Arkeolog Tegaskan Pusat Sriwijaya di Palembang

Palembang, Sumsel - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Palembang mengeksvakasi tiga tempat berbeda di Palembang dalam satu pekan terakhir ini. Mereka mencari petunjuk yang memperkuat temuan sebelumnya yang menyebutkan Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.

Retno Purwanti, salah seorang peneliti, berujar, dalam pekan pertama ini, mereka menemukan struktur bangunan kuno, pecahan keramik, dan tulang hewan. Beragam temuan itu semakin memperkuat penelitian sebelumnya yang menyimpulkan Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang. “Bisa kami pastikan pusat Sriwijaya itu adanya di Palembang, bukan di tempat lain,” kata Retno Purwanti, Jumat, 28 November 2014. (Baca juga: Arkeolog Sriwijaya Menjajah Hingga Madagaskar)

Pernyataaan Retno diperkuat oleh temuan prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Sabokingking, dan situs-situs masa Kejayaan Sriwijaya. Hingga saat ini, temuan tersebut sebagian besar masih dapat dilihat masyarakat. Dalam penelitian terbaru ini, para arkeolog hanya mencari bukti tambahan sebagai penguat temuan sebelumnya.

Menurut Retno, Palembang sebagai pusat Sriwijaya sudah diketahui dari abad ketujuh hingga kesepuluh. Selanjutnya, pada 1982-1992, terdapat penelitian yang dilakukan para arkeolog dari luar negeri dan dalam negeri. Mereka adalah O.W. Wolter, E.E. McKinnon, Hermann Kulke, Pierre-Yves Manguin, Bambang Budi Utomo, dan dirinya.

Dari penelitian panjang itu, menurut Retno, para arkeolog tidak ragu menyimpulkan bahwa Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya. “Saya sendiri ikut penelitian sejak awal dulu, dan kami sudah publikasikan hasilnya,” tutur Retno.

Budi Wiyana, peneliti lainnya, berujar, dalam penggalian di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, pihaknya menemukan serpihan pecahan keramik yang memiliki nilai sejarah tinggi. Pecahan keramik tersebut merupakan bukti sejarah adanya hubungan kuat antara Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, dan Dinasti Ching dari Tiongkok. “Pecahan keramik kami kumpulkan untuk diteliti lebih lanjut,” katanya.

Karnaval Kain Besurek Ramaikan HUT ke-46 Provinsi Bengkulu

Bengkulu - Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-46 Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kota Bengkulu menggelar Fashion Karnaval yang diikuti tidak kurang dari 5.000 pelajar se Kota Bengkulu.

Uniknya, saat karnaval ini digelar, seluruh peserta mengenakan pakaian berbahan dasar Kain Besurek khas Bengkulu.

Kain Besurek adalah batik yang bermotif kaligrafi bermakna ayat ayat Al Quran dihiasi simbol daerah Bengkulu seperti bunga Rafflesia Arnoldi, gambar bagunan tabot dan beberapa ornmen perlambang budaya dan kekayaan alam Bengkulu.

Karnaval yang dilepas walikota Bengkulu, Helmi Hasan, dimulai dari kawasan Simpang Lima menempuh jarak 3 kilometer menuju kawasan tugu pemantau tsunami atau view tower.

Kepada media, walikota Helmi Hasan mengatakan bahwa karnaval kain besurek ini sebagai bentuk mempertahankan tradisi dan lebih mengenalkan batik Bengkulu sebagai budaya lokal.

"Kegiatan ini akan terus dilaksanakan, selain membudayakan batik besurek juga mendorong berkembangnya industri batik di Bengkulu," ujar Helmi saat melepas karnaval, Selasa (18/11/2014).

Karnaval yang melibatkan para siswa SD hingga SMA ini menampilkan kreasi beragam, salah satunya menampilkan tema bunga rafflesia lengkap dengan ornamen tutup kepala hingga coretan di tubuh peserta.

Zamhari, guru SD Negeri 5 Kota Bengkulu menyatakan, pihak sekolah hanya mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam karnaval dan mempersilahkan orangtua siswa mendandani anaknya sebaik mungkin.

"Semuanya bagus dan kreatif, sekolah hanya menghimbau, mereka berdandan dengan modal sendiri," ujar Zamhari.

Ariestiesa, siswi SMP Negeri 8 mengaku gembira bisa ikut karnaval. Sebab selain ikut memeriahkan HUT Provinsi Bengkulu, dia dan puluhan teman sekolahnya bisa berkreasi sendiri.

"Kami dandan sendiri dan menentukan tema yang kami sukai," demikian Ariestiesa.

Menari Bersama Tarian Indonesia, Semarak Cinta Budaya

Jakarta - Pada Minggu siang pekan lalu di Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, 1.200 penari bersatu, bersinergi, bergerak, dan mempertunjukkan gerakan tarian tradisional kepada seluruh pengunjung yang hadir.

Kegiatan ini dilangsungkan dengan bentuk tarian massal dengan koreografi yang menggabungkan beberapa gerakan tari tradisional nusantara dan tarian modern dengan durasi 4 menit.

Bila diperinci 1.200 peserta itu terdiri dari 76 grup dan 207 individu. Para penari itu akan tampil dan terbagi di lima titik Grand Indonesia, yaitu di Ground Floor, lantai 1, lantai 2, Area Fountain Atrium di lantai 3A, lantai 5, dan di depan Galeri Indonesia Kaya di lantai 8.

Pada tahun 2012 yang lalu, penyelenggaraan Indonesia Menari yang mendorong semangat yang menjunjung harmonisasi dalam keberagaman budaya Indonesia, berhasil meraih 2 penghargaan MURI dengan kategori Menari Tarian Nusantara dengan Peserta Terbanyak dan Flashmob Nandak Betawi Pertama dan Terbesar.

Dan untuk tahun ini, Galeri Indonesia Kaya juga meraih penghargaan MURI sebagai Parade Tari Nusantara di dalam Mall Dengan Penari Terbanyak. Penghargaan ini diberikan oleh Osmar Semesta Susilo yang diterima oleh Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Bintang muda Chelsea Islan yang menjadi juri sekaligus mengikuti tarian bersama ini mengatakan, “Acara ini keren banget karena meski kita bukan penari, tapi kita bisa menari bersama-sama di tengah mal. Dengan menari mari kita tunjukkan bahwa kita cinta budaya, cinta Indonesia.”

Gerakan Wisata Kuliner Malioboro Sehat

Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama LSM Paluma yang bergerak pada pemanfaatan energi ramah lingkungan dan didukung pelaku kuliner di Malioboro, mencanangkan gerakan untuk mewujudkan wisata kuliner sehat di kawasan Malioboro.

"Salah satu upaya mewujudkan wisata kuliner yang sehat di Malioboro adalah meminta pedagang kaki lima (PKL) makanan untuk tidak menggunakan minyak goreng berulang-ulang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Vita Yulia di sela pencanangan gerakan tersebut di Malioboro Yogyakarta, Jumat (21/11/2014).

Menurut dia, gerakan tersebut diluncurkan di Malioboro karena kawasan tersebut dikenal sebagai tempat wisata kuliner lesehan sehingga banyak wisatawan yang menyempatkan diri untuk menikmati berbagai menu makanan yang dijajakan.

"Kami terus memberikan edukasi kepada pedagang agar memperhatikan kebersihan dan kesehatan makanan yang dijual, termasuk minyak goreng yang digunakan. Masih banyak pedagang yang menggunakan minyak goreng hingga berwana hitam. Minyak seperti itu sudah tidak sehat," katanya.

Minyak goreng yang digunakan secara berulang akan bersifat jenuh dan melepaskan radikal bebas yang bersifat karsinogenik sehingga dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker, pembengkakan organ seperti hati dan ginjal serta menyebabkan stroke.

"Ke depan, kami berencana memberikan stiker kepada pedagang kaki lima makanan yang telah memperoleh pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Harapannya, pembeli pun tidak akan ragu lagi jika membeli makanan yang dijual," katanya.

Melalui kegiatan tersebut, pedagang kaki lima di Malioboro akan mengumpulkan minyak goreng yang sudah digunakan berulang kali. Minyak jelantah yang terkumpul akan diolah menjadi biodiesel.

Perwakilan PKL makanan Malioboro Sogi mengatakan sudah ada 16 pedagang yang mengikuti kegiatan tersebut. "Rata-rata pedagang menggunakan minyak goreng untuk empat kali. Tetapi, jika digunakan untuk menggoreng ayam atau bebek, minyak bisa lebih cepat kotor," katanya.

Ia berharap petugas yang mengambil minyak jelantah dapat melakukan pengambilan secara rutin, paling tidak tiga hari sekali. Satu PKL bisa menghasilkan minyak jelantah sekitar lima hingga 10 liter per pekan.

Sementara itu, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Paluma Heni Asih mengatakan pihaknya sudah mulai melakukan sosialisai kepada PKL Malioboro mengenai penggunaan minyak goreng secara sehat dan pengumpulan jelantah sejak empat bulan lalu.

"Minyak goreng yang terkumpul kemudian diolah di Universitas Negeri Yogyakarta menjadi biodiesel. Biodiesel yang dihasilkan juga sudah diujicobakan ke armada angkutan umum," katanya.

Ia menyebutkan sebanyak 80 hingga 90 persen bagian minyak jelantah dapat menghasilkan biodiesel.

"Untuk harga keenomian masih kami hitung dan diupayakan tidak lebih mahal dibanding harga solar non subsidi," katanya.

Biodiesel yang dihasilkan tersebut telah diujicobakan kepada 10 armada yang melayani trayek Yogyakarta-Kaliurang yang dikelola Koperasi Serba Usaha Ngandel.

"Uji coba sudah dilakukan selama hampir satu bulan. Hasilnya cukup bagus. Kendaraan lebih memiliki tenaga saat di tanjakan dan lebih hemat bahan bakar. Jika satu hari biasanya mengonsumsi 15 liter biosolar, maka dengan biodiesel hanya membutuhkan 12 liter," kata Ketua Koperasi Serba Usaha Ngandel Juriyanto Gawe.

Selama uji coba, bahan bakar tersebut masih diperoleh secara cuma-cuma, meskipun demikian ia tidak mempermasalahkan jika suatu hari nanti harus membelinya. "Harapannya, seluruh armada yang kami miliki, 55 unit, akan menggunakan bahan bakar biodiesel ini," katanya.

Diusul, 24 November Hari Tari Saman

Banda Aceh, NAD - Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf mengatakan pemerintah mendukung usulan yang menetapkan setiap 24 November sebagai Hari Tari Saman.

“Mengingat pentingnya menancapkan identitas Saman ini, maka kami setuju jika ada satu hari yang ditetapkan dan dinamakan sebagai Hari Tari Saman,” katanya saat menghadiri atraksi Tari Saman massal di Blangkejeren, Gayo Lues, hari ini.

Sebanyak 5.027 penari laki-laki dan perempuan ikut membawakan Tari Saman di Stadion Seribu Bukit dengan disaksikan ribuan orang termasuk dari unsur forum koordinasi pimpinan daerah baik Gayo Lues, provinsi maupun sejumlah kabupaten di dataran tinggi “Tanah Gayo” itu.

“Usulan menetapkan tanggal 24 November sebagai Hari Tari Saman itu sangat tepat juga bertepatan dengan hari pengakuan Unesco yang menetapkan Tari Saman sebagai warisan dunia tak benda,” katanya menjelaskan.

Wagub Muzakir Manaf menyatakan, dapat dibayangkan betapa tingginya tingkat kesulitan Tari Saman dengan menjadikan tarian tersebut sebuah pertunjukkan kolosal. Tarian Saman itu juga disaksikan ribuan masyarakat sekitar Blangkejeren.

Wagub menjelaskan, Pemerintah Aceh sangat mendukung kegiatan yang digagas oleh Pemkab Gayo Lues ini karena kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya pembangunan daerah ini.

“Rangkaian kegiatan ini merupakan langkah dan upaya kita untuk meningkatkan pembangunan di Aceh, khususnya di Kabupaten Gayo Lues ini,” kata Muzakir Manaf menambahkan.

Unesco secara resmi menyatakan bahwa Tari Saman merupakan warisan budaya asli dari “Tanah Gayo” itu adalah suatu hal yang istimewa.

“Lembaga resmi PBB (Unesco) itu sangat hati-hati dalam memberi pengakuan terhadap sebuah cagar budaya. Ada banyak negara yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan pengakuan atas warisan budaya mereka, tapi Unesco tidak sembarangan memberinya,” kata Wagub.

Unesco harus menelusuri asal usul budaya itu, keasliannya, keunikannya serta nilai-nilai sejarah yang ada di dalamnya, kata Muzakir Manaf.

Indonesia baru mendapatkan enam pengakuan dari Unesco untuk warisan budaya kategori tak benda, yaitu Wayang, Keris, kain Batik, Angklung, Subak di Bali dan Tari Saman.”Hari ini, saya serahkan sertifikat Unesco terhadapa Tari Saman itu kepada masyarakat disini,” katanya menambahkan.

Tari Saman yang biasanya dimainkan sebanyak 11 orang itu diciptakan seorang Ulama bernama Syekh Saman pada abad 14 Masehi.

Karnaval dari Utara

Tarakan, Kaltara - Tarakan Carnival 2014 menjadi warna dalam peringatan hari jadi ke-16 KotaTarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Acara yang digagas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Tarakan itu digelar Minggu, (23/11) dan mengambil tema “Eksotika Bumi Paguntaka”.

Ada tiga keunikan yang ditampilkan. Yakni kategori pesisir, batik tarakan dan etnik. Menurut M Zainuddin selaku ketua panitia, karnaval itu diikuti 105 peserta. Sementara partisipan mencapai 200 orang.

Wali Kota Tarakan Sofyan Raga pun memberikan penghargaan atas terselenggaranya kegiatan itu. Bahkan dia meminta agar menjadi agenda setahun bahkan setahun dua kali. “Kegiatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dalam pelayanan pemerintah kepada masyarakat,” jelasnya.

Sofyan juga meminta, event itu menjadi wadah penyaluran bakat serta didedikasikan untuk masyarakat.

Selain dewasa, murid TK dan playgroup juga hadir memeriahkan. Kemeriahan semakin terasa kala beberapa kelompok drum band menyuguhkan tampilan memukau.

Tradisi Lomba Kuda Jelang Panen, Cara Bersyukur dari Masa ke Masa

Bone, Sulsel - Berbagai macam cara dan tradisi dilakukan warga dalam rangka menyambut pesta panen raya, seperti yang dilakukan para petani Desa Maduri, Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone Selatan.

Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, warga di desa ini menggelar tradisi lomba pacuan kuda selama tiga hari, yakni mulai hari Jumat (21/11/2014) hingga Minggu (24/11/2014).

Tradisi lomba pacuan kuda yang digelar itu, dihadiri seluruh pemangku adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta ratusaan warga dari berbagai wilayah di Kabupaten Bone. Mereka tampak sangat antusias dan berbondong-bondong turun ke sawah yang berada tidak jauh dari pemukiman untuk menggelar lomba yang dilaksanakan setahun sekali itu.

Menurut Akmal, warga setempat, tradisi ini merupakan warisan nenek moyang mereka yang masih dipertahankan oleh warga setempat hingga kini. Oleh karena itu, mereka juga memelihara kuda sebagai hewan tunggangan atau kuda pacuan.

"Ini sudah turun temurun digelar di Desa kami, makanya setiap warga memelihara kuda sebagai tunggangan pacuan. Selain itu, difungsikan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen," kata Akmal yang juga merupakan ketua panitia acara.

Pacuan kuda ini diikuti puluhan ekor kuda pacu yang ada di desa tersebut. Selain itu ada pula kuda pacuan berasal dari desa lainnya yang berdekatan dengan Desa Maduri. Dalam lomba pacuan kuda itu, sepasang kuda saling beradu kecepatan, dimana masing-masing kuda dikendalikan oleh seorang joki.

Saat lomba pacuan sudah dimulai, puluhan warga langsung bersorak-sorai untuk mendukung sang joki yang tengah menunggangi kuda pacuannya.

Panas terik matahari tak dirasakan oleh warga Desa Maduri. Mereka sudah terbiasa merasakan hawa panas terik matahari. Maklum, mereka memang sudah terbiasa berada di tengah sawah untuk bercocok tanam padi.

Maklum saja, panen raya menjadi hal yang paling ditunggu sehingga warga setempat menyambut penuh antusias. Pesta rakyat itu tidak hanya sekadar digelar dengan meriah. Tapi, juga mempunyai tujuan yang sangat mulia, yakni berharap agar hasil tanaman padi melimpah sehingga ke depan dan seterusnya masyarakat setempat selalu sejahtera menikmati hasil panen tiap tahunnya.

"Ya mudah-mudahan dengan adanya acara ini yang memang digelar setiap tahun bisa melimpahkan hasil tanaman padi lebih banyak lagi dari tahun kemarin. Sebab salah satu penghasilan warga hanyalah bercocok tanam padi," tutur Tajuddin, salah seorang petani di daerah setempat.

Sosiolog Istanbul: Aceh dan Turki Kerajaan Islam Terbesar Abad ke-17

Banda Aceh, NAD - Ada dua kekuatan Islam paling besar di dunia masa itu. Satu berada di Eropa yaitu Turki dan kekuatan Islam lainnya berada di Timur yaitu Aceh.

Banyak masyarakat yang salah memahami dan menilai hubungan sejarah Aceh dan Turki. Salah satu negara di Eropa tersebut bahkan sering disebut atau memandang dirinya lebih tinggi dari Aceh. Padahal sebaliknya.

"Sering dikatakan Aceh menghubungi Turki untuk meminta bantuan, akan tetapi sebenarnya tidak sesederhana itu," ujar Mehmet Ozay, Sosiolog Islam dari Istanbul dalam peluncuran buku Kesultanan Aceh dan Turki; Antara Fakta dan Legenda karyanya di gedung Aceh Community Center (ACC) Sultan II Selim, Banda Aceh, Rabu, 19 November 2014.

Ia mengatakan para pendiri Aceh Darussalam memiliki tujuan yang sangat besar dalam membangun hubungan tersebut masa itu. Aceh sudah terlebih dahulu mengetahui keberadaan kerajaan Islam Turki di Eropa yang menguasai sebagian besar benua tersebut.

"Patut diperhatikan betapa maju orang-orang Aceh kala itu yang sudah mampu berpikir sangat jauh," katanya.

Menurut Mehmet Ozay, hubungan tersebut terjadi karena inisiatif dari Aceh yang menganggap adanya hubungan secara keagamaan antara Aceh dan Turki. Ia juga mengutip catatan Bustanussalatin yang menyebutkan ada dua kekuatan Islam paling besar di dunia masa itu. Satu berada di Eropa yaitu Turki dan kekuatan Islam lainnya berada di Timur yaitu Aceh.

"Tidak benar jika mengatakan Aceh mencari bantuan ke Turki, akan tetapi kedua negara ini sama-sama saling membutuhkan. Di Aceh punya hasil alam yang melimpah ruah dan di Turki punya kekuatan perlengkapan perang yang sangat lengkap, karena itu sangat dibutuhkan untuk saling melengkapi, oleh karenanya terjadilah hubungan antara Aceh dan Turki," katanya.

Turut hadir dalam peluncuran buku ini penerjemah buku Afdhal Muchtar, pengamat hubungan antarbangsa Sahari Ganie, pemandu Thayeb Loh Angen serta panelis Ariful Azmi Usman. Peluncuran buku ini juga dihadiri Prof. Hasbi Amiruddin dan sejumlah tamu undangan lainnya serta mahasiswa.

Penutupan Pameran Museum di JCC Dipenuhi Pelajar

Jakarta - Pada hari terakhir penyelenggaraan Pameran Gelar Museum Nusantara 2014, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan dipenuhi ratusan pelajar. "Hari terakhir ini memang agendanya pengarahan siswa-siswi sekolah, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kami mengundang 500 siswa-siswi sekolah di Jakarta," papar Kasubid Pengembangan dan Pemanfaatan Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman, Dani Wigatna di Jakarta, Senin (24/11/2014).

Pengarahan siswa-siswi SD dan SMP dimulai dengan memperkenalkan 217 koleksi yang dipamerkan. Dua objek yang mengundang perhatian mereka di antaranya kursi ion yang dapat menghantarkan listrik statis dan juga kawat listrik dari Museum Listrik TMII. Acara lalu dilanjutkan dengan lomba menggambar untuk siswa SD dan lomba mengarang untuk siswa SMP.

"Ini seperti edisi jemput bola. Kita hadirkan museum di ranah publik, lalu kita undang agar nilai sejarah dan edukasinya sampai pada seluruh lapisan masyarakat. Sehingga harapan kami nanti, mereka cinta dan datang dengan sendirinya," terangnya.

Menurut data yang disebutkan Dani, saat ini jumlah kunjungan ke museum-museum di Indonesia masih tergolong rendah. Dalam satu tahun, angka kalkulasinya baru sampai di angka 10 juta orang. "Angka tersebut sebagian besar didominasi oleh siswa-siswi sekolah. Ini terkait peraturan yang mewajibkan tiap sekolah harus berkunjung ke museum tiap tahunnya," tambahnya.

Ke depannya, Dani ingin orang datang ke museum karena keinginan sendiri, bukan hanya kewajiban.

Penyelenggaraan Pameran Gelar Museum Nusantara 2014 memuaskan Dani. "Dari 3 hari penyelenggaraan, bisa kita simpulkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap museum masih besar. Memang belum bisa sebanyak kunjungan di pameran lain, tapi setidaknya sampai di hari kedua kita sudah dapat angka 2.000 pengunjung," ungkapnya.

Selain pengarahan dan lomba yang dikhususkan untuk siswa-siswi SD dan SMP, hari terakhir Pameran Gelar Museum Nusantara juga ditutup dengan Pemutaran Film Sejarah dan Budaya serta diisi dengan penyelenggaraan kuis dan permainan.

Roro Jonggrang Menghangatkan Jepang

Sapporo, Jepang - Legenda upaya Bandung Bondowoso mendapatkan cinta Roro Jonggrang dengan membuat seribu candi, Sabtu (22/11/2014), menghangatkan kota Sapporo di Hokkaido, Jepang. Kisah ini ditampilkan Persatuan Pelajar Indonesia Hokkaido di tengah suhu udara 3 derajat Celcius, dalam Malam Budaya ber-tagline "I (Hokkaido) Indonesia".

Lagu "Tanah Air" membuka pagelaran ini, lewat suara merdu Chariunnisa--mahasiswa exchange IPB-Hokkaido University--yang diiringi tim angklung Sapporo dan mahasiswa Indonesia. Legenda Roro Jonggrang dan 1.000 candi ini dikemas dalam rupa drama musikal.

"Tak kurang dari 250 tiket terjual, yang memaksa panitia menutup penjualan tiket pada H-2 pagelaran," kata ketua pelaksana kegiatan dari PPI Hokkaido, Naufal Rospriandana, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (25/11/2014). Penjualan tiket itu melampaui perkiraan panitia, mengingat pagelaran ini digelar di tengah musim dingin di Jepang.

Bertempat di Higashi Kumin Center, Malam Budaya yang didukung pula oleh Kedutaan Besar Indonesia dan beragam kalangan di Jepang ini menampilkan juga tarian tradisional seperti Tari Bedoyo, Tari Kreasi Prajurit dan Raja, Tari Kreasi Perang, dan Tari Kreasi Memanggil Fajar. Semua tarian ini dikemas dalam drama musikal Roro Jonggrang tersebut.

Selain menikmati sajian kisah legenda cinta di Tanah Jawa itu, para tamu juga disuguhi sajian kuliner ayam rujak dan acara kuning khas Indonesia. Sebagai penghangat badan, wedang jahe menjadi welcome drink bagi para penonton. Minuman tradisional ini merupakan racikan ibu-ibu dan istri para mahasiswa Indonesia di Jepang.

Sapporo merupakan ibu kota perfektur Hokkaido. Kota ini pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002. Malam Budaya ini merupakan kegiatan dua tahunan PPI Jepang. Adapun drama musikal Roro Jonggrang dan 1.000 Candi yang menjadi pertunjukan utama kegiatan, disutradai oleh Fadhila Sanaz, kandidat master Teknik Lingkungan di Hokkaido University.

"Semoga kesuksesan (pertunjukan) ini dapat menstimulus rekan mahasiswa Indonesia di Hokkaido untuk terus berkarya dan berbuat positif, sebagai representasi masyarakat Indonesia di Jepang," kata Ketua PPI Hokkaido, Yudistira Wahyu.

Kegiatan ini mengenalkan pula kreasi batik bermotif Suku Ainu. "Harapannya, ke depan dapat tumbuh hubungan baik dan saling kenal antara Hokkaido dan Indonesia," harap Naufal. Terlebih lagi, saat ini telah bermunculan toko-toko halal food dan ada rencana pembukaan jalur penerbangan langsung Sapporo-Indonesia yang digagas oleh pengusaha Jepang.

Wah! Budaya Betawi Bakal Sampai Italia

Jakarta - Duta besar Indonesia untuk Italia, Augut Parengkuan, menyambangi Balai Kota. Dia meminta izin kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, untuk memperkenalkan kesenian dan makanan tradisional Betawi di negeri pizza itu.

"Saya ke sini minta tolong sama Pak Gubernur untuk memperkenalkan kesenian Betawi dan juga makanan Betawi di Itali, karena di Italia itu semua kesenian Indonesia mendapat tempat yang luar biasa," ujar August di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014).

Menurut dia, tahun depan hubungan Italia dengan Indonesia genap 66 tahun. Oleh karena itu, dia berencana memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui gelaran acara promosi antara April, Mei dan Juni tahun depan.

Pada kesempatan yang sama, Ahok langsung berkata, "Ahok Juni sudah sibuk, Mei aja."

Selain promosi budaya, Ahok akan bekerja sama mempromosikan daerah wisata. Begitu pula ekspor produk UMKM ke Italia.

"Kita sangat senang yang dikatakan pak presiden sejak dulu harusnya kepala daerah memanfaatkan tanda kutip memanfaatkan dubes kita kan kita studi banding ke sana, kalau sekarang beliau datang sudah tahu titik ini loh yang bagus," kata dia.

Tapanuli Selatan Gelar Budaya dan Pentas Seni

Tapanuli Selatan, Sumut - Merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Tapanuli Selatan ke-64 yang jatuh pada 24 November 2014, Perusahaan Tambang Emas Martabe menggelar Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan, Sabtu hingga Minggu, 22-23 November 2014 di Lapangan Bola Sipente, Desa Hapesong Baru. Kegiatan yang telah kedua kalinya dilakukan Martabe ini juga ditujukan untuk mendukung pemerintah guna melestarikan budaya lokal.

Acara diselenggarakan secara kolaboratif oleh lima kecamatan di zona barat Tapanuli Selatan, yaitu Kecamatan Batangtoru, Kecamatan Marancar, Kecamatan Muara Batangtoru, Kecamatan Angkola Barat, dan Kecamatan Angkola Sangkunur dengan sponsor utama Tambang Emas Martabe serta didukung oleh Dewan Kesenian Daerah Tapanuli Selatan (DKD) dan Lembaga Konsultasi Masyarakat Martabe (LKMM). Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul Pasaribu dan disaksikan oleh sejumlah tokoh adat dan para pemangku kepentingan lainnya.

Hari pertama Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan diramaikan dengan penampilan Tari Kreasi dari Kecamatan Muara Batangtoru dan lainnya. Pada hari kedua penyelenggaraan Kecamatan Muara Batangtoru dan Kecamatan Marancar masing-masing menyuguhkan tari kreasi melengkapi drama dari berbagai Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah di Batangtoru. Di puncak acara, Shreya Maya, atau yang biasa dikenal Maya KDI (Kontes Dangdut Indonesia) berkolaborasi dengan seniman dangdut lokal, Tamsor Efendi dan Roni Saputra.

Camat Batangtoru, Ahmad Raja Nasution, yang juga menjadi Ketua Penggerak Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan menyatakan, “Kegiatan ini mencerminkan interaksi seluruh masyarakat di Tapanuli Selatan yang hidup bersama dalam kepelbagaian, berdampingan dengan damai. Pagelaran seni budaya ini mengingatkan dan mendorong kita semua dari berbagai ragam etnis yang tinggal di sini untuk bahu membahu, bersatu padu kompak membangun Tapanuli Selatan ke arah yang lebih baik,” katanya.

Sumbangsih Tambang Emas Martabe dalam Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan yang kedua ini merupakan wujud dari komitmen untuk turut mendukung pelestarian budaya dan pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. Melalui Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan ini, diharapkan nilai-nilai budaya lokal dapat dilestarikan, sekaligus dipromosikan dengan rasa bangga, terutama oleh generasi muda.

Budi Baik Siregar, Technical Advisor Community Relations Tambang Emas Martabe mengatakan, kegiatan edukasi terkemas dalam hiburan rakyat bernuansa budaya semacam ini penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan kreativitas pengembangan masyarakat, khusus generasi muda agar biasa berinteraksi dan berkreasi ditengah kepelbagaian budaya. Perbedaan adat, bahasa, kebiasaan, dan pemikiran merupakan kekayaan, bukan penghambat, untuk mendorong interaksi menuju kemajuan bersama.

Ketua Dewan Kesenian Tapsel, Drs. H. Fajaruddin Tanjung mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dapat melaksanakan kegiatan ini secara rutin dan berkesinambungan dengan melibatkan lebih banyak lagi dukungan dari masyarakat, pemangku adat, dan kalangan swasta. “Mari kita jadikan Pentas Seni Budaya Tapanuli Selatan ini sebagai ajang pembinaan dan pengembangan seni budaya lokal.”

Merawat Bahasa Indonesia di Amerika

Jakarta - Di sebuah ruangan kecil yang menyerupai ruang rapat kantor, anak-anak itu menyanyikan lagu 'Naik Kereta Api' dengan logat yang terdengar lucu. Maklum, mereka tidak terbiasa dengan bahasa Indonesia. Dari kecil, mereka sudah menggunakan bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari. Di sekolah pun mereka menggunakan Inggris sebagai bahasa pengantar.

Anak-anak itu adalah keturunan orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Mereka sedang belajar Bahasa Indonesia melalui kursus yang diselenggarakan oleh Rumah Indonesia, sebuah yayasan di Washington DC yang didirikan oleh perempuan-perempuan Indonesia.

Kelas Bahasa Indonesia adalah salah satu kegiatan utama Rumah Indonesia, selain belajar membatik, story telling, dan pengenalan wayang dan gamelan.

“Rumah Indonesia berdiri bulan Agustus 2012. Tujuan kita adalah untuk menghimpun anak-anak yang salah satu atau kedua orang tuanya orang Indonesia supaya mereka lebih mengenal keindonesiaan mereka. Kelas Bahasa Indonesia adalah salah satu program utama kita,” kata Debbie Sumual-Patlis, salah satu pendiri Rumah Indonesia, kepada detikcom di Washington DC, Amerika Serikat, Sabtu (22/11/2014).

KBI dibagi ke dalam dua kategori, yaitu untuk anak berusia 4-6 tahun dan 6-12 tahun. Seperti kursus pada umumnya, KBI dilaksanakan dalam dua semester selama satu tahun denganjumlah pertemuan 8 kali per semester. Bedanya, KBI hanya mengambil semseter fall dan winter. Untuk semester fall tahun ini, jumlah muridnya adalah 21 anak, terdiri dari 12 murid untuk kategori pertama yang dipecah ke dalam dua kelas dan 9 murid untuk kategori kedua.

“Kita ingin dalam satu kelas terdiri dari maksimal 10 anak supaya belajarnya efektif,” kata Elzsa Palar-Purdy, kepala sekolah KBI.

Biaya pendaftaran untuk kursus tersebut adalah USD 90 per semester per murid. Uang tersebut digunakan untuk sewa tempat, membayar guru dan asisten, serta membeli perlengkapan kelas.

Dengan jumlah guru lima orang, biaya tersebut sebenarnya jauh dari cukup. Honor untuk guru dan asisten boleh dibilang sekedar uang kepantasan karena besarnya tidak seberapa.

“Biaya yang dibutuhkan sebenarnya jauh lebih besar dari uang pendaftaran. Namun kita tidak ingin menaikkan biaya pendaftaran supaya tetap banyak muridnya. Karena itu kita mengandalkan bantuan dari para sponsor dari Indonesia,” papar Elzsa.

Mengajarkan bahasa Indonesia ke anak-anak yang bahasa utamanya adalah bahasa Inggris tentu merupakan tantangan tersendiri bagi guru. Mereka dituntut telaten dan kreatif dalam menyampaikan materi agar anak-anak tersebut merasa tertarik.

Bagi Nona Kurniani yang terbiasa mengajarkan Bahasa Indonesia kepada mahasiswa, hal itu menjadi tantangan tersendiri. Sudah belasan tahun alumnus Ohio University ini mengajarkan Bahasa Indonesia kepada mahasiswa di berbagai kampus di Amerika, seperti Johns Hopkins University dan Winconsin University.

“Sebelumnya saya hanya mengajar mahasiswa yang motivasi belajarnya lebih kuat. Kalau mengajar anak-anak berbeda sekali. Saya harus membuat aktivitas yang melibatkan badan mereka sehingga saraf motorik mereka bekerja. Kalau sekedar duduk mereka akan bosan,” kata Ibu Guru Nona.

Nona merasa mengajarkan Bahasa Indonesia kepada anak-anak adalah pengalaman yang sangat menarik. Baginya, dia tidak sekedar mengajarkan bahasa, melainkan juga menanamkan kecintaan terhadap Indonesia pada diri anak-anak tersebut.

“Kita ingin membantu anak-anak ini menyadari jati diri mereka sebagai keturunan Indonesia,” tutur Nona.

Ketersambungan dengan tradisi leluhur itulah yang ingin diwariskan orang tua terhadap anak-anak mereka. Hal itu seperti diungkapkan oleh Rhonda, salah seorang wali murid yang menyekolahkan anaknya di KBI. Rhonda adalah warga Amerika yang menikah dengan orang Indonesia. Dengan memberikan pelajaran Bahasa Indonesia, dia ingin anaknya mengenal tradisi nenek moyangnya.

“Saya ingin dia mengenal tradisi Indonesia. Selain itu, kakek-neneknya di Indonesia tidak bisa Bahasa Inggris, jadi saya ingin dia bisa berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia,” kata Rhonda.

Anak-anak itu pun tampak menikmati pelajaran mereka. Selain menyanyi, mereka juga diajari membaca dan menulis. Mereka diminta mengidentifkasi gambar-gambar dan menuliskannya di papan tulis dalam Bahasa Indonesia.

Bagi anak-anak itu, belajar bahasa Indonesia sepertinya tidak terlalu sulit. Terlebih di rumah mereka memiliki orang tua yang bisa mengajak bicara mereka dalam Bahasa Indonesia. Seperti kata Benjamin Baladewa Patlis, salah seorang murid yang berumur 9 tahun.

“Belajar bahasa Indonesia tidak sulit karena tulisan hurufnya sama dengan bahasa Inggris,” ujarnya dengan polos dalam bahasa Inggris.

Pada akhirnya, pendidikan bahasa anak tergantung dari orang tua. Kelas bahasa yang diselenggarakan delapan kali dalam satu semester itu tidak akan memadai untuk membuat anak-anak lancar berbahasa Indonesia.

“Kalau berharap dengan ikut kelas ini terus anak-anak bisa Bahasa Indonesia dengan lancar, itu jauh sekali. Tapi paling tidak mereka jadi menyadari tentang nenek moyang mereka. Syukur kalau nantinya mereka mau belajar Bahasa Indonesia lebih serius lagi,” kata Nona.

Meski dengan segala keterbatasan, Rumah Indonesia bercita-cita agar kelas bahasa Indonesia dapat diselenggarakan di kota-kota lain di Amerika. Karena itu, pada saat digelar kongres Indonesian Diaspora beberapa waktu lalu, mereka datang dan berbagi pengalaman dengan masyarakat Indonesia dari kota-kota lain.

“Kita ingin mereka juga bisa bikin sendiri program seperti ini. Ternyata bisa kok, dan tidak terlalu susah. Hanya memang perlu dedikasi yang tinggi,” ungkap Debbie.

Pameran Tenun Songke Bangkitkan Semangat Perajin di Manggarai Barat

Labuan Bajo, NTT - Sentra Kreatif Rakyat (SKR) adalah Program Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bawah Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya yang bertujuan untuk mengembangkan wilayah-wilayah dengan potensi ekonomi kreatif melalui pengembangan produk-produk kreatif bercirikan lokalitas rakyat di wilayah tersebut.

Daerah-daerah percontohan Program SKR antara lain Kabupaten Batang dan Kabupaten Magelang di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Pacitan di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara di Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Demikian dijelaskan, Niniek Dhiniyanti, Koordinator Program Sentra Kreatif Rakyat Manggarai Barat, Flores Barat, NTT kepada Kompas.com di Labuan Bajo, Sabtu (22/11/204).

Dhiniyanti mengatakan, kegiatan Program Pengembangan SKR di Manggarai Barat antara lain penelitian dan pengembangan motif-motif tradisional produk kreatif, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas teknik dan desain produk Tenun Songke Manggarai Barat, Batik, dan Produk Kayu.

Sebagai langkah publikasi kegiatan SKR dan promosi hasil karya kelompok SKR, diselenggarakan Pameran Sentra Kreatif Rakyat Manggarai Barat pada tanggal 22-24 November 2014 yang diikuti oleh 30 perajin dari Kecamatan Lembor, Lembor Selatan, Desa Komodo, Kota Labuan Bajo dan Kota Ruteng.

Di pameran ini, Lanjut Dhiniyanti, akan dipamerkan dan diperdagangkan produk-produk kreatif antara lain tas tenun songke, selendang tenun songke pewarna alam, tas dan kain batik pewarnaan alam dengan motif komodo dan biota laut, produk suvenir dari patung kayu, kain destar (ikat kepala) pewarna alam dengan motif rumah adat manggarai dan sawah lodok serta inovasi-inovasi desain produk batik, tenun dan kayu lainnya hasil karya kelompok SKR.

Penyelenggara juga mengadakan Workshop Batik untuk pengunjung pameran yang tertarik dengan teknik pembuatan batik dengan pewarna alam.

Koordinator Nasional Sentra Kreatif Rakyat, William Kwan kepada Kompas.com menjelaskan pameran tenun songke dan batik berwarna biota laut di Manggarai Barat untuk membangkitkan semangat penenun di Kabupaten Manggarai Barat. Banyak motif-motif yang unik dari tenun songke serta ukiran-ukiran kayu berbentuk binatang Komodo serta binatang Komodo dalam membatik. Selain itu ada kuliner khas Manggarai Barat.

"Kami berharap pameran ini menggairahkan penenun di Manggarai Barat untuk terus menenun di masa depan dengan perkembangan pariwisata yang semakin pesat," jelasnya.

Guru dan Generasi Muda Tumpuan Kembangkan Budaya Melayu

Pekanbaru, Riau - Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) kembali mendapatkan kehormatan atas kunjungan negera tetangga, Johor Bahru, Malaysia. Kali ini, giliran Institut Pendidikan Guru Kampus Temenggong Ibrahim Johor ingin menimba ilmu tentang budaya dan adat Melayu Riau.

Kedatangan rombongan dari Johor ingin belajar dan mengetahui perkembangan dunia Melayu di Riau. Rombongan dipimpin Nordin Muhammad Yusuf sebagai Ketua Jabatan Pengajian Melayu Institut Pendidikan Guru Kampus Temenggong Ibrahim Johor.

"Pertama, kita ingin melakukan silaturahmi dengan Riau. Karena kita merasa masih berasal dari bangsa, budaya dan sejarah yang sama," kata Nordin usai melakukan silaturahmi dengan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), di Balai Adat LAMR, Senin (24/11/2014).

Berdasarkan silaturahmi tadi, Nordin menangkap bahwa perlunya penguatan pemahaman kepada generasi muda untuk mengerti dan mendalami tentang Budaya Melayu. Karena dinilai sudah mulai tergerus dengan pengaruh budaya luar.

"Bukan hanya itu, juga dibutuhkan penguatan kepada tenaga pendidik untuk mengajarkan dan menyebarluaskan Budaya Melayu kita ini," sambung Nordin.

Sementara itu, Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, H Tennas Effendi, mengatakan, butuh penguatan kepada generasi muda agar jangan tergerus akan pengaruh budaya luar.

"Pendidikan menjadi salah satu akses terbaik untuk memberikan pandangan itu. Mulai dari budaya, sejarah hingga tulisan jawi (arab melayu, red) harus tetap dipertahankan," tegas Tennas.

Karena menurutnya, sudah banyak sekolah dan universitas-universitas yang sebelumnya kental mengajarkan tentang Melayu, lama-lama berkurang dan hilang dengan sendirinya.

"Contohnya saja seperti Tulisan Jawi yang merupakan salah satu perwakilan dari Melayu itu sendiri, sudah mulai hilang di tengah-tengah pendidikan kita," sambung Tennas.

Selain melakukan kunjungan ke LAMR, rombongan Institut Pendidikan Guru Kampus Temenggong Ibrahim Johor juga mengunjungi sejumlah universitas islam di Riau.

Saung Angklung Udjo, Komitmen Budaya pada Dunia

Bandung, Jabar - Adalah Udjo Ngalagena atau dikenal sebagai Mang Udjo, seorang putra dari tanah sunda yang memutuskan mengabdikan hidupnya untuk melestarikan angklung dan budaya sunda. Semasa muda, Mang Udjo gemar mempelajari musik dan lagu sunda, pencak silat, dan tari- tarian sunda. Mang Udjo yang lahir pada tahun 1929, pada tahun 1966 mulai merintis pembangunan Saung Angklung Udjo, tempat pelestarian dan pendidikan angklung dan budaya sunda di Indonesia.

Sama dengan Walter Elias Disney, cita–cita dan mimpinya mendirikan Walt Disney terwujud setelah meninggal dunia. Begitu juga dengan Mang Udjo, cita-cita dan mimpinya terwujud membangun Saung Angklung Udjo ketika tua dan meninggal dunia. Keduanya sama-sama memegang teguh prinsip bekerja dan hidup dengan rasa cinta terhadap apa yang dikerjakannya.

Hasilnya, 4 tahun lalu angklung resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia oleh UNESCO, badan dunia yang mengurusi seputar budaya di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Selanjutnya tanggal 16 November ditetapkan sebagai hari angklung sedunia. Saung Angklung Udjo memberikan peranan besar terhadap penetapan ini.

Saung Angklung Udjo setiap hari menampilkan panggung pertunjukan kombinasi drama musikal tradisional, teater, tarian, dan musik angklung bagi para tamu. Dengan tiket yang cukup terjangkau, Rp 60.000 untuk turis domestik dan Rp 100.000 untuk turis luar negeri. Pelajar diberi tiket khusus, Rp 40.000. Tiket termasuk minuman dan souvenir berupa liontin bambu berbentuk angklung.

Tempatnya pun nyaman. Selain panggung yang besar dengan tata suara dan cahaya yang apik, di Saung Angklung Udjo para tamu bisa belanja beraneka ragam souvenir khas Indonesia. Tersedia kafe dan kantin buat tempat makan dan beristirahat para tamu. Tempatnya pun rindang, nyaman buat hanya sekedar menikmati udara sejuk Bandung.

Untuk mempertahankan alat musik bambu ini, Saung Angklung Udjo juga mendirikan kelas pendidikan musik, tarian, dan angklung. Muridnya mulai dari anak-anak sampai mahasiswa dan tanpa dipungut biaya. Adin, salah satu muridnya di Saung Agklung Udjo mulai belajar angklung dan alat musik sunda lainnya sejak 5 tahun lalu. Sekarang, Adin duduk di kelas 5 SD. Rumahnya kebetulan tak jauh dari Saung Angklung Udjo dikawasan Padasuka, Bandung.

“Nggak ada yang maksa, saya mau sendiri”, katanya.

Setiap hari Adin bersama sekitar 200 murid belajar di kelas selama sekitar 1,5 jam. Suasana kelas sengaja dibikin bermain agar anak-anak senang. “Nggak ada yang galak. Kalau bolos juga paling di skor aja," ucapnya.

Kembali ke filosofi awal, bekerja dengan cinta. Walau tanpa bayar dan dibayar, saat ini Saung Agklung Udjo sudah mencetak sekitar 500 murid yang sudah menyebar ke seluruh dunia. Bukan hanya di Bandung, Saung Angklung Udjo sering kali mewakili Indonesia di ajang Internasional.

Mendidik anak-anak tentang musik dari angklung juga bukan hal yang mudah. Sebenarnya tidak semua lagu bisa dimainkan dengan angklung. Makanya sejak tahun 1935, Pa Daeng Soetigna mengembangkan angklung menjadi nada diatonis atau dikenal tangga nada "do re mi fa sol la si do".

Tidak jelas kapan angklung ini mulai ada. Sejauh ini angklung diperkirakan sudah mulai ada sejak 18 abad silam. Angklung berasal dari suku Baduy yang merupakan masyarakat sunda asli. Sejarahnya, angklung bagi masyarakat Baduy dianggap sakral. Tidak sembarang waktu angklung boleh dibunyikan yaitu hanya saat awal musim menanam padi. Beberapa kalangan menengarai angklung adalah bagian dari budaya ritual hinduisme di nusantara.

“Angklung adalah bunyi-bunyian alam dari sebongkah bambu”. Begitulah sebait syair yang dilantunkan di panggung Saung Angklung Udjo dalam memperingati 4 tahun angklung diakui sebagai warisan dunia. Bunyi-bunyian alam yang menandakan keindahan yang akan abadi karena bersinergi dengan cinta sang manusia.

Ketika ditanya sampai kapan Adin akan di Saung Angklung Udjo? Dengan tersenyum simpul khas anak kecil Adin menjawab, ”Sampai tua saya akan di Saung Udjo he he he “.

Pemprov DKI Promosikan Budaya Ibu Kota di Timur Tengah

Jakarta - DKI Jakarta terus dipromosikan ke berbagai belahan negara di dunia. Kali ini, dua negara di Timur Tengah, Abu Dhabi dan Kuwait menjadi pilihan. Sejumlah kebudayaan dan destinasi menarik di Jakarta pun siap dipamerkan.

Promosi itu nantinya juga dapat meningkatkan peran serta para pelaku industri pariwisata dari berbagai sektor seperti penerbangan, perhotelan, hiburan dan tour operator.

"Diharapkan hal ini akan menjadi nilai tambahan bagi para wisatawan mancanegara khususnya wisatawan Timur Tengah untuk lebih mengetahui nilai-nilai budaya yang ada di Jakarta," ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) DKI Jakarta, Arief Budiman kepada wartawan, Senin (24/11/2014).

Acara yang diadakan pada 23-26 November 2014 di Abu Dhabi dan 26-30 November 2014 di Kuwait itu, ujar Arief, mengincar potensi wisatawan di negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.

"Upaya ini terus dilakukan untuk mengenalkan Jakarta lebih luas lagi di mata dunia” tukas Arief.

Promosi serupa sebelumnya juga pernah digelar di Selangor dan Penang, Malaysia serta Xiamen, Cina. Terbukti, terjadi peningkatan wisatawan asing dari promosi tersebut.

Ootrad: Usung Budaya Sunda tanpa Budaya Barat

Bandung, Jabar - Guyuran hujan tidak menghambat civitas kademika Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk memeriahkan Olimpiade Olahraga Tradisional (Ootrad) ke-7 di Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung dan Area Car Free Day, Jalan Ir. H. Juanda, Bandung, Minggu (23/11/2014).

Perlombaan tetap berlangsung meriah, meski hujan terus mengguyur. Sorak sorai bobotoh pendukung tim yang berlaga terdengar di setiap penjuru tribun pertandingan. Dukungan bobotoh dan keterlibatan para peserta ini mendapat apresiasi Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Engkus Kuswarno, M.S.

"Ada hal yang berbeda dengan tahun sebelumnya, ada suasana kebersamaan luar biasa yang kita bisa rasakan," katanya, Minggu (23/11/2014).

Sebagai salah satu wahana untuk mengangkat kembali Kebudayaan Sunda, Prof. Engkus berharap Ootrad kali ini lebih dapat menonjolkan sisi Kesundaannya.

Menurutnya, pada Rampak Gerak ada beberapa kebudayaan yang hilang tercerabut dari kebudayaan Sunda.

"Saya kira mesti ada sebuah perubahan, bahwa kalau kita ingin mempertahankan Budaya Sunda, tidak usah menggabungkan dengan kebudayaan Barat. Masih banyak kesenian dan kebudayaan Sunda yang bisa ditampilkan dengan baik," tandasnya.

Ootrad sendiri diawali dengan atraksi "Aleut-aleutan", parade kontingan fakultas, unit kerja, Unit Kegiatan Mahasiswa, serta komunitas mahasiswa di lingkungan Unpad di kawasan Car Free Day.

Ada beberapa kategori lomba yang dipertandingkan dalam Ootrad, yaitu Kategori Olahraga Tradisional meliputi Balap Egrang Putra, Balap Karung Putri, Nanggung Suluh (Putra), dan Ngagandong Jukut (Putri), serta kategori Kreativitas Seni meliputi Pawai Aleut-aleutan, Rampak Gerak, Bobotoh Heboh, dan Maskot Kahot. Lomba Olah Raga Tradisional dilaksanakan di Lapangan Parkir Utara Kampus.

Kirab Budaya untuk ‪Peringati Naik Tahta Mangkunegoro VI

Solo, Jateng - "Astana Utara" adalah nama sebuah kompleks pemakaman raja Istana Mangkunegaran beserta kerabatnya, yang terletak di sisi utara Kota Solo.

Di "Astana Utara" dimakamkan jasad almarhum Sri Paduka KGPAA Mangkunegoro VI yang merupakan salah seorang penguasa Pura Mangkunegaran yang populer sebagai seniman dan tokoh pembaruan.

Berbeda dengan kompleks pemakaman pada umumnya, "Astana Utara" yang dikeramatkan dan lokasinya di tengah permukiman Kampung Nayu tak pernah sepi.

Terlebih pada hari-hari tertentu, seperti Kamis malam Jumat Legi atau Senin malam Selasa Kliwon, banyak orang berziarah sambil tirakat di makam penguasa Pura Mangkunegaran tersebut.

Popularitas "Astana Utara", pada tiga tahun terakhir dimanfaatkan masyarakat Kelurahan Nusukan, Solo, untuk menggelar hajadan budaya yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Hajadan budaya bertajuk "Kirab Gerebeg Astana Utara" yang ketiga tahun 2014, kembali digelar Minggu (23/11/2014) siang dalam suasana semarak.

Dalam kirab budaya tersebut, sebanyak 24 kelompok masyarakat tidak termasuk perorangan, terlibat dalam arak-arakan yang sangat meriah penuh warna.

Sebagian besar kelompok masyarakat dari berbagai Rukun Warga (RW), SKPD pemerintah kota, LPMK, dan lain-lain, mempertunjukkan potensi dan kreativitasnya yang beraneka ragam.

Menurut Lurah Nusukan, Sapta Endah, kirab budaya Gerebeg Astana Utara sekaligus merupakan Pengetan Tingalan Jumenengan Dalam atau peringatan naik tahtanya mendiang KGPAA Mangkunegoro VI, sehingga, pagelaran tersebut menjadi hajadan tahunan ajang kreativitas dan unjuk potensi warga Kelurahan Nusukan.

Dalam pagelaran terakhir kemarin, setiap kelompok menampilkan potensi dan kreativitas, seperti gunungan sayur-mayur dari warga pedagang Pasar Nusukan, kesenian tradisional Reog Ponorogo, kostum karnaval batik, tarian jaranan, Ogoh-ogoh, Ondel-ondel Jawa dan beragam kesenian lainnya.

Kirab budaya Gerebeg Astana Utara yang mengambil start di Lapangan Prawit, depan kantor Kelurahan Nusukan, diberangkatkan sekira pukul 13.30, disaksikan ribuah warga yang memadati jalur yang dilalui kirab.

Sebagai pimpinan kirab, Lurah Nusukan Sapta Endah yang berbusana tradisional Jawa berjalan di barisan terdepan dengan menunggang kuda. Di belakangnya, arak-arakan peserta kirab mengular hampir sepanjang 100 meter, menyusuri Jl. P Tendean sejauh sekitar lima kilometer.

Salah seorang anggota panitia, Bambang Sumitro, mengungkapkan kepada wartawa, kirab budaya tahunan twrsebut bertujuan mengingatkan masyarakat terhadap KGPAA Mangkunegoro VI yang dimakamkan di Astana Utara.

Menurut dia, selama ini banyak masyarakat tidak mengetahui siapa Mangkunegoro VI di makam tersebut. "Gerebeg ini untuk menggugah ingatan masyarakat terhadap perjuangan KGPAA Mangkunegoro VI. Sebab, selama ini masyarakat banyak yang belum tahu bahwa KGPAA Mangkunegoro VI dimakamkan di Astana Utara," jelasnya.

Arak-arakan kirab budaya yang khas merakyat itu diakhiri dengan pelepasan tiga pasang burung merpati. Bambang menyatakan, pelepasan burung merpati itu sebagai simbol perjalangan hidup manusia, yakni lahir, hidup, dan mati.

"Tiga pasang burung dara mengandung filosofi, kehidupan saat lahir, menjalani kehidupan itu sendiri dan setelah meninggal. Gerebeg ini sekaligus menandai pembukaan prasasti cagar budaya di Astana Utara," sambungnya

Indonesia Menari Angkat Budaya Tradisional dengan Kemasan Baru

Jakarta - Sebanyak 1.200 peserta memeriahkan acara Indonesia Menari 2014 yang berbentuk tarian massal dengan koreografi yang menggabungkan beberapa gerakan tari tradisional Nusantara dan tarian modern.

"Ada begitu banyak ragam tarian di Indonesia dengan kekhasan masing-masing, dan Indonesia Menari kembali diselenggarakan untuk mengangkat budaya tradisional ini dan mengemasnya secara kekinian agar semakin banyak disukai masyarakat, khususnya generasi muda," kata Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu.

Renita menilai Indonesia Menari yang sudah diselenggarakan sejak 2012 merupakan kegiatan positif yang perlu dijalankan secara konsisten untuk mengajak berbagai elemen masyarakat bergabung dan menari sebagai bentuk kepedulian pada budaya Indonesia khususnya tarian.

Untuk konsep tarian Indonesia Menari 2014, Galeri Indoensia Kaya menggandeng Eko Supriyanto, koreografer profesional yang telah menciptakan banyak karya. Nama Eko Supriyanto mulai terkenal sejak menjadi penari untuk penyanyi asal Amerika Madonna pada tur Amerika dan Eropanya.

"Tarian tradisional tidak hanya tentang teknik, tapi juga ada kultur dan budaya yang terkandung di dalamnya. Setiap manusia juga dianugerahi ritme, tempo, dan dinamika sendiri sehingga saya yakin setiap orang pasti bisa menari," kata Eko.

Kegiatan Indonesia Menari, menurut Eko dapat membawa atmosfer baru yang dapat mengajak generasi muda untuk mengenal budaya tarian Indonesia dengan kemasan kekinian.

Acara ini juga menggandeng artis muda Indonesia Chelsea Islan yang berbaur dan menari bersama para peserta Indonesia Menari 2014.

"Sebelumnya saya sudah melihat serunya Indonesia Menari 2013 dan ketika saya diajak untuk bergabung dalam Indonesia Menari 2014 ini, tanpa pikir panjang saya lansung mengiyakan," kata Chelsea Islan.

"Acara ini keren banget karena meski kita bukan penari, tapi kita bisa menari bersama-sama di tengah mal. Dengan menari mari kita tunjukkan bahwa kita cinta budaya, cinta Indonesia," tambahnya.

Kegiatan Indonesia Menari 2014 ini dimulai serentak pada pukul 13.00 WIB di lima titik di Grand Indonesia Shopping Town, antara lain di Lantai Dasar, lantai 1, lantai 2, Area Fountain Atrium di lantai 3A, dan di depan Galeri Indonesia Kaya lantai 8.

Untuk meramaikan kegiatan Indonesia Menari 2014, penyelenggara menyediakan hadiah dengan total Rp100 juta kepada para peserta. Juara 1 akan mendapatkan Rp20 juta, Juara 2 mendapatkan Rp10 juta, dan Juara 3 mendapatkan Rp7,5 juta.

"Ada juga hadiah untuk Juara Favorit senilai Rp5 juta, dan kelompok ter-Indonesia akan mendapatkan Rp5 juta. Lima orang peserta individu terbaik akan mendapatkan hadiah berupa gadget tablet. Pemenang akan dipilih oleh para juri yang terdiri dari penari profesional dan tim Galeri Indonesia Kaya," ujar Renitasari.

Lestarikan Budaya Betawi, LKB Gelar Pesta Seni

Jakarta - Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) pagi ini menggelar acara akbar Cinte Betawi Ke-3 bertema “Kibar Budaya untuk Negeri” di Lapangan Monumen Nasional (Monas).

Kegiatan berskala nasional ini melibatkan 1.000 pelaku seni dan 20.000 peserta jalan sehat budaya dengan mengenakan busana motif batik Betawi.

"1000 pelaku seni seperti seniman daerah, seniman wayang dan arsitektur rangka akan hadir dalam acara ini, ditambah sekitar 20.000 peserta juga akan memadati Monas untuk memeriahkan," tutur Ketua Umum LKB Tatang Hidayat kepada Okezone, Minggu (23/11/2014).

Tatang mengatakan, acara Cinte Betawi 2014 ini dikemas dalam bentuk parade, pergelaran kolaborasi seni budaya mancanegara oleh Soka Gakkai Indonesia, serta bazar. Ia berharap, melalui acara ini, budaya betawi dapat secara luas dikenal oleh masyarakat luas pada umumnya.

Acara ini juga menjadi ajang media internalisasi promosi seni budaya tradisional Betawi sebagai budaya khas Ibu Kota Indonesia. "Acara Cinte Betawi ini telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya terhitung sejak 2010 dan nantinya acara ini akan memecahkan Rekor Muri pemakaian busana bermotif batik Betawi terbanyak," jelasnya.

Oleh karenanya, Tatang mengajak peran serta warga Jakarta baik sebagai pengunjung maupun peserta jalan sehat untuk menghadiri dan berpartisipasi dalam acara ini. " Ini sebagai bentuk penghormatan jasa pahlawan sekaligus wujud kecintaan terhadap budaya bangsa,” harapnya.

Pantauan di lapangan, acara Kibar Budaya Untuk Negeri ini telah dimulai pada pukul 07.00 WIB. Penumpukan peserta sudah terlihat di lokasi dengan mengenakan kaos batik bermotif betawi itu.

Anak Norwegia Antusias Belajar Musik Tari Indonesia

London, Inggris - Antusiasme anak-anak Norwegia dan orang tua mereka untuk mengenal budaya Indonesia terlihat pada Festival Festival Anak-anak Sedunia Kulturstasjon Festival (Barnas Verdensdager - BVD) 2014, di Oslo, akhir pekan.

Festival Kulturstasjon, merupakan bagian dari acara tahunan Oslo World Music Festival, dimana KBRI Oslo selalu berpartisipasi pada festival selama tujuh tahun atas undangan Lembaga Seni Budaya Norwegia Rikskonsertene, demikian PF Pensosbud KBRI Oslo,Dyah Kusumawardani, kepada Antara London, Senin .

Dikatakannya KBRI Oslo mengajak anak-anak Norwegia untuk mengenal budaya Indonesia melalui musik, tarian, budaya serta permainan tradisional. Workshop angklung menjadi favorit pengunjung pada festival tersebut, dan setiap sesi selalu penuh peserta, ujarnya.

Dengan ceria, anak-anak Norwegia menggoyangkan angklung mereka seraya menyanyikan lagu B B Lille Lam, lagu anak yang sangat mereka kenal.

Kelompok tari Anak Indonesia asuhan KBRI Oslo tampil di panggung utama dengan membawakan tari Renggong Manis dan tari Cendrawasih yang mendapat sambutan meriah, dan mereka diminta mengajarkan tarian seusai mereka menari.

Ketua panitia festival dari Rikskonsertene, Lene Gravlie, mengatakan KBRI Oslo selalu menjadi favorit anak-anak dengan berbagai aktivitasnya, dan kami sangat senang KBRI Oslo menjadi salah satu mitra utama kami dalam festival. Oleh karena itu tahun ini kami berikan satu lantai khusus untuk Anjungan Indonesia, ujarnya.

Anjungan Indonesia juga menawarkan aktivitas permainan tradisional Indonesia dakon dan gasing, yang menjadi unik dan menarik bagi mereka karena tidak terbiasa dengan mainan tradisional.

Partisipasi Indonesia semakin lengkap dengan partisipasi kuliner dari masyarakat Indonesia, yang turut menjajakan sate ayam, bakmi goreng serta lumpia khas Indonesia.

Antrian panjang selalu terlihat di anjungan kuliner dan hidangan Indonesia menjadi favorit pengunjung. Partisipasi di festival seperti ini sangat efektif sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.

KBRI Oslo turut mengajarkan multikulralisme dan integrasi kepada anak-anak yang didampingi orang tua mereka, serta bahwa terdapat budaya lain di luar budaya Norwegia yang telah mereka kenal. Dengan cara ini, promosi budaya dan wisata Indonesia lebih mengena, ujar Dyah Kusumawardani.

Festival yang berlangsung selama dua hari ini merupakan program yang ditujukan bagi anak-anak untuk bermain sambil mempelajari keragaman seni budaya mancanegara.

Selain Indonesia, negara lain yang diwakili pada festival tersebut antara lain Norwegia, India, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan, Somalia, dan Austria. Tahun ini, di tengah cuaca dingin dan hujan, festival tetap berhasil menarik perhatian dengan jumlah pengunjung sekitar 6.000 orang.

Seni Budaya Basis Pariwisata Yogyakarta

Yogyakarta - Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta akan berkembang pesat jika memanfaatkan potensi seni-budaya yang dimiliki daerah ini, kata praktisi pariwisata dan budaya Widi Utaminingsih.

"Untuk itu, pengembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seharusnya berbasis seni-budaya yang hidup di tengah masyarakat daerah ini," kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta ini, Jumat (20/11/2014).

Menurut dia, jika potensi seni-budaya di wilayah pengembangan pariwisata dijadikan basis, maka diyakini kelangsungan hidup pariwisata di daerah setempat akan dinamis dan penuh optimisme.

"Pembangunan pariwisata berbasis seni-budaya masyarakat daerah ini sudah saatnya dikembangkan sebagai gerakan penyadaran bagi pemangku kepentingan pariwisata, sehingga mereka kembali ke basis awal bahwa pembangunan pariwisata tidak boleh melupakan akar budaya masyarakat," kata Widi Utaminingsih yang yayasannya bergerak dalam studi pengembangan pariwisata berbasis potensi lokal.

Ia mengatakan kenyataannya selama ini pariwisata DIY hidup dan berkembang bersama seni-budaya masyarakat setempat, sehingga menjadi modal untuk menarik minat wisatawan mengunjungi daerah ini.

Menurut dia, DIY memiliki banyak ragam budaya yang sampai sekarang masih hidup, dan berkembang di tengah masyarakat. Kekayaan budaya tersebut bahkan menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan, misalnya tempat bersejarah, adat istiadat, masakan khas, dan kesenian tradisional.

"Namun, sayangnya para pelaku pariwisata di daerah ini masih hanya sebatas menjual potensi seni-budaya yang dikemas dalam paket kunjungan wisata, padahal di DIY juga memiliki desa budaya, desa wisata, sentra kerajinan, dan pusat kesenian rakyat," katanya.

Ia mengharapkan dengan menggali potensi seni-budaya setempat sebagai basis pengembangan pariwisata di daerah ini, maka predikat DIY sebagai pusat kebudayaan akan tetap melekat, dan semakin kokoh.

Kelompok Seniman Minangkabau Gelar "Kaba Festival"

Padang, Sumbar - Sekelompok seniman asal Sumatera Barat (Sumbar) menggelar festival berbasis seni tradisi bertajuk "KABA Festival" sebagai wadah untuk menempa karya.

"Proses sebuah karya seni tidak bisa instan selesai dalam satu dua bulan saja. Harus ada proses panjang yang berkelanjutan selama bertahun-tahun agar karya semakin matang. Proses itulah nanti yang menjamin kualitas sebuah karya sehingga bisa dinikmati," kata Ery Mefri, koreografer asal Sumbar yang menjadi salah seorang pencetus ide "KABA Festifal" di Padang, Sabtu.

KABA Festival I, akan digelar di Ladang Tari Nan Jombang, Balai Baru Kecamatan Kuranji, Padang 3 hingga 5 Desember 2014 secara swadaya oleh lima orang seniman Sumatera Barat yang membentuk kelompok "Gelombang Minangkabau".

Mereka sekaligus menjadi panitia acara, masing-masing Ery Mefri, S Metron Masdison, Joni Andra, Hasanawi, dan Irmun Krisman.

"Kami laksanakan festival ini secara mandiri. Gedung milik sendiri, pementasan karya sendiri dengan biaya sendiri. Mudah-mudahan, KABA Festival I ini akan menarik minat berbagai pihak sehingga pada pelaksanaan KABA Festival II akan ada pihak yang bersedia menjadi sponsorship," kata dia.

Lima kelompok yang akan tampil tersebut masing-masing, Nan Jombang Dance Company dengan judul Tarian Malam. Koreografer Ery Mefri dengan durasi 65 menit.

Kemudian, Impressa Dance Company dengan judul Ratok Nyao dengan koreokrafer Joni Andra, durasi 60 menit.

Langkok Group dengan judul karya Ratok Singgalang, komposer Hasanawi, durasi 30 menit.

Kemudian, Parewa Limo Suku dengan judul karya, Batampi Bareh. Komposer Irmun Krisman, durasi 30 menit.

Terakhir, Ranah Teater dengan judul karya, Drama Berdendang(Minangkabau opera, Sandiwara pekaba Kisah Percobaan Pembunuhan Tuanku Imam. Sutradara S.Metrom Masdison dengan dirasi 60 menit.

Ia menjelaskan lima kelompok seni dari mewakili tiga genre tari, musik dan teater ini sama berakar pada tradisi Miangkabau.

"Kesenian tradisi Minangkabau sangat kaya, tidak akan habis untuk digali dan dieksplorasi sebagai sumber karya. Pelaku seni di Sumatera Barat juga banyak yang memiliki potensi. Yang tidak mereka miliki adalah kesempatan untuk dilihat dan dikenal dunia. Kesempatan itulah yang ingin kita berikan," kata dia.

Menpar Buka Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi, Jatim - Menteri Pariwisata Arief Yahya membukan pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2014 yang digelar Sabtu (22/11/2014). Dalam sambutannya, menteri kelahiran Banyuwangi tersebut menjanjikan akan mempromosikan acara yang digelar di Banyuwangi salah satunya melalui media digital.

"Nanti akan kami hubungkan dengan international broadcaster. Syaratnya, Pemkab Banyuwangi, saya harap terus menjaga kualitas event wisata budaya maupun wisata alamnya," jelasnya.

Menurutnya, Banyuwangi Ethno Carnival adalah sebuah acara ekonomi kreatif yang menarik karena mampu mengintegrasikan antara fashion dan acara budaya.

"Dan kami akan mendorong beberapa agenda wisata Banyuwangi untuk dijadikan agenda wisata nasioanal," jelasnya.

Pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) tahun 2014 mengangkat tema "The Mystic Dance of Seblang Banyuwangi". Tradisi Seblang sendiri merupakan tarian ritual masyarakat Using sebagai suku asli Kabupaten Banyuwangi. Tari yang dibawakan dalam keadaan trance tersebut merupakan bentuk syukur atas panen yang melimpah di kalangan masyarakat Banyuwangi yang mayoritas bergerak di bidang pertanian.

Ada dua desa yang menggelar tarian ritual Seblang yaitu Seblang Bakungan yang diadakan pada Idul Adha dan Seblang Olehsari yang digelar selama tujuh hari berturut-turut di Idul Fitri. Pagelaran Banyuwangi Etni Carnival 2014 diawali dengan penampilan musik drumband milik Pemkab Banyuwangi.

Lalu dilanjutkan dengan penampilan seorang penari Seblang dengan menggunakan kostum sepanjang 300 meter. Penari tersebut diiringi dua orang pengawal dan 150 penari Gandrung yang membawa gaun tersebut yang bermotif kain batik asli Banyuwangi.

Selanjutnya, pentas dilanjutkan dengan penampilan 200 penari Seblang yang menarikan tari Seblang yang dalam kondisi trance dan dibawakan secara teatrikal. Setelah proses tersebut selesai, devile BEC 2014 dimulai oleh 48 peserta BEC cilik. Kemudian dilanjutkan dengan peserta Sebang Olehsari sebanyak 33 orang yang didominasi warna hijau dan disusul 67 peserta dengan tema Seblang Bakungan dengan dominan warna merah.

Terdapat juga tema Porobungkil yang menampilkan kostum unik dari buah-buahan dan palawija hasil pertanian. BEC 2014 juga dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Duta Besar AS Robert O Blake, dan Yenny Wahid. Selain itu, terlihat juga beberapa artis ibu kota, seperti Abdee Slank, Paramitha Rusadi, Ayu Azhari, Yati Octavia, dan Pangky Suwito. Parade devile BEC 2014 ditutup dengan penampilan parade barong nusantara dan Kemanten Using Banyuwangi yang akan menjadi tema BEC 2015 mendatang.

Budaya Melayu Memiliki Segalanya

Pekanbaru, Riau - Tak Melayu Hilang di Dunia, Tak Melayu Hilang di Bumi. Itulah gambaran kekuatan budaya dan bahasa Melayu di dunia yang tidak akan habis dimakan zaman. Patah tumbuh hilang berganti.

Masyarakat Melayu adalah masyarakat dengan kearifan yang tinggi, bertutur lembut, kuat akan kekeluargaan. Namun Melayu belum bisa dikatakan kaya jika tidak diimbangi dengan akal budi.

Akal budi menumbuhkan tabiat dan prilaku yang mencerminkan jati diri. Akal Budi dalam Dunia Melayu merupakan pandangan terhadap mereka yang menjalankan dengan kaidah yang sudah diatur di dalamnya.

Riau menjadi salah satu pusat peradaban Melayu di dunia. Banyak negara yang ingin menganutnya datang untuk belajar dan mendalami kekuatan di balik Melayu itu sendiri. Bahkan juga banyak negara yang telah membuat pangkalan tentang Dunia Melayu.

Baru saja Riau kedatangan tamu terhormat dari Sarjana S2 dan S3 Institut Alam dan Tamadun Melayu, Malaysia yang dipimpin Prof Dr Nor Hashimah Jalaluddin. Mereka mengadakan seminar dengan narasumber dari petinggi Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Sabtu (22/11/2014).

"Generasi muda butuh penguatan dalam pemahaman dan pendalaman tentang Dunia Melayu. Dimana sudah mulai tergerus dengan perkembangan zaman yang diiringi pertumbuhan teknologi," kata Nor Hashimah saat Seminar Akal Budi Melayu di Balai Adat LAMR, Sabtu (22/11/2014).

Dikatakannya, mereka yang hadir adalah mahasiswa yang tengah menyusun projek ilmiah dengan berbagai ilmu, tetapi tetap mengutamakan pandangan dari aspek Melayu.

"Bagaimana mereka bisa mengerti akan Melayu Lama, baik adat, budaya, bahasa dan bertutur kata, semua mereka kaitkan dengan projek ilmiah yang tengah mereka garap," lanjut Nor Hashimah.

Perkembangan zaman dengan perkembangan teknologi dinilai sangat memberikan perubahan besar dalam penyadapan dunia barat bagi generasi muda saat ini. Ajakan atau tawaran menjalankan budaya luar sudah menyebar luas.

Mereka dihadapkan dengan budaya yang memang mudah dicerna, tetapi ketika ditelaah secara mendalam tidak memiliki arti apa-apa. "Hanya sebagian kecil yang bisa bermaksana. Seperti tentang jatuh cinta, putus cinta, kekecewaan dan sebagainya," sambung Nor Hashimah.

"Sementara kita kaya akan budaya (Melayu, red). Semua yang tersurat dan tersirat tidak ada yang percuma, semua memiliki makna dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang mulai terabaikan," tandasnya.

Untuk itu, Nor Hashimah mengambil alternatif agar pelajarnya bisa menggali ilmu Melayu ke Riau. Banyak yang bisa didengar, dipahami dan diadopsi. "Mereka harus bisa menguatkan kembali Budaya Melayu yang mulai luntur itu," pungkasnya.

Budaya Barat datang dengan pendekatan yang sangat mudah dan gampang. Mereka menawarkan banyak cerita dan budaya dengan konsep lebih modern, kemudian mengecilkan budaya Melayu sendiri.

"Budaya kita terabaikan, karena generasi muda kita sangat mudah menerima pengaruhnya. Sementara Melayu mengajarkan tentang seluruh alam dan kehidupan," ungkap Nor Hashimah.

Sementara itu, Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Tennas Efendi, memaparkan, dari sekian banyak kekayaan yang ada, akal budi menjadi satu-satunya kekayaan yang harus dimiliki. "Akal jika digabung dengan budi, semua akan berjalan dengan baik," kata Tennas.

Akal budi yang akan mengangkat harkat dan martabat Melayu. Generasi muda harus dilapis dengan bekal, jika tidak, budaya luar akan semakin mudah menghinggapi. "Orang Melayu adalah orang bertuah," ujar Tennas.

Salah satu penguatan untuk tetap berjayanya Dunia Melayu, maka dibentuklah Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) oleh Malaysia sejak tahun 2000. Hingga saat ini, DMDI sudah beranggotakan 13 negara.

"Langkah tepat adalah mewariskan Dunia Melayu kepada generasi muda yang kita punya. Mereka yang akan memberikan pandangan besar terhadap pemikiran di tengah-tengah masyarakat," sambung Tennas.

Namun Tennas berpesan, mengandalkan akal budi, jangan sampai termakan budi. "Tetapi mari bertanam budi. Asas ini yang perlu dicermati oleh generasi muda kita," tandasnya.

Kepada seluruh mahasiswa yang hadir, Tennas memberikan pandang terkait bagaimana kekuatan melayu di Riau. "Kami terdiri dari hampir 700 suku, namun Melayu dijadikan pedoman untuk pemersatu dan kebersamaan," kata Tennas.

Bahkan dirinya mencerita berbagai prilaku dan adab Budaya Melayu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. "Mulai dari tata krama bertamu dan menyambut tamu, hingga berpakaian diatur dengan baik," tukasnya.

Untuk itu, Tennas kembali berpesan kepada mahasiswa peserta Seminar Semantik Akal Budi Melayu, agar tetap mengembangkan Budaya Melayu hingga ke generasi selanjutnya. "Tetapi tetap berasaskan dari pandangan Islam," pesannya.

Banyuwangi Menari

Banyuwangi, Jatim - Untuk keempat kalinya, kota Banyuwangi diramaikan oleh lebih dari 20.000 penari dalam acara Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2014.

Mengusung tema "The Mystic Dance of Seblang", puluhan ribu masyarakat setempat dan pengunjung berpakaian serba hitam tumpah di jalan-jalan utama kota menyaksikan para penari cantik berpakaian etnik Banyuwangi yang berwarna-warni, Sabtu (22/11).

Acara yang dimulai tepat pukul 11.00 WIB akan berakhir bersama tenggelamnya matahari di ufuk timur.

Acara BEC dibuka oleh bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas didampingi Dubes Amerika untuk Indonesia Robert O Blake beserta istrinya, Sofia Blake, serta Konsul Jenderal AS di Surabaya Joaquin Monserrate, para bupati, dan wali kota dari berbagai daerah.

Semua akses jalan utama kota ditutup massa yang ikut larut dalam gerakan tari 20.000 penari tradisional.

BEC merupakan peristiwa ekstravaganza yang melibatkan puluhan ribu penari dari berbagai kecamatan di kabupaten Banyuwangi.

"The Mystic Dance of Seblang" terbagi atas tiga subtema, yaitu Seblang Olehsari yang identik dengan warna hijau, Seblang Bakungan yang identik dengan warna merah, dan Porobungkil atau hasil bumi.

Pada Seblang Olehsari, kepala para penari dihiasi daun pelepah pisang hingga menutup sebagian wajah. Pada Seblang Bakungan, pakaian warna merah menutup kepala dan sebagian wajah penari yang menenteng keris. Sedang pada Porobungkil, hasil bumi dikemas dalam pakaian modern.

Tahun ini, Banyuwangi menggelar sekitar 23 event budaya untuk menarik wisatawan dan mendongkrak pendapatan masyarakat.

"Banyuwangi memiliki basis kuat di bidang pertanian. Tapi, kami juga sedang mengembangkan pariwisata," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Pada Jumat (21/11) malam, Dubes AS untuk Indonesia Robert Blake O Blake merayakan Thanksgiving bersama masyarakat Banyuwangi.

"Saya senang melihat Banyuwangi, keindahan alam, budaya, dan terutama keramahtamahan masyarakatnya," ujar Blake.

Sejak Rabu (19/11) berada di Banyuwangi, Blake mengakui dirinya melihat langsung kepemimpinan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

"Saya sudah mendengar cerita tentang pemimpin daerah yang hebat, di antaranya bupati Banyuwangi. Dalam dua hari di sini saya merasakan sendiri ketokohan bupati Banyuwangi," ungkap Blake.

Thanksgiving dalam tradisi AS adalah hari khusus untuk mengucapkan rasa syukur. Suguhan utama dalam jamuan Thanksgiving adalah ayam kalkun.

Para pegawai Kedubes AS dan Konsulat Jenderal AS di Surabaya ikut menyediakan jamuan makan malam di Pendopo Bupati Banyuwangi dengan salah satu menu favorit ayam kalkun. Thanksgiving di Banyuwangi diselenggarakan atas iniasiatif Kedubes AS.

Tahun ini wisatawan mancanegara (wisman) yang mengunjungi Banyuwangi mencapai 20.000, naik dari 4.000 tahun sebelumnya. Menteri Pariwsiata Arief Yahya mengatakan, pariwisata di Banyuwangi menjanjikan.

"Tapi, sebagai menteri baru, saya masih memasukkan Banyuwangi sebagai bagian dari Bali sebagai gateway utama," ujar putra Banyuwangi itu.

Wisman yang datang ke Indonesia tahun ini, kata Arief sekitar 9,5 juta. Presiden Jokowi menginstruksikan Menteri Pariwsita untuk meningkatkan wisman menjadi 20 juta.

Saat ini, gateway wisman di Indonesia masih didominasi tiga besar, yakni Bali 40%, Jakarta 30%, dan Batam 25%. "Ketiga destinasi ini sudah punya brand. Nanti pelan-pelan kita naikkan brand Banyuwangi," ujar Arief.

Yang Beda Dari Cagar Budaya Kota Gede

Yogyakarta - Salah satu keunggulan yang dimiliki Kotagede sebagai Kawasan Cagar Budaya adalah lengkapnya warisan budaya yang terdapat di kawasan tersebut dalam bentuk benda, bangunan, struktur, situs dan kawasan warisan budaya. Tidak salah bila Kotagede tergolong sebagai living museum karena bekas ibukota Kerajaan Mataram Islam ini memiliki setidaknya enam kriteria Kawasan Cagar Budaya antara lain: memiliki dua situs yang berdekatan, memiliki landskap budaya berusia lebih dari 50 tahun, memiliki pola fungsi ruang masa lalu, memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapan fosil, memperlihatkan bukti pembentukan lansekap budaya dan menunjukan adanya pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan ruang berskala luas.

Sisi-sisi menarik Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kotagede menjadi salah satu kajian dalam Seminar Penguatan Kelembagaan Kotagede di @HOME Hotel, Selasa (18/11/2014). Salah satu pemateri, Ir. Yuwono Sri Suwito, MM., mengetengahkan makalah berjudul 'Regulasi Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Kotagede dan Implementasinya'.

Dalam makalahnya, salah satu anggota Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya DIY ini antara lain menjelaskan berbagai hal seputar pelestarian cagar budaya, arsitektur bernuansa budaya daerah, pelindungan, pengembangan, pemanfaatan cagar budaya serta implementasi regulasi di Kotagede.

Saat menyampaikan makalahnya, secara khusus, Ir. Yuwono Sri Suwito, MM., mengungkap keunggulan arsitektural bangunan-bangunan yang ada di Kotagede yang tidak dimiliki kawasan lain. Di Kotagede terdapat langgam arsitektur bernuansa budaya sebagai ciri pembentuk citra kawasan.

“Yang namanya bahu dhanyang, rumah bersrawing dengan ornamen dan rete-rete aslinya hanya ada di Kotagede. Bapak-bapak dan ibu-ibu yang memiliki arsitektur rumah seperti itu harus mengetahui keunggulan yang dimiliki karena itulah salah satu keunggulan Kotagede,” jelas Yuwono.

Pada bagian lain, Ir. Yuwono Sri Suwito, MM., menyoroti keistimewaan arsitektural Masjid Gede Mataram Kotagede. Ternyata masjid ini adalah masjid tertua kedua setelah Masjid Gede Demak. “Kerajaan Pajang tidak meninggalkan masjid, demikian pula Kedaton Kerto, Pleret dan Kartasura. Baru setelah setelah pindah ke Surakarta lalu ada palilah negari ada Masjid Gede Kraton Surakarta dan dan Masjid Gede Kraton Ngayogyakarta,” paparnya.

“Satu-satunya masjid yang memiliki lambang gantung adalah Masjid Gede Mataram Kotagede,” pungkasnya.

-

Arsip Blog

Recent Posts