kerajaan maupun kesultanan selama ini dianggap sebagai pusat segala aktivitas sosial kemasyarakatan yang dihuni berbagai etnis dengan latar belakang, budaya, agama, yang berbeda, warisan dan tradisi inilah yang harus dipertahankan saat ini,” kata Wahyu.

Pada FKN X 2016 yang akan berakhir Rabu 12 Oktober 2016, Jawa Barat diwakili Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Keprabonan. Untuk pelaksanaan tahun 2017 mendatang FKN dipastikan akan diselenggarakan Cirebon.

“Pada tahun 1997 pelaksanaan FKN II diselenggarakan di Cirebon dan dibuka oleh Wakil Presiden Tri Sutrisno. Tahun 2017 pada FKN XI mendatang rencananya akan kembali diselenggarakan di Cirebon pada 1-5 September 2017,” ujar Wahyu.

Selain mengikuti tradisi Kirab Prajurit Keraton pada FKN X 2016, keraton dan kesultanan perwakilan dari Jawa Barat juga memamerkan barang koleksi keraton dan kesultanan. Selain itu dalam pegelaran seni budaya menampilkan Tari Topeng Klana dan Tari Puteri Caruban Larang.

Pemuda Kurang Bangga Terhadap Bahasa Indonesia

London, Inggris - Sejumlah pakar mengamati kehidupan pemuda saat ini kurang bangga terhadap bahasa Indonesia. Hal ini ditandai dengan kebiasaan mereka memakai sejumlah istilah asing yang sebenarnya bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kebiasaan ini dinilai sebagai gejala melunturnya penggunaan bahasa Indonesia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, Prof E Aminudin Aziz, mengatakan, pegiat bahasa Indonesia perlu dukungan pemerintah untuk mempertahankan tradisi menggunakan bahasa asli Tanah Air tersebut dalam percakapan sehari-hari. "Harus semakin digiatkan," ujarnya dalam diskusi Indonesia Kontemporer (Ikon) di School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London, Inggris, pekan lalu.

Ikon 2016 merupakan festival promosi seni dan budaya Indonesia yang diselenggarakan sebanyak enam kali sejak 2011. Kali ini diselenggarakan di SOAS London, salah satu kampus terbesar di Inggris yang memiliki kajian Indonesia dan Melayu. Tahun ini, kegiatan tersebut mengusung tema "How the world is inspired by the Indonesian art and culture". Acara ini dihadiri sekitar 2.000 orang pencinta Indonesia di Inggris.

Aminuddin pernah membuat penelitian mengenai judul program televisi dan iklan selama sepekan, mulai September hingga Oktober 2013. Hasilnya, ada 80 judul acara yang menggunakan bahasa asing.

Iklan di pinggiran jalan juga banyak yang menggunakan bahasa asing. Papan reklame menggunakan istilah, seperti join now, good choice, the next major, dan banyak lagi. "Kita ini bukan berada di jalan sekitar Oxford, tapi Indonesia," ujarnya dalam acara tersebut.

Iklan tersebut bertujuan untuk memasarkan produk tertentu. Ada juga yang mempromosikan figur untuk dipilih dalam ajang pemilihan kepala daerah. Iklan tersebut dapat dilihat pada sejumlah ruas jalan utama yang dilewati jutaan orang setiap harinya.

Guru Besar Kajian Indonesia dan Melayu SOAS, Univerity of London, Dr Ben Murtagh, mengatakan, ada banyak pengunaan kata asing, khususnya bahasa Inggris, pada buku atau novel terbitan Indonesia. Dia mengatakan, seharusnya banyak padanan kata dalam bahasa Indonesia yang bisa menjadi penggantinya. Namun, mau atau tidak, ia menjelaskan, bahasa itu berkembang dan saling memengaruhi seperti dalam konsep lingua franca.

Dia mengatakan, ada saja penggunaan bahasa asing dalam literasi, sebagaimana ditemukannya dalam sejumlah buku berbahasa Indonesia. Penggunaan tersebut menandakan bahasa asing semakin memengaruhi bahasa Indonesia.

Saling memengaruhi, menurutnya, adalah hal wajar dalam interaksi budaya dan peradaban. Ketika mengetahui dan memahami kebudayaan asing, tidak menutup kemungkinan budaya tersebut diterapkan dalam keseharian di negeri sendiri.

Sementara, Pemilik Sekolah dan Penguji Bahasa Indonesia, Cambridge International Exam, Geoff Roberts, menjelaskan, gejala pelunturan bahasa Indonesia tidak bisa dibendung, tetapi kalau ada padanan kata seharusnya bisa dipakai. Penggunaan bahasa sendiri dalam literasi ataupun percakapan diperlukan sebagai identitas.

Masyarakat dinilainya perlu mendalami khazanah bahasa Indonesia lebih baik lagi. Mereka perlu menggali kosakata yang mungkin sudah jarang digunakan. Kosakata tersebut dapat kembali diterapkan dalam percakapan sehari-hari.

Dia mengatakan, gejala melunturnya penggunaan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga sudah merambah ke daerah perdesaan. Bukan hanya pada ranah bahasa lisan-informal, melainkan juga pada bahasa tulis-formal. Padahal, sejatinya bahasa Indonesia dapat menjadi bagian dari jati diri bangsa Indonesia.

Hal ini menandakan masyarakat di perdesaan sudah mulai menggunakan istilah asing dalam percakapan sehari-hari. Istilah itu mereka campur dalam kalimat yang mereka lontarkan dalam percakapan sehari-hari.

Festival Siak Bermada Internasional Digelar di Riau

Pekanbaru, Riau - Pemerintah Kabupaten Siak di Riau menggelar Festival Siak Bermada Internasional yang dihadiri Negara Serumpun Melayu. Pelaksanaan pergelaran seni dan budaya ini untuk memperat silaturahmi sesama negeri Serumpun Melayu.

Festival Siak Bermada (Berdendang) dibuka, Senin (9/10/2016) malam di Kota Siak Sri Indrapura Ibu Kota Kabupaten Siak. Yaitu sekitar 120 km arah timur dari Pekanbaru. Acara ini dibuka Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman yang dihadiri Konsulat Malaysia di Pekanbaru.

Festival Siak Bermada ke XIV ini, baru kali ini melibatkan negara Serumpun. Hadir dalam acara ini negara tetangga, Malaysia, Singapura dan Thailand. Selain itu, hadir juga sejumlah provinsi dari Kalimantan Barat, Lampung, Bengkulu, Kepri dan Sumatera Utara.

Menurut Bupati Siak, Syamsuar, pelaksanaan ini untuk memperat silahtuhrahmi dengan negara tetangga. Festival ini akan menyelanggarakan tarian zapin internasional, lomba syair, langgam Melayu dan tari kreasi. Sebelumnya, festival ini hanya diikuti utusan kecamatan di Siak, namun belakangan digugah melibatkan provinsi tetangga dan negara tetangga.

"Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran peserta negeri jiran dan sejumlah provinsi dalam negeri. Ini sebagai wadah pergelaran seni dan budaya, dan kita dulunya satu kebudayaan yang sama," kata Syamsuar dalam sambutannya dalam pembukaan acara tersebut.

Festival Siak Bermada, lanjut Syamsuar, juga dilaksanakan untuk memperingati hari jadi Kabupaten Siak yang ke 17 yang jatuh setiap 12 Oktober. Festival Siak Bermada akan berakhir pada 14 Oktober.

"Festival Siak Bermada ini sebagai langkah dalam memperkanalkan wisata sejarah yang ada di Siak dan umumnya di Riau," lanjut Syamsuar.

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, Festival Siak Bermada membuat masyarakat tidak melupakan akar sejarah panjang akan berdirinya Kerajaan Siak. Kerajaan Siak erat kaitannya dengan Kerajaan Malaka di Malaysia.

"Sampai kapanpun sudah kewajiban kita untuk mengingat tali sejarah yang panjang tentang Kerajaan Siak Sri Indrapura. Sejarah panjang ini tentunya akan kita kenang sampai akhir hayat," kata Andi Rachman begitu sapaan akrabnya Gubernur Riau tersebut.

Untuk sekedar diketahui, di Kota Siak ini masih berdiri kokoh Istana Siak dengan gaya arsitektur Eropa dan Melayu yang dibangun tahun 1889 silam. Istana Siak dengan bangunan dua lantai ini, pernah dikunjungi Ratu Belanda, Wilhelmina.

Selain Istana Siak yang masih kokoh berdiri, masyarakat juga bisa menjumpai kapal milik kerajaan Siak yang pernah dibawa berlayar ke liling Eropa. Dalam Istana Siak juga ada Komet sebuah alat musik tua buatan Jerman yang konon hanya ada dua di dunia ini. Hingga sekarang alat musik yang usianya lebih 100 tahun hingga kini masih bisa difungsikan memutar piringan besar dengan lagu-lagu Eropa.

Sultan Siak ke 12 atau yang terakhir dalam sejarah pernah menyumbang emas tiga gantang dan uang 3 juta golden saat Indonesia menyatakan kemerdakaan dari penjajah. Pemberian bantuan emas dan uang ini diserahkan Sultan Siak ke 12, Sultan Syarif Kasim II kepada Presiden Soekarno di Kraton Yogyakarta.

Mari Melihat Kampong Bansir dengan Tradisi Saprahannya

Pontianak, Kalbar - Sepanjang 100 meter lebih sajian makanan membentang di Gang Ramadhan, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat, Sabtu (8/10/2016). Di bagian sisi kiri dan kanan, para tamu duduk lesehan untuk menikmati makan saprahan.

Saprahan yang digelar warga Bansir Laut ini merupakan rangkaian peluncuran inovasi kelurahan itu sebagai Kampung Budaya dengan tagline ‘Mari Melihat Kampong Bansir dengan Budaya Lokalnya’ (Mampir Yok).

Saprahan dalam adat istiadat melayu berasal dari kata “saprah” yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan atau bersila di atas lantai dengan bentangan memanjang.

Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyambut baik inisiatif warga menggelar saprahan sebagai bentuk pelestarian budaya Kota Pontianak. Ia meminta tradisi ini terus dipertahankan dan lebih dikenalkan kepada semua kalangan, tak terkecuali generasi muda.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak untuk mengenalkan budaya saprahan di kalangan muda adalah menggelar lomba saprahan tingkat pelajar SMA sederajat.

“Tahun depan saprahan juga mulai dilakukan tingkat pelajar SMP. Golongan tua juga hendaknya melestarikan kebiasaan makan saprahan ini,” ujarnya, di Pontianak, Sabtu (8/10/2016).

Menurut Sutarmidji, saprahan juga identik dengan Muharram yakni bulan Safar, dengan tradisi robok-robok. Meski serupa, namun saprahan lebih tertata dan ada tata tertibnya.

Saprahan, jelas Sutarmidji, memiliki filosofi sangat dalam dan terkandung nilai-nilai kebaikan, terutama untuk kebersamaan, di mana harus ada pemimpin dalam acara makan bersama itu. “Bagaimana seorang kepala saprah tidak boleh berhenti sebelum anggota saprahan berhenti. Itu menunjukkan bahwa pemimpin itu harus mengayomi,” jelasnya.

Bila makan bersama dalam saprahan ini terus dipertahankan dan ditumbuhkembangkan, Sutarmidji yakin karakter masyarakat Kota Pontianak akan lembut dan lebih toleran.

Sutarmidji mengungkapkan, saprahan ini akan dibukukan oleh Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) yang ditulis oleh Safaruddin. Dalam buku itu, akan mengulas berbagai model saprahan sesuai asal muasal daerahnya. Saprahan Pontianak, Sambas, Sintang, Ngabang dan sebagainya diulas secara detil dalam buku tersebut.

“Semua saprahan antara daerah satu dengan lainnya berbeda-beda. Ini nanti dibukukan supaya orang mengetahui model saprahan sesuai asal daerahnya. Misalnya, model saprahan Sambas dengan Pontianak beda. Kalau di Sambas itu ditempatkan dalam satu wadah untuk empat orang, tetapi kalau di Pontianak model memanjang,” paparnya.

Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menambahkan, Pemkot sangat mengapresiasi setiap kegiatan masyarakat untuk melestarikan budaya yang ada di wilayahnya masing-masing.

Ia berharap, warga Kampung Bansir tetap mempertahankan masakan khasnya, baik itu untuk sajian makanan saprahan maupun kue-kue tradisional. Dengan demikian, bisa menambah nilai khasanah budaya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang ke Kampung Bansir menikmati sensasi makan saprahan.

“Ini harus dijadikan suatu kebudayaan yang harus dipertahankan dan dilestarikan. Selain itu juga sebagai bagian dari penataan wajah Kota Pontianak terutama waterfront. Semoga suasana Kampung Bansir ini dengan adat dan budayanya tidak berubah oleh zaman,” ucap Edi.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak, Hilfira Hamid menuturkan, saprahan yang digelar ini merupakan bagian dari launching Kampung Bansir sebagai Kampung Budaya.

Di Kampung Budaya ini, para wisatawan atau tamu dari luar yang tertarik melihat budaya Melayu di Pontianak seperti saprahan, kerajinan-kerajinan khas, bisa berkunjung ke Kampung Bansir ini.

“Siapa pun yang ingin melakukan saprahan dan kapan pun waktunya, bisa difasilitasi dan dilayani di Kampung Budaya dengan catatan dua hari sebelumnya sudah melakukan booking dengan menyebut jumlah peserta yang minta disediakan makan bersama secara lesehan ini. Minimal empat orang, akan dilayani makan saprahan di sini,” terangnya.

Hilfira menyebutkan, Kampung Budaya ini bisa menjadi aset khususnya bidang budaya. Pihaknya juga melakukan promosi Kampung Budaya ini melalui PHRI dn Asita sebagai destinasi pilihan bagi wisatawan yang ingin menikmati saprahan atau melihat kerajinan khas warga setempat.

“Makanya, kami juga mengundang dari PHRI dan Asita untuk mengenalkan kepada mereka supaya mereka bisa membawa tamu-tamu mereka ke sini,” kata Hilfira.

Jadi Jati Diri Bangsa, Jambi Konsisten Lindungi Seni Budaya Etnis

Jambi - Gubernur Jambi Zumi Zola menegaskan, Pemerintah Provinsi Jambi menjamin dan mendukung upaya-upaya pelestarian seni-budaya berbagai etnis atau suku yang ada di daerah itu. Dukungan itu diberikan karena seni-budaya berbagai etnis yang ada di Jambi merupakan aset budaya nasional yang harus terus dipelihara agar jangan sampai punah. Melalui dukungan pemerintah daerah tersebut, segenap warga masyarakat dari berbagai etnis di Jambi memiliki pegangan maupun semangat untuk terus melakukan berbagai upaya pelestarian seni-budaya yang mereka bawa dari kampung halaman masing-masing.

“Nah, etnis Batak Simalungun di Jambi juga memiliki seni-budaya yang unik, khas yang tidak dimiliki etnis lain di Jambi. Keunikan seni-budaya Simalungun tersebut juga menjadi aset seni - budaya daerah Jambi dan nasional. Seni-budaya daerah tersebut menjadi jati diri, warna asli masyarakat kita yang tidakboleh luntur oleh gempuran globaliasi. Karena seperti yang saya lakukan terhadap etnis atau suku-suku lain di Jambi, saya juga mendukung sepenuhnya agar masyarakat Simalungun Jambi tetap melestarikan seni-budaya mereka di Jambi. SeniMelalui pelestarian seni-budaya yang dilakukan,” kata Zumi Zola kepada wartawan seusai pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partuha Maujana Simalungun (Paguyuban Masyarakat Simalungun) Provinsi Jambi di Gedung Olah Seni Kotabaru, Kota Jambi, Minggu (9/10) malam.

Pelantikan DPD Partuha Maujan Simalungun (PMS) Provinsi Jambi itu dilakukan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PMS yang juga anggota Komisi III DPR RI, Marsiaman Saragih. Pangurus DPD PMS Jambi yang dilantik, Awal Juni Darwan Damanik (Ketua), Syamsudin Purba (Sekretaris), Laden Sipayung (Bendahara) dan puluhanpengurus lainnya.

Turut hadir pada pelantikan DPD PMS Jambi tersebut, Kapolda Jambi, Irjen Pol Yazid Fanani, Kepala Kejaksaan Tinggi Jambi dan Erbindo Saragih. Pelantikan DPD PMS Jambi yang dihadiri sekitar 750 orang warga Simalungun Jambi dimeriahkan penampilan artis Simalungun dari Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Intan Saragih, artis Batak Jambi, JKR Trio dan Tim Kesenian Pemuda Simalungun Jambi.

Pada kesempatan tersebut, tokoh masyarakat Simalungun Jambi menyematkan pakaian adat Simalungun kepada Gubernur Jambi, Zumi Zola dan Kapolda Jambi, Irjen Pol Yazid Fanani.

Menurut Zumi Zola, pelestarian seni-budaya daerah Simalungun di perantauan tidak bisa hanya dilakukan kalangan orangtua agar seni-budaya tersebut tidak sampai punah. Nilai-nilai kebudayaan yang merupakan jati diri masyarakat Simalungun tersebut juga perlu diwariskan kepada generasi muda Simalungun di Jambi. Pewarisan nilai-nilai budaya itu menjadi benteng pertahanan agar seni-budaya Simalungun di perantauan tidak luntur akibat globalisasi.

Pemprov Jambi dan segenap masyarakat Jambi, lanjut Zumi Zola, menghargai semua suku dan etnis di Jambi karena daerah itu dibangun dari semua suku dari dulu sampai kini. Semua suku itu terikat secara erat dalam ikatan kekeluargaan, persaudaraan karena mereka satu tujuan, yaitu ingin maju. Baik itu kemajuan itu dalam pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.

Menurut Zumi Zola, di tengah kesulitan dana pembangunan saat ini, pembangunan di Provinsi Jambi hingga kini membutuhkan dukungan semua kalangan dan lapisan masyarakat. Pembangunan Jambi tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah, tetapi butuh dukungan semua kalangan, termasuk warga Simalungun di Jambi.

"Saya berharap, semangat keberagaman terus bisa terjaga dan menjadi contoh karena Tuhan menciptakan perbedaan adalah untuk bersatu, bukan untuk terpecah. Ikatan-ikatan atau himpunan suku di Provinsi Jambi ibarat warna-warna yang berpadu menghasilkan kombinasi warna yang sangat indah bak pelangi. Karena itu saya harapkan agar PMS Jambi menjadi simpul strategis dalam pencapaian visi dan misi pembangunan Provinsi Jambi,”ujarnya.

Diungkapkan, seorang warga Simalungun yang telah membangun pondasi seni – budaya Jambi, tambah Zumi Zola, yakni Taralamsyah Saragih yang mengabdi sebagai pegawai negeri sipil di Jambi sejak tahun 1970-an. Almarhum Taralamsyah Saragih sudah benyak menciptakan lagu dan tarian daerah Jambi. Salah satu, tarian Sekapur Sirih untuk menyambut tamu yang hingga kini masih lestari.

“Warga masyarakat Simalungun di Jambi juga hingga kini banyak berkontribusi untuk pembangunan Jambi sebagai pegawai pemerintah, guru, pengusaha, pedagang dan sebagainya,”katanya.

Zumi Zola mengharapkan, segenap pengurus DPD PMS Jambi konsisten dan serius menjaga dan melestarikan kebudayaan Batak Simalungun di Jambi karena seni-budaya Simalungun yang unik tersebut aset kebudayaan bangsa. Seni budaya SImalungun di Jambi tidak hanya disukai dan dicintai masyarakat Simalungun, tetapi juga disukai dan dicintai berbagai etnsi lain di Jambi.

“Pemprov Jambi menyambut baik program – program pembangunan seni-budaya PMS Jambi di masa mendatang. Karena itu kami harapkan agar segenap pengurus PMS Jambi bekerja terus membuat program-program pelestarian budaya daerah ini,”katanya.

Sementara itu, Ketua DPP Partuha Maujana Simalungun, Marsiaman Saragih pada kesempatan tersebut mengatakan, Partua Maujana Simalungun atau pemangku adat dan cendekiawan Simalungun di seluruh Indonesia terus menghimpun kebersamaan untuk membangun kembali seni - budaya Simalungun yang semakin tergerus budaya modern. Karena itu DPP PMS membentuk perwakilan di daerah-daerah.

“Partuha Maujana Simalungun sudah berdiri sejak 1961 dari daerahSimalungun hingga Jakarta. Tetapi PMS di Jambi baru terbentuk saat ini. PMS ini menghimpun kembali masyarakat Simalungun di rantau yang selama ini nyaris tercerai-berai akibat tidak adanya organisasi yang menaungi mereka,”katanya.

Marsiaman Saragih berharap agar Partuha Maujana Simalungun Provinsi Jambi bisa bersinergi dengan para pemangku adat di Provinsi Jambi. Masyarakat Simalungun di Jambi juga diharapkan terus mendukung program-progam pembangunan pemerintah di Jambi. Dengan demikian kehadiran seni-budaya dan masyarakat Simalungun semakin diterima masyarakat berbagai etnis lain di Jambi.

Exotica Borneo Kutai Timur Pukau Pengunjung Festival Kemilau Kaltim

Samarinda, Kaltim - Puluhan penari asal tiga Kecamatan di Kutai Timur (Kutim), memukau pengunjung Festival Kemilau Seni Budaya Kalimantan Timur (Kaltim) yang dihelat di Komplek Samarinda Convention Hall, Samarinda, Sabtu, 24 September 2016.

Mereka adalah penari binaan Lembaga Pembinaan Kebudayaan Daerah Kabupaten Kutai Timur (LPKDKKT) dari Desa Long Pejeng, Kecamatan Busang, Miau Baru, Kecamatan Konmbeng serta Long Noran dan Desa Juk Ayak dari Kecamatan Telen.

Ketua LPKDKKT Halidin Katung saat ditemui menjelaskan, keikutsertaan Kutim di ajang tahunan ini tak lain untuk memperkenalkan kekayaan budaya Kutim di tingkat regional.

Diiringi Sanggar Tari Buga Noran asal Kecamatan Telen. Sebanyak 30 personil dilibatkan pada kegiatan tersebut. Mulai dari penari, pemusik, pendamping yang mengatur kostum dan sound system serta penata rias.

Mereka menampilkan, sejumlah tarian dalam paweai budaya dan mengikuti lomba tari kreasi daerah pedalaman dan pameran expo pariwisata.

Salah satu tarian khas yang ditampilkan adalah “Exotica Borneo” dan tari “Bangen O Masau” atau tari untuk pesta panen raya.

“Momen ini sekaligus sebagai ajang promosi. Sebab didalam dan luar negeri even seperti ini kerap diikuti. Tujuannya adalah memperkenalkan dan mempromosikan budaya lokal. Salah satunya tarian khas suku dayak yang ada Kutim,” jelas Halid sapaan akrab Halidin Katung didampingi Sekretaris LPKDKKT Heldi Frianda

Selain promosi kekayaan budaya Kutim, target Festival Kemilau adalah mengangkat keluhuran nilai budaya yang berwujud dalam kesenian khas tradisional dari sejumlah Kecamatan di Kutai Timur.

Menurut Halid, dengan mengikuti berbagai even seni budaya, upaya melestarikan budaya sebagai bagian dari nilai kearifan lokal akan terus terjaga.

“Ini juga bagian dari mempertahankan tradisi. Kalau bukan kita sapa lagi?,” kata Halid, yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kutai Timur.

Menengok Topeng dan Barong Nusantara Saat World Culture Forum

Ubud, Bali - Penyelenggaraan hari pertama World Culture Forum (WCF) Senin 10 Oktober 2016, digelar Cultural Visit ke Rumah Topeng dan Wayang Setia Dharma (RTWSD) yang berlokasi di Jalan Tegal Bingin, Ubud, Bali.

Dalam rangkaian Cultural Visit di RTWSD, disajikan pertunjukan seni yang berasal dari beragam daerah di Indonesia seperti Papua dan Bali. Para peserta WCF pun dibuat terpesona dengan kekayaan seni budaya Indonesia. RTWSD dianggap mewakili seluruh keragaman budaya dan kesenian Indonesia.

Pimpinan RTWSD, Julian Qemal Pasya mengatakan, melalui WCF 2016, Indonesia bisa lebih memperkenalkan kekayaan budaya.

"Dengan adanya WCF 2016 ini untuk memperkenalkan budaya kita. Jadi, di Indonesia apa saja budayanya, ini lo yang kita perkenalkan kepada mereka," kata Qemal Senin malam, 10 Oktober 2016.

Tak hanya topeng dan wayang Indonesia, RTWSD pun menampikan koleksi dari berbagai penjuru dunia seperti Jepang, Eropa, dan Rusia.

"Koleksi pribadi lebih dari 5.500 wayang, mereka adalah wayang golek, kilit, dan suket. Sebagian besar (wayang) dari Indonesia tapi ada juga dari negara lain Jepang, Rusia, dan juga dari tanah Eropa. Tapi dari semua itu budaya kita lebih tinggi dari semua, lebih dari negara-negara lain," papar dia.

"Dari 5.500 wayang itu, ada lagi topeng, topeng dari wayang itu sendiri. Ada juga topeng-topeng dari daerah-daerah kayak Papua, Sumatera, Bali. Ini bukan tentang wayang saja tapi bagaimana orang-orang terdahulu menerjemahkan," sambung dia.

Kunjungan ke Rumah Topeng dan Wayang Setia Dharma (RTWSD) di Bali (Liputan6.com/ Devira Prastiwi)

Qemal menuturkan, RTWSD mulai berdiri sejak 1995. Tempat itu dibangun pengusaha Hadi Sunyoto yang peduli kesenian dan kebudayaan.

"Koleksi kita sejak tahun 1995, kita mulai mencari dari pinggir Indonesia, Asia, hampir seluruh dunia. Yang tertua ada, mungkin sampai 500 tahun usianya. Itu biasanya didapat dari makam, semacam topeng tembaga. Ada lagi yang dari kayu, dari Sulawesi dan Kalimantan, dan itu punya nilai magis tinggi," beber Qemal.

Ia menuturkan, RTWSD merupakan magnet bagi para pecinta seni di Ubud, Bali dan sekitarnya. Para seniman pun sering mengadakan acara di tempat tersebut.

"Semangat dari teman-teman budayawan mengangkat kita akhirnya menjadikan kita besar. Area di sini adalah untuk koleksi, ada 10 galeri disini, luasnya 1,4 hektare," kata Qemal.

Galeri tersebut pun memamerkan beragam kebudayaan. Tak hanya wayang, topeng, tapi juga barong. Koleksinya pun beragam. Beberapa di antaranya adalah barong Bali, Jawa, hingga Tiongkok. Selain menyaksikan ragam topeng dan barong, para peserta WCF mempelajari kebudayaan serta menikmati pertunjukan seni musik dan tari.

Warga Bonosari Gelar Tradisi Selamatan Bumi

Kebumen, Jateng - Warga Desa Bonosari, Kecamatan Sempor, Kebumen masih memang teguh adat dan tradisi yang yang diwariskan para leluhur. Salah satunya adalah tradisi selamatan bumi yang digelar setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa.

Selamatan bumi diawali dengan babat kuburan yakni bekerja bakti membersihkan makam para leluhur.Setelah itu, acara dilanjutkan dengan kenduren yang digelar secara bersamaan di empat RW di wilayah desa setempat. Doa bersama juga dilaksanakan di lokasi yang disebut panembahan adipati, tempat yang disakralkan warga desa setempat.

Selain kenduren, selamatan bumi dimeriahkan dengan pesta rakyat. Pada siang hari, kesenian kuda kepang menghibur warga desa. Sejumlah tamu undangan pada acara itu tampak antusias. Bahkan sebagian ikut menarik dengan para seniman kudang kepang.

Tidak cukup itu saja, pada malam harinya hiburan dilanjutkan dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk. Pergelaran wayang yang menghadirkan dalang Ki Sunarko Hadi Warsono dari Kutowinangun tersebut membedah lakon Semar Sang Pamomong. Seluruh warga tampak antusias mengikuti rangkaian tradisi yang setiap tahun dilaksanakan tersebut.

Kepala Desa Bonosari Darsono mengatakan, digelarnya selamatan bumi sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan melalui kesuburan bumi. Selain itu, dengan berdoa bersama warga mengharapkan masyarakat terhindar dari bencana alam.

“Selamatan bumi adalah simbol dari merawat bumi. Selain melalui ritual dan doa juga ditindaklanjuti dengan karya nyata sehingga bumi tetap subur dan masyarakat menjadi makmur,” ujar Darsono kepada suaramerdeka.com, Senin (10/10).

Pesona Arakan Pengantin Melayu

Pontianak, Kalbar - Festival Arakan Pengantin Melayu Kota Pontianak tahun ini digelar untuk kelima kali. Setiap tahun pelaksanaannya mendapat perhatian warga kota. Keindahan busana, barang antaran dan musik yang mengiringi menjadi tontonan menarik. Apalagi kegiatan itu dirangkaikan dengan nikah bersama.

“Saya sudah tidak sabar melihat Festival Arakan Pengantin tahun ini,” kata Muhammad Yasin, warga Pontianak Tenggara. Melihat tontonan ini seolah mengingatkan dirinya saat diarak waktu kawinan dulu. Apalagi kali ini kegiatan itu diikuti salah satu keluarganya.

Festival Arakan Pengantin Melayu Pontianak dan Nikah Bersama dilakukan pada Minggu (9/10) besok. Kegiatan yang dimulai pukul 06.00 WIB ini berlangsung di Halaman Museum Pontianak, Car Free Day Jalan Ahmad Yani hingga Masjid Mujahidin Pontianak.

Ketua Koordinator Arakan Pengantin dari Pontianak Post Angga Purdika menjelaskan, pihaknya sudah siap menggelar kegiatan ini. Peserta yang tampil antara lain dari Sanggar Kembang Serumpun Pontianak, Bank Kalbar, Pontianak Tenggara, Pontianak Selatan, Pontianak Kota, Pontianak Barat, Pontianak Timur dan Pontianak Kota. “Kegiatan ini akan dilepas Walikota Pontianak,” jelas Angga.

Festival Arakan Pengantin Melayu Pontianak digelar setiap tahun dalam rangka menyemarakkan hari jadi Kota Pontianak. Kegiatan ini kerjasama Pemerintah Kota Pontianak dan Pontianak Post. Kegiatan ini juga diikuti 18 pasang peserta Nikah Bersama. Masing-masing kecamatan mengirimkan utusannya. Ada kecamatan yang mengirim tiga pasang. Namun ada juga kecamatan yang mengirimkan satu pasang. Panitia sebelumnya berharap 29 kelurahan di Kota Pontianak ini bisa mengirimkan wakilnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak, Hilfira Hamid menyatakan, pihaknya sudah melakukan berbagai persiapan untuk gelaran Festival Arakan Pengantin. Agenda tahunan yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-245 Kota Pontianak ini akan diikuti delapan kelompok peserta dan 18 pasangan nikah bersama.

Dijelaskan Hilfira, pihaknya telah mengundang beberapa daerah serumpun dari provinsi-provinsi lainnya namun mereka tidak bisa mengikuti kegiatan ini lantaran keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah masing-masing. Namun dari negeri tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam, telah memberikan konfirmasi hanya akan hadir sebagai tamu undangan, bukan sebagai peserta.

Festival Arakan Pengantin ini merupakan upaya pelestarian adat istiadat yang menjadi tradisi dalam pernikahan khususnya pengantin Melayu Pontianak di tengah modernisasi. Sejatinya, arak-arakan pengantin itu adalah mengantar mempelai pria menuju ke rumah mempelai perempuan. "Karena ini bentuknya festival, sehingga kita ikutsertakan mempelai perempuannya dalam arakan pengantin supaya lebih menarik," imbuhnya.

Dalam arak-arakan ini juga menyertakan kedua mempelai pengantin, orang tua dari kedua belah mempelai, pengiring-pengiringnya dilengkapi dengan barang-barang hantaran serta diiringi alunan musik baik itu berupa tar maupun tanjidor.

Adapun pengantin laki-laki mengenakan pakaian telok belanga, sedangkan perempuannya mengenakan baju kurung. Pengiring-pengiring yang mengantar calon pengantin membawa berbagai perlengkapan dalam prosesi pernikahan adat melayu. Barang-barang hantaran isinya antara lain, jebah berisi sirih, pinang, kapur, tembakau, gambir dan bunga rampai.

Selain itu, juga ada uang asap, perhiasan emas, pakaian, alat-alat dan bahan kecantikan, seperangkat perlengkapan tidur seperti selimut, seprei dan lainnya, seperangkat alat dan perlengkapan mandi, barang-barang kelontong serta seperangkat alat shalat.

Tak ketinggalan, dari berbagai barang hantaran tadi, juga dihiasi dengan pokok telok, yaitu menyerupai pohon kecil dengan tangkai-tangkai yang masing-masing terdapat telur dan hiasan berwarna-warni. Selain pokok telok, pokok manggar, yang tangkainya terbuat dari lidi dilapisi kertas warna-warni dan ditancapkan pada bagian batang pisang atau buah nanas yang sudah ditusuk tongkat kayu untuk ditancapkan di halaman rumah mempelai wanita. “Semua barang dan perlengkapan barang hantaran ini dikemas semenarik mungkin,” kata Hilfira.

Dia berharap, festival ini bisa menjadi daya tarik wisata dan mampu memikat minat wisatawan untuk melihat langsung bagaimana adat istiadat prosesi pernikahan dalam budaya Melayu Pontianak.

Pattaungeng, Kearifan Lokal Warga Kota Kelelawar Saat Kekeringan

Soppeng, Sulsel - Soppeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), tak hanya dikenal sebagai daerah pegunungan yang subur. Kabupaten yang dikenal sebagai daerah sarang kelelawar tersebut memiliki budaya yang masih terjaga kelestariannya.

Satu di antara budaya yang dimaksud adalah pattaungeng. Ritual adat yang terkenal sakral ini digelar saban tahun jika kekeringan melanda wilayah Soppeng.

Seperti yang digelar pada Kamis, 6 Oktober 2016, warga bersama Pemerintah Kabupaten Soppeng melaksanakan ritual adat pattaungeng di sumber mata air Ompo. Satu-satunya sumber air yang dimanfaatkan masyarakat Soppeng untuk memenuhi kebutuhannya.

Namun, mata air Ompo mulai mengering. Lantaran itulah, warga Soppeng menggelar ritual adat pattaungeng yang merupakan kearifan lokal warisan leluhur Kerajaan Soppeng.

Dalam ritual itu, masyarakat akan mempersembahkan kepala sapi yang diletakkan di kotak bambu dan di dalamnya turut diberi sesajen. Tak hanya itu, saat ritual tersebut dihadirkan sejumlah makanan khas masyarakat Bugis Soppeng beserta tiga nasi berbahan pokok ketan, yakni beras ketan hitam, putih, dan merah.

Warga Soppeng, Sulsel, melaksanakan ritual adat pattaungeng saat kekeringan melanda daerah mereka. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Kepala Sapi dan beberapa sesajen termasuk tiga warna nasi dari beras ketan itu kemudian dilarung ke Sungai Ompo dengan tujuan sebagai penghormatan kepada roh leluhur. Terlibat dalam prosesi sakral itu tokoh adat yang dikenal sebagai orang pintar di kampung tersebut.

Wakil Bupati Soppeng Supriansyah Mannahawu yang hadir pada kegiatan adat ini pun memberikan apresiasi. Menurut dia, Pattaungeng Ompo merupakan tradisi yang patut dilestarikan.

"Ritual ini sejak dulu memang sudah dilakukan oleh nenek kita, jadi saya harap tidak dikaitkan dengan hal-hal lain. Karena ini murni sebagai upaya melestarikan adat istiadat yang ada di Kabupaten Soppeng," kata dia.

Warga Soppeng, Sulsel, melaksanakan ritual adat pattaungeng saat kekeringan melanda daerah mereka. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Adapun berkurangnya debit air di kawasan wisata alam Ompo, menurut Supriansyah, disebabkan banyak faktor. Di antaranya saat ini sumber mata air Ompo bertambah fungsi, yakni dijadikan konsumsi masyarakat melalui pipa Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Padahal, sebelumnya, hanya digunakan untuk permandian saja.

"Saat ini air Ompo dialirkan ke masyarakat Soppeng, jadi wajarlah jika debit air Ompo mulai berkurang. Semoga tradisi pattaungeng yang kita laksanakan ini membawa banyak kebaikan dan terjaga sampai generasi selanjutnya," Wakil Bupati Soppeng itu memungkasi.

Seren Tahun Sedekah Bumi, Tradisi Budaya yang Dipertahankan Kampung Girijaya

Girijaya, Jabar - Seren tahun sedekah bumi adalah upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris khas masyarakat Sunda yang dilakukan tiap tahun. Upacara tersebut berlangsung khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Ribuan masyarakat sekitar dan bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat turut dalam kemeriahannya.

Acara sidekah bumi juga digelar di Kampung Girijaya Desa Girijaya Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, berlangsung selama dua hari pada hari Kamis dan Jumat (6-7/10/2016) atau 10 Muharam 1438 Hijriah, yang dihadiri ribuan warga setempat dan dari luar diantaranya Tangerang, Serang Banten, Lebak, Pandeglang, Karawang, Cikarang, Bekasi, Bogor, Sukabumi dan daerah di Jawa Barat lainnya.

Menurut kang Mardi yang saat ini menjadi generasi penerus melestarikan budaya adat yang sebelumnya sudah ada, makna sidekah bumi sendiri adalah syukuran dan wujud dari rasa terima kasih dan menghargai bumi alam agar selalu dalam keberkahan.

“Selain tempat kita berpijak, bumi juga adalah tempat kita pulang. Asal ti bumi balik ka bumi,” kata kang Mardi yang merupakan putra bungsu Bapak RD Neneng Ruyat (alm) ketua sesepuh padepokan Girijaya.

Dalam acara tersebut digelar berbagai kesenian diantaranya pementasan wayang golek, pencak silat, debus, dan kesenian lainnya. Dan acara puncaknya upacara adat budaya, yakni sidekah bumi yaitu membawa gotongan dongdang atau jampana, yang di isi berbagai hasil bumi.

“Saya hanya meneruskan dan melestarikan tradisi budaya, Penerus budaya adat kebiasaan peninggalan karuhun yang sudah ada sebelumnya,” ujarnya.

Festival Kue Tradisional Apangi Di Gorontalo

Gorontalo - Warga Kelurahan Dembe I, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo menggelar Festival "Apangi" yang akan dimulai pada 10 hingga 28 Oktober 2016.

Festival tersebut bertujuan untuk memperkenalkan apangi, kue tradisional Gorontalo yang berbahan dasar tepung beras dan gula merah.

"Apangi ini makanan khas bulan Muharam, sepanjang bulan ini biasanya warga Gorontalo memasak apangi. Sama halnya ketika bulan Ramadhan," kata Ketua Panitia Festival, Zulkarnain Hasan di Gorontalo, Jumat (7/10/2016).

Tak hanya sebagai penganan khas daerah, kata dia, kue apangi juga memiliki nilai religius dan filosofi yang penuh makna dalam perspektif budaya Gorontalo.

"Menurut para tetua, kue ini memiliki makna yang dalam. Gula merah melambangkan darah, keberanian atau pengorbanan sementara kue apangi berwarna putih sebagai simbol kesucian," jelasnya.

Dalam festival tersebut, warga setempat akan menyajikan "apang colo" di setiap rumah untuk pengunjung dan mempraktekkan cara-cara tradisional dalam memasaknya.

Selain itu, berbagai literatur dan penuturan terkait adat, budaya dan asal-usul apangi juga berusaha dikumpulkan dari berbagai pihak untuk memperkaya pengetahuan tentang kue tersebut.

Zul menambahkan, festival merupakan inisiatif warga setempat dan menggunakan dana yang dikumpulkan sukarela oleh masyarakat.

Kegiatan lain yang akan memeriahkan festival tersebut yakni parade kue, makan gratis, lomba penyajian, lomba foto, bazar dan klinik bisnis.

"Saya optimistis apangi akan meningkatkan perekonomian warga Dembe, terlebih saat wisatawan datang selama festival," imbuhnya.

Selain kuliner itu, warga setempat juga mengandalkan obyek wisata pendukung selama festival yakni Benteng Otanaha dan pemandangan di pesisir Danau Limboto.

Warga Putridalem Lakukan Sedekah Bumi Sambut Masa Tanam

Jatitujuh, Jabar - Adat istiadat yang menjadi ciri kebudayaan dan kearifan lokal di Majalengka jumlah dan jenisnya beraneka ragam. Salah satunya dalam hal yang berhubungan dengan mata pencaharian sehari-hari yakni bertani.

Kalau pada masa panen ada yang dinamakan upacara Mapag Sri, maka untuk masa tanam padi biasanya petani menggelar upacara sedekah bumi. Seperti yang dilakukan petani dan pemerintah Desa Putridalem kecamatan Jatitujuh, kemarin.

Kades Putridalem Toto Suharto mengatakan, tujuan upacara sedekah bumi agar keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat menyertai seluruh warga desanya. Tujuan lainnya adalah untuk “menyedekahi” sawah, agar hasil pertanian melimpah dan tidak terkena hama pada musim tanam pertama ini.

“Tradisi yang sudah turun temurun ini wujud rasa syukur sekaligus permohonan kepada tuhan, dengan berdoa bersama mengharapkan yang terbaik untuk hasil tanam dan panen nanti. Upacara digelar di jalan perempatan desa dipimpin tokoh agama dan adat desa, dan semua warga antusias hadir,” ujar Toto kepada Radar, Kamis (6/10).

Upacara tersebut juga mencerminkan sifat gotong-royong masyarakat desa yang masih kuat. Mereka dengan ikhlas menyisihkan rezeki sekadar membuat dan membawa sejumlah hidangan, untuk disantap bersama seusai upacara. Tidak ada jarak yang memisahkan baik miskin, kaya, tua, dan muda. Semua larut dalam kebersamaan.

“Ada yang membawa nasi tumpeng beserta lauk pauknya, nasi kuning, sayuran, buah-buahan dan lainnya. Seusai upacara biasanya kita berkumpul untuk mendiskusikan kembali mengenai pemilihan bibit padi, irigasi maupun obat-obat pertanian. Jadi tak sekadar seremonial, tapi ada unsur diskusi mengenai yang terbaik untuk mereka sendiri,” tuturnya.

Nurhaeni (55) warga desa setempat menambahkan, yang dia tahu upacara tersebut sudah dilaksanakan sejak dulu. Ketika dirinya masih kecil dan diajak kakeknya untuk datang di upacara itu. Bahkan tiap tahun dirinya tidak ketinggalan mengikuti dan mengajak anaknya, agar budaya tersebut bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.

“Sebagian besar warga disini kan petani, yang berharap agar lahan pertanian yang kita garap senantiasa subur dan memberikan hasil yang melimpah. Oleh karena itu, dirasa perlu mengadakan upacara adat ini. Bumi tidak lain adalah tanah, tempat mereka melangsungkan hidup dan kehidupannya melalui aktivitas pertanian. Bagaimanapun juga aktivitas pertanian memerlukan tanah yang subur,” tandasnya.

Hal yang sama juga dilakukan puluhan warga di blok Dukuh Maja RW 01 Desa Weragati Kecamatan Palasah, namun di Weragati namanya disebut bongkar bumi. Agenda tersebut digelar di lapangan balai Dusun Dukuh Maja. Warga antusias membawa berbagai jenis makanan lalu disantap bersama di lapangan terbuka dengan alas terpal untuk menjemur padi.

Kepala Desa Weragati, Drs Askari mengatakan acara bongkarar bumi di blok Dukuh Maja merupakan tradisi yang setiap tahun diilaksanakan. “Setiap akan tanam padi, warga blok Dukuh Maja menggelar bongkar bumi yang diisi doa bersama dan makan bersama warga setempat.

“Warga menggelar tradisii bongkar bumi dengan sederhana, cukup membawa makanan dari rumah masing-masing dan dinikmati bersama-sama di lapangan terbuka. Tidak ada pentas hiburan atau apapun dalam tradisi masyarakat, kecuali tahlil dan doa bersama,” kata Askari didampingi Kadus Dukuh Maja, Kalim.

Dirinya mengingatkan tradisi bongkar bumi merupakan budaya masyarakat dan bukan anjuran atau berdasar syariat agama Islam. Harapannya proses tanam hingga panen berjalan lancar dan menghasilkan produksi pertanian yang baik.

“Baik tidakhya hasil pertanian nanti bukan karena tradisi bongkar bumi, tapi bagaimana proses pengolahan pertanian yang baik disertai doa kita kepada Allah,” beber Askari.

GEGER! Video Adegan Mesum Terapis dan Tamunya di Ranjang Massage jadi Viral. Lokasi Diduga di Bali

Batam - Sebuah video adegan mesum antara terapis massage laki-laki dengan seorang wanita yang sedang dipijatnya menjadi viral di dunia maya.

Dikutip dari elitereaders.com, video yang jadi viral tersebut merupakan hasil rekaman CCTV dan lokasi massagenya ada di Bali.

Anehnya, dalam video tersebut tempat massage itu hanya berupa bilik bambu yang bersebelahan dengan areal publik, seperti cafe.

Tampak di video itu, tempat massage-nya terbuka di bagian atas alias tidak beratap.

Di sebelah bilik bambu yang jadi tempat massage, terdapat tangga. Tentu saja banyak orang lalu lalang di tangga tersebut.

Tidak jauh dari bilik itu juga tampak sejumlah wisatawan sedang duduk-duduk di kursi cafe.

Video singkat berdurasi 28 detik memang membuat penonton yang melihatnya dibuat terkejut lantaran tayangan yang mengandung konten dewasa.

Bahkan tayangan ini menimbulkan skandal tempat pemijatan tradisional ini dianggap berkedok panti pijat ++.

Tampak dalam rekaman tersebut awalnya terapis pijat ini melakukan pekerjaan memijat seperti pada umumnya.

Namun seiring berjalannya waktu, terapis ini justru melakukan hubungan badan dengan pelanggan.

Banyak netizen yang mengecam aksi panas ini.

Meskipun tidak diketahui apakah pelanggan dan terapis tersebut sengaja melakukan tindakan ini atau tidak.

Namun banyak yang menyayangkan karena mereka melakukannya di atas ranjang yang banyak digunakan oleh pelanggan lainnya. (*)

Situs Direktori Pijat 'Plus-Plus' Muncul di Indonesia

Jakarta - Pengguna internet di Indonesia dihebohkan dengan situs baru yang menawarkan informasi yang tak biasa, yakni semacam katalog tempat-tempat pijat di sejumlah kawasan. Bahayanya, direktori yang disajikan termasuk tempat pijat dan spa plus-plus hingga klub striptis.

Situs yang didominasi warna hijau tersebut bahkan mempunyai tagline yang agak menyerempet ke arah seksualitas, yakni “Pertolongan Pertama Pada Ketegangan”.

Ditelusuri CNNIndonesia.com, situs ini termasuk sederhana dengan pembagian tiga kategori, yakni Massage Parlor, Spa dan Strip Club.

Bila merujuk pada Wikipedia, massage parlor atau massage parlour memang istilah untuk panti pijat yang menawarkan layanan prostitusi secara terselubung. Setidaknya ada 91 daftar tempat pijat yang diinformasikan, lengkap dengan alamat, petunjuk arah hingga komentar pengguna jasa tempat tersebut.

Sementara di Club Strip atau klub yang menyajikan layanan penari telanjang juga tersaji di situs ini. Ada beberapa nama hotel yang menawarkan layanan tersebut.

Tak hanya itu. Walau tak menampilkan gambar vulgar, situs ini memberikan informasi istilah-istilah yang biasa digunakan di antara pengguna layanan plus-plus tersebut di fitur bernama ‘Kamus Perpijatan’.

Dicek melalui Who.is, situs tersebut sudah didaftarkan sejak tanggal 20 Oktober 2015 lalu. Namun sepertinya, alamat pendaftar menggunakan informasi yang dipalsukan, karena tercantum berbasis di Arizona, Amerika Serikat.

CNNIndonesia.com berusaha menghubungi pihak PLT Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Noor Iza, namun hingga berita ini diturunkan belum mendapatkan respons.

Pemerintah sendiri memang gencar memberantas kegiatan pemasaran prostitusi di media sosial dan internet. Bahkan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara meminta warga agar secara terus menerus melaporkan akun atau konten negatif prostitusi online. (tyo/asa)

Membongkar Dugaan Korupsi di Radio SP 107 FM Pasuruan

Pasuruan—Sedikit demi sedikit, langkah Kejaksaan dalam mengungkap kasus korupsi mulai dilaksanakan. Bahkan dibeberapa daerah pelakunya pun sudah ada yang dijebloskan ke penjara. Kini, di Pasuruan mulai terungkap indikasi korupsi di lingkungan Radio Suara Pasuruan milik Pemkab Pasuruan. Berikut laporan wartawan Radar Minggu News, M Habibie dari Pasuruan, Jawa Timur.

Keseriusan Kejaksaan Kota Pasuruan untuk memberantas korupsi bukan sekedar gertak sambal semata. Komitmen itu dibuktikan dengan dipanggilnya beberapa pegawai di radio Suara Pasuruan (SP) 107 FM itu untuk diperiksa dalam kasus dugaan korupsi di radio milik Pemkab Pasuruan tersebut.

Sejak Rabu lalu, beberapa pegawai yang bertugas di radio berplat merah tersebut, sudah dipanggil Kejaksaan untuk dimintai keterangan. Mereka diantaranya Arsal Staf Bagian Perikalan, Subarijo Kepala Radio, dan Wilis Tantular mantan penyiar radio SP yang kini bertugas di Disnakertrans. Dalam pemeriksaan tersebut mereka dicerca beberapa pertanyaan soal tugas pokok dan fungsi (tupoksi) saat menjadi pegawai radio.

Menurut Kasi Pidsus Kejaksaan Kota, Anton, SH mengatakan bahwa pemanggilan pegawai radio itu untuk dimintai keterangan. Namun diantara mereka hingga kini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka.

“Saat ini masih mengumpulkan data (Puldata) dan mengumpulkan bahan keterangan (Pulbaket), apa saja tuposi mereka. Seperti misalnya soal iklan, berapa rupiah nilai iklan yang sudah masuk, uang tersebut sertorkan kemana?,” jelasnya kepada beberapa wartawan di ruang kerjanya.

Sementara itu Arsal, yang membawa data bukti iklan ke penyidik menuturkan, meskipun ia sebagai marketing periklanan, tidak semua iklan ditanganinya. “Beberapa iklan ada yang ditangani langsung oleh pimpinannya. Jika ada data yang ada tanda tangannya ibu, berarti ditangni langsung oleh pimpinan bukan saya,” jelas Arsal.

Terget pendapat iklan, lanjut Arsal, untuk tahun 2007 ini sekitar Rp 20 juta per tahun. Tapi dalam pertengahan tahun ini, dirinya sudah memenuhi target tersebut. Hal itu bisa dilihat dari beberapa iklan yang masuk seperti iklan dari galeri Indosat Pasuruan sebesar Rp 6 juta pertahun, Telkom Pasuruan Rp 33,9 juta, Pepsodent Jakarta Rp 6 juta, Dinas P dan K berupa iklan dialog Senin dan Selasa Rp 1 juta selama 2 bulan, kemudian iklan Ibu Elok TK Rp 100 ribu. “Sedangkan untuk iklan Djarum Pasuruan, Sampoerna, Bagian Hukum, Depag Pasuruan, Dinas Kesehatan ditangani langsung oleh pimpinan,” beber Arsal tanpa mau menyebutkan siapa orangnya.

Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan sempat dilarang oleh Wakil Penanggung Jawab Radio SP untuk tidak memenuhi panggilan pihak Kejaksaan. Bahkan teman seprofesinya sempat menjemputnya dari Kejaksaan, tapi ia menolaknya dan lebih memilih memenuhi panggilan Kejaksaaan. Yang jelas, tambahnya, setelah ini dirinya yakin akan di pecat dari Radio SP itu. “Tapi itu memang jika itu konsekuensinya, ya saya terima,” paparnya pasrah.

Selang dua hari kemudian, Kejaksaan Kota juga memanggil Kepala Radio SP Subarijo. Ia memenuhi panggilan sekitar jam 2.30 WIB siang untuk memberikan keterangan. Tapi belum diperoleh informasi, apa saja pertanyaan yang diajukan pihak Kejaksaan kepada pria berkaca mata ini. Bahkan saat RM News hendak mengambil gambar, Jaksa Muhayin meminta untuk tidak difoto, dikhawatirkan akan mengganggu proses pemerikasaan. “Nanti dulu lah mas, kalau semua pejabat yang terkait dengan kasus dugaan korupsi ini dipanggil, nanti teman wartawan akan kita undang semua,” janjinya.

Sementara itu, mantan penyiar Radio SP tahun 2004 lalu yang kini bertugas di Disnakertrans, Wilis Tantular mengatakan pemanggilan dirinya ke Kejaksaan untuk dimintai katerangan. “Sebagai warga negara yang baik dan taat hukum, saya hadir tetap waktunya. Pertanyaan yang diajukan jaksa sama seperti pemeriksaan sebelumnya, seputar tugas pokok penyiar radio saat itu,” jelas Wilis sambil mempelajari berkas warna hijau yang diberikan Jaksa.

Srobot Wilayah

Meski Radio SP berada di wlayah hukum Kejaksaan Negeri Bangil, Pasuruan, Kejari Kota tak risau. Hal itu menyebabkan isu kurang sedap sempat mengemuka di kalangan para wartawan dan pejabat di Pemda Pasuruan. Kenapa kasus dugaan korupsi di Radio SP milik Pemkab Pasuruan justru ditangani oleh Kejaksaan Kota, justru seharusnya yang punya kewenangan adalah Kejaksaan Bangil.

Ketika hal ini dikonfirmasikan ke Kajari Kota Pasuruan, Suwarni, SH saat mengikuti kunjungan Wapres Jusuf Kalla di P3 GI Kota Pasuruan, dirinya mengatakan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan pihak Kejaksaan Bangil sebelum menangani kasus ini. “Tak masalah, meski Radio SP milik Pemkab Pasuruan, sebab lokasi penyiaran dan kejadian adadi Kota Pasuruan, terkecuali jika di luar kota. Dan kami sudah berkoordinasi terlebih dahulu, jadi tidak asal srobot saja,” paparnya sambil tersenyum.

Informasi yang berhasil dihimpun di Kejaksaan Kota, minggu depan beberapa pejabat penting yang terkait dengan keberadaan radio tersebut akan dipanggil. Seperti Kepala Dinas Infokom, dan Kepala Dispenda untuk dimintai keterangan. RM News juga mendapatkan informasi bahwa untuk Dispenda pertanyaan seputar pendapatan iklan Radio SP, yakni apa memang disetorkan ke Kasda sebagai PAD atau tidak. Karena keberadaan radio tersebut milik pemkab, maka pendapatan iklan harus disetorkan ke kasda. “Saya targetkan dalam dua pekan saja semua sudah rampung dan nanti bisa dilihat siapa yang akan jadi tersangka utama,” papar sumber RM News di Kejari Kota Pasuruan. [bib]

Sumber: Radar Minggu News, Minggu, 24 Juli 2007

Bupati Luwu Diperiksa Sebagai Tersangka Korupsi

Tim Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) memeriksa Bupati Luwu, Basmin Mattayang sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana APBD Kabupaten Luwu sebesar Rp1,05 miliar.

Dalam pemeriksaan berlangsung selama sekitar sembilan jam sejak pukul 09.00 Wita di Mapolda Sulselbar, Rabu itu, Basmin Mattayang dampingi dua orang pengacaranya yakni Tajuddin Rachman dan Mustahdar.

Tajuddin Rahman kepada wartawan mengatakan, kliennya mendapat 42 pertanyaan terkait penggunaan dana untuk ucapan terima kasih kepada anggota DPRD periode 1999-2004. Pemeriksaan direncanakan masih akan dilanjutkan pada hari Kamis.

Menurut Tajuddin, kasus dugaan korupsi itu sebenarnya adalah keputusan yang diambil Kamru Kasim saat masih menjabat Bupati Luwu bersama 35 anggota DPRD periode 1999-2004. Sementara Basmin hanya menindak lanjuti kebijakan bupati sebelumnya dan dana itu juga sudah dikembalikan para anggota DPRD ke kas daerah.

Dana tersebut dikembalikan setelah Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menegur Basmin, ujar Tajuddin di sela-sela pemeriksaan Basmin di ruang rapat Direktur Reskrim namun mengakui bahwa masih ada satu-dua orang mantan anggota DPRD yang belum mengembalikan dana tersebut.

Tajuddin mengaku tidak mengetahui secara pasti jumlah dana yang diterima masing-masing anggota DPRD karena saat itu Basmin hanya menandatangani pencairan dana purnabakti (pesangon) anggota dewan berakhir masa tugasnya.

Dana tersebut diambil dari pos dana tak tersangka sebesar Rp4 miliar.

Sementara itu, Direktur Reskrim Polda Sulsel, Kombes Pol Sobri Effendy Surya mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kejaksaan untuk mengusut kasus ini.

Basmin sendiri enggan berbicara kepada pers dan usai diperiksa ia langsung naik ke pribadinya dan meninggalkan wartawan yang ingin mewawancarainya. (*/rsd)

Sumber : kapanlagi.com : 19 Juli 2007

Pantau Terus Kasus Korupsi Di Dinas Perikanan Tanjungbalai

Tanjung Balai - KASUS dugaan korupsi sepuluh kapal di Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tanjungbalai hingga saat ini masih menjadi pantauan berbagai elemen masyarakat di daerah itu.

Selain terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan kasus tersebut, kalangan LSM di daerah tersebut meminta, Kejaksaan Negeri Tanjungbalai agar tidak menerapkan praktik tebang pilih dalam penerapan hukum.

”Sampai saat ini kita tetap memantau perkembangan penegakan hukum di kota ini, dan hendaknya dalam kasus ini tidak terjadi tebang pilih”, ujar Ketua LSM Barisan Indonesia Baru (BIB) Tanjungbalai Yusman.

Namun, Yusman juga meminta komitmen Kejari dalam memberantas kasus korupsi sepuluh kapal di Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjungbalai. “Jangan tebang pilih, semua warga sama di mata hukum”,ujarnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Tim Penyelidikan Kejaksaan Negeri (Kejari) Tanjungbalai mengaku, berkas penyelidikan dugaan korupsi sepuluh kapal di Dinas Kelautan dan Perikanan, hingga kini belum lengkap.

”Berkasnya belum dapat dilimpahkan ke Pengadilan Negeri (PN) Tanjungbalai, karena belum lengkap” ujar K Sinaga,yang juga Kepala Seksi Intel Kejari Tanjungbalai. Menurutnya, sejak pimpinan kegiatan (PK) pengadaan sepuluh kapal di instansi tersebut, Edi Surya, ditahan Kejari sebagai tersangka, pihaknya masih menghimpun sejumlah bukti baru.

“Hingga kini, belum ada ditemukan tersangka lainnya dalam pengadaan korupsi sepuluh kapal tersebut. Kita masih melakukan penyidikan secara intensif”,ujar K Sinaga lagi.

Mengenai pemeriksaan yang dilakukan Kejari, hingga kini Kadis Perikanan dan Kelautan Tanjungbalai, Nefri Siregar sudah dipanggil dua kali sebagai saksi. Sedangkan saksi lainnya juga telah dipanggil, yakni kontraktor sudah dua kali dan bendaharawan satu kali.

”Tim penyidik juga masih menunggu hasil audit Badan Pemeriksa Kekayaan Pemerintah (BPKP). Menurut rencana, akhir bulan Juli 2007 ini berkasnya akan rampung,”paparnya.
Sinaga menambahkan, kini berkasnya mengarah pada P16. Berkas itu siap dilimpahkan ke JPU, lalu dilimpahkan ke penyidik agar diteliti kelayakannya, sehingga siap disidangkan.

Sebagaimana diketahui, Edi Surya Pemimpin Kegiatan proyek kapal tersebut menjadi tahanan resmi Kejari Tanjungbalai pada Kamis (5/5) yang lalu. Kini Edi mendekam di LP Pulau Simardan,Tanjungbalai. (red)

Sumber: www.hariansuarasumut.com 18 Juli 2007
-

Arsip Blog

Recent Posts